Feisal Abdul Rauf: Lose your ego, find your compassion

Translator: Johannes Tjendro Reviewer: Chitra Hapsari Ayuningtyas

I'm speaking about compassion from an Islamic point of view,

Saya berbicara tentang belas kasihan dari pandangan agama Islam,

and perhaps my faith is not very well thought of

dan mungkin agama saya tidak dipandang banyak orang

as being one that is grounded in compassion.

sebagai agama yang berdasarkan pada rasa belas kasih.

The truth of the matter is otherwise.

Namun kenyataannya adalah sebaliknya.

Our holy book, the Koran, consists of 114 chapters,

Kitab suci kami, Qur'an, terdiri dari 114 surah (bab),

and each chapter begins with what we call the basmala,

dan setiap bab dimulai dengan bismillah

the saying of "In the name of God, the all compassionate, the all merciful,"

yang merupakan ucapan dalam nama Tuhan, yang Maha Pengasih, Maha Pengampun.

or, as Sir Richard Burton --

atau, seperti Sir Richard Burton ungkapkan,

not the Richard Burton who was married to Elizabeth Taylor,

bukan Richard Burton yang menikahi Elizabeth Taylor,

but the Sir Richard Burton who lived a century before that

tetapi Sir Richard Burton yang hidup seabad sebelumnya

and who was a worldwide traveler

yang merupakan seorang penjelajah dunia

and translator of many works of literature --

dan penerjemah karya-karya sastra,

translates it. "In the name of God, the compassionating, the compassionate."

beliau menerjemahkannya sebagai, "dalam nama Tuhan, Yang Mengasihi Dan Berbelas Kasih."

And in a saying of the Koran, which to Muslims is God speaking to humanity,

Dan dalam satu ucapan dalam kitab Qur'an, yang bagi umat Muslim adalah Tuhan yang berbicara kepada umat manusia,

God says to his prophet Muhammad --

Tuhan berfirman kepada nabinya Muhammad,

whom we believe to be the last of a series of prophets,

yang kami percaya sebagai yang terakhir dari para nabi,

beginning with Adam, including Noah, including Moses, including Abraham,

mulai dari Adam, Nuh, Musa, hingga Ibrahim,

including Jesus Christ, and ending with Muhammad --

juga Yesus Kristus, dan diakhiri dengan Muhammad

that, "We have not sent you, O Muhammad,

Tuhan berfirman, "Kami tidak mengirim engkau, wahai Muhammad,

except as a 'rahmah,' except as a source of compassion to humanity."

melainkan sebagai rahmat, melainkan sebagai sumber belas kasihan terhadap umat manusia."

For us human beings, and certainly for us as Muslims,

Dan bagi kita umat manusia, dan tentunya bagi kami umat Muslim,

whose mission, and whose purpose in following the path of the prophet

yang memiliki misi, dan tujuan, untuk mengikuti jalan sang nabi,

is to make ourselves as much like the prophet.

yaitu untuk menjadi seperti sang nabi,

And the prophet, in one of his sayings, said,

dan sang nabi, dalam salah satu ucapannya, berkata,

"Adorn yourselves with the attributes of God."

"Kenakanlah padamu sifat-sifat Tuhan."

And because God Himself said that the primary attribute of his is compassion --

Dan oleh karena Tuhan sendiri berkata bahwa sifat utama-Nya ialah belas kasihan,

in fact, the Koran says that "God decreed upon himself compassion,"

dan nyatanya, Kitab Qur'an mengungkapkan bahwa, "Tuhan menjadikan diri-Nya sendiri penuh dengan belas kasihan,"

or, "reigned himself in by compassion" --

atau, "menguasai diri-Nya sendiri dengan belas kasihan."

therefore, our objective and our mission must be to be sources of compassion,

Oleh karena itu, tujuan dan misi kami mestilah untuk menjadi sumber belas kasihan,

activators of compassion, actors of compassion

penggerak rasa belas kasih, pelaku tindakan-tindakan belas kasih

and speakers of compassion and doers of compassion.

dan penutur rasa belas kasih, dan pelaku perbuatan-perbuatan belas kasih.

That is all well and good,

Semuanya itu baik,

but where do we go wrong,

namun di mana kita berbuat salah,

and what is the source of the lack of compassion in the world?

dan apakah sumber kekurangan rasa belas kasih dalam dunia?

For the answer to this, we turn to our spiritual path.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita kembali ke jalan rohani kita.

In every religious tradition, there is the outer path and the inner path,

Dalam setiap tradisi keagamaan ada sesuatu yang namanya jalan luar dan jalan dalam,

or the exoteric path and the esoteric path.

atau jalan yang nampak dan jalan yang tersembunyi.

The esoteric path of Islam is more popularly known as Sufism, or "tasawwuf" in Arabic.

Jalan yang tersembunyi dalam agama Islam lebih dikenal dengan ilmu Sufi, atau tasawwuf dalam bahasa Arab.

And these doctors or these masters,

Dan doktor-doktor atau ustad-ustad ini,

these spiritual masters of the Sufi tradition,

penguasa-penguasa rohani dalam tradisi Sufi,

refer to teachings and examples of our prophet

mengacu pada ajaran-ajaran dan teladan nabi kami,

that teach us where the source of our problems lies.

yang mengajarkan kami di mana sumber permasalahan ini berada.

In one of the battles that the prophet waged,

Di dalam satu pertarungan, Sang Nabi

he told his followers, "We are returning from the lesser war

berkata kepada para pengikutnya, "Kita sedang kembali dari peperangan kecil

to the greater war, to the greater battle."

dan menuju ke peperangan yang lebih besar, yaitu pertarungan yang lebih hebat."

And they said, "Messenger of God, we are battle-weary.

Dan mereka menjawab, "Tuan, Utusan Tuhan, kami sudah lelah akan pertempuran.

How can we go to a greater battle?"

Bagaimana bisa kami pergi ke pertempuran yang lebih hebat?"

He said, "That is the battle of the self, the battle of the ego."

Beliau membalas, "Itu adalah pertempuran melawan diri sendiri, pertempuran melawan ego."

The sources of human problems have to do with egotism, "I."

Sumber permasalahan umat manusia terkait dengan egoisme, 'aku'.

The famous Sufi master Rumi, who is very well known to most of you,

Penguasa Sufi ternama Rumi, yang sangat terkenal di antara Anda sekalian,

has a story in which he talks of a man who goes to the house of a friend,

mempunyai satu cerita di mana beliau mengisahkan tentang seseorang yang pergi ke rumah seorang kawannya

and he knocks on the door,

dan mengetuk pintu rumahnya,

and a voice answers, "Who's there?"

dan suatu suara menjawab, "Siapa di situ?"

"It's me," or, more grammatically correctly, "It is I,"

"It's me," atau lebih tepatnya dalam bahasa Inggris, "It is I,"

as we might say in English.

("Ini aku")

The voice says, "Go away."

Suara itu berkata, "Pergilah."

After many years of training, of disciplining, of search and struggle,

Setelah bertahun-tahun latihan, pendisplinan diri, pencarian dan perjuangan,

he comes back.

dia kembali,

With much greater humility, he knocks again on the door.

dan dengan lebih rendah hati, dia mengetuk lagi pintu rumah kawannya.

The voice asks, "Who is there?"

Suara yang bertanya, "Siapa di situ?"

He said, "It is you, O heartbreaker."

Dia menjawab, "Ini engkau, oh penghancur hati."

The door swings open, and the voice says,

Pintu itu terbuka, dan suara itu berkata,

"Come in, for there is no room in this house for two I's,"

"Masuklah, sebab sesungguhnya tidak ada ruang bagi dua orang 'aku' di rumah ini,"

-- two capital I's, not these eyes -- "for two egos."

dua huruf 'I' besar, bukan 'eyes' (mata), yang melambangkan dua ego.

And Rumi's stories are metaphors for the spiritual path.

Cerita-cerita Rumi adalah perumpamaan-perumpamaan tentang jalan rohani.

In the presence of God, there is no room for more than one "I,"

Di mana Tuhan berada, tidak ada ruang bagi lebih dari satu 'aku',

and that is the "I" of divinity.

dan Dialah 'Aku' yang ilahi.

In a teaching -- called a "hadith qudsi" in our tradition --

Dalam satu ajaran, yang bernama suatu hadith qudsi dalam tradisi kami,

God says that, "My servant," or "My creature, my human creature,

Allah berkata bahwa, "Pelayanku," atau "ciptaan-Ku, umat manusia,

does not approach me by anything that is dearer to me

tidak mendekati-Ku lebih dekat

than what I have asked them to do."

daripada apa yang telah Kuperintahkan kepada mereka."

And those of you who are employers know exactly what I mean.

Dan para pengusaha di antara anda pasti paham apa yang saya maksudkan.

You want your employees to do what you ask them to do,

Anda mau para pekerja anda untuk melakukan apa yang anda mintakan,

and if they've done that, then they can do extra.

dan jikalau mereka sudah berbuat demikian, kemudian mereka bisa berbuat lebih,

But don't ignore what you've asked them to do.

tetapi janganlah mereka abaikan apa yang anda telah minta mereka lakukan.

"And," God says, "my servant continues to get nearer to me,

Dan Tuhan berfirman, "Pelayan-Ku terus mendekati-Ku,

by doing more of what I've asked them to do" --

dengan melakukan lebih banyak hal yang telah Kuperintahkan kepada mereka,"

extra credit, we might call it --

boleh dibilang, penghargaan lebih,

"until I love him or love her.

"hingga Aku mengasihinya.

And when I love my servant," God says,

Dan apabila Aku mengasihi pelayan-Ku," Tuhan berfirman,

"I become the eyes by which he or she sees,

"Aku menjadi mata untuk dia melihat,

the ears by which he or she listens,

telinga bagi dia untuk mendengar,

the hand by which he or she grasps,

tangan bagi dia untuk menggenggam,

and the foot by which he or she walks,

dan kaki bagi dia untuk berjalan,

and the heart by which he or she understands."

dan hati bagi dia untuk mengerti."

It is this merging of our self with divinity

Ini merupakan penggabungan diri kita dengan yang ilahi

that is the lesson and purpose of our spiritual path and all of our faith traditions.

yaitu pelajaran dan tujuan daripada jalan rohani dan semua tradisi keagamaan kita.

Muslims regard Jesus as the master of Sufism,

Umat Muslim menganggap Yesus sebagai sang penguasa ilmu Sufi,

the greatest prophet and messenger who came to emphasize the spiritual path.

nabi terhebat dan utusan ilahi yang datang untuk menekankan jalan rohani.

When he says, "I am the spirit, and I am the way,"

Ketika beliau berkata, "Akulah sang roh, akulah jalan itu,"

and when the prophet Muhammad said, "Whoever has seen me has seen God,"

ketika nabi Muhammad berkata, "Barang siapa telah melihat aku telah melihat Tuhan,"

it is because they became so much an instrument of God,

itu karena mereka telah menjadi alat Tuhan,

they became part of God's team --

mereka telah menjadi bagian daripada uap Tuhan,

so that God's will was manifest through them,

sehingga kehendak Allah diwujudkan melalui mereka

and they were not acting from their own selves and their own egos.

dan bukan bertindak daripada diri mereka sendiri atau ego mereka.

Compassion on earth is given, it is in us.

Rasa belas kasih di bumi ini dikaruniakan kepada kita, dan ada dalam diri kita.

All we have to do is to get our egos out of the way,

Yang kita perlu lakukan hanyalah untuk mengalahkan ego kita.

get our egotism out of the way.

kalahkan egoisme kita.

I'm sure, probably all of you here, or certainly the very vast majority of you,

Saya yakin, kemungkinan besar anda semua di sini, atau tentunya kebanyakan daripada Anda,

have had what you might call a spiritual experience,

pernah melalui apa yang mungkin Anda sebut sebagai pengalaman rohani,

a moment in your lives when, for a few seconds, a minute perhaps,

suatu saat dalam hidup Anda ketika, untuk beberapa detik, mungkin semenit,

the boundaries of your ego dissolved.

batas ego anda hilang.

And at that minute, you felt at one with the universe --

Dan pada saat itu, anda merasa satu dengan alam semesta.

one with that jug of water, one with every human being,

satu dengan kendi air itu, satu dengan setiap manusia,

one with the Creator --

satu dengan Sang pencipta,

and you felt you were in the presence of power, of awe,

dan Anda merasakan kehadiran suatu tenaga, suatu kekaguman,

of the deepest love, the deepest sense of compassion and mercy

dari kasih yang terdalam, rasa belas kasih dan kerahiman yang terdalam

that you have ever experienced in your lives.

yang Anda pernah alami dalam hidup Anda.

That is a moment which is a gift of God to us --

Masa itu merupakan rahmat Tuhan bagi kita

a gift when, for a moment, he lifts that boundary

rahmat ketika, untuk suatu saat, Dia mengangkat batas

which makes us insist on "I, I, I, me, me, me,"

yang membuat kita bersikeras mengutamakan, saya, saya, saya, aku, aku, aku,

and instead, like the person in Rumi's story,

dan malah, seperti orang di dalam cerita Rumi itu,

we say, "Oh, this is all you.

kita berkata, "Oh, ini semua tentang engkau."

This is all you. And this is all us.

Ini semua tentang Anda. Dan ini semua tentang kita.

And us, and I, and us are all part of you.

Dan kita, dan saya, dan kita semuanya adalah bagian daripadamu.

O, Creator! O, the Objective! The source of our being

Semua pencipta, semua tujuan, sumber keberadaan kita,

and the end of our journey,

dan akhir perjalanan kita.

you are also the breaker of our hearts.

'Engkau' juga adalah penghancur hati kita.

You are the one whom we should all be towards, for whose purpose we live,

'Engkau'lah yang mesti kita semua utamakan, untuk tujuannyalah kita hidup.

and for whose purpose we shall die,

dan untuk tujuannyalah kita mati,

and for whose purpose we shall be resurrected again

dan untuk tujuannyalah kita bangkit kembali

to account to God to what extent we have been compassionate beings."

untuk menyampaikan kepada Tuhan sejauh manakah kita telah berbelas kasihan.

Our message today, and our purpose today,

Pesan kita hari ini, dan tujuan kita hari ini,

and those of you who are here today,

dan Anda sekalian yang hadir di sini hari ini

and the purpose of this charter of compassion, is to remind.

dan tujuan daripada Piagam Belas Kasihan (Charter of Compassion) ini, adalah untuk mengingatkan kita.

For the Koran always urges us to remember, to remind each other,

Sebab sesungguhnya Al Qur'an selalu mengajak kita untuk mengingat, untuk mengingatkan satu sama lain,

because the knowledge of truth is within every human being.

karena pengetahuan akan kebenaran ada di dalam setiap insan.

We know it all.

Kita tahu semua itu.

We have access to it all.

Kita punya akses ke semua itu.

Jung may have called it "the subconscious."

Jung mungkin menamakannya alam bawah sadar.

Through our subconscious, in your dreams --

Melalui alam bawah sadar kita, dalam mimpi-mimpi kita,

the Koran calls our state of sleep "the lesser death,"

yang Al Qur'an namakan, keadaan tertidur kita, kematian yang lebih kecil,

"the temporary death" --

kematian yang sementara.

in our state of sleep we have dreams, we have visions,

Dalam keadaan tertidur, kita mendapat mimpi-mimpi, kita mendapat penglihatan-penglihatan,

we travel even outside of our bodies, for many of us,

kita bepergian bahkan di luar tubuh kita, bagi banyak di antara kita,

and we see wonderful things.

dan kita melihat hal-hal yang menakjubkan.

We travel beyond the limitations of space as we know it,

Kita bepergian di luar jangkauan ruang yang kita tahu,

and beyond the limitations of time as we know it.

dan di luar batas waktu yang kita tahu.

But all this is for us to glorify the name of the creator

Namun semua ini terjadi agar kita memuliakan nama sang pencipta

whose primary name is the compassionating, the compassionate.

yang nama utamanya adalah Yang Mengasihi, Yang Berbelas Kasihan.

God, Bokh, whatever name you want to call him with, Allah, Ram, Om,

Tuhan, Bokh, dengan nama apa pun anda memanggil-Nya, Allah, Ram, Om,

whatever the name might be through which you name

melalui nama apa pun Anda panggil

or access the presence of divinity,

atau mengakses keberadaan ilahi,

it is the locus of absolute being,

adalah pusat keberadaan mutlak,

absolute love and mercy and compassion,

kasih dan kerahiman dan belas kasihan yang mutlak,

and absolute knowledge and wisdom,

dan pengetahuan dan kebijaksanaan yang mutlak,

what Hindus call "satchidananda."

yang orang Hindu namakan satchidananda.

The language differs,

Bahasanya berbeda,

but the objective is the same.

tetapi tujuannya sama.

Rumi has another story

Rumi punya satu cerita lain

about three men, a Turk, an Arab and --

tentang tiga orang, seorang Turki, seorang Arab,

and I forget the third person, but for my sake, it could be a Malay.

dan saya lupa orang ketiganya, mungkin, orang Melayu.

One is asking for angur -- one is, say, an Englishman --

Seorang meminta anggur, misalkan, seorang yang lain adalah orang Inggris,

one is asking for eneb, and one is asking for grapes.

seorang meminta eneb (anggur), dan seorang yang lain meminta grapes (anggur).

And they have a fight and an argument because

Dan mereka bergaduh satu sama lain karena,

-- "I want grapes." "I want eneb. "I want angur." --

saya mau grapes, saya mau eneb, saya mau anggur,

not knowing that the word that they're using

tanpa mengetahui bahwa perkataan yang mereka ucapkan

refers to the same reality in different languages.

memiliki arti yang sama dalam bahasa-bahasa yang berbeda.

There's only one absolute reality by definition,

Hanya ada satu kenyataan yang mutlak,

one absolute being by definition,

satu keberadaan yang mutlak,

because absolute is, by definition, single,

karena sesuatu yang mutlak itu berarti satu,

and absolute and singular.

dan mutlak dan tunggal.

There's this absolute concentration of being,

Ada satu konsentrasi mutlak pada keberadaan ini,

the absolute concentration of consciousness,

konsentrasi mutlak pada kesadaran,

awareness, an absolute locus of compassion and love

kenisyafan, suatu pusat mutlak bagi belas kasihan dan cinta

that defines the primary attributes of divinity.

yang menunjukkan sifat utama keilahian.

And these should also be

Dan yang mesti juga merupakan

the primary attributes of what it means to be human.

sifat utama yang membuat seseorang manusiawi.

For what defines humanity, perhaps biologically,

Sebab apa yang menunjukkan peri-kemanusiaan, mungkin secara hayati,

is our physiology,

adalah bagaimana kita berfungsi.

but God defines humanity by our spirituality, by our nature.

Namun Tuhan menunjukkan kemanusian dengan kerohanian kita, dengan tabiat kita.

And the Koran says, He speaks to the angels and says,

Dan Kitab Qur'an berkata, Dia berfirman kepada para malaikat dan berkata,

"When I have finished the formation of Adam from clay,

"Ketika Aku telah membentuk Adam daripada tanah liat,

and breathed into him of my spirit,

dan menghembuskan ke dalamnya roh-Ku,

then, fall in prostration to him."

lalu bersujudlah kepadanya."

The angels prostrate, not before the human body,

Para malaikat itu bersujud, bukan kepada tubuh manusianya,

but before the human soul.

tetapi kepada jiwa manusianya.

Why? Because the soul, the human soul,

Mengapa demikian? Karena jiwanya, jiwa manusianya,

embodies a piece of the divine breath,

menyimpan sebagian daripada nafas ilahi,

a piece of the divine soul.

sebagian daripada jiwa ilahi.

This is also expressed in biblical vocabulary

Ini juga diungkapkan dalam bahasa Alkitabiah

when we are taught that we were created in the divine image.

di mana kita diajarkan bahwa kita diciptakan dalam citra ilahi.

What is the imagery of God?

Apakah pencitraan Tuhan itu?

The imagery of God is absolute being,

Pencitraan Tuhan adalah keberadaan mutlak,

absolute awareness and knowledge and wisdom

kesadaran mutlak dan pengetahuan dan kebijaksanaan

and absolute compassion and love.

dan belas kasihan mutlak dan cinta.

And therefore, for us to be human --

Dan, oleh karena itu, supaya kita menjadi manusiawi,

in the greatest sense of what it means to be human,

dalam arti terbesar daripada peri-kemanusiaan,

in the most joyful sense of what it means to be human --

dalam arti yang paling membahagiakan daripada peri-kemanusiaan,

means that we too have to be proper stewards

berarti kita juga harus menjadi pelayan-pelayan yang benar

of the breath of divinity within us,

daripada nafas keilahian dalam diri kita,

and seek to perfect within ourselves the attribute of being,

dan untuk mencoba menyempurnakan dalam diri kita sendiri sifat daripada mahkluk,

of being alive, of beingness;

kehidupan, keberadaan,

the attribute of wisdom, of consciousness, of awareness;

sifat daripada kebijaksanaan, kesadaran, keinsyafan,

and the attribute of being compassionate and loving beings.

dan sifat daripada mahkluk yang berbelas kasih dan mencintai.

This is what I understand from my faith tradition,

Inilah apa yang saya mengerti daripada tradisi keagamaan saya,

and this is what I understand from my studies of other faith traditions,

dan inilah apa yang saya mengerti selama saya mepelajari tradisi-tradisi keagamaan lain,

and this is the common platform on which we must all stand,

dan ini adalah suatu kepercayaan di mana bersama-sama kita semua mesti pegang,

and when we stand on this platform as such,

dan apabila kita memegang kepercayaan ini,

I am convinced that we can make a wonderful world.

saya yakin bahwa kita bisa membuat dunia yang indah.

And I believe, personally, that we're on the verge

Dan say percaya, secara pribadi, bahwa kita sedang keteteran,

and that, with the presence and help of people like you here,

dan bahwa dengan kehadiran dan bantuan orang-orang seperti Anda sekalian di sini,

we can bring about the prophecy of Isaiah.

kita bisa menggenapi nubuat Nabi Yesaya.

For he foretold of a period

Sebab dia bernubuat tentang satu masa

when people shall transform their swords into plowshares

ketika orang-orang akan menjadikan pedang-pedang mereka mata-mata bajak

and will not learn war or make war anymore.

dan tidak akan belajar tentang peperangan dan berperang lagi.

We have reached a stage in human history that we have no option:

Kita sudah sampai pada suatu tahap dalam sejarah umat manusia, bahwa kita tidak memiliki pilihan lain.

we must, we must lower our egos,

Kita mesti, kita mesti merendahkan ego kita,

control our egos -- whether it is individual ego, personal ego,

mengendalikan ego kita, baik ego pribadi,

family ego, national ego --

ego keluarga, ego kebangsaan,

and let all be for the glorification of the one.

dan biar semuanya demikian untuk memuliakan yang satu.

Thank you, and God bless you.

Terima kasih, dan Tuhan memberkati anda sekalian.

(Applause)

(tepuk tangan)