The technology of storytelling | Joe Sabia

Translator: Agustinus Tukan Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

Ladies and gentlemen, gather around.

Para hadirin, harap berkumpul.

I would love to share with you a story.

Saya ingin berbagi cerita dengan Anda.

Once upon a time

Pada suatu ketika

in 19th century Germany,

di abad ke-19 di Jerman,

there was the book.

ada buku.

Now during this time,

Pada zaman itu,

the book was the king of storytelling.

buku adalah raja dalam hal mendongeng.

It was venerable.

Buku itu sangat disanjung

It was ubiquitous.

dan dapat ditemukan di mana-mana

But it was a little bit boring.

Tetapi sedikit membosankan.

Because in its 400 years of existence,

Karena selama 400 tahun keberadaannya,

storytellers never evolved the book

para pendongeng tidak pernah mengembangkannya lebih jauh

as a storytelling device.

sebagai alat untuk mendongeng.

But then one author arrived,

Tetapi kemudian muncullah seorang penulis

and he changed the game forever.

dan dia mengubah kisah ini selamanya.

(Music)

(Musik)

His name was Lothar,

Namanya adalah Lothar,

Lothar Meggendorfer.

Lothar Meggendorfer.

Lothar Meggendorfer put his foot down,

Lothar Meggendorfer menghentakkan kakinya,

and he said, "Genug ist genug!"

dan berkata, "Sudah cukup!"

He grabbed his pen,

Dia mengambil penanya,

he snatched his scissors.

menyambar guntingnya.

This man refused to fold to the conventions of normalcy

Pria ini menolak untuk melipat dengan cara konvensional

and just decided to fold.

dan memutuskan untuk melipatnya.

History would know Lothar Meggendorfer

Sejarah kemudian mencatat Lothar Meggendorfer

as -- who else? --

sebagai -- siapa lagi kalau bukan --

the world's first true inventor

penemu sebenarnya

of the children's pop-up book.

dari buku sembul/lipat anak-anak.

(Music)

(Musik)

For this delight and for this wonder,

Karena kepuasan dan keajaiban ini,

people rejoiced.

orang-orang bersuka ria.

(Cheering)

(Sorak-sorai)

They were happy because the story survived,

Mereka bahagia karena cerita itu bisa terus hidup,

and that the world would keep on spinning.

dan dunia akan terus berputar.

Lothar Meggendorfer wasn't the first

Lothar Meggendorfer bukanlah orang yang pertama

to evolve the way a story was told,

mengembangkan cara mendongeng

and he certainly wasn't the last.

dan tentu saja bukan yang terakhir.

Whether storytellers realized it or not,

Entah mereka menyadarinya ataupun tidak,

they were channeling Meggendorfer's spirit

para pendongeng sedang menyalurkan semangat Meggendorfer

when they moved opera to vaudville,

tatkala mereka memindahkan opera ke gelanggang akrobat

radio news to radio theater,

berita radio ke teater radio

film to film in motion

film ke film bergerak

to film in sound, color, 3D,

ke film dengan suara, gambar, 3 dimensi

on VHS and on DVD.

dalam kemasan VHS dan kemudian DVD

There seemed to be no cure for this Meggendorferitis.

Tampaknya, para ahli waris semangat Meggendorferitis ini tidak dapat dihentiikan,

And things got a lot more fun when the Internet came around.

Dan banyak hal menjadi jauh lebih menyenangkan ketika Internet muncul.

(Laughter)

(Tertawa)

Because, not only could people broadcast their stories throughout the world,

Karena orang tidak hanya dapat menyiarkan kisah-kisah mereka ke seluruh dunia

but they could do so

tetapi juga dapat melakukannya

using what seemed to be an infinite amount of devices.

dengan menggunakan berbagai perangkat yang tampak tidak ada habisnya.

For example, one company

Contohnya, sebuah perusahaan

would tell a story of love

menceritakan sebuah kisah cinta

through its very own search engine.

melalui mesin pencarinya sendiri

One Taiwanese production studio

Sebuah studio produksi dari Taiwan

would interpret American politics in 3D.

menafsirkan politik Amerika Serikat dalam animasi 3 dimensi

(Laughter)

(Tertawa)

And one man would tell the stories of his father

Dan seorang pria menuturkan kisah-kisah tentang ayahnya

by using a platform called Twitter

dengan menggunakan perangkat bernama Twitter

to communicate the excrement his father would gesticulate.

menuturkan bualan yang dilakukan ayahnya dengan gerak-gerik tangannya

And after all this, everyone paused;

Dan setelah semuanya ini, setiap orang berdiam sejenak

they took a step back.

mengambil satu langkah mundur

They realized that, in 6,000 years of storytelling,

Dan menyadari bahwa dalam sejarah mendongeng yang sudah 6000 tahun ini,

they've gone from depicting hunting on cave walls

mereka telah beralih dari melukiskan perburuan di dinding gua

to depicting Shakespeare on Facebook walls.

menjadi mengisahkan Shakespeare di dinding Facebook

And this was a cause for celebration.

Dan kita perlu bersukacita karena kemajuan ini.

The art of storytelling has remained unchanged.

Seni mendongeng tidaklah berubah

And for the most part, the stories are recycled.

Dan sebagain besarnya, cerita-cerita itu dikisahkan ulang.

But the way that humans tell the stories

Tetapi cara manusia menyampaikan cerita

has always evolved

selalu berkembang

with pure, consistent novelty.

dengan kebaruan yang murni dan konsisten

And they remembered a man,

Dan mereka senantiasa mengingat seorang pria

one amazing German,

seorang Jerman yang menakjubkan

every time a new storytelling device

setiap kali perangkat baru dalam mendongeng

popped up next.

memunculkan perangkat baru berikutnya.

And for that,

Dan karena itu,

the audience --

para hadirin -

the lovely, beautiful audience --

hadirin yang indah dan rupawan --

would live happily ever after.

akan hidup bahagia selamanya.

(Applause)

(Tepuk tangan)