My stroke of insight | Jill Bolte Taylor | TED

Translator: Patricia Marnandus Reviewer: Dani Satyawan

I grew up to study the brain

Saya menjadi peneliti otak

because I have a brother who has been diagnosed

karena saya punya seorang saudara laki-laki yang terdiagnosa punya kelainan otak:

with a brain disorder, schizophrenia.

And as a sister and later, as a scientist,

skizofrenia. Dan sebagai seorang saudara perempuan

dan kemudian, sebagai seorang ilmuwan, saya ingin mengerti kenapa

I wanted to understand, why is it that I can take my dreams,

saya bisa mengambil mimpi-mimpi saya, saya bisa menghubungkannya

I can connect them to my reality,

dengan kenyataan, dan saya bisa membuat mimpi saya menjadi kenyataan.

and I can make my dreams come true?

Ada apa dengan otak saudara laki-laki saya

What is it about my brother's brain and his schizophrenia

dan skizofrenianya yang membuatnya tak bisa menghubungkan

that he cannot connect his dreams to a common and shared reality,

mimpi-mimpinya dengan kenyataan yang diyakini umum, sehingga mereka

so they instead become delusion?

malah mengira khayalannya itu nyata (delusi)?

So I dedicated my career to research into the severe mental illnesses.

Jadi saya dedikasikan karir saya pada riset mengenai

penyakit jiwa yang parah. Dan saya pindah dari negara bagian asal saya

And I moved from my home state of Indiana to Boston,

Indiana, ke Boston, di mana saya bekerja di

where I was working in the lab of Dr. Francine Benes,

laboratorium Dr. Francine Benes, di Universitas Harvard

in the Harvard Department of Psychiatry.

jurusan psikiatri. Dan di laboratorium itu, kami mempelajari,

And in the lab, we were asking the question,

"What are the biological differences

"Apakah perbedaan biologis antara otak individu-individu

between the brains of individuals who would be diagnosed as normal control,

yang akan terdiagnosa sebagai orang normal,

as compared with the brains of individuals

jika dibandingkan dengan otak individu-individu yang terdiagnosa sebagai

diagnosed with schizophrenia, schizoaffective or bipolar disorder?"

skizofrenia, skizoafektif atau kelainan bipolar?"

So we were essentially mapping the microcircuitry of the brain:

Jadi pada dasarnya kami memetakan sirkuit mikro

dari otak: sel-sel mana yang berkomunikasi dengan

which cells are communicating with which cells,

sel yang mana, dengan zat kimia yang mana, dan dengan

with which chemicals,

and then in what quantities of those chemicals?

seberapa banyak zat kimia tadi?

So there was a lot of meaning in my life

Jadi hidup saya sangat berarti karena saya melakukan

because I was performing this type of research during the day,

riset seperti ini di siang hari.

but then in the evenings and on the weekends,

Lalu malam harinya dan di akhir minggu,

I traveled as an advocate for NAMI, the National Alliance on Mental Illness.

saya berkeliling sebagai advokat untuk NAMI, Aliansi Nasional Penyakit Kejiwaan.

But on the morning of December 10, 1996,

Tapi pagi hari tanggal 10 Desember 1996, saya bangun

I woke up to discover that I had a brain disorder of my own.

dan menemukan bahwa saya sendiri punya kelainan otak.

A blood vessel exploded in the left half of my brain.

Sebuah pembuluh darah pecah di belahan kiri otak saya.

Dan dalam waktu empat jam,

And in the course of four hours,

saya menyaksikan otak saya makin memburuk kemampuannya untuk

I watched my brain completely deteriorate

in its ability to process all information.

memproses semua informasi. Saat pendarahan pagi itu,

On the morning of the hemorrhage,

saya tak bisa berjalan, bicara, membaca, menulis atau mengingat apa pun tentang hidup saya.

I could not walk, talk, read, write or recall any of my life.

I essentially became an infant in a woman's body.

Intinya saya jadi seorang bayi di dalam tubuh seorang wanita dewasa.

If you've ever seen a human brain,

Kalau anda pernah melihat otak manusia,

it's obvious that the two hemispheres are completely separate from one another.

jelas terlihat bahwa kedua belahan otak sepenuhnya terpisah dari belahan lainnya.

Dan saya bawakan otak manusia betulan untuk anda.

And I have brought for you a real human brain.

(Groaning, laughter)

Jadi ini adalah otak manusia betulan.

So this is a real human brain.

This is the front of the brain,

Ini bagian depan otak,

the back of brain with the spinal cord hanging down,

bagian belakang otak dengan syaraf tulang belakang menggantung,

and this is how it would be positioned inside of my head.

dan beginilah posisinya di dalam kepala saya.

And when you look at the brain,

Dan saat anda melihat otak ini, jelas terlihat kalau

it's obvious that the two cerebral cortices

kedua cerebral cortex betul-betul terpisah satu sama lain.

are completely separate from one another.

For those of you who understand computers,

Bagi anda yang mengerti komputer,

our right hemisphere functions like a parallel processor,

bagian kanan otak kita bekerja seperti prosesor paralel,

sementara bagian kiri otak kita bekerja seperti prosesor serial.

while our left hemisphere functions like a serial processor.

kedua bagian otak ini berkomunikasi satu sama lain

The two hemispheres do communicate with one another

melalui corpus collosum,

through the corpus callosum,

which is made up of some 300 million axonal fibers.

yang terbuat dari sekitar 300 juta serat axon.

Tapi di luar itu,

But other than that,

the two hemispheres are completely separate.

kedua bagian otak ini betul-betul terpisah.

Because they process information differently,

Karena mereka memproses informasi dengan cara berbeda,

each of our hemispheres think about different things,

masing-masing bagian otak kita berpikir tentang hal yang berbeda,

they care about different things, and, dare I say,

mereka mengurusi hal yang berbeda, dan, bisa dibilang,

they have very different personalities.

mereka punya kepribadian yang sangat berbeda.

Excuse me. Thank you. It's been a joy.

Permisi. Terima kasih. Menyenangkan sekali. (Asisten: Memang.)

Assistant: It has been.

(Laughter)

Our right human hemisphere is all about this present moment.

Otak kanan kita hanya memikirkan saat ini.

Hanya tentang "yang di sini, saat ini."

It's all about "right here, right now."

Our right hemisphere, it thinks in pictures

Otak kanan kita, berpikir dalam gambar

and it learns kinesthetically through the movement of our bodies.

dan belajar pergerakan melalui gerakan-gerakan badan kita.

Information, in the form of energy, streams in simultaneously

Informasi, dalam bentuk energi, mengalir masuk bersamaan

through all of our sensory systems

melalui semua indra perasa kita

and then it explodes into this enormous collage

dan kemudian meledak menjadi kolase yang besar

of what this present moment looks like,

yang berisikan wujud yang nampak dari momen saat ini,

what this present moment smells like and tastes like,

seperti apa bau dan rasa momen saat ini,

what it feels like and what it sounds like.

seperti apa tekstur dan suara momen saat ini.

I am an energy-being connected to the energy all around me

Saya adalah mahluk energi yang terhubung dengan energi di sekitar saya

through the consciousness of my right hemisphere.

melalui kesadaran dari bagian kanan otak saya.

Kita semua adalah mahluk-mahluk energi yang terhubung satu sama lain

We are energy-beings connected to one another

melalui kesadaran dari bagian kanan otak kita sebagai satu keluarga manusia.

through the consciousness of our right hemispheres

as one human family.

And right here, right now, we are brothers and sisters on this planet,

Dan di sini,

sekarang, kita semua adalah saudara di planet ini,

here to make the world a better place.

di sini untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

And in this moment we are perfect, we are whole and we are beautiful.

Dan saat ini kita sempurna, kita utuh dan kita indah.

My left hemisphere, our left hemisphere, is a very different place.

Otak kiri saya -- otak kiri kita -- adalah tempat yang sangat berbeda.

Our left hemisphere thinks linearly and methodically.

Otak kiri kita berpikir mengikuti garis lurus dan metodis.

Bagian kiri otak kita

Our left hemisphere is all about the past and it's all about the future.

hanya memikirkan masa lalu dan masa depan.

Our left hemisphere is designed to take

Bagian otak kiri kita didesain untuk menerima

that enormous collage of the present moment

kolase besar tentang momen saat ini dan mulai

and start picking out details, and more details about those details.

memilih detil, detil dan lebih banyak detil tentang detil yang terpilih.

Lalu dia mengkategorikan dan

It then categorizes and organizes all that information,

mengorganisasikan semua informasi itu, menghubungkannya

associates it with everything in the past we've ever learned,

dengan semua yang kita pernah pelajari di masa lalu, dan

and projects into the future all of our possibilities.

memproyeksikan semua kemungkinan kita di masa depan.

And our left hemisphere thinks in language.

Dan otak kiri kita berpikir dalam bahasa.

It's that ongoing brain chatter that connects me and my internal world

Dialah celotehan otak yang menghubungkan saya dan

dunia internal saya ke dunia eksternal saya.

to my external world.

It's that little voice that says to me,

Dialah suara kecil yang mengatakan pada saya, "Hey, kamu harus ingat

"Hey, you've got to remember to pick up bananas on your way home.

untuk membeli pisang waktu pulang nanti.

I need them in the morning."

Aku memerlukannya saat pagi hari."

It's that calculating intelligence

Dialah kecerdasan penuh perhitungan yang mengingatkan saya

that reminds me when I have to do my laundry.

kapan harus mencuci baju. Tapi mungkin yang paling penting,

But perhaps most important, it's that little voice that says to me,

dialah suara kecil yang berkata pada saya,

"I am. I am."

"Saya. Saya." Dan begitu otak kiri saya berkata pada saya, "Saya,"

And as soon as my left hemisphere says to me "I am,"

saya menjadi terpisah.

I become separate.

Saya menjadi satu individu tersendiri, terpisah dari aliran energi

I become a single solid individual,

separate from the energy flow around me

di sekitar saya dan terpisah dari kalian.

and separate from you.

And this was the portion of my brain that I lost on the morning of my stroke.

Dan inilah bagian dari otak saya yang hilang

pada pagi saya mendapat stroke.

On the morning of the stroke,

Pagi itu saat stroke, saya bangun dengan

I woke up to a pounding pain behind my left eye.

denyutan menyakitkan di belakang mata kiri saya. Dan sakitnya seperti --

And it was the kind of caustic pain that you get when you bite into ice cream.

terbakar -- seperti yang terasa saat anda

menggigit es krim. Dan ia langsung mencengkeram saya --

And it just gripped me --

and then it released me.

lalu ia melepaskan saya. Lalu ia langsung mencengkeram saya --

And then it just gripped me --

and then it released me.

lalu ia melepaskan saya. Dan saya hampir tak pernah

And it was very unusual for me to ever experience any kind of pain,

mengalami rasa sakit sekali pun,

so I thought, "OK, I'll just start my normal routine."

jadi saya pikir, OK, saya akan mulai rutinitas normal saya.

So I got up and I jumped onto my cardio glider,

Jadi saya bangun dan saya naik ke cardio glider saya,

which is a full-body, full-exercise machine.

sebuah alat fitness untuk seluruh badan.

Dan saya terus berolahraga di alat ini, dan saya mulai menyadari

And I'm jamming away on this thing,

and I'm realizing that my hands look like primitive claws

bahwa tangan saya terlihat seperti cakar primitif yang menggenggam

grasping onto the bar.

alat fitness. Dan saya pikir, "Itu sangat aneh."

And I thought, "That's very peculiar."

Dan saya melihat badan saya dan berpikir, "Whoa,

And I looked down at my body

and I thought, "Whoa, I'm a weird-looking thing."

aku makhluk yang terlihat aneh." Dan saat itu seakan-akan

And it was as though my consciousness had shifted away

kesadaran saya bergeser dari titik normal

from my normal perception of reality,

pemahaman saya tentang kenyataan, di mana sayalah orang di atas

where I'm the person on the machine having the experience,

alat fitness dan mengalami sesuatu, ke suatu ruang khusus

to some esoteric space

di mana saya menyaksikan diri saya menjalani pengalaman ini.

where I'm witnessing myself having this experience.

And it was all very peculiar, and my headache was just getting worse.

Dan semuanya benar-benar aneh, dan sakit kepala saya

bertambah parah. Jadi saya turun dari mesin,

So I get off the machine,

and I'm walking across my living room floor,

dan berjalan menyeberangi ruang tamu saya, dan saya

and I realize that everything inside of my body has slowed way down.

menyadari semua di dalam tubuh saya telah

melambat sekali. Dan setiap langkah terasa sangat kaku dan

And every step is very rigid and very deliberate.

penuh perjuangan. Tak ada keluwesan di langkah saya,

There's no fluidity to my pace,

dan ada penyempitan dalam ruang penginderaan saya,

and there's this constriction in my area of perception,

jadi saya hanya terfokus pada sistem internal.

so I'm just focused on internal systems.

And I'm standing in my bathroom

Dan saya berdiri di kamar mandi dan bersiap-siap untuk

getting ready to step into the shower,

masuk ke dalam shower, dan sungguh saya bisa mendengar

and I could actually hear the dialogue inside of my body.

dialog di dalam tubuh saya. Saya mendengar suara kecil

I heard a little voice saying, "OK. You muscles, you've got to contract.

berkata, "OK. Kamu otot, kamu harus berkontraksi.

You muscles, you relax."

Kamu otot, kamu relaks."

And then I lost my balance, and I'm propped up against the wall.

Dan lalu saya kehilangan keseimbangan, dan saya tersandar pada tembok.

Dan saya menatap ke lengan saya dan saya sadar

And I look down at my arm

and I realize that I can no longer define the boundaries of my body.

bahwa saya tak lagi bisa menentukan batas-batas dari tubuh saya.

Saya tak bisa menentukan di mana tubuh saya mulai dan berakhir,

I can't define where I begin and where I end,

karena atom dan molekul penyusun lengan saya

because the atoms and the molecules of my arm

blended with the atoms and molecules of the wall.

bercampur dengan atom dan molekul dari dinding.

And all I could detect was this energy -- energy.

Dan yang bisa saya deteksi hanya energi ini -- energi.

And I'm asking myself, "What is wrong with me?

Dan saya bertanya pada diri sendiri, "Ada apa dengan saya?

What is going on?"

Apa yang sedang terjadi?" Dan tepat saat itu, celotehan otak saya --

And in that moment, my left hemisphere brain chatter went totally silent.

celotehan otak kiri saya -- tiba-tiba membisu.

Seakan seseorang mengambil remote control

Just like someone took a remote control and pushed the mute button.

dan menekan tombol mute. Kesunyian sepenuhnya.

Total silence.

And at first I was shocked to find myself inside of a silent mind.

Dan awalnya saya kaget waktu menemukan diri saya

di dalam pikiran yang bisu. Tapi lalu saya segera

But then I was immediately captivated

terpukau dengan kebesaran energi di sekitar saya.

by the magnificence of the energy around me.

Dan karena saya tidak lagi bisa mengenali

And because I could no longer identify the boundaries of my body,

batas-batas tubuh saya, saya merasa besar dan luas.

I felt enormous and expansive.

Saya merasa bersatu dengan semua energi yang ada,

I felt at one with all the energy that was,

dan itu betul-betul indah di sana.

and it was beautiful there.

Then all of a sudden my left hemisphere comes back online

Kemudian bagian kiri otak saya tiba-tiba kembali

online, dan berkata pada saya, "Hey! Kita mempunyai masalah!

and it says to me, "Hey! We've got a problem!

We've got to get some help."

Kita mempunyai masalah! Kita harus minta tolong."

And I'm going, "Ahh! I've got a problem!"

Dan saya berpikir, "Ahh! Saya punya masalah.

(Laughter)

Saya punya masalah." Jadi itu seperti, "OK. OK. Saya punya masalah."

So it's like, "OK, I've got a problem."

But then I immediately drifted right back out into the consciousness --

Tapi seketika saya kembali hanyut

memasuki kesadaran energi tadi --

and I affectionately refer to this space as La La Land.

yang saya beri panggilan sayang sebagai La La Land.

But it was beautiful there.

Tapi di sana begitu indah. Bayangkan seperti apa

Imagine what it would be like to be totally disconnected

rasanya bisa betul-betul terputus dari celotehan

from your brain chatter that connects you to the external world.

otakmu yang menghubungkanmu ke dunia luar.

So here I am in this space,

Jadi saya berada di tempat ini, dan pekerjaan saya -- dan semua

and my job, and any stress related to my job -- it was gone.

stress akibat pekerjaan saya -- semuanya hilang.

And I felt lighter in my body.

Dan saya merasa lebih ringan dalam tubuh saya. Dan bayangkan:

semua hubungan di dunia luar dan semua

And imagine all of the relationships in the external world

and any stressors related to any of those -- they were gone.

penyebab stress akibat hubungan itu -- semuanya hilang.

And I felt this sense of peacefulness.

Dan saya merasakan kedamaian.

And imagine what it would feel like to lose

Dan bayangkan rasanya kehilangan beban emosi yang tertumpuk 37 tahun!

37 years of emotional baggage!

(Laughter) Oh! I felt euphoria --

(Tawa) Oh! Saya merasakan eforia.

euphoria.

Eforia. Betul-betul indah.

It was beautiful.

And again, my left hemisphere comes online and it says,

Lalu, lagi-lagi, otak kiri saya kembali online dan berkata

"Hey! You've got to pay attention.

"Hey! Kau harus perhatikan baik-baik.

We've got to get help."

Kita harus minta tolong." Dan saya berpikir, "Saya harus minta tolong.

And I'm thinking, "I've got to get help. I've got to focus."

Saya harus fokus."

So I get out of the shower and I mechanically dress

Jadi saya keluar dari kamar mandi dan seperti robot saya

memakai baju dan berjalan mengelilingi apartemen saya,

and I'm walking around my apartment,

dan saya berpikir, "Saya harus pergi kerja. Saya harus pergi kerja

and I'm thinking, "I've got to get to work. Can I drive?"

Bisakah saya menyetir? Bisakah saya menyetir?"

And in that moment,

Dan saat itu lengan kanan saya betul-betul menjadi

my right arm went totally paralyzed by my side.

lumpuh di samping saya. Kemudian saya menyadari,

Then I realized, "Oh my gosh! I'm having a stroke!"

"Ya ampun! Saya mengalami stroke! Saya mengalami stroke!"

And the next thing my brain says to me is,

Dan kata selanjutnya yang keluar dari otak saya adalah, "Wow!

Wow! This is so cool!

Ini sangat keren." (Tawa) "Ini sangat keren!

(Laughter)

This is so cool!

How many brain scientists have the opportunity

Berapa banyak ilmuwan otak mendapat kesempatan

to study their own brain from the inside out?"

untuk mempelajari otak mereka sendiri luar dalam?"

(Laughter)

(Tawa)

And then it crosses my mind, "But I'm a very busy woman!"

Dan kemudian terlintas di pikiran saya: "Tapi saya wanita yang sangat sibuk!"

(Laughter)

(Tawa) "Saya tak punya waktu untuk stroke!"

"I don't have time for a stroke!"

So I'm like, "OK, I can't stop the stroke from happening,

Jadi saya berkata, "OK, aku tak bisa mencegah stroke ini agar tidak terjadi,

jadi akan saya jalani ini selama seminggu atau dua minggu, dan

so I'll do this for a week or two, and then I'll get back to my routine. OK.

lalu saya kembali ke rutinitas semula. OK.

So I've got to call help. I've got to call work."

Jadi saya harus cari pertolongan. Saya harus telepon kantor."

I couldn't remember the number at work,

Saya tak bisa mengingat nomor kantor,

so I remembered, in my office I had a business card with my number.

jadi saya ingat, di ruang kerja saya saya ada kartu nama

dengan nomor saya. Jadi saya pergi ke ruang kerja saya,

So I go into my business room, I pull out a three-inch stack of business cards.

saya keluarkan tumpukan kartu nama setebal tiga inci.

And I'm looking at the card on top

Dan saya melihat kartu yang paling atas dan walaupun

and even though I could see clearly in my mind's eye

tampak jelas dalam pikiran saya seperti apa kartu nama saya,

what my business card looked like,

I couldn't tell if this was my card or not,

saya tak bisa mengenali apakah ini

kartu saya atau bukan karena yang bisa saya lihat hanya pixel-pixel.

because all I could see were pixels.

And the pixels of the words blended with the pixels of the background

Dan pixel-pixel tulisan itu bercampur

dengan pixel dari latar belakang dan pixel dari simbol-simbol,

and the pixels of the symbols, and I just couldn't tell.

dan saya tak bisa membedakannya.

And then I would wait for what I call a wave of clarity.

Lalu saya akan menunggu apa yang saya sebut ombak pencerahan.

And in that moment, I would be able to reattach to normal reality

Dan saat itu, saya akan bisa untuk

bergabung kembali ke realitas normal dan saya bisa mengenali

and I could tell that's not the card... that's not the card.

itu bukan kartunya ... itu bukan kartunya ... itu bukan kartunya.

Saya memerlukan 45 menit untuk menyelesaikan satu inci

It took me 45 minutes to get one inch down inside of that stack of cards.

dari tumpukan kartu-kartu itu.

In the meantime, for 45 minutes,

Sementara itu, selama 45 menit, pendarahannya

the hemorrhage is getting bigger in my left hemisphere.

membesar di bagian kiri otak saya.

I do not understand numbers, I do not understand the telephone,

Saya tidak mengerti angka-angka. Saya tidak mengerti telepon,

but it's the only plan I have.

tapi itu satu-satunya rencana yang saya punya.

So I take the phone pad and I put it right here.

Jadi saya ambil pesawat telepon dan saya taruh di sini. Saya ambil kartu nama,

I take the business card, I put it right here,

saya taruh di sini, dan

and I'm matching the shape of the squiggles on the card

saya cocokkan bentuk dari tulisan keriting di kartu nama

to the shape of the squiggles on the phone pad.

dengan bentuk tulisan keriting di tombol telepon.

But then I would drift back out into La La Land,

Tapi kemudian saya akan kembali ke La La Land,

and not remember when I came back if I'd already dialed those numbers.

dan tak ingat saat saya sadar lagi apakah saya sudah

memencet nomor-nomor itu.

So I had to wield my paralyzed arm like a stump

Jadi saya harus memegang tangan saya yang lumpuh seperti balok

and cover the numbers as I went along and pushed them,

dan menutupi nomor-nomor selagi saya menekan

tombol-tombol itu, agar saat saya kembali realitas sebenarnya

so that as I would come back to normal reality,

saya bisa berkata, "Ya, saya sudah menekan nomor itu."

I'd be able to tell, "Yes, I've already dialed that number."

Eventually, the whole number gets dialed and I'm listening to the phone,

Akhirnya, semua nomor sudah ditekan

dan saya mendengarkan teleponnya, dan

and my colleague picks up the phone and he says to me,

rekan kerja saya mengangkat telepon dan ia berkata pada saya,

"Woo woo woo woo." (Laughter)

"Woo woo woo woo." (Tawa) Dan saya berpikir,

(Laughter)

And I think to myself,

"Ya ampun, ia terdengar seperti anjing Golden Retriever!"

"Oh my gosh, he sounds like a Golden Retriever!"

(Laughter)

And so I say to him -- clear in my mind, I say to him:

Dan saya katakan padanya -- dengan jelas dalam pikiran saya, saya bilang:

"This is Jill! I need help!"

"Ini Jill! Saya butuh pertolongan!"

And what comes out of my voice is, "Woo woo woo woo woo."

Dan suara yang keluar dari mulut saya adalah, "Woo woo woo woo."

I'm thinking, "Oh my gosh, I sound like a Golden Retriever."

Saya berpikir, "Ya ampun, saya terdengar seperti Golden Retriever."

Jadi saya tak bisa mengerti -- saya tak tahu kalau

So I couldn't know -- I didn't know

that I couldn't speak or understand language until I tried.

saya tak bisa bicara atau mengerti bahasa sampai saya coba sendiri.

So he recognizes that I need help and he gets me help.

Lalu dia sadar kalau saya perlu bantuan dan dia carikan saya bantuan.

Dan beberapa saat kemudian, saya dibawa di dalam

And a little while later, I am riding in an ambulance

ambulans dari satu rumah sakit dari Boston ke [Massachusetts] General Hospital

from one hospital across Boston to [Massachusetts] General Hospital.

Dan saya meringkuk seperti janin kecil.

And I curl up into a little fetal ball.

Dan seperti balon dengan sisa udara terakhir,

And just like a balloon with the last bit of air,

yang hampir keluar dari balon,

just right out of the balloon,

saya merasa energi saya melayang dan lalu -- saya merasa jiwa saya menyerah.

I just felt my energy lift and just I felt my spirit surrender.

Dan pada saat itu, saya tahu kalau saya

And in that moment, I knew that I was no longer the choreographer of my life.

bukan lagi koreografer kehidupan saya.

And either the doctors rescue my body and give me a second chance at life,

Dan juga bukan para dokter yang menyelamatkan tubuh saya dan memberi saya

kesempatan kedua untuk hidup, atau mungkin ini adalah

or this was perhaps my moment of transition.

waktu transisi saya.

When I woke later that afternoon,

Waktu saya bangun pada siang harinya, saya kaget

I was shocked to discover that I was still alive.

waktu menemukan bahwa saya masih hidup. Saat saya rasa jiwa saya menyerah,

When I felt my spirit surrender, I said goodbye to my life.

saya ucapkan selamat tinggal pada hidup saya.

And my mind was now suspended

Dan pikiran saya saat itu terperangkap di antara dua

between two very opposite planes of reality.

bentuk kenyataan yang berlawanan. Rangsangan yang memasuki

Stimulation coming in through my sensory systems

sistem penginderaan saya terasa seperti rasa sakit.

felt like pure pain.

Light burned my brain like wildfire,

Cahaya membakar otak saya seperti kebakaran, dan suara-suara

and sounds were so loud and chaotic

terdengar sangat keras dan kacau sampai saya tak bisa

that I could not pick a voice out from the background noise,

memisahkan satu ucapan dari bunyi di sekitarnya,

and I just wanted to escape.

dan saya cuma ingin melarikan diri. Karena saya tak bisa menentukan

Because I could not identify the position of my body in space,

posisi tubuh saya dalam ruang, saya merasa besar dan luas,

I felt enormous and expansive,

seperti jin yang baru terbebaskan dari botolnya.

like a genie just liberated from her bottle.

Dan jiwa saya terbang bebas, seperti seekor ikan paus

And my spirit soared free,

like a great whale gliding through the sea of silent euphoria.

melayang dalam lautan eforia yang sunyi.

Nirvana.

Surga. Saya temukan Surga. Dan saya ingat waktu itu saya berpikir,

I found Nirvana.

And I remember thinking,

there's no way I would ever be able to squeeze the enormousness of myself

saya tak akan pernah bisa menyumpalkan

diri yang begitu besar ini untuk masuk ke tubuh yang kecil mungil ini.

back inside this tiny little body.

But then I realized, "But I'm still alive!

Tapi lalu saya sadar, "Tapi saya masih hidup! Saya masih hidup,

I'm still alive, and I have found Nirvana.

dan saya sudah menemukan Surga. Dan kalau saya sudah

And if I have found Nirvana and I'm still alive,

menemukan Surga dan masih hidup, berarti semua orang

then everyone who is alive can find Nirvana."

yang hidup bisa menemukan Surga." Dan saya bayangkan dunia

And I pictured a world

filled with beautiful, peaceful, compassionate, loving people

dipenuhi dengan manusia rupawan, damai, mengasihi,

mencintai, dan mereka tahu kalau mereka bisa datang ke

who knew that they could come to this space at any time.

tempat ini kapan saja. Dan mereka bisa

And that they could purposely choose

dengan sengaja memilih untuk melangkah ke bagian kanan atau

to step to the right of their left hemispheres --

bagian kiri otak mereka dan menemukan kedamaian ini. Dan kemudian

and find this peace.

And then I realized

saya menyadari pengalaman ini bisa menjadi hadiah yang begitu besar

what a tremendous gift this experience could be,

bisa menjadi suatu pencerahan,

what a stroke of insight this could be to how we live our lives.

bagi cara kita menjalani hidup. Dan itu mendorong saya untuk sembuh.

And it motivated me to recover.

Two and a half weeks after the hemorrhage, the surgeons went in,

Dua setengah minggu setelah pendarahan itu,

para ahli bedah mengoperasi saya dan membuang segumpal darah

and they removed a blood clot the size of a golf ball

sebesar bola golf yang menekan pengontrol bahasa saya.

that was pushing on my language centers.

Di sini saya dengan mama saya,

Here I am with my mama,

who is a true angel in my life.

seorang malaikat sejati di hidup saya. Saya perlu 8 tahun untuk sembuh total.

It took me eight years to completely recover.

So who are we?

Jadi siapakah kita? Kita adalah kekuatan kehidupan di jagad raya ini,

We are the life-force power of the universe,

dengan kecekatan bergerak dan dua pikiran kognitif.

with manual dexterity and two cognitive minds.

Dan kita mempunyai kemampuan untuk memilih, dari waktu ke waktu,

And we have the power to choose, moment by moment,

jadi siapa dan bagaimana kita hidup di dunia.

who and how we want to be in the world.

Right here, right now,

Di sini, sekarang, saya bisa masuk ke dalam

I can step into the consciousness of my right hemisphere, where we are.

kesadaran bagian otak kanan saya, di mana kita,

I am the life-force power of the universe.

dan saya, adalah kekuatan daya kehidupan dari jagad raya.

I am the life-force power

Saya adalah kekuatan daya kehidupan 50 triliun molekul indah

of the 50 trillion beautiful molecular geniuses that make up my form,

dan jenius yang meyusun bentuk saya, menyatu dengan segalanya.

at one with all that is.

Or, I can choose to step into the consciousness of my left hemisphere,

Atau saya bisa memilih untuk masuk ke dalam kesadaran

bagian kiri otak saya, di mana saya menjadi satu individu,

where I become a single individual, a solid.

benda padat. Terpisah dari arus,

Separate from the flow, separate from you.

terpisah dari anda. Saya adalah Dr. Jill Bolte Taylor:

I am Dr. Jill Bolte Taylor:

intellectual, neuroanatomist.

cendekiawan, ahli anatomi syaraf. Ini adalah "kita" di dalam saya.

These are the "we" inside of me.

Which would you choose?

Mana yang akan anda pilih? Mana yang anda pilih? Dan kapan?

Which do you choose?

And when?

Saya percaya bahwa semakin banyak kita menghabiskan waktu

I believe that the more time we spend

choosing to run the deep inner-peace circuitry

memilih menjalankan sirkut kedamaian dalam hati

of our right hemispheres,

yang ada di otak kanan, makin banyak kedamaian yang

the more peace we will project into the world,

kita pancarkan ke dunia, dan akan semakin damailah planet kita.

and the more peaceful our planet will be.

Dan saya pikir ini adalah ide yang pantas untuk disebarkan.

And I thought that was an idea worth spreading.

Thank you.

(Applause)