A kinder, gentler philosophy of success | Alain de Botton

Translator: Inge Maskun Reviewer: Abdi Christia

For me they normally happen, these career crises,

Buatku, semua krisis karir yang kualami

often, actually, on a Sunday evening,

seringkali, sebetulnya, terjadi di Minggu malam,

just as the sun is starting to set,

saat matahari mulai terbenam,

and the gap between my hopes for myself and the reality of my life

saat aku menyadari bahwa harapan

dan realitas hidupku sudah berada di dua kutub yang berbeda

starts to diverge so painfully

that I normally end up weeping into a pillow.

biasanya aku lalu meratap di atas bantal.

I'm mentioning all this --

Hal ini,

I'm mentioning all this because I think this is not merely a personal problem;

bukanlah semata-mata merupakan masalahku saja.

you may think I'm wrong in this,

Bisa jadi, dalam hal ini Anda pikir aku keliru.

but I think we live in an age when our lives are regularly punctuated

Masalahnya, era kehidupan kita ini secara teratur

ditandai dengan banyaknya krisis karir,

by career crises, by moments when what we thought we knew --

sekaligus dengan kesadaran

about our lives, about our careers --

bahwa hidup dan karir tersebut

comes into contact with a threatening sort of reality.

sedang dihadapkan pada sebuah realitas yang penuh tantangan.

It's perhaps easier now than ever before to make a good living.

Bisa jadi, mencari nafkah itu lebih mudah sekarang dibanding dulu.

It's perhaps harder than ever before

Yang sulit adalah

to stay calm, to be free of career anxiety.

memiliki kehidupan yang tenang dan bebas dari rasa was-was tentang karir.

I want to look now, if I may, at some of the reasons

Mari kita telusuri

alasan kenapa

why we might be feeling anxiety about our careers.

kita bisa merasa was-was tentang karir kita.

Why we might be victims of these career crises,

Kenapa kita merasa jadi korban banyaknya krisis karir,

as we're weeping softly into our pillows.

sehingga kita perlu meratapinya.

One of the reasons why we might be suffering

Salah satu alasannya

is that we are surrounded by snobs.

adalah karena kita dikelilingi oleh banyak orang yang sok.

In a way, I've got some bad news,

Ada satu anggapan,

particularly to anybody who's come to Oxford from abroad.

khususnya menurut orang yang datang ke Oxford dari negeri lain.

There's a real problem with snobbery,

Ada satu problema nyata berkaitan dengan urusan sok ini.

because sometimes people from outside the U.K.

Terkadang, buat mereka yang datang dari luar U.K.

imagine that snobbery is a distinctively U.K. phenomenon,

masalah sok ini dianggap fenomena khas Inggris,

fixated on country houses and titles.

seperti halnya gelar dan rumah khas gaya Inggris.

The bad news is that's not true.

Ini anggapan yang keliru.

Snobbery is a global phenomenon; we are a global organization,

Masalah sok atau kesombongan itu adalah fenomena global.

this is a global phenomenon.

Kita bagian dari lembaga global. Jadi ini merupakan fenomena global.

What is a snob?

Nyata ada. Apakah tandanya orang yang SOK?

A snob is anybody who takes a small part of you,

Orang yang sok mengambil kesimpulan total tentang seseorang

and uses that to come to a complete vision of who you are.

berdasarkan pemahaman yang sepintas atau sedikit tentang orang tersebut.

That is snobbery.

Itulah yang disebut sok, sok tahu.

The dominant kind of snobbery that exists nowadays is job snobbery.

Contoh sok yang paling banyak

kita amati saat ini berkaitan dengan pekerjaan.

You encounter it within minutes at a party, when you get asked

Di acara kumpul-kumpul, kita pasti bisa langsung merasakan hal ini

saat pertanyaan khas

that famous iconic question of the early 21st century,

abad ke-21 dilemparkan ke kita, “Anda kerja di mana?”

"What do you do?"

According to how you answer that question,

Tergantung pada jawaban yang Anda berikan

people are either incredibly delighted to see you,

mereka bisa jadi sangat gembira bertemu Anda

or look at their watch and make their excuses.

atau mereka buru-buru mencari alasan buat menghindar.

(Laughter)

(Tawa)

Now, the opposite of a snob is your mother.

Nah, kebalikannya dari sok = ibu Anda.

(Laughter)

(Tawa)

Not necessarily your mother, or indeed mine,

Bukan ibu Anda atau ibu saya dalam arti sesungguhnya.

but, as it were, the ideal mother,

Melainkan sosok ideal seorang ibu.

somebody who doesn't care about your achievements.

Seseorang yang tidak mempermasalahan prestasi Anda.

Unfortunately, most people are not our mothers.

Susahnya, mayoritas orang-orang itu bukanlah ibu kita.

Most people make a strict correlation between how much time,

Kebanyakan orang bertindak, menyediakan waktunya,

and if you like, love --

atau menunjukkan rasa kasih, bahkan

not romantic love, though that may be something --

bisa jadi rasa cinta yang romantis

but love in general, respect -- they are willing to accord us,

sekaligus rasa hormat mereka pada kita,

semata-mata berdasarkan

that will be strictly defined by our position in the social hierarchy.

posisi kita dalam tingkatan masyarakat.

And that's a lot of the reason why we care so much about our careers

Itulah sebab-sebab kita sangat memperhatikan karir kita.

and indeed start caring so much about material goods.

Kita kelewat mendewakan urusan materi.

You know, we're often told that we live in very materialistic times,

Banyak orang beranggapan bahwa kita hidup dalam era yang sangat materialistis,

that we're all greedy people.

bahwa kita semua serakah.

I don't think we are particularly materialistic.

Tapi sebetulnya aku pikir kita tidak gila materi.

I think we live in a society which has simply pegged certain emotional rewards

Kita hidup dalam masyarakat

yang mengaitkan kepuasan emosi

to the acquisition of material goods.

dengan kepemilikan materi duniawi.

It's not the material goods we want; it's the rewards we want.

Bukan materinya sebetulnya yang kita inginkan. Tapi kepuasannya, ganjarannya.

It's a new way of looking at luxury goods.

Begitulah cara kita menghayati kemewahan.

The next time you see somebody driving a Ferrari, don't think,

Kalau nanti Anda melihat seseorang mengendarai Ferrari

janganlah berpikir, “Orang ini serakah.”

"This is somebody who's greedy."

Think, "This is somebody who is incredibly vulnerable and in need of love."

Berpikirlah, “Ini orang yang sangat rapuh dan perlu memerlukan kasih.”

Dengan kata lain -- (Tawa)

(Laughter)

Feel sympathy, rather than contempt.

bersimpatilah, jangan dicela.

There are other reasons --

Ada alasan lainnya --

(Laughter)

(Tawa)

There are other reasons why it's perhaps harder now to feel calm than ever before.

Alasan kenapa sekarang ini lebih sulit buat kita

untuk merasakan ketenangan dibanding dulu.

One of these, and it's paradoxical,

Salah satunya, bertolak belakang sebetulnya, karena ini berkaitan dengan sesuatu yang menyenangkan,

because it's linked to something that's rather nice,

yaitu harapan yang kita miliki tentang karir kita.

is the hope we all have for our careers.

Never before have expectations been so high

Ekspektasi kita begitu tingginya

about what human beings can achieve with their lifespan.

terhadap apa yang bisa kita capai sepanjang hidup kita.

We're told, from many sources, that anyone can achieve anything.

Banyak orang, dari berbagai sumber, mengatakan bahwa siapapun bisa mencapai apapun.

We've done away with the caste system,

Sistem kasta sudah lenyap.

we are now in a system where anyone can rise to any position they please.

Kita sekarang berada di suatu sistem di mana siapapun bisa meraih

posisi apapun yang mereka inginkan.

And it's a beautiful idea.

Ide yang indah sekali.

Along with that is a kind of spirit of equality;

Sejalan dengan itu juga ada semangat sama rata. Kita semua pada dasarnya sejajar.

we're all basically equal.

There are no strictly defined hierarchies.

Tidak ada

garis hirarki yang mencolok.

There is one really big problem with this,

Sayangnya, ada satu masalah besar yang perlu diamati,

and that problem is envy.

yaitu masalah iri/cemburu.

Envy, it's a real taboo to mention envy,

Iri hati, sangat tabu untuk dibicarakan,

but if there's one dominant emotion in modern society, that is envy.

meskipun ini merupakan unsur emosi yang paling menonjol dalam masayarakat modern.

And it's linked to the spirit of equality.

Dan hal ini berkaitan dengan semangat sama rata tadi. Begini penjelasannya.

Let me explain.

I think it would be very unusual for anyone here, or anyone watching,

Aku pikir akan sangat aneh bagi kalian yang hadir di sini, atau yang menonton video ini,

to be envious of the Queen of England.

untuk merasa iri terhadap Ratu Inggris.

Even though she is much richer than any of you are,

meskipun beliau jauh lebih kaya dari kalian.

and she's got a very large house,

Rumahnya pun ekstra besar.

the reason why we don't envy her is because she's too weird.

Alasan kenapa kita tidak iri padanya adalah karena beliau kelewat aneh.

(Laughter)

She's simply too strange.

Ajaiblah pokoknya.

We can't relate to her, she speaks in a funny way,

Kita 'tidak sambung' dengannya. Cara bicaranya pun lucu.

she comes from an odd place.

Beliau datang dari tempat yang berbeda dengan kita.

So we can't relate to her,

Jadi kita 'tidak sambung' dengan beliau. Ketika kita tidak bisa menyambungkan diri kita dengan seseorang, kita tidak iri terhadap mereka.

and when you can't relate to somebody, you don't envy them.

The closer two people are -- in age, in background,

Dalam proses identifikasi ini, makin dekat hubungan seseorang dengan lainnya, dalam hal usia atau latar belakang,

in the process of identification -- the more there's a danger of envy,

maka semakin besarlah peluang adanya rasa iri.

which is incidentally why none of you should ever go to a school reunion,

Makanya, reuni sekolah sebaiknya dihindari saja.

Sebab mereka yang berasal dari sekolah yang sama bisa dianggap

because there is no stronger reference point than people one was at school with.

tak punya perbedaan yang mencolok.

The problem of modern society is it turns the whole world into a school.

Sulitnya, dalam masyarakat yang modern, seluruh dunia terasa berada dalam

Everybody's wearing jeans, everybody's the same.

satu sekolah. Semuanya pakai jins, semuanya serupa.

And yet, they're not.

Padahal sebetulnya mereka berbeda.

So there's a spirit of equality combined with deep inequality,

Jadi terdapat semangat persamaan tapi sekaligus juga ada perbedaan mendalam.

which can make for a very stressful situation.

Betul-betul bikin stres.

It's probably as unlikely that you would nowadays

Di masa kini, peluang seseorang bisa

become as rich and famous as Bill Gates,

menjadi sekaya dan seterkenal Bill Gates

as it was unlikely in the 17th century

sama kecilnya dengan peluang seseorang yang hidup di abad ke-17

that you would accede to the ranks of the French aristocracy.

untuk masuk ke lingkungan ningrat Perancis.

But the point is, it doesn't feel that way.

Tapi kenyataannya, tidak terasa begitu.

It's made to feel, by magazines and other media outlets,

Kenyataannya, menurut majalah dan banyak media massa,

that if you've got energy, a few bright ideas about technology, a garage --

kalau Anda punya energi, beberapa ide cemerlang tentang teknologi,

sebuah garasi, Andapun bisa memulai sesuatu yang akbar.

you, too, could start a major thing.

(Laughter)

(Tawa)

The consequences of this problem make themselves felt in bookshops.

Konsekuensinya bisa kita lihat melalui banyak toko buku.

When you go to a large bookshop and look at the self-help sections,

Kalau Anda pergi ke toko buku yang besar dan menengok bagian “self-help” (swadaya),

as I sometimes do --

itu kadang aku lakukan,

if you analyze self-help books produced in the world today,

bila Anda analisa buku-buku sejenis yang dicetak

di dunia saat ini, pada dasarnya ada dua macam.

there are basically two kinds.

The first kind tells you, "You can do it! You can make it! Anything's possible!"

Yang pertama mengatakan “Anda bisa! Anda mampu! Segalanya mungkin!”

Yang berikutnya menunjukkan bagaimana cara mengatasi

The other kind tells you how to cope with what we politely call "low self-esteem,"

“rasa rendah-diri”

or impolitely call, "feeling very bad about yourself."

atau “merasa diri tidak berguna”.

There's a real correlation

Ada korelasi yang jelas sekali

between a society that tells people that they can do anything,

antara masyarakat yang mengatakan bahwa kita bisa melakukan apa saja

and the existence of low self-esteem.

dengan keberadaan rasa rendah-diri.

So that's another way in which something quite positive can have a nasty kickback.

Inilah satu bukti lagi bahwa sesuatu yang positif

bisa berakibat negatif.

There is another reason why we might be feeling more anxious --

Ada satu alasan lainnya kenapa kita bisa merasa was-was

about our careers, about our status in the world today, than ever before.

tentang karir kita, dan status kita di dunia saat ini, jauh lebih parah dibanding dulu.

And it's, again, linked to something nice.

Lagi-lagi, hal ini berkaitan dengan sesuatu yang baik.

And that nice thing is called meritocracy.

yang disebut meritokrasi.

Everybody, all politicians on Left and Right,

Semua orang, politikus yang liberal maupun konservatif,

agree that meritocracy is a great thing,

setuju bahwa meritokrasi adalah sesuatu yang luar biasa,

and we should all be trying to make our societies really, really meritocratic.

dan kita semua harus berusaha menciptakan masyarakat yang betul-betul meritokratis.

In other words -- what is a meritocratic society?

Apakah masyarakat meritokrasi itu?

A meritocratic society is one in which, if you've got talent and energy and skill,

Masyarakat meritokrasi adalah masyarakat yang memberikan peluang

pada mereka yang punya bakat, energi dan keahlian,

you will get to the top, nothing should hold you back.

untuk meraih sukses. Tak ada apapun yang bisa menghambat.

It's a beautiful idea.

Ide yang baik sekali. Masalahnya,

The problem is, if you really believe in a society

kalau Anda percaya pada masyarakat yang menganggap

where those who merit to get to the top, get to the top,

bahwa mereka yang layak sukses, jadi sukses,

you'll also, by implication, and in a far more nasty way,

maka Andapun percaya, kasarnya,

believe in a society where those who deserve to get to the bottom

pada masyarakat yang menganggap mereka yang tidak berusaha keras

also get to the bottom and stay there.

akan gagal dan selamanya gagal.

In other words, your position in life comes to seem not accidental,

Artinya, posisi Anda dalam kehidupan tidak punya unsur kebetulan,

but merited and deserved.

melainkan berdasarkan apa yang wajar dan layak Anda terima.

And that makes failure seem much more crushing.

Hal itu membuat kegagalan terlihat makin parah.

You know, in the Middle Ages, in England,

Di Abad Pertengahan, di Inggris,

when you met a very poor person,

bila Anda bertemu orang yang sangat miskin,

that person would be described as an "unfortunate" --

orang itu disebut orang yang "tak beruntung"

literally, somebody who had not been blessed by fortune, an unfortunate.

Secara harafiah, orang yang tidak dikaruniai keberuntungan, malang.

Nowadays, particularly in the United States,

Di masa sekarang, terutama di Amerika Serikat,

if you meet someone at the bottom of society,

bila Anda bertemu seseorang yang berasal dari kelas bawah,

they may unkindly be described as a "loser."

mereka bisa jadi disebut “pecundang.”

There's a real difference between an unfortunate and a loser,

Ada perbedaan nyata antara “tak beruntung” dengan “pecundang.”

and that shows 400 years of evolution in society

Terbukti melalui evolusi masyarakat selama 400 tahun,

and our belief in who is responsible for our lives.

dan anggapan kita tentang siapa yang bertanggung jawab atas kehidupan kita.

It's no longer the gods, it's us. We're in the driving seat.

Bukan dewa atau Yang Maha Kuasa, tetapi kita. Kitalah yang bertanggung jawab.

That's exhilarating if you're doing well,

Menyenangkan sekali kalau Anda berhasil,

and very crushing if you're not.

sangat menyakitkan kalau Anda gagal.

It leads, in the worst cases --

Contoh paling jelek, sesuai analisa ahli sosiologi

in the analysis of a sociologist like Emil Durkheim --

sesuai Emil Durkheim, ini merupakan penyebab meningkatnya angka bunuh diri.

it leads to increased rates of suicide.

There are more suicides in developed, individualistic countries

Bunuh diri lebih banyak terjadi di negara-negara maju yang masyarakatnya individualis

than in any other part of the world.

dibandingkan bagian lainnya di dunia.

And some of the reason for that

Alasannya karena apa yang menimpa hidup mereka dianggap sebagai

is that people take what happens to them extremely personally --

kekecewaan pribadi.

they own their success, but they also own their failure.

Sukses adalah upaya mereka sendiri. Demikian juga dengan kegalalan.

Is there any relief from some of these pressures

Apakah ada titik terang dari semua beban mental

that I've been outlining?

yang barusan aku jabarkan ini?

I think there is.

Tentu saja ada. Coba aku jelaskan beberapa di antaranya.

I just want to turn to a few of them.

Let's take meritocracy.

Coba kita tilik soal meritokrasi.

This idea that everybody deserves to get where they get to,

Ide yang menganggap setiap orang berhak meraih apa yang dia inginkan.

I think it's a crazy idea, completely crazy.

Ini sih ide yang benar-benar gila menurutku.

I will support any politician of Left and Right,

Aku akan dukung politikus yang liberal maupun konservatif,

with any halfway-decent meritocratic idea;

yang punya ide meritokrasi yang biasa2 saja.

I am a meritocrat in that sense.

Aku termasuk seorang meritokratis.

But I think it's insane to believe

Tapi aku rasa mustahil kita bisa

that we will ever make a society that is genuinely meritocratic;

menciptakan masyarakat meritokratis yang sejati. Tak masuk akal pokoknya.

it's an impossible dream.

The idea that we will make a society where literally everybody is graded,

Gagasan bahwa ada masyarakat

di mana warganya dikelompokkan berdasarkan

the good at the top, bad at the bottom,

yang bagus di atas dan yang jelek di bawah,

exactly done as it should be, is impossible.

dan semuanya bisa berjalan sesuai aturan, sangatlah mustahil.

There are simply too many random factors:

Ada terlalu banyak faktor tak terduga,

accidents, accidents of birth,

misalnya, kecelakaan saat kelahiran,

accidents of things dropping on people's heads, illnesses, etc.

cedera di kepala, penyakit, dll.

We will never get to grade them,

Sangatlah mustahil kita bisa mengelompokkan orang-orang itu

never get to grade people as they should.

dengan semestinya.

I'm drawn to a lovely quote by St. Augustine in "The City of God,"

Ada satu kutipan bagus sekali dari Santo Agustinus dalam “Kota Tuhan,”

where he says, "It's a sin to judge any man by his post."

dia mengatakan "Adalah berdosa menghakimi seseorang berdasarkan jabatannya.”

In modern English that would mean

Di zaman Inggris yang modern seperti sekarang,

it's a sin to come to any view of who you should talk to,

adalah berdosa bila kita memilih bergaul dengan orang

berdasarkan apa yang tertera di atas kartu namanya.

dependent on their business card.

It's not the post that should count.

Bukan jabatannya yang penting.

According to St. Augustine, only God can really put everybody in their place;

Seperti kata Santo Agustinus,

cuma Tuhanlah yang berhak menentukan takdir seseorang.

he's going to do that on the Day of Judgment,

Dan ini akan terjadi di hari kiamat,

with angels and trumpets, and the skies will open.

di antara bidadari, terompet dan langit yang terbuka lebar.

Insane idea, if you're a secularist person, like me.

Ide gila kan? Apalagi kalau Anda seorang yang sekuler seperti saya.

But something very valuable in that idea, nevertheless.

Meski demikian, ide ini bolehlah dianggap sesuatu yang berharga.

Jadi, janganlah cepat-cepat menghakimi seseorang.

In other words, hold your horses when you're coming to judge people.

You don't necessarily know what someone's true value is.

Sebab Anda belum tentu tahu nilai sesungguhnya dari setiap pribadi.

That is an unknown part of them,

Itulah rahasia yang kita tidak ketahui.

and we shouldn't behave as though it is known.

Dan kita tidak boleh berlagak tahu.

There is another source of solace and comfort for all this.

Ada kelegaan tersendiri kalau kita bisa menerima hal ini dengan lapang dada.

When we think about failing in life, when we think about failure,

Saat kita berpikir tentang noda dalam hidup, atau kegagalan,

one of the reasons why we fear failing

salah satu sebab kenapa kita takut mengalami kegagalan bukanlah

is not just a loss of income, a loss of status.

karena kita takut kehilangan nafkah, atau status.

What we fear is the judgment and ridicule of others.

Yang kita takutkan sebetulnya adalah pendapat dan cemooh orang lain. Ada memang.

And it exists.

The number one organ of ridicule, nowadays, is the newspaper.

Alat untuk cemooh nomor satu

di zaman sekarang ini adalah surat kabar.

If you open the newspaper any day of the week,

Kalau Anda membaca surat kabar, di hari apa pun,

it's full of people who've messed up their lives.

isinya penuh dengan orang yang hidupnya kacau-balau.

They've slept with the wrong person, taken the wrong substance,

Yang berselingkuhlah. Yang kecanduanlah.

passed the wrong piece of legislation --

Yang salah mengambil keputusanlah. Apapun beritanya.

whatever it is, and then are fit for ridicule.

Memang pas dijadikan bahan cemoohan.

In other words, they have failed. And they are described as "losers."

Artinya, mereka gagal. Dan mereka lalu dicap sebagai pecundang.

Now, is there any alternative to this?

Adakah alternatif lain dari contoh ini?

I think the Western tradition shows us one glorious alternative, which is tragedy.

Dalam tradisi Dunia Barat hal ini secara kerennya

disebut tragedi.

Tragic art, as it developed in the theaters of ancient Greece,

Seni Tragis, seperti terlihat melalui teater Yunani kuno,

in the fifth century B.C., was essentially an art form

abad ke-5 SM, pada dasarnya merupakan jenis kesenian

devoted to tracing how people fail,

yang dikhususkan untuk mengusut kenapa mereka gagal.

and also according them a level of sympathy,

Sekaligus memberi simpati pada mereka.

which ordinary life would not necessarily accord them.

Sesuatu yang tidak mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.

A few years ago, I was thinking about this,

Beberapa tahun yang lalu, saat aku terpikir soal ini,

and I went to "The Sunday Sport,"

aku pergi ke kantor "The Sunday Sport,"

a tabloid newspaper I don't recommend you start reading

Koran Kuning yang aku sarankan jangan dibaca,

if you're not familiar with it already.

kecuali Anda sudah doyan membacanya.

(Laughter)

Aku menemui mereka untuk membicarakan

And I went to talk to them

about certain of the great tragedies of Western art.

soal tragedi-tragedi akbar di bidang seni di dunia Barat.

I wanted to see how they would seize the bare bones of certain stories,

Aku penasaran ingin tahu bagaimana cara mereka menelanjangi

berita-berita tertentu yang masuk

if they came in as a news item at the news desk on a Saturday afternoon.

ke meja redaksi di Sabtu sore.

I mentioned Othello; they'd not heard of it but were fascinated.

Aku ceritakan soal Othello. Mereka belum pernah mendengar cerita ini, dan agaknya cukup terkesima.

(Laughter)

(Tawa)

I asked them to write a headline for the story.

Lalu aku minta mereka menuliskan judul kisah Othello ini.

They came up with "Love-Crazed Immigrant Kills Senator's Daughter."

Yang keluar adalah “Imigran yang Mabuk Cinta Membunuh Putri Senator”.

Splashed across the headline.

sebagai judulnya.

I gave them the plotline of Madame Bovary.

Lalu aku berikan inti kisah “Madame Bovary”.

Again, a book they were enchanted to discover.

Lagi-lagi, mereka terpesona menemukan buku ini.

And they wrote "Shopaholic Adulteress Swallows Arsenic After Credit Fraud."

Judul yang mereka tulis adalah “Pezinah yang Gila Belanja Meneguk Racun Gara-gara Penipuan Kartu Kredit.”

(Laughter)

(Tawa)

And then my favorite --

Tapi favoritku adalah --

they really do have a kind of genius of their own, these guys --

-- benar-benar jenius deh mereka ini --

my favorite is Sophocles' Oedipus the King:

berita Sophocles adalah favoritku, judulnya “Oedipus, Sang Raja."

"Sex With Mum Was Blinding."

"Seks dengan Ibu Membutakan"

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

In a way, if you like, at one end of the spectrum of sympathy,

Kesimpulannya, di satu sisi dari spektrum simpati ini adalah

you've got the tabloid newspaper.

koran kuning.

At the other end of the spectrum, you've got tragedy and tragic art.

Di sisi lainnya adalah tragedi atau seni tragis.

And I suppose I'm arguing that we should learn a little bit

Dan rasanya, ada baiknya kita pahami sedikit

about what's happening in tragic art.

apa sebenarnya yang terjadi dalam seni tragis itu.

It would be insane to call Hamlet a loser.

Tidaklah tepat kita menganggap Hamlet pecundang.

He is not a loser, though he has lost.

Dia bukan pecundang, meskipun dia telah kalah dan kehilangan.

And I think that is the message of tragedy to us,

Itulah pesan sebuah tragedi,

and why it's so very, very important, I think.

sesuatu yang amat penting untuk kita pahami.

The other thing about modern society and why it causes this anxiety,

Hal lain yang berkaitan dengan masyarakat modern,

yang menyebabkan adanya rasa was-was,

is that we have nothing at its center that is non-human.

adalah karena semuanya berkaitan dengan unsur manusia.

We are the first society to be living in a world

Kitalah masyarakat pertama yang hidup di dunia ini

where we don't worship anything other than ourselves.

yang tak memuja hal lainnya kecuali diri sendiri.

We think very highly of ourselves, and so we should;

Kita sangat mengagungkan diri sendiri. Memang harusnya begitu.

we've put people on the Moon, done all sorts of extraordinary things.

Kita berhasil membawa orang ke bulan. Kita berhasil melakukan banyak hal yang luar biasa.

Makanya wajarlah kalau kita memuja diri sendiri.

And so we tend to worship ourselves. Our heroes are human heroes.

Pahlawan kita adalah manusia.

That's a very new situation.

Ini fenomena baru.

Most other societies have had, right at their center,

Di banyak masyarakat lainnya, yang jadi fokus utamanya,

the worship of something transcendent: a god, a spirit, a natural force,

mereka memuja sesuatu yang maha besar.

Dewa, arwah, kekuatan alami, alam semesta.

the universe, whatever it is -- something else that is being worshiped.

Sesuatu yang lain, mereka memuja sesuatu di luar diri mereka sendiri.

We've slightly lost the habit of doing that,

Kita sedikitnya sudah melupakan kebiasaan ini.

which is, I think, why we're particularly drawn to nature.

Mungkin itulah sebabnya kita tertarik pada alam.

Bukan demi kesehatan, meskipun seringkali kelihatannya begitu,

Not for the sake of our health, though it's often presented that way,

melainkan karena pelarian, menjauhkan diri dari sarang manusia.

but because it's an escape from the human anthill.

It's an escape from our own competition,

Pelarian dari persaingan kita,

and our own dramas.

dari drama kehidupan kita.

And that's why we enjoy looking at glaciers and oceans,

Makanya kita suka menikmati gletser dan samudra,

and contemplating the Earth from outside its perimeters, etc.

membayangkan sesuatu yang berada di luar alam semesta.

We like to feel in contact with something that is non-human,

Kita ingin punya kontak dengan sesuatu yang bukan manusia.

and that is so deeply important to us.

Buat kita inilah sesuatu yang amat penting.

What I think I've been talking about really is success and failure.

Begitulah penjelasanku tentang sukses dan kegagalan.

And one of the interesting things about success

Ada satu hal yang menarik kalau kita bicara soal sukses,

is that we think we know what it means.

kita merasa kita tahu apa artinya sukses.

If I said that there's somebody behind the screen who's very successful,

Kalau aku bilang bahwa di balik layar itu

ada seseorang yang sangat sangat sukses, maka ada gambaran tertentu yang lalu muncul di benak Anda.

certain ideas would immediately come to mind.

You'd think that person might have made a lot of money,

Mungkin Anda pikir orang tersebut sangat kaya,

terkenal dalam bidang tertentu.

achieved renown in some field.

My own theory of success --

Teoriku tentang sukses,

I'm somebody who's very interested in success,

--terus terang aku sangat tertarik pada konsep ini-- adalah karena aku ingin sekali jadi sukses.

I really want to be successful,

always thinking, how can I be more successful?

Aku selalu berpikir “Bagaimana caranya jadi semakin sukses?”

But as I get older, I'm also very nuanced about what that word "success" might mean.

Semakin tua, semakin samar-samar rasanya

arti dari kata “sukses” itu.

Here's an insight that I've had about success:

Satu pemahaman yang aku miliki tentang sukses

adalah Anda tidak bisa sukses dalam segala hal.

You can't be successful at everything.

We hear a lot of talk about work-life balance.

Kita seringkali mendengar soal keserasian antara kerja dan hidup.

Nonsense.

Omong kosong. Anda tak bisa mencapai keserasian antara kedua hal ini.

You can't have it all. You can't.

So any vision of success has to admit what it's losing out on,

Artinya, kalau Anda membayangkan adanya sebuah kesuksesan

Andapun harus mengakui adanya sesuatu yang dikorbankan,

where the element of loss is.

sesuatu yang hilang.

And I think any wise life will accept,

Orang yang bijaksana pasti setuju

as I say, that there is going to be an element where we're not succeeding.

dengan anggapanku ini, yaitu tentang adanya unsur di mana kita tidak akan sukses.

And the thing about a successful life is that a lot of the time,

Kehidupan yang sukses,

seringkali, merupakan gagasan kita

our ideas of what it would mean to live successfully are not our own.

tentang hidup sukses yang bukan merupakan hidup kita.

They're sucked in from other people;

Melainkan suksesnya orang lain.

chiefly, if you're a man, your father, and if you're a woman, your mother.

Kalau Anda lelaki, maka ini adalah suksesnya ayah Anda.

Kalau Anda perempuan, ini adalah suksesnya ibu Anda.

Psychoanalysis has been drumming home this message for about 80 years.

Analisa secara psikologis sudah mendengungkan pesan ini selama 80 tahun.

No one's quite listening hard enough, but I very much believe it's true.

Tidak banyak orang yang paham soal ini. Tapi aku yakin sekali, itulah pemahaman yang terpatri dalam benak kita.

And we also suck in messages from everything from the television,

Selain itu, kita juga menyedot banyak sekali pesan

dari televisi, dari iklan,

to advertising, to marketing, etc.

dunia pemasaran, dll.

These are hugely powerful forces

Bukan main kuatnya tekanan yang

that define what we want and how we view ourselves.

menentukan apa yang kita inginkan, bagaimana kita melihat diri kita sendiri.

When we're told that banking is a very respectable profession,

Waktu kita mendengar bahwa perbankan adalah profesi yang dihormati,

a lot of us want to go into banking.

maka banyak orang ingin terjun ke bidang ini.

When banking is no longer so respectable, we lose interest in banking.

Saat perbankan tidak lagi dihormati, kitapun kehilangan minat terhadap perbankan.

We are highly open to suggestion.

Betapa mudahnya kita diperdaya.

So what I want to argue for is not that we should give up

Argumen ini bukannya untuk membuat kita tak peduli

on our ideas of success,

pada sukses.

but we should make sure that they are our own.

Melainkan kita harus yakin bahwa sukses tersebut jutru bagian dari hidup kita.

We should focus in on our ideas,

Fokusnya harus pada ide kita,

and make sure that we own them;

pastikan bahwa itu milik kita,

that we are truly the authors of our own ambitions.

kitalah penggagas ambisi kita.

Because it's bad enough not getting what you want,

Cukuplah buruk kita tidak memiliki apa yang kita inginkan,

lebih buruk lagi kalau kita tak punya bayangan

but it's even worse to have an idea of what it is you want,

apa yang kita inginkan, dan belakangan barulah kita sadari

and find out, at the end of the journey,

that it isn't, in fact, what you wanted all along.

bahwa bukan itu sebetulnya yang kita inginkan.

So, I'm going to end it there.

Begitulah akhir dari penjelasan ini.

But what I really want to stress is: by all means, success, yes.

Satu hal yang mau kutekankan adalah

sukses itu tentu saja penting.

But let's accept the strangeness of some of our ideas.

Tapi marilah kita sadari adanya hal2 asing lainnya dalam pemikiran kita.

Let's probe away at our notions of success.

Janganlah berhenti membahas konsep tentang sukses.

Let's make sure our ideas of success are truly our own.

Mari kita pastikan gagasan soal sukses ini betul2 merupakan ide kita.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Chris Anderson: That was fascinating.

Chris Anderson: Menakjubkan sekali. Bagaimana caranya Anda mempertemukan

But how do you reconcile this idea

gagasan tentang --

of it being bad to think of someone as a "loser,"

adalah keliru menganggap seseorang sebagai pecundang,

with the idea that a lot of people like, of seizing control of your life,

dengan adanya anggapan bahwa banyak orang senang mengambil kendali hidup Anda.

and that a society that encourages that,

Dan adanya masyarakat yang menganjurkan

perhaps has to have some winners and losers?

adanya pemenang dan pecundang.

Alain De Botton: Yes, I think it's merely the randomness

Alain de Botton: Yah, sebenarnya aku cuma mau menekankan soal ketidakpastian

of the winning and losing process that I want to stress,

proses antara kesuksesan dan kegagalan, itu saja.

because the emphasis nowadays is so much on the justice of everything,

Soalnya di jaman sekarang ini segalanya

harus serba adil.

and politicians always talk about justice.

Politikus selalu bicara soal keadilan.

Now I'm a firm believer in justice, I just think that it's impossible.

Aku percaya sekali bahwa keadilan itu penting. Tapi aku juga tahu bahwa mustahil buat adil secara mutlak.

So we should do everything we can to pursue it,

Makanya kita musti berusaha,

dengan sekuat tenaga untuk memburu hal ini.

but we should always remember that whoever is facing us,

Tapi akhirnya kitapun harus menyadari

bahwa siapapun yang kita hadapi, apapun yang terjadi dalam hidup mereka,

whatever has happened in their lives,

there will be a strong element of the haphazard.

selalu saja ada unsur yang tak terduga.

That's what I'm trying to leave room for;

Kita mesti siap menerima hal tersebut.

otherwise, it can get quite claustrophobic.

Kalau tidak, bisa parah akibatnya.

CA: I mean, do you believe that you can combine

Chris Anderson: Apakah Anda percaya bisa menggabungkan

your kind of kinder, gentler philosophy of work

filosofi Anda tentang dunia kerja, yang tidak kaku ini,

dengan perekonomian yang sukses?

with a successful economy?

Or do you think that you can't,

Atau mungkin Anda anggap ini mustahil bisa dilakukan?

but it doesn't matter that much that we're putting too much emphasis on that?

Dan boleh-boleh saja kita terus mempermasalahkan soal ini.

Alain de Botton: Celakanya,

AB: The nightmare thought

is that frightening people is the best way to get work out of them,

menakut-takuti orang itu adalah cara terbaik membuat mereka berusaha keras.

and that somehow the crueler the environment,

Semakin besar tantangannya,

the more people will rise to the challenge.

semakin besar usaha mereka untuk mengatasinya.

You want to think, who would you like as your ideal dad?

Coba bayangkan, seperti apa ayah ideal itu?

And your ideal dad is somebody who is tough but gentle.

Ayah ideal itu seseorang yang tahan banting sekaligus lemah lembut.

And it's a very hard line to make.

Tidak mudah mendapatkan gabungan seperti ini.

We need fathers, as it were, the exemplary father figures in society,

Kita memerlukan ayah berupa sosok teladan dalam masyarakat,

avoiding the two extremes,

bukan sosok ekstrim seperti

which is the authoritarian disciplinarian on the one hand,

yang otoriter (penegak disiplin) di satu sisi,

and on the other, the lax, no-rules option.

dan sosok yang bebas dari aturan, serba longgar di sisi lainnya.

CA: Alain De Botton.

Chris Anderson: Alain de Botton.

AB: Thank you very much.

Alain de Botton: Terima kasih banyak

(Applause)

(Tepuk tangan)