How language shapes the way we think | Lera Boroditsky | TED

Translator: Ajeng Fajriani Nurasieta Reviewer: Deera Army Pramana

So, I'll be speaking to you using language ...

Saya akan berbicara menggunakan bahasa...

because I can.

karena saya mampu.

This is one these magical abilities that we humans have.

Bahasa adalah salah satu kemampuan ajaib yang dimiliki manusia.

We can transmit really complicated thoughts to one another.

Kita dapat saling menyampaikan ide yang sangat rumit.

So what I'm doing right now is, I'm making sounds with my mouth

Jadi, yang saya lakukan sekarang adalah membuat suara melalui mulut saya,

as I'm exhaling.

saat menghela napas.

I'm making tones and hisses and puffs,

Saya membuat nada, desisan, dan embusan,

and those are creating air vibrations in the air.

dan semua itu menghasilkan getaran di udara.

Those air vibrations are traveling to you,

Getaran udara itu merambat ke arah Anda,

they're hitting your eardrums,

kemudian sampai ke gendang telinga,

and then your brain takes those vibrations from your eardrums

lalu otak menerima getaran dari gendang telinga itu,

and transforms them into thoughts.

dan mengubahnya menjadi sebuah pemikiran.

Saya harap.

I hope.

(Tertawa)

(Laughter)

Semoga itu yang terjadi.

I hope that's happening.

So because of this ability, we humans are able to transmit our ideas

Karena kemampuan ini, kita, manusia, dapat meneruskan ide-ide kita

menembus luasnya ruang dan waktu.

across vast reaches of space and time.

We're able to transmit knowledge across minds.

Kita dapat menyampaikan pengetahuan ke dalam pemikiran orang lain.

I can put a bizarre new idea in your mind right now.

Saya bisa menanamkan ide aneh baru ke kepala Anda saat ini juga.

I could say,

Misalnya saya katakan,

"Imagine a jellyfish waltzing in a library

"Bayangkan ubur-ubur berdansa di perpustakaan,

while thinking about quantum mechanics."

sambil memikirkan teori mekanika kuantum."

(Laughter)

(Tertawa)

Now, if everything has gone relatively well in your life so far,

Jika hidup Anda berjalan mulus tanpa hambatan yang berarti,

you probably haven't had that thought before.

mungkin hal itu tak pernah terpikirkan.

(Laughter)

(Tertawa)

But now I've just made you think it,

Tapi, saya membuat Anda memikirkannya

melalui bahasa.

through language.

Now of course, there isn't just one language in the world,

Tentu, bahasa di dunia bukan hanya satu,

sekitar 7.000 bahasa digunakan di seluruh dunia.

there are about 7,000 languages spoken around the world.

Dan semua bahasa memiliki perbedaan pada bermacam-macam hal.

And all the languages differ from one another in all kinds of ways.

Beberapa bahasa memiliki bunyi yang berbeda,

Some languages have different sounds,

they have different vocabularies,

kosakata yang berbeda,

juga struktur bahasa yang berbeda,

and they also have different structures --

perbedaan struktur ini sungguh penting.

very importantly, different structures.

That begs the question:

Maka timbul pertanyaan:

Apakah bahasa yang kita pakai membentuk cara berpikir kita?

Does the language we speak shape the way we think?

Now, this is an ancient question.

Nah, ini pertanyaan kuno.

People have been speculating about this question forever.

Sejak dulu, banyak orang telah berspekulasi mengenai hal ini.

Charlemagne, Holy Roman emperor, said,

Charlemagne, seorang Kaisar Romawi, berkata,

"To have a second language is to have a second soul" --

"Memiliki bahasa kedua sama seperti memiliki jiwa kedua" --

strong statement that language crafts reality.

ini suatu dukungan kuat bahwa bahasa membentuk realitas.

But on the other hand, Shakespeare has Juliet say,

Tetapi di sisi lain, Shakespeare membuat Juliet berkata,

"Apalah arti sebuah nama?

"What's in a name?

A rose by any other name would smell as sweet."

Mawar dengan nama lain akan tetap sama wanginya."

Well, that suggests that maybe language doesn't craft reality.

Nah, mungkin artinya, bahasa tidak membentuk realitas.

These arguments have gone back and forth for thousands of years.

Perdebatan ini telah berlangsung selama ribuan tahun.

But until recently, there hasn't been any data

Tetapi hingga saat ini, belum ada data

to help us decide either way.

yang membuktikan salah satunya.

Recently, in my lab and other labs around the world,

Belum lama ini, di lab saya dan lab lain di dunia,

we've started doing research,

mulai dilakukan penelitian

and now we have actual scientific data to weigh in on this question.

dan kini kami punya data ilmiah untuk menjawab perdebatan tersebut.

So let me tell you about some of my favorite examples.

Saya akan menceritakan beberapa contoh favorit saya.

I'll start with an example from an Aboriginal community in Australia

Saya akan mulai dengan sebuah komunitas Aborigin di Australia

that I had the chance to work with.

yang pernah bekerja sama dengan saya.

These are the Kuuk Thaayorre people.

Mereka adalah suku Kuuk Thaayorre.

They live in Pormpuraaw at the very west edge of Cape York.

Mereka tinggal di Pormpuraaw di ujung paling barat Cape York.

What's cool about Kuuk Thaayorre is,

Yang menarik dari Kuuk Thaayorre adalah--

in Kuuk Thaayorre, they don't use words like "left" and "right,"

mereka tidak menggunakan kata seperti "kiri" dan "kanan",

and instead, everything is in cardinal directions:

mereka menggunakan arah mata angin untuk semua petunjuk arah:

north, south, east and west.

utara, selatan, timur, barat.

And when I say everything, I really mean everything.

Saat saya bilang semua, benar-benar di semua hal.

You would say something like,

Bisa saja ada kalimat,

"Oh, there's an ant on your southwest leg."

Oh, ada semut di arah barat daya kakimu."

Or, "Move your cup to the north-northeast a little bit."

Atau, "Geser cangkirmu ke arah utara timur laut sedikit."

In fact, the way that you say "hello" in Kuuk Thaayorre is you say,

Bahkan dalam bahasa Kuuk Thaayore, untuk menyapa kita berkata,

"Which way are you going?"

"Kamu mau ke arah mana?"

And the answer should be,

Dan balasannya adalah,

"Utara timur laut nun jauh di sana. Kalau kamu?"

"North-northeast in the far distance.

How about you?"

So imagine as you're walking around your day,

Jadi, bayangkan kalian sedang berjalan-jalan,

every person you greet,

dan siapapun yang kalian sapa,

you have to report your heading direction.

harus diberitahu arah perjalanan kalian.

(Laughter)

(Tertawa)

But that would actually get you oriented pretty fast, right?

Tetapi, hal ini akan membuat Anda cepat mengetahui arah, kan?

Because you literally couldn't get past "hello,"

Karena kalian tidak mungkin bisa bertegur sapa,

if you didn't know which way you were going.

jika tidak tahu arah yang kalian tuju.

In fact, people who speak languages like this stay oriented really well.

Bahkan, orang yang berbahasa seperti itu mengetahui arah dengan baik

They stay oriented better than we used to think humans could.

Mereka tahu arah lebih baik daripada kebanyakan manusia.

We used to think that humans were worse than other creatures

Kita dulu menganggap manusia lebih buruk dari makhluk lain--

because of some biological excuse:

karena beberapa alasan biologis:

"Oh, we don't have magnets in our beaks or in our scales."

"Oh, kita tidak punya magnet di paruh atau sisik kita."

No; if your language and your culture trains you to do it,

Tidak; jika bahasa dan budaya membiasakan untuk melakukannya,

actually, you can do it.

sebetulnya, Anda bisa.

There are humans around the world who stay oriented really well.

Nyatanya ada juga manusia yang tahu arah dengan baik.

Agar kita punya gambaran yang sama--

And just to get us in agreement

about how different this is from the way we do it,

tentang betapa berbedanya kemampuan mengenal arah ini,

I want you all to close your eyes for a second

Saya ingin Anda semua menutup mata sebentar--

and point southeast.

lalu tunjuk arah tenggara.

(Laughter)

(Tertawa)

Keep your eyes closed. Point.

Tetap tutup mata. Tunjuklah.

OK, so you can open your eyes.

Oke, Anda bisa buka mata sekarang.

I see you guys pointing there, there, there, there, there ...

Saya lihat kalian menunjuk ke sana, ke sana, ke sana, ke sana...

I don't know which way it is myself --

Saya sendiri juga tidak tahu--

(Laughter)

(Tertawa)

You have not been a lot of help.

Anda tidak terlalu membantu.

(Laughter)

(Tertawa)

So let's just say the accuracy in this room was not very high.

Bisa dikatakan kita punya akurasi rendah dalam mengenali arah.

This is a big difference in cognitive ability across languages, right?

Ini contoh perbedaan besar kemampuan kognitif antarbahasa, kan?

Where one group -- very distinguished group like you guys --

Ada satu kelompok -- yang sangat terhormat seperti Anda semua --

doesn't know which way is which,

tidak tahu arah dengan pasti,

but in another group,

sedangkan di tempat lain,

I could ask a five-year-old and they would know.

saya bertanya ke anak 5 tahun dan dia tahu.

(Laughter)

(Tertawa)

There are also really big differences in how people think about time.

Terdapat pula perbedaan besar mengenai persepsi akan waktu.

So here I have pictures of my grandfather at different ages.

Di sini saya punya foto kakek saya dengan umur yang berbeda-beda.

And if I ask an English speaker to organize time,

Jika saya minta penutur Bahasa Inggris untuk merunut waktu,

they might lay it out this way,

susunannya akan seperti ini,

from left to right.

dari kiri ke kanan.

This has to do with writing direction.

Ini terkait dengan arah penulisan.

If you were a speaker of Hebrew or Arabic,

Jika kalian penutur bahasa Ibrani atau Arab,

you might do it going in the opposite direction,

mungkin susunannya akan berlawanan arah,

from right to left.

dari kanan ke kiri.

But how would the Kuuk Thaayorre,

Tetapi bagaimana Kuuk Thaayorre,

suku Aborigin tadi, mengurutkannya?

this Aboriginal group I just told you about, do it?

They don't use words like "left" and "right."

Mereka tidak menggunakan arah "kiri" dan "kanan".

Let me give you hint.

Saya beri Anda petunjuk.

When we sat people facing south,

Jika kita menghadapkan orang ke arah selatan,

they organized time from left to right.

mereka akan menyusun waktu dari kiri ke kanan.

When we sat them facing north,

Jika kita menghadapkan mereka ke arah utara,

they organized time from right to left.

mereka akan merunut waktu dari kanan ke kiri.

When we sat them facing east,

Jika mereka kita hadapkan ke timur,

time came towards the body.

jalannya waktu akan mendekati tubuh.

What's the pattern?

Apa polanya?

East to west, right?

Timur ke Barat, kan?

So for them, time doesn't actually get locked on the body at all,

Bagi mereka, waktu tidak terpatok pada posisi tubuh,

it gets locked on the landscape.

waktu terpatok pada lanskap.

So for me, if I'm facing this way,

Sedangkan bagi saya, saat tubuh ke sini,

then time goes this way,

arah waktu ke sini,

and if I'm facing this way, then time goes this way.

jika saya menghadap ke sini, maka waktu ke arah sini.

I'm facing this way, time goes this way --

Saya menghadap ke sini, waktu ke arah sini,

very egocentric of me to have the direction of time chase me around

sangat egosentris karena arah waktu selalu berubah mengikuti saya--

every time I turn my body.

setiap kali saya berpaling arah.

For the Kuuk Thaayorre, time is locked on the landscape.

Sedangkan bagi Kuuk Thaayorre, waktu terpatok pada lanskap.

It's a dramatically different way of thinking about time.

Persepsi yang sangat berbeda pada waktu.

Ada satu lagi trik cerdas manusia.

Here's another really smart human trick.

Misalkan saya bertanya ada berapa pinguin.

Suppose I ask you how many penguins are there.

Well, I bet I know how you'd solve that problem if you solved it.

Saya tahu dengan pasti cara Anda menjawabnya.

Anda menghitungnya, "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan."

You went, "One, two, three, four, five, six, seven, eight."

You counted them.

Anda menomori mereka satu per satu

You named each one with a number,

and the last number you said was the number of penguins.

dan nomor terakhir yang diucapkan adalah jumlah pinguinnya.

This is a little trick that you're taught to use as kids.

Ini adalah trik kecil yang diajarkan sedari kita kecil.

You learn the number list and you learn how to apply it.

Kita belajar urutan nomor dan mengaplikasikannya.

A little linguistic trick.

Sebuah trik linguistik kecil.

Well, some languages don't do this,

Namun, beberapa bahasa tidak begini,

because some languages don't have exact number words.

karena beberapa bahasa tidak punya kata untuk angka.

They're languages that don't have a word like "seven"

Bahasa tersebut tidak punya kata seperti "tujuh"...

or a word like "eight."

atau kata seperti "delapan."

In fact, people who speak these languages don't count,

Bahkan, para penutur bahasa itu tidak berhitung,

and they have trouble keeping track of exact quantities.

dan mereka kesulitan menentukan jumlah dengan tepat.

So, for example, if I ask you to match this number of penguins

Jadi, contohnya, jika saya meminta mereka untuk mencocokkan jumlah pinguin ini

to the same number of ducks,

dengan bebek berjumlah sama,

you would be able to do that by counting.

Anda mungkin bisa menghitungnya.

But folks who don't have that linguistic trick can't do that.

Tetapi, mereka yang tak punya trik linguistik itu tidak bisa.

Languages also differ in how they divide up the color spectrum --

Bahasa juga berbeda dalam hal memilah spektrum warna --

the visual world.

pada dunia visual.

Some languages have lots of words for colors,

Beberapa bahasa punya banyak kata untuk warna,

some have only a couple words, "light" and "dark."

beberapa hanya punya sedikit, "muda" dan "tua".

And languages differ in where they put boundaries between colors.

Tiap bahasa berbeda dalam hal penempatan batasan antarwarna.

So, for example, in English, there's a word for blue

Contohnya, dalam bahasa Inggris, ada kata untuk biru

that covers all of the colors that you can see on the screen,

yang mencakup semua warna yang Anda lihat di layar,

but in Russian, there isn't a single word.

tetapi dalam bahasa Rusia tidak ada kata biru.

Instead, Russian speakers have to differentiate

Alih-alih, penutur Rusia harus membedakan

between light blue, "goluboy,"

antara biru muda, "goluboy," dengan biru tua, "siniy."

and dark blue, "siniy."

So Russians have this lifetime of experience of, in language,

Jadi orang Rusia mendapat latihan seumur hidup, melalui bahasanya,

distinguishing these two colors.

untuk membedakan kedua warna ini.

Saat kami menguji kemampuan orang untuk secara perseptual membedakan warna ini,

When we test people's ability to perceptually discriminate these colors,

kami temukan bahwa penutur bahasa Rusia lebih cekatan

what we find is that Russian speakers are faster

across this linguistic boundary.

dalam batasan linguistik ini.

They're faster to be able to tell the difference

Mereka lebih cekatan saat membedakan antara biru muda dan tua.

between a light and dark blue.

And when you look at people's brains as they're looking at colors --

Dan jika Anda mengamati otak manusia di saat mereka melihat warna --

say you have colors shifting slowly from light to dark blue --

misalnya warna biru yang perlahan berubah dari biru muda ke tua --

the brains of people who use different words for light and dark blue

otak manusia yang menggunakan kata berbeda untuk biru muda dan tua

will give a surprised reaction as the colors shift from light to dark,

akan menampakkan reaksi terkejut saat warna berubah dari muda ke tua,

as if, "Ooh, something has categorically changed,"

seakan, "Oh, ada sesuatu yang kategorinya berubah,"

sedangkan otak para penutur bahasa Inggris, misalnya,

whereas the brains of English speakers, for example,

that don't make this categorical distinction,

yang tak melakukan pengelompokan serupa,

don't give that surprise,

tidak menunjukkan reaksi terkejut, karena tak ada perubahan kategori.

because nothing is categorically changing.

Bahasa punya segala macam ciri struktur yang khas.

Languages have all kinds of structural quirks.

This is one of my favorites.

Yang ini salah satu favorit saya

Lots of languages have grammatical gender;

Banyak bahasa memiliki tata bahasa bergender;

every noun gets assigned a gender, often masculine or feminine.

setiap kata benda diberikan gender, seringnya maskulin atau feminin.

Dan gender tersebut berbeda antarbahasa.

And these genders differ across languages.

Contohnya, matahari itu feminin di bahasa Jerman,

So, for example, the sun is feminine in German but masculine in Spanish,

tetapi maskulin di bahasa Spanyol,

and the moon, the reverse.

dan bulan, sebaliknya.

Could this actually have any consequence for how people think?

Mungkinkah ini ada hubungannya dengan cara orang berpikir?

Do German speakers think of the sun as somehow more female-like,

Apakah penutur bahasa Jerman berpendapat matahari sebagai hal yang feminin,

and the moon somehow more male-like?

dan bulan lebih maskulin?

Actually, it turns out that's the case.

Sebetulnya, memang demikian adanya.

So if you ask German and Spanish speakers to, say, describe a bridge,

Kalau kita meminta penutur bahasa Jerman dan Spanyol mendeskripsikan jembatan,

seperti yang ada di gambar ini--

like the one here --

"bridge" happens to be grammatically feminine in German,

kebetulan kata "jembatan" termasuk feminin dalam bahasa Jerman,

grammatically masculine in Spanish --

secara gramatikal maskulin dalam bahasa Spanyol--

German speakers are more likely to say bridges are "beautiful," "elegant"

Penutur bahasa Jerman mungkin menggunakan kata "cantik", "elegan" untuk jembatan,

and stereotypically feminine words.

atau kata lain yang dianggap feminin.

Whereas Spanish speakers will be more likely to say

Sedangkan penutur bahasa Spanyol akan berpendapat bahwa

they're "strong" or "long,"

"kokoh" atau "panjang",

these masculine words.

yang merupakan kata bersifat maskulin.

(Tertawa)

(Laughter)

Languages also differ in how they describe events, right?

Bahasa juga berbeda saat digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa, kan?

You take an event like this, an accident.

Misalnya peristiwa kecelakaan seperti ini.

In English, it's fine to say, "He broke the vase."

Di bahasa Inggris, akan dikatakan, "Dia memecahkan vasnya."

In a language like Spanish,

Dalam bahasa seperti Spanyol,

you might be more likely to say, "The vase broke,"

kalian mungkin akan berkata, "Vasnya pecah,"

or, "The vase broke itself."

atau, "Vasnya pecah sendiri."

If it's an accident, you wouldn't say that someone did it.

Jika tak disengaja, kita takkan bilang seseorang melakukannya.

In English, quite weirdly, we can even say things like,

Dalam bahasa Inggris, anehnya, kita bisa berkata seperti,

"Aku mematahkan lenganku."

"I broke my arm."

Now, in lots of languages,

Nah, di banyak bahasa lain,

you couldn't use that construction unless you are a lunatic

Anda tidak bisa memakai susunan itu kecuali jiwa Anda terganggu ...

and you went out looking to break your arm --

lalu Anda mencoba mematahkan tangan Anda--

(Laughter)

dan Anda berhasil.

and you succeeded.

If it was an accident, you would use a different construction.

Jika hal itu tak disengaja, susunan kalimatnya akan berbeda.

Now, this has consequences.

Perbedaan ini ada dampaknya.

So, people who speak different languages will pay attention to different things,

Penutur bahasa yang berbeda akan memperhatikan hal yang berbeda,

depending on what their language usually requires them to do.

tergantung dari ketentuan dalam bahasa masing-masing.

Jadi saat kami menunjukkan kecelakaan yang sama

So we show the same accident to English speakers and Spanish speakers,

kepada penutur bahasa Inggris dan Spanyol,

English speakers will remember who did it,

penutur bahasa Inggris akan mengingat siapa pelakunya,

because English requires you to say, "He did it; he broke the vase."

karena bahasa Inggris menuntut susunan, "Dia memecahkan vas itu."

Whereas Spanish speakers might be less likely to remember who did it

Sedangkan penutur bahasa Spanyol cenderung tidak mengingat pelakunya

jika itu tidak disengaja,

if it's an accident,

dan mereka cenderung lebih ingat bahwa itu adalah suatu kecelakaan.

but they're more likely to remember that it was an accident.

They're more likely to remember the intention.

Mereka akan lebih mengingat unsur niatnya.

So, two people watch the same event,

Jadi, dua orang melihat kejadian yang sama,

witness the same crime,

menyaksikan kejahatan yang sama,

but end up remembering different things about that event.

tetapi mengingat hal yang berbeda dari kejadian tersebut.

This has implications, of course, for eyewitness testimony.

Hal tersebut berhubungan dengan kesaksian saksi mata.

It also has implications for blame and punishment.

Ini juga terkait dengan tuduhan dan hukuman.

So if you take English speakers

Jadi misalnya ada penutur bahasa Inggris

and I just show you someone breaking a vase,

dan saya menunjukkan seseorang memecahkan vas,

and I say, "He broke the vase," as opposed to "The vase broke,"

lalu saya bilang, "Dia memecahkan vasnya," bukannya, "Vasnya pecah,"

even though you can witness it yourself,

walaupun sudah menyaksikannya sendiri,

you can watch the video,

menonton rekamannya,

you can watch the crime against the vase,

Anda bisa melihat kronologis pecahnya vas,

you will punish someone more,

Anda akan menghukum orang lebih berat

you will blame someone more if I just said, "He broke it,"

dan lebih menyalahkannya jika saya berkata, "Dia memecahkan vas,"

as opposed to, "It broke."

dibandingkan, "Vasnya pecah."

The language guides our reasoning about events.

Bahasa menuntun logika kita mengenai suatu kejadian.

Now, I've given you a few examples

Nah, saya sudah memberikan beberapa contoh

of how language can profoundly shape the way we think,

bagaimana bahasa dapat sangat membentuk cara kita berpikir,

and it does so in a variety of ways.

dan itu terjadi dengan berbagai cara.

So language can have big effects,

Jadi bahasa bisa memiliki dampak besar,

like we saw with space and time,

misalnya pada persepsi ruang dan waktu,

where people can lay out space and time

sehingga cara orang dalam memetakan ruang dan waktu bisa sangat berbeda.

in completely different coordinate frames from each other.

Language can also have really deep effects --

Bahasa juga memiliki dampak yang mendalam--

seperti pada contoh mengenai angka.

that's what we saw with the case of number.

Having count words in your language,

Jika bahasa memiliki kata untuk berhitung,

having number words,

memiliki kata untuk angka,

opens up the whole world of mathematics.

akan membuka seluruh dunia matematika.

Of course, if you don't count, you can't do algebra,

Tanpa kemampuan berhitung, mustahil menguasai aljabar,

you can't do any of the things

serta tidak bisa melakukan apapun

that would be required to build a room like this

yang dibutuhkan untuk membangun ruangan seperti ini

or make this broadcast, right?

atau mempersiapkan tayangan ini, kan?

This little trick of number words gives you a stepping stone

Trik kecil mengenai angka ini menjadi batu loncatan

into a whole cognitive realm.

menuju seluruh ranah kognitif.

Language can also have really early effects,

Bahasa juga memiliki dampak yang sangat awal,

what we saw in the case of color.

seperti pada contoh tentang warna.

These are really simple, basic, perceptual decisions.

Ini adalah langkah persepsi yang sederhana dan mendasar.

We make thousands of them all the time,

Kita melakukannya ribuan kali setiap saat,

tetapi bahasa berperan di dalamnya

and yet, language is getting in there

and fussing even with these tiny little perceptual decisions that we make.

dan mempengaruhi keputusan perseptual yang kelihatannya sepele itu.

Language can have really broad effects.

Bahasa dapat memberi dampak yang luas.

So the case of grammatical gender may be a little silly,

Persoalan gender dalam tata bahasa mungkin agak sedikit konyol,

but at the same time, grammatical gender applies to all nouns.

tetapi gender tersebut melekat pada semua kata benda.

Itu artinya, bahasa dapat membentuk cara berpikir kita

That means language can shape how you're thinking

about anything that can be named by a noun.

mengenai apapun yang tergolong kata benda.

That's a lot of stuff.

Dan itu mencakup banyak hal.

And finally, I gave you an example of how language can shape things

Akhirnya, saya tadi mencontohkan bagaimana bahasa membentuk hal-hal

that have personal weight to us --

yang bernilai personal bagi kita--

ideas like blame and punishment or eyewitness memory.

misalnya tuduhan, hukuman, atau ingatan saksi mata.

These are important things in our daily lives.

Hal ini penting dalam kehidupan sehari-hari.

Now, the beauty of linguistic diversity is that it reveals to us

Indahnya keberagaman linguistik adalah, betapa ia menunjukkan

just how ingenious and how flexible the human mind is.

keulungan dan kelenturan pikiran manusia.

Human minds have invented not one cognitive universe, but 7,000 --

Pikiran manusia menghasilkan bukan hanya satu bidang kognitif, melainkan 7.000--

there are 7,000 languages spoken around the world.

ada 7.000 bahasa yang digunakan di seluruh dunia.

Dan kita bisa membuat lebih banyak lagi

And we can create many more --

languages, of course, are living things,

--bahasa merupakan sesuatu yang hidup,

things that we can hone and change to suit our needs.

yang dapat kita asah dan ubah untuk memenuhi kebutuhan kita.

The tragic thing is that we're losing so much of this linguistic diversity

Hal yang memprihatinkan adalah, kita semakin kehilangan keberagaman bahasa

all the time.

sepanjang waktu.

We're losing about one language a week,

Satu bahasa menghilang setiap minggunya,

and by some estimates,

dan diperkirakan,

half of the world's languages will be gone in the next hundred years.

separuh dari bahasa dunia akan hilang dalam seratus tahun ke depan.

And the even worse news is that right now,

Berita yang lebih buruknya adalah,

almost everything we know about the human mind and human brain

semua yang kita ketahui tentang pikiran dan otak manusia saat ini

is based on studies of usually American English-speaking undergraduates

bersumber dari penelitian oleh mahasiswa penutur Bahasa Inggris Amerika

at universities.

di universitas.

That excludes almost all humans. Right?

Mereka tidak dapat mewakili seluruh umat manusia, kan?

So what we know about the human mind is actually incredibly narrow and biased,

Jadi, pengetahuan kita mengenai pikiran manusia sebenarnya sangat sempit dan bias,

and our science has to do better.

dan ilmu pengetahuan kita harus berusaha agar lebih baik.

I want to leave you with this final thought.

Saya ingin menutup dengan gagasan terakhir ini.

I've told you about how speakers of different languages think differently,

Kita tahu penutur bahasa yang berbeda berpikir secara berbeda pula,

but of course, that's not about how people elsewhere think.

tetapi intinya bukan tentang bagaimana orang di belahan dunia lain berpikir.

It's about how you think.

Ini mengenai cara Anda berpikir.

It's how the language that you speak shapes the way that you think.

Tentang bagaimana bahasa yang Anda gunakan membentuk cara Anda berpikir.

And that gives you the opportunity to ask,

Hal tersebut memberi Anda kesempatan untuk bertanya,

"Why do I think the way that I do?"

"Mengapa saya berpikir seperti ini?"

"How could I think differently?"

"Bisakah berpikir dengan cara lain?"

And also,

Dan juga,

"What thoughts do I wish to create?"

"Pemikiran apa yang ingin saya buat?"

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)