Aditi Shankardass: A second opinion on learning disorders

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Wahyu Perdana Yudistiawan

When I was 10 years old,

Ketika saya berusia 10 tahun,

a cousin of mine took me on a tour of his medical school.

sepupu saya mengajak saya berjalan-jalan ke sekolah kedokteran.

And as a special treat,

Dan sebagai hadiah istimewa

he took me to the pathology lab

dia mengajak saya ke laboratorium patologi

and took a real human brain

dan mengambil otak manusia asli

out of the jar

dari sebuah toples

and placed it in my hands.

dan meletakkannya di tangan saya.

And there it was,

Di dalam otaklah

the seat of human consciousness,

terletak pusat kesadaran manusia,

the powerhouse of the human body,

penggerak utama dari tubuh manusia,

sitting in my hands.

ada dalam genggaman saya saat itu.

And that day I knew that when I grew up,

Dan pada saat itu, saya memutuskan ketika saya besar,

I was going to become a brain doctor,

saya akan menjadi spesialis otak,

scientist, something or the other.

ilmuwan, atau sejenisnya.

Years later, when I finally grew up,

Beberapa tahun kemudian, ketika saya telah dewasa,

my dream came true.

mimpi saya menjadi kenyataan.

And it was while I was doing my Ph.D.

ketika saya sedang mengambil program doktorat (S3, Ph.D.)

on the neurological causes

mengenai sebab neurologis dari

of dyslexia in children

disleksia (gangguan kesulitan membaca) pada anak-anak

that I encountered a startling fact

di mana saya menemukan fakta mengejutkan

that I'd like to share with you all today.

yang ingin saya bagikan pada kalian hari ini.

It is estimated that one in six children,

Diperkirakan satu dari enam anak,

that's one in six children,

ya, satu dari enam anak,

suffer from some developmental disorder.

menderita gangguan perkembangan.

This is a disorder that

Gangguan yang

retards mental development in the child

menghambat perkembangan mental pada anak

and causes permanent mental impairments.

dan menyebabkan kerusakan mental permanen.

Which means that each and every one of you here today

Yang berarti bahwa kalian semua yang hadir di sini

knows at least one child that is suffering

tahu bahwa setidaknya ada satu anak yang menderita

from a developmental disorder.

gangguan perkembangan mental.

But here's what really perplexed me.

Tetapi inilah yang benar-benar membingungkan saya.

Despite the fact that each

Meskipun kenyataannya

and every one of these disorders

setiap gangguan ini

originates in the brain,

berasal dari otak,

most of these disorders

namun kebanyakan dari gangguan ini

are diagnosed solely on the basis

hanya didiagnosis berdasarkan

of observable behavior.

perilaku yang dapat diamati.

But diagnosing a brain disorder

Namun mendiagnosis gangguan otak

without actually looking at the brain

tanpa melihat langsung ke dalamnya

is analogous to treating a patient with a heart problem

adalah ibarat merawat pasien penyakit jantung

based on their physical symptoms,

dengan hanya berdasarkan gejala fisik semata,

without even doing an ECG or a chest X-ray

tanpa ECG (elektrokardiografi) atau X-ray bagian dada

to look at the heart.

untuk melihat kondisi jantung.

It seemed so intuitive to me.

Itu tampak sangatlah intuitif bagi saya.

To diagnose and treat a brain disorder accurately,

Untuk mendiagnosis dan merawat gangguan otak dengan tepat,

it would be necessary to look at the brain directly.

adalah suatu keharusan untuk melihat otak secara langsung.

Looking at behavior alone

Dengan mengandalkan pengamatan perilaku saja

can miss a vital piece of the puzzle

kita dapat melewatkan petunjuk yang penting

and provide an incomplete, or even a misleading,

dan mendapat kesimpulan yang kurang, bahkan keliru,

picture of the child's problems.

tentang masalah-masalah anak itu.

Yet, despite all the advances in medical technology,

Namun, walaupun teknologi medis telah berkembang pesat,

the diagnosis of brain disorders

diagnosa dari gangguan otak

in one in six children

pada satu dari enam anak

still remained so limited.

masih sangat terbatas.

And then I came across a team at Harvard University

Lalu saya mendatangi satu tim dari Universitas Harvard

that had taken one such advanced medical technology

yang telah memiliki teknologi canggih itu

and finally applied it,

dan menggunakannya,

instead of in brain research,

bukan untuk riset mengenai otak,

towards diagnosing brain disorders in children.

namun untuk mendiagnosis gangguan otak pada anak-anak.

Their groundbreaking technology

Teknologi mereka yang inovatif

records the EEG, or the electrical activity

merekam EEG (electroencephalografi) atau kegiatan elektrik

of the brain, in real time,

dari otak secara langsung,

allowing us to watch the brain

memungkinkan kami untuk melihat ke dalam otak

as it performs various functions

saat otak melakukan berbagai kegiatan

and then detect even the slightest abnormality

dan menemukan keabnormalan sekecil apapun

in any of these functions:

dari kegiatan-kegiatan ini,

vision, attention, language, audition.

penglihatan, perhatian, bahasa, pendengaran.

A program called Brain Electrical

Program bernama Brain Electrical Activity Mapping

Activity Mapping

(Pemetaan Kegiatan Otak secara Elektrik)

then triangulates the source

lalu mencari sumber

of that abnormality in the brain.

dari ketidaknormalan pada otak.

And another program called

Juga program lain bernama

Statistical Probability Mapping

Statistical Probability Mapping (Pemetaan Probabilitas Statistik)

then performs mathematical calculations

yang melakukan perhitungan matematis

to determine whether any of these abnormalities

untuk menentukan apakah ketidaknormalan ini

are clinically significant,

penting secara klinis,

allowing us to provide a much more accurate

memungkinkan kami untuk memberikan

neurological diagnosis

diagnosis sistem saraf yang jauh lebih tepat

of the child's symptoms.

dari gejala-gejala yang ada pada anak.

And so I became the head of neurophysiology

Lalu saya menjadi kepala bagian neurofisiologi

for the clinical arm of this team,

sebagai kepanjangan tangan dari tim ini di bidang klinis.

and we're finally able to use this technology

Akhirnya kami dapat menggunakan teknologi ini

towards actually helping

untuk membantu

children with brain disorders.

anak-anak dengan gangguan otak.

And I'm happy to say that I'm now in the process

Dan dengan bahagia saya umumkan bahwa saya sekarang sedang dalam proses

of setting up this technology here in India.

untuk menyiapkan teknologi ini di sini, di India.

I'd like to tell you about one such child,

Saya ingin bercerita tentang seorang anak,

whose story was also covered by ABC News.

yang kisahnya telah muncul dalam ABC News.

Seven-year-old Justin Senigar

Justin Senigar yang berusia tujuh tahun

came to our clinic with this diagnosis

datang ke klinik kami dengan diagnosis

of very severe autism.

autisme yang sangat parah.

Like many autistic children,

Seperti kebanyakan anak autis lain

his mind was locked inside his body.

pikirannya terkunci di dalam tubuhnya.

There were moments when he would

Namun ada saat di mana

actually space out for seconds at a time.

dia bengong untuk beberapa detik.

And the doctors told his parents

Dan para dokter memberitahu orang tuanya

he was never going to be able

bahwa dia tidak akan dapat

to communicate or interact socially,

berkomunikasi dan bergaul dengan orang lain,

and he would probably never have too much language.

Dan dia mungkin tidak akan dapat berbicara terlalu banyak.

When we used this groundbreaking EEG technology

Saat kami menggunakan teknologi EEG inovatif ini

to actually look at Justin's brain,

untuk melihat otak Justin,

the results were startling.

hasilnya sungguh mengejutkan.

It turned out that Justin was almost

Ternyata Justin hampir dapat dipastikan

certainly not autistic.

tidak menderita autisme.

He was suffering from brain seizures

Dia menderita kekejangan otak

that were impossible to see with the naked eye,

yang tidak mungkin teramati dengan mata telanjang,

but that were actually causing symptoms

namun menimbulkan gejala

that mimicked those of autism.

yang menyerupai autisme.

After Justin was given anti-seizure medication,

Setelah Justin diberikan obat-obatan anti kejang,

the change in him was amazing.

perubahan pada dirinya sungguh luar biasa.

Within a period of 60 days,

Dalam 60 hari,

his vocabulary went from two to three words

kosa katanya berkembang dari dua atau tiga kata

to 300 words.

menjadi 300 kata.

And his communication and social interaction

Komunikasi dan pergaulannya

were improved so dramatically

berkembang sangat pesat,

that he was enrolled into a regular school

sehingga dia dapat masuk ke dalam sekolah biasa

and even became a karate super champ.

dan bahkan menjadi juara karate.

Research shows that 50 percent of children,

Penelitian menunjukkan bahwa 50 persen anak-anak,

almost 50 percent of children

hampir 50 persen dari anak-anak

diagnosed with autism

yang didiagnosis menderita autisme

are actually suffering from hidden brain seizures.

sebenarnya menderita kekejangan otak yang tersembunyi.

These are the faces of the children

Ini adalah fakta pada anak

that I have tested

yang telah saya uji

with stories just like Justin.

dengan kisah serupa dengan kisah Justin.

All these children

Semua anak-anak ini

came to our clinic with a diagnosis

datang ke klinik kami dengan diagnosis

of autism, attention deficit disorder,

autisme, kelainan karena tidak dapat menaruh perhatian,

mental retardation, language problems.

keterbelakangan mental, masalah bahasa.

Instead, our EEG scans revealed

Namun, pengamatan EEG kami mengungkapkan

very specific problems hidden within their brains

masalah khusus yang tersembunyi dalam otak mereka

that couldn't possibly have been detected

yang tidak mungkin dapat ditemukan

by their behavioral assessments.

dengan mengamati perilaku mereka.

So these EEG scans

Jadi EEG scan ini

enabled us to provide these children

memungkinkan kita untuk memberikan anak-anak ini

with a much more accurate neurological diagnosis

diagnosis sistem saraf yang jauh lebih tepat

and much more targeted treatment.

dan perawatan yang lebih tepat sasaran.

For too long now, children with developmental disorders

Sudah terlalu lama anak-anak dengan gangguan perkembangan

have suffered from misdiagnosis

menderita karena salah diagnosis

while their real problems have gone undetected

saat masalah yang sebenarnya tidak dapat ditemukan

and left to worsen.

dan menjadi lebih buruk.

And for too long, these children and their parents

Dan sudah terlalu lama, anak-anak ini dan orang tua mereka

have suffered undue frustration and desperation.

menderita karena frustrasi dan depresi.

But we are now in a new era of neuroscience,

Namun sekarang kita berada di jaman baru dalam pengetahuan tentang saraf

one in which we can finally look

di mana kita akhirnya dapat melihat

directly at brain function in real time

langsung ke dalam otak

with no risks and no side effects, non-invasively,

tanpa resiko ataupun efek samping, tanpa menyerang otak

and find the true source

dan menemukan sumber sebenarnya

of so many disabilities in children.

dari begitu banyak gangguan pada anak-anak.

So if I could inspire

Jadi, jika saya dapat mengajak

even a fraction of you in the audience today

bahkan sebagian saja dari kalian yang hadir pada hari ini

to share this pioneering diagnostic approach

untuk membagikan terobosan diagnosis ini

with even one parent whose child

walaupun hanya kepada satu orang tua yang anaknya

is suffering from a developmental disorder,

menderita gangguan perkembangan,

then perhaps one more puzzle

mungkin satu lagi teka-teki

in one more brain will be solved.

di dalam satu otak lagi akan terpecahkan.

One more mind will be unlocked.

Satu pikiran lagi akan terbuka.

And one more child who has been misdiagnosed

Dan satu anak lagi dengan diagnosis keliru

or even undiagnosed by the system

atau bahkan tidak terdiagnosis oleh sistem

will finally realize his or her true potential

akan merealisasikan potensi dirinya yang sebenarnya

while there's still time

selagi masih ada waktu

for his or her brain to recover.

bagi otaknya untuk sembuh kembali.

And all this by simply watching the child's brainwaves.

Dan semua ini hanya dengan mengamati gelombang otak dari anak-anak itu.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)