For more tolerance, we need more ... tourism? | Aziz Abu Sarah

Translator: Dewi Barnas Reviewer: Arinta Puspitasari

I'm a tourism entrepreneur and a peacebuilder,

Saya seorang pengusaha pariwisata dan penggalang perdamaian,

but this is not how I started.

tapi cerita saya tidak bermula dari situ.

When I was seven years old, I remember watching television

Ketika usia saya tujuh tahun, saya ingat menonton televisi

and seeing people throwing rocks,

yang menayangkan orang-orang melempar batu,

and thinking, this must be a fun thing to do.

dan saya berpikir, sepertinya asyik melakukan hal ini.

So I got out to the street and threw rocks,

Jadi saya keluar ke jalanan dan melemparkan batu,

not realizing I was supposed to throw rocks at Israeli cars.

tanpa menyadari bahwa saya seharusnya melemparkan batu ke mobil orang Israel.

Instead, I ended up stoning my neighbors' cars. (Laughter)

Malahan, saya melempar batu ke mobil tetangga. (Tertawa)

They were not enthusiastic about my patriotism.

Mereka tidak terlalu menyukai semangat patriotisme saya.

This is my picture with my brother.

Ini foto saya dengan saudara lelaki saya.

This is me, the little one, and I know what you're thinking:

Ini saya, yang kecil, dan saya tahu apa yang Anda pikirkan:

"You used to look cute, what the heck happened to you?"

"Kamu dulu manis, apa yang terjadi?"

But my brother, who is older than me,

Tetapi kakak saya ini

was arrested when he was 18,

ditangkap ketika dia berumur 18 tahun,

taken to prison on charges of throwing stones.

dimasukkan ke dalam penjara karena melempar batu.

He was beaten up when he refused to confess that he threw stones,

Dia dipukuli ketika menolak mengakui bahwa dia melempar batu,

and as a result, had internal injuries

dan karenanya dia mengalami luka dalam

that caused his death soon after he was released from prison.

yang berujung pada kematiannya

tak lama setelah dikeluarkan dari penjara.

I was angry, I was bitter,

Saya marah, saya kecewa,

and all I wanted was revenge.

dan yang saya inginkan adalah membalas dendam.

But that changed when I was 18.

Namun semua berubah ketika saya berumur 18 tahun.

I decided that I needed Hebrew to get a job,

Saya memutuskan saya harus bisa bahasa Ibrani untuk mencari kerja,

dan saat belajar bahasa Ibrani,

and going to study Hebrew in that classroom

di dalam kelas itulah untuk pertama kalinya

was the first time I ever met Jews who were not soldiers.

saya bertemu dengan orang Yahudi yang bukan tentara.

And we connected over really small things, like the fact that I love country music,

Dan kami nyambung dalam hal-hal kecil,

seperti misalnya saya suka musik country,

which is really strange for Palestinians.

yang sangat tidak lazim bagi orang Palestina.

But it was then that I realized also that we have a wall of anger,

Namun saat itu saya juga menyadari

bahwa kami terpisahkan oleh dinding kemarahan,

of hatred and of ignorance that separates us.

kebencian dan ketidaktahuan yang memisahkan kami.

I decided that it doesn't matter what happens to me.

Saya memutuskan bahwa apa yang terjadi pada saya tidaklah penting.

What really matters is how I deal with it.

Yang lebih penting adalah bagaimana saya menghadapinya.

And therefore, I decided to dedicate my life

Karenanya, saya memutuskan untuk mengabdikan hidup saya

to bringing down the walls that separate people.

untuk meruntuhkan dinding-dinding yang membatasi manusia.

I do so through many ways.

Saya melakukannya dengan banyak cara.

Tourism is one of them, but also media and education,

Pariwisata adalah salah satunya, namun juga melalui media dan pendidikan,

and you might be wondering, really, can tourism change things?

dan Anda mungkin bertanya, mampukah pariwisata mengubah keadaan?

Can it bring down walls? Yes.

Bisakah ia meruntuhkan dinding? Ya.

Tourism is the best sustainable way to bring down those walls

Pariwisata adalah cara berkelanjutan yang terbaik untuk meruntuhkan dinding itu,

and to create a sustainable way of connecting with each other

dan menciptakan hubungan antar sesama yang berkesinambungan

and creating friendships.

dan membangun persahabatan.

In 2009, I cofounded Mejdi Tours,

Pada tahun 2009, saya mendirikan Mejdi Tours,

a social enterprise that aims to connect people,

sebuah perusahaan sosial yang bertujuan untuk menghubungkan manusia,

with two Jewish friends, by the way,

bersama dua orang teman Yahudi saya,

and what we'll do, the model we did,

dan yang kami lakukan, model tur kami,

for example, in Jerusalem, we would have two tour guides,

misalnya, di Yerusalem, kami mengirim dua pemandu wisata,

one Israeli and one Palestinian, guiding the trips together,

seorang Israel dan seorang Palestina, untuk memandu secara bersama-sama,

telling history and narrative and archaeology and conflict

bercerita tentang sejarah, kisah, latar belakang arkeologi dan konflik

from totally different perspectives.

dari sudut pandang yang sangat berbeda.

I remember running a trip together with a friend named Kobi --

Saya ingat ketika memandu wisata dengan teman bernama Kobi --

Jewish congregation from Chicago, the trip was in Jerusalem --

bagi jemaah Yahudi asal Chicago yang berkunjung ke Yerusalem --

and we took them to a refugee camp, a Palestinian refugee camp,

dan kami membawa mereka ke sebuah kamp pengungsi Palestina,

and there we had this amazing food.

dan di sana kami menyantap hidangan lezat ini.

By the way, this is my mother. She's cool.

Omong-omong, ini Ibu saya. Dia hebat.

And that's the Palestinian food called maqluba.

Dan itu adalah makanan Palestina bernama maqluba.

It means "upside-down."

Artinya "terbalik."

You cook it with rice and chicken, and you flip it upside-down.

Dimasak dengan nasi dan ayam, lalu dibalik.

It's the best meal ever.

Makanan paling enak sedunia.

And we'll eat together.

Lalu kami makan bersama.

Then we had a joint band, Israeli and Palestinian musicians,

Dan kami menikmati musik oleh band gabungan musisi Israel dan Palestina,

and we did some belly-dancing.

dan kami menari perut.

If you don't know any, I'll teach you later.

Kalau Anda tidak bisa, akan saya ajarkan nanti.

But when we left, both sides,

Namun saat kami akan pergi,

baik yang Yahudi maupun Palestina,

they were crying because they did not want to leave.

mereka menangis karena mereka tidak ingin pergi.

Three years later, those relationships still exist.

Tiga tahun kemudian, hubungan itu tetap terjalin.

Imagine with me if the one billion people

Bayangkan jika satu miliar manusia

who travel internationally every year travel like this,

yang setiap tahun berwisata keliling dunia seperti ini,

not being taken in the bus from one side to another,

tidak sekedar dibawa naik bus dari satu tempat ke tempat lain,

from one hotel to another,

dari satu hotel ke hotel lain,

taking pictures from the windows of their buses of people and cultures,

memotret orang-orang dan budaya lain dari jendela bus mereka,

but actually connecting with people.

tapi benar-benar berhubungan dengan orang-orang.

You know, I remember having a Muslim group from the U.K.

Saya ingat ketika mengantar sekelompok Muslim dari Inggris

going to the house of an Orthodox Jewish family,

ke rumah sebuah keluarga Yahudi Ortodoks,

and having their first Friday night dinners, that Sabbath dinner,

dan menyantap jamuan malam Jumat pertama

yakni makan malam Sabbath,

and eating together hamin, which is a Jewish food, a stew,

bersama-sama menikmati hamin, semur ala orang Yahudi,

just having the connection of realizing, after a while,

lalu bersama-sama menyadari, beberapa waktu kemudian,

that a hundred years ago, their families came out

bahwa seratus tahun lalu, keluarga mereka berasal

of the same place in Northern Africa.

dari daerah yang sama di Afrika Utara.

This is not a photo profile for your Facebook.

Ini bukan foto untuk profil Facebook Anda.

This is not disaster tourism.

Ini bukan pariwisata bencana.

This is the future of travel,

Ini adalah gaya perjalanan masa depan

and I invite you to join me to do that, to change your travel.

dan saya mengajak Anda

bersama-sama mengubah cara Anda berwisata.

We're doing it all over the world now,

Sekarang kami melakukannya di seluruh dunia,

from Ireland to Iran to Turkey,

dari Irlandia sampai Iran sampai Turki,

and we see ourselves going everywhere to change the world.

dan kami akan pergi ke semua tempat untuk mengubah dunia.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)