Mark Pagel: How language transformed humanity

Translator: Ade Indarta Reviewer: handarmin -

Each of you possesses

Masing-masing kita memiliki

the most powerful, dangerous and subversive trait

ciri yang paling kuat, berbahaya, dan subversif

that natural selection has ever devised.

yang dihasilkan oleh seleksi alam.

It's a piece of neural audio technology

Ini adalah satu bagian dari teknologi audio neural

for rewiring other people's minds.

untuk mempengaruhi pikiran orang lain.

I'm talking about your language, of course,

Saya bicara tentang bahasa kita,

because it allows you to implant a thought from your mind

karena dengan bahasa, kita bisa menanamkan pikiran kita

directly into someone else's mind,

langsung ke pikiran orang lain,

and they can attempt to do the same to you,

sebaliknya, orang lain bisa melakukan yang sama,

without either of you having to perform surgery.

tanpa perlu melakukan operasi.

Instead, when you speak,

Saat kita bicara,

you're actually using a form of telemetry

sebenarnya kita menggunakan sejenis telemetri

not so different

tidak jauh berbeda

from the remote control device for your television.

dari perangkat remote control televisi kita.

It's just that, whereas that device

Bedanya, kalau perangkat itu

relies on pulses of infrared light,

bergantung pada sinar infra merah,

your language relies on pulses,

bahasa kita bergantung pada gelombang,

discrete pulses, of sound.

gelombang suara.

And just as you use the remote control device

Sebagaimana kita menggunakan perangkat remote control

to alter the internal settings of your television

untuk mengganti pengaturan internal televisi

to suit your mood,

agar sesuai dengan keinginan kita,

you use your language

kita juga menggunakan bahasa

to alter the settings inside someone else's brain

untuk mengganti pengaturan di dalam otak orang lain

to suit your interests.

agar sesuai dengan kepentingan kita.

Languages are genes talking,

Bahasa adalah gen yang berbicara,

getting things that they want.

mendapatkan hal yang diinginkan.

And just imagine the sense of wonder in a baby

Bayangkan kekaguman seorang bayi

when it first discovers that, merely by uttering a sound,

saat pertama tahu, hanya dengan mengeluarkan suara,

it can get objects to move across a room

dia bisa menggerakkan benda dari ujung ruang

as if by magic,

seperti sulap,

and maybe even into its mouth.

mungkin bahkan ke mulutnya.

Now language's subversive power

Kekuatan subversif bahasa

has been recognized throughout the ages

sudah dikenal sepanjang masa

in censorship, in books you can't read,

dalam sensor, buku yang tidak boleh kita baca,

phrases you can't use

frasa yang tidak boleh kita gunakan

and words you can't say.

dan kata-kata yang tidak boleh kita ucapkan.

In fact, the Tower of Babel story in the Bible

Bahkan, kisah Menara Babel di Injil

is a fable and warning

adalah fabel dan peringatan

about the power of language.

tentang kekuatan bahasa.

According to that story, early humans developed the conceit

Menurut kisah itu, manusia purba mengembangkan pemikiran

that, by using their language to work together,

bahwa dengan menggunakan bahasa untuk bekerja sama,

they could build a tower

mereka bisa membangun sebuah menara

that would take them all the way to heaven.

yang akan membawa mereka ke surga.

Now God, angered at this attempt to usurp his power,

Tuhan, marah terhadap usaha untuk menggulingkan kekuasaannya ini,

destroyed the tower,

menghancurkan menara itu,

and then to ensure

dan untuk memastikan

that it would never be rebuilt,

menara itu tidak pernah dibangun lagi,

he scattered the people by giving them different languages --

Ia menyebar manusia dengan memberikan bahasa yang berbeda-beda --

confused them by giving them different languages.

membuat mereka bingung dengan bahasa yang berbeda.

And this leads to the wonderful irony

Ini membawa kita ke ironi yang menarik

that our languages exist to prevent us from communicating.

bahasa kita ada untuk mencegah kita berkomunikasi.

Even today,

Bahkan hari ini,

we know that there are words we cannot use,

kita tahu ada kata-kata yang tidak bisa kita gunakan,

phrases we cannot say,

frasa yang tidak boleh kita katakan,

because if we do so,

karena kalau iya,

we might be accosted, jailed,

kita bisa diserang, dipenjara,

or even killed.

atau bahkan dibunuh.

And all of this from a puff of air

Dan semua ini hanya karena angin

emanating from our mouths.

yang keluar dari mulut kita.

Now all this fuss about a single one of our traits

Semua perhatian ini, pada satu ciri yang kita miliki

tells us there's something worth explaining.

menunjukkan bahwa ada sesuatu yang harus kita jelaskan.

And that is how and why

Yaitu bagaimana dan mengapa

did this remarkable trait evolve,

ciri yang luar biasa ini berkembang,

and why did it evolve

dan mengapa itu berkembang

only in our species?

hanya pada spesies kita?

Now it's a little bit of a surprise

Mungkin akan sedikit mengejutkan

that to get an answer to that question,

untuk menjawab pertanyaan itu,

we have to go to tool use

kita harus melihat alat

in the chimpanzees.

yang digunakan simpanse.

Now these chimpanzees are using tools,

Simpanse menggunakan peralatan,

and we take that as a sign of their intelligence.

dan kita melihatnya sebagai bukti kecerdasan mereka.

But if they really were intelligent,

Tapi kalau mereka memang cerdas,

why would they use a stick to extract termites from the ground

kenapa mereka menggunakan tongkat untuk mengambil rayap dari tanah

rather than a shovel?

dan bukannya sekop?

And if they really were intelligent,

Kalau mereka benar cerdas,

why would they crack open nuts with a rock?

kenapa mereka membuka kacang dengan batu?

Why wouldn't they just go to a shop and buy a bag of nuts

Kenapa mereka tidak pergi ke toko dan membeli kacang

that somebody else had already cracked open for them?

yang sudah dibukakan oleh orang lain?

Why not? I mean, that's what we do.

Kenapa tidak? Itu kan yang kita lakukan.

Now the reason the chimpanzees don't do that

Alasan kenapa simpanse tidak melakukan itu

is that they lack what psychologists and anthropologists call

karena mereka tidak punya apa yang disebut para psikolog dan antropolog

social learning.

pembelajaran sosial.

They seem to lack the ability

Mereka tidak punya kemampuan untuk

to learn from others

belajar dari yang lain

by copying or imitating

dengan mengikuti atau meniru

or simply watching.

atau sekadar melihat.

As a result,

Akibatnya,

they can't improve on others' ideas

mereka tidak bisa mengembangkan ide yang lain

or learn from others' mistakes --

atau belajar dari kesalahan yang lain --

benefit from others' wisdom.

memanfaatkan kebijakan yang lain.

And so they just do the same thing

Mereka hanya melakukan hal yang sama

over and over and over again.

berulang-ulang kali.

In fact, we could go away for a million years and come back

Bahkan, kita bisa menghilang selama satu juta tahun dan kembali

and these chimpanzees would be doing the same thing

dan simpanse ini masih tetap melakukan hal yang sama

with the same sticks for the termites

dengan tongkat yang sama mengambil rayap

and the same rocks to crack open the nuts.

dengan batu yang sama memecah kacang.

Now this may sound arrogant, or even full of hubris.

Ini mungkin terdengar sombong, atau bahkan terlalu muluk.

How do we know this?

Bagaimana kita tahu ini?

Because this is exactly what our ancestors, the Homo erectus, did.

Karena ini persis yang dilakukan oleh nenek moyang kita, Homo erektus.

These upright apes

Kera yang berdiri tegak ini

evolved on the African savanna

berevolusi di savanah Afrika

about two million years ago,

sekitar dua juta tahun lalu,

and they made these splendid hand axes

mereka membuat kapak genggam ini

that fit wonderfully into your hands.

yang pas untuk tangan kita.

But if we look at the fossil record,

Tapi kalau kita melihat rekaman fosil,

we see that they made the same hand axe

kita tahu mereka membuat kapak genggam yang sama

over and over and over again

berulang-ulang kali

for one million years.

selama satu juta tahun.

You can follow it through the fossil record.

Kita bisa melihat dari rekaman fosil yang ada.

Now if we make some guesses about how long Homo erectus lived,

Kalau kita bisa menebak berapa lama Homo erektus hidup,

what their generation time was,

berapa banyak generasi mereka,

that's about 40,000 generations

itu sekitar 40.000 generasi

of parents to offspring, and other individuals watching,

orang tua sampai anak-anak, dan individu yang lain melihat,

in which that hand axe didn't change.

kapak genggam tidak berubah.

It's not even clear

Belum ada bukti juga

that our very close genetic relatives, the Neanderthals,

bahwa saudara genetis dekat kita, Neanderthal,

had social learning.

melakukan pembelajaran sosisal.

Sure enough, their tools were more complicated

Yang pasti, peralatan mereka lebih rumit

than those of Homo erectus,

daripada milik Homo erektus,

but they too showed very little change

tapi mereka juga tidak banyak berkembang

over the 300,000 years or so

selama 300.000 tahun lebih

that those species, the Neanderthals,

spesies ini, Neanderthal,

lived in Eurasia.

hidup di Eurasia.

Okay, so what this tells us

Baik, jadi ini menunjukkan

is that, contrary to the old adage,

bahwa, berbeda dengan petuah lama,

"monkey see, monkey do,"

"monyet melihat, monyet meniru,"

the surprise really is

yang mengejutkan adalah

that all of the other animals

tidak semua binatang

really cannot do that -- at least not very much.

bisa melakukan itu -- setidaknya tidak banyak.

And even this picture

Dan bahkan gambar ini

has the suspicious taint of being rigged about it --

konon bukan asli, sudah diedit --

something from a Barnum & Bailey circus.

ini dari sirkus Barnum dan Bailey.

But by comparison,

Tapi sebagai perbandingan,

we can learn.

kita bisa belajar.

We can learn by watching other people

Kita bisa belajar dengan melihat orang lain

and copying or imitating

dan mengikuti atau meniru

what they can do.

yang mereka lakukan.

We can then choose, from among a range of options,

Kita lalu bisa memilih, dari serangkaian pilihan,

the best one.

yang terbaik.

We can benefit from others' ideas.

Kita bisa memanfaatkan ide orang lain.

We can build on their wisdom.

Kita bisa mengembangkan ilmu mereka.

And as a result, our ideas do accumulate,

Hasilnya, ide manusia terakumulasi,

and our technology progresses.

teknologi kita berkembang.

And this cumulative cultural adaptation,

Adaptasi budaya kumulatif ini,

as anthropologists call

demikian sebutan para antropolog

this accumulation of ideas,

akumulasi ide-ide ini,

is responsible for everything around you

bertanggung jawab atas semua yang ada di sekitar kita

in your bustling and teeming everyday lives.

dalam kehidupan sehari-hari kita.

I mean the world has changed out of all proportion

Dunia sudah berubah drastis

to what we would recognize

dari apa yang bisa kita bayangkan

even 1,000 or 2,000 years ago.

bahkan 1.000 atau 2.000 tahun lalu.

And all of this because of cumulative cultural adaptation.

Dan semua ini karena adaptasi budaya kumulatif.

The chairs you're sitting in, the lights in this auditorium,

Kursi yang Anda duduki, lampu di auditorium ini,

my microphone, the iPads and iPods that you carry around with you --

mikrofon saya, iPad dan iPod yang Anda bawa-bawa

all are a result

semua adalah hasil

of cumulative cultural adaptation.

adaptasi budaya kumulatif.

Now to many commentators,

Ada banyak orang berkata,

cumulative cultural adaptation, or social learning,

adaptasi budaya kumulatif, atau pembelajaran sosial,

is job done, end of story.

berarti selesai, tamat.

Our species can make stuff,

Spesies kita bisa membuat macam-macam,

therefore we prospered in a way that no other species has.

karena itu kita makmur, berbeda dengan nasib spesies lain.

In fact, we can even make the "stuff of life" --

Kita bahkan bisa membuat "kehidupan" --

as I just said, all the stuff around us.

semua yang ada di sekitar kita.

But in fact, it turns out

Tapi, ternyata

that some time around 200,000 years ago,

sekitar 200.000 tahun lalu,

when our species first arose

saat spesies kita pertama kali berdiri

and acquired social learning,

dan melakukan pembelajaran sosial,

that this was really the beginning of our story,

itulah sebenarnya awal kisah kita,

not the end of our story.

bukan akhir cerita kita.

Because our acquisition of social learning

Karena perolehan pembelajaran sosial

would create a social and evolutionary dilemma,

menciptakan dilema sosial dan evolusioner,

the resolution of which, it's fair to say,

resolusi yang, boleh dikatakan,

would determine not only the future course of our psychology,

tidak hanya menentukan arah psikologi kita di masa depan,

but the future course of the entire world.

tapi juga arah seluruh dunia ini di masa depan.

And most importantly for this,

Dan yang lebih penting,

it'll tell us why we have language.

memberi tahu kita mengapa kita punya bahasa.

And the reason that dilemma arose

Alasan kenapa dilema itu ada adalah

is, it turns out, that social learning is visual theft.

karena ternyata pembelajaran sosial adalah pencurian visual.

If I can learn by watching you,

Kalau saya bisa belajar dengan memperhatikan Anda,

I can steal your best ideas,

saya bisa mencuri ide-ide terbaik Anda,

and I can benefit from your efforts,

dan saya bisa memanfaatkan usaha Anda,

without having to put in the time and energy that you did

tanpa harus menghabiskan waktu dan energi

into developing them.

seperti yang Anda habiskan.

If I can watch which lure you use to catch a fish,

Kalau saya bisa melihat umpan apa yang Anda gunakan untuk menangkap ikan,

or I can watch how you flake your hand axe

atau melihat bagaimana Anda membuat kapak genggam

to make it better,

untuk membuatnya lebih baik,

or if I follow you secretly to your mushroom patch,

atau kalau saya bisa diam-diam mengikuti Anda ke kebun jamur Anda,

I can benefit from your knowledge and wisdom and skills,

saya bisa memanfaatkan pengetahuan, ilmu, dan keterampilan Anda,

and maybe even catch that fish

mungkin bahkan bisa menangkap ikan

before you do.

lebih cepat dari Anda.

Social learning really is visual theft.

Pembelajaran sosial sebenarnya adalah pencurian visual.

And in any species that acquired it,

Dan bagi spesies yang mengetahui ini,

it would behoove you

mereka perlu

to hide your best ideas,

menyembunyikan ide-ide terbaik mereka,

lest somebody steal them from you.

atau yang lain akan mencurinya dari mereka.

And so some time around 200,000 years ago,

Jadi sekitar 200.000 tahun yang lalu

our species confronted this crisis.

spesies kita menemui krisis ini.

And we really had only two options

Kita hanya punya dua pilihan

for dealing with the conflicts

untuk menghadapi konflik

that visual theft would bring.

yang ditimbulkan pencurian visual.

One of those options

Salah satu pilihannya

was that we could have retreated

kita bisa melarikan diri

into small family groups.

menjadi kelompok keluarga kecil.

Because then the benefits of our ideas and knowledge

Karena dengan begitu manfaat ide dan pengetahuan kita

would flow just to our relatives.

akan mengalir ke saudara kita saja.

Had we chosen this option,

Kalau dulu kita memilih ini,

sometime around 200,000 years ago,

sekitar 200.000 tahun lalu,

we would probably still be living like the Neanderthals were

kita mungkin masih hidup seperti Neanderthal

when we first entered Europe 40,000 years ago.

saat masuk pertama kali ke Eropa 40.000 tahun lalu.

And this is because in small groups

Ini karena dalam grup kecil

there are fewer ideas, there are fewer innovations.

ada lebih sedikit ide, lebih sedikit inovasi.

And small groups are more prone to accidents and bad luck.

Grup kecil lebih rentan terhadap kecelakaan dan nasib sial.

So if we'd chosen that path,

Kalau kita memilih jalur itu,

our evolutionary path would have led into the forest --

jalur evolusi kita pasti akan membawa kita ke hutan --

and been a short one indeed.

dan usianya tidak akan lama.

The other option we could choose

Pilihan lain yang bisa kita ambil

was to develop the systems of communication

mengembangkan sistem komunikasi

that would allow us to share ideas

yang memungkinkan kita berbagi ide

and to cooperate amongst others.

dan saling berkerja sama.

Choosing this option would mean

Dengan mengambil pilihan ini

that a vastly greater fund of accumulated knowledge and wisdom

kumpulan pengetahuan dan ilmu yang jauh lebih besar

would become available to any one individual

dapat tersedia untuk masing-masing individu

than would ever arise from within an individual family

daripada yang mungkin muncul dari kelompok kecil

or an individual person on their own.

atau individu perseorangan sendiri.

Well, we chose the second option,

Kita memilih yang kedua,

and language is the result.

dan bahasa adalah hasilnya.

Language evolved to solve the crisis

Bahasa berevolusi untuk memecahkan masalah

of visual theft.

pencurian visual.

Language is a piece of social technology

Bahasa adalah bagian teknologi sosial

for enhancing the benefits of cooperation --

untuk menyempurnakan manfaat kerja sama --

for reaching agreements, for striking deals

untuk mencapai kesepakatan,

and for coordinating our activities.

dan untuk mengkoordinasikan kegiatan kita.

And you can see that, in a developing society

Seperti yang Anda lihat, dalam masyarakat berkembang

that was beginning to acquire language,

yang mulai menguasai bahasa,

not having language

tidak punya bahasa

would be a like a bird without wings.

akan seperti burung tak bersayap.

Just as wings open up this sphere of air

Sama seperti sayap yang membuka lapisan udara

for birds to exploit,

agar burung bisa menjelajah,

language opened up the sphere of cooperation

bahasa membuka pintu kerja sama

for humans to exploit.

untuk dijelajahi oleh manusia.

And we take this utterly for granted,

Kita menganggap ini sebagai sesuatu yang biasa,

because we're a species that is so at home with language,

karena kita spesies yang sudah sangat terbiasa dengan bahasa.

but you have to realize

Tapi kita harus menyadari

that even the simplest acts of exchange that we engage in

bahwa tindakan paling sederhana pun dalam berkomunikasi

are utterly dependent upon language.

sangat tergantung pada bahasa.

And to see why, consider two scenarios

Untuk mengetahui kenapa, coba lihat dua skenario berikut

from early in our evolution.

dari masa awal evolusi kita.

Let's imagine that you are really good

Bayangkan Anda sangat pintar

at making arrowheads,

membuat mata anak panah,

but you're hopeless at making the wooden shafts

tapi Anda payah dalam membuat anak panahnya

with the flight feathers attached.

dengan bulu burung dan sebagainya.

Two other people you know are very good at making the wooden shafts,

Anda kenal dua orang yang sangat pintar membuat anak panah,

but they're hopeless at making the arrowheads.

tapi mereka payah dalam membuat mata anak panah.

So what you do is --

Jadi yang Anda lakukan adalah --

one of those people has not really acquired language yet.

salah satu orang itu tidak menguasai bahasa.

And let's pretend the other one is good at language skills.

Misal saja yang satunya sangat menguasai ketrampilan bahasa.

So what you do one day is you take a pile of arrowheads,

Jadi yang Anda lakukan, mengambil setumpuk mata anak panah,

and you walk up to the one that can't speak very well,

dan menghampiri orang yang tidak pandai berbicara,

and you put the arrowheads down in front of him,

Anda letakkan mata anak panah itu di depannya,

hoping that he'll get the idea that you want to trade your arrowheads

berharap dia mengerti Anda ingin menukar mata anak panah Anda

for finished arrows.

dengan anak panah.

But he looks at the pile of arrowheads, thinks they're a gift,

Tapi dia hanya melihat tumpukan itu, berpikir semua itu hadiah,

picks them up, smiles and walks off.

mengambilnya, tersenyum dan pergi.

Now you pursue this guy, gesticulating.

Anda kemudian mengejar orang itu.

A scuffle ensues and you get stabbed

Perkelahian terjadi dan Anda ditusuk

with one of your own arrowheads.

dengan salah satu mata anak panah Anda sendiri.

Okay, now replay this scene now, and you're approaching the one who has language.

Sekarang, coba kita putar ulang skenario ini, dan Anda mendekati orang yang pandai berbahasa.

You put down your arrowheads and say,

Anda letakkan mata anak panah Anda dan berkata,

"I'd like to trade these arrowheads for finished arrows. I'll split you 50/50."

"Saya ingin menukar mata anak panah ini dengan anak panahmu. Hasilnya kita bagi 50/50."

The other one says, "Fine. Looks good to me.

Orang itu berkata, "Baik, saya setuju.

We'll do that."

Mari kita tukar."

Now the job is done.

Pekerjaan selesai.

Once we have language,

Kalau kita punya bahasa,

we can put our ideas together and cooperate

kita bisa menyatukan ide dan bekerja sama

to have a prosperity

mencapai kemakmuran

that we couldn't have before we acquired it.

yang tidak bisa kita capai sebelumnya.

And this is why our species

Inilah mengapa spesies kita

has prospered around the world

hidup makmur di seluruh dunia

while the rest of the animals

sementara binatang yang lain

sit behind bars in zoos, languishing.

hidup di belakang kerangkeng kebun binatang, menderita.

That's why we build space shuttles and cathedrals

Itulah mengapa kita membuat pesawat ruang angkasa dan katredal

while the rest of the world sticks sticks into the ground

sementara binatang yang lain menggunakan tongkat

to extract termites.

untuk mengambil rayap.

All right, if this view of language

Jika pandangan tentang bahasa

and its value

dan nilainya ini

in solving the crisis of visual theft is true,

dalam menyelesaikan pencurian visual benar,

any species that acquires it

spesies apa pun yang menguasainya

should show an explosion of creativity and prosperity.

seharusnya akan menunjukkan ledakan kreativitas dan kemakmuran.

And this is exactly what the archeological record shows.

Inilah yang memang ditunjukkan oleh catatan arkeologi.

If you look at our ancestors,

Kalau kita melihat nenek moyang kita,

the Neanderthals and the Homo erectus, our immediate ancestors,

Neanderthal dan Homo erektus, nenek moyang kita langsung,

they're confined to small regions of the world.

mereka terkurung di wilayah kecil di bagian bumi ini.

But when our species arose

Tapi ketika spesies kita bangkit

about 200,000 years ago,

sekitar 200.000 tahun yang lalu,

sometime after that we quickly walked out of Africa

beberapa masa setelah itu mereka berjalan keluar dari Afrika

and spread around the entire world,

dan menyebar ke seluruh dunia,

occupying nearly every habitat on Earth.

menempati hampir setiap tempat di seluruh Bumi.

Now whereas other species are confined

Jadi sementara spesies yang lain terkurung

to places that their genes adapt them to,

di tempat yang sanggup diatasi oleh gen mereka,

with social learning and language,

dengan pembelajaran sosial dan bahasa,

we could transform the environment

kita bisa mengubah lingkungan

to suit our needs.

agar sesuai dengan kebutuhan kita.

And so we prospered in a way

Kita pun menjadi makmur

that no other animal has.

tidak seperti binatang apa pun yang lain.

Language really is

Bahasa sebenarnya adalah

the most potent trait that has ever evolved.

ciri paling luar biasa hasil evolusi.

It is the most valuable trait we have

Ciri yang paling berharga yang kita punya

for converting new lands and resources

untuk mengubah lahan dan sumber daya baru

into more people and their genes

menjadi lebih banyak manusia dan gen mereka

that natural selection has ever devised.

daripada yang bisa dihasilkan oleh seleksi alam.

Language really is

Bahasa sebenarnya

the voice of our genes.

suara gen kita.

Now having evolved language, though,

Tapi sekarang setelah mengembangkan bahasa,

we did something peculiar,

kita melakukan sesuatu yang unik,

even bizarre.

aneh bahkan.

As we spread out around the world,

Setelah kita menyebar ke seluruh dunia,

we developed thousands of different languages.

kita mengembangkan ribuan bahasa yang berbeda.

Currently, there are about seven or 8,000

Saat ini, ada sekitar tujuh atau 8.000

different languages spoken on Earth.

bahasa berbeda yang digunakan di bumi.

Now you might say, well, this is just natural.

Kita bisa saja berkata, ini wajar.

As we diverge, our languages are naturally going to diverge.

Saat berkembang, bahasa kita secara alami juga berkembang.

But the real puzzle and irony

Tapi teka-teki dan ironi yang sebenarnya

is that the greatest density of different languages on Earth

adalah bahwa kepadatan bahasa berbeda yang terbesar di dunia ini

is found where people are most tightly packed together.

ditemukan di tempat yang paling padat penduduknya.

If we go to the island of Papua New Guinea,

Kalau kita pergi ke pulau Papua Nugini,

we can find about 800 to 1,000

kita bisa menemukan sekitar 800 sampai 1000

distinct human languages,

bahasa manusia yang unik,

different human languages,

bahasa manusia yang berbeda,

spoken on that island alone.

digunakan di satu pulau itu saja.

There are places on that island

Ada tempat di pulau itu

where you can encounter a new language

di mana kita bisa menemui bahasa baru

every two or three miles.

setiap dua atau tiga mil.

Now, incredible as this sounds,

Meski ini terdengar mengagumkan,

I once met a Papuan man, and I asked him if this could possibly be true.

saya pernah bertemu dengan orang Papua, dan bertanya apakah ini benar.

And he said to me, "Oh no.

Dan dia bilang, "Oh tidak.

They're far closer together than that."

Jauh lebih dekat."

And it's true; there are places on that island

Dan itu benar; ada tempat di pulau itu

where you can encounter a new language in under a mile.

di mana kita bisa menemui bahasa baru kurang dari satu mil.

And this is also true of some remote oceanic islands.

Dan ini juga terjadi di pulau-pulau yang terpencil.

And so it seems that we use our language,

Jadi sepertinya kita menggunakan bahasa,

not just to cooperate,

bukan hanya untuk bekerja sama,

but to draw rings around our cooperative groups

tapi juga untuk membatasi kelompok kerja sama kita

and to establish identities,

untuk membangun identitas,

and perhaps to protect our knowledge and wisdom and skills

dan mungkin melindungi pengetahuan dan ilmu dan keterampilan kita

from eavesdropping from outside.

dari pihak luar yang mencoba mencuri.

And we know this

Dan kita tahu ini

because when we study different language groups

karena kalau kita mempelajari grup bahasa yang berbeda

and associate them with their cultures,

dan mengasosiasikannya dengan budaya mereka,

we see that different languages

kita tahu bahwa bahasa yang berbeda

slow the flow of ideas between groups.

memperlambat aliran ide antara grup yang ada.

They slow the flow of technologies.

Memperlambat aliran teknologi.

And they even slow the flow of genes.

Bahkan memperlambat aliran gen.

Now I can't speak for you,

Saya tidak tahu apa ini berlaku untuk semua orang,

but it seems to be the case

tapi setahu saya

that we don't have sex with people we can't talk to.

kita tidak berhubungan seks dengan orang yang tidak bisa kita ajak berbicara.

(Laughter)

(Suara tawa)

Now we have to counter that, though,

Kita juga perlu menghadapkan ini dengan

against the evidence we've heard

bukti yang kita dengar

that we might have had some rather distasteful genetic dalliances

bahwa kita mungkin punya hubungan genetis yang agak memalukan

with the Neanderthals and the Denisovans.

dengan Neanderthal dan Denisovan.

(Laughter)

(Suara tawa)

Okay, this tendency we have,

Baik, jadi tendensi yang kita miliki,

this seemingly natural tendency we have,

tendensi alami yang sepertinya kita miliki ini,

towards isolation, towards keeping to ourselves,

terhadap isolasi, terhadap merahasiakan sesuatu,

crashes head first into our modern world.

bertentangan dengan dunia modern kita.

This remarkable image

Gambar yang luar biasa ini

is not a map of the world.

bukan peta dunia.

In fact, it's a map of Facebook friendship links.

Ini sebenarnya peta jaringan pertemanan Facebook.

And when you plot those friendship links

Kalau kita petakan kaitan pertemanan

by their latitude and longitude,

dengan garis bujur dan garis lintangnya,

it literally draws a map of the world.

akan tercipta peta dunia.

Our modern world is communicating

Dunia modern kita ini berkomunikasi

with itself and with each other

sendiri dan dengan yang lain

more than it has

lebih dari pada sebelumnya

at any time in its past.

di masa lalu.

And that communication, that connectivity around the world,

Dan komunikasi itu, konektivitas itu di seluruh dunia,

that globalization

globalisasi itu

now raises a burden.

sekarang menciptakan beban.

Because these different languages

Karena bahasa-bahasa yang berbeda ini

impose a barrier, as we've just seen,

menciptakan halangan, seperti yang baru saja kita lihat,

to the transfer of goods and ideas

untuk mentransfer barang dan ide

and technologies and wisdom.

dan teknologi dan pengetahuan.

And they impose a barrier to cooperation.

Dan menciptakan halangan kerja sama.

And nowhere do we see that more clearly

Kita bisa melihatnya paling jelas

than in the European Union,

di Uni Eropa,

whose 27 member countries

yang punya 27 negara anggota

speak 23 official languages.

menggunakan 23 bahasa resmi.

The European Union

Uni Eropa

is now spending over one billion euros annually

sekarang menghabiskan lebih dari satu miliar euro setiap tahunnya

translating among their 23 official languages.

menerjemahkan ke 23 bahasa resmi mereka.

That's something on the order

Itu kira-kira

of 1.45 billion U.S. dollars

1,45 miliar dolar Amerika

on translation costs alone.

untuk biaya penerjemahan saja.

Now think of the absurdity of this situation.

Coba pikirkan betapa absurdnya situasi ini.

If 27 individuals

Kalau ada 27 orang

from those 27 member states

dari 27 negara anggota itu

sat around table, speaking their 23 languages,

duduk di meja yang sama, berbicara 23 bahasa,

some very simple mathematics will tell you

dengan perhitungan sederhana kita tahu

that you need an army of 253 translators

kita perlu 253 penerjemah

to anticipate all the pairwise possibilities.

untuk melayani semua pasangan bahasa yang ada.

The European Union employs a permanent staff

Uni Eropa memperkerjakan staf permanen

of about 2,500 translators.

sekitar 2.500 penerjemah.

And in 2007 alone --

Dan pada tahun 2007 saja --

and I'm sure there are more recent figures --

saya yakin ada angka yang lebih terbaru --

something on the order of 1.3 million pages

ada sekitar 1,3 juta halaman

were translated into English alone.

diterjemahan ke bahasa Inggris.

And so if language really is

Jadi kalau bahasa memang

the solution to the crisis of visual theft,

solusi krisis pencurian visual,

if language really is

kalau bahasa benar

the conduit of our cooperation,

sarana kerja sama kita,

the technology that our species derived

teknologi yang dihasilkan oleh spesies kita

to promote the free flow and exchange of ideas,

untuk mempromosikan aliran dan pertukaran ide secara bebas,

in our modern world,

di dunia modern kita,

we confront a question.

kita akan menemui pertanyaan.

And that question is whether

Dan pertanyaannya adalah

in this modern, globalized world

di dunia global, modern ini

we can really afford to have all these different languages.

apakah kita mampu mempunyai semua bahasa yang berbeda ini.

To put it this way, nature knows no other circumstance

Jelasnya seperti ini, alam tidak mempunyai contoh lain

in which functionally equivalent traits coexist.

di mana sesuatu yang punya ciri sama bisa hidup bersama.

One of them always drives the other extinct.

Yang satu selalu mendorong yang lain menuju kepunahan.

And we see this in the inexorable march

Dan kita melihat yang seperti ini selalu

towards standardization.

menuju standardisasi.

There are lots and lots of ways of measuring things --

Ada banyak cara mengukur sesuatu --

weighing them and measuring their length --

menimbang berat dan mengukur panjang --

but the metric system is winning.

tapi yang menang saat ini sistem metrik.

There are lots and lots of ways of measuring time,

Ada banyak cara mengukur waktu,

but a really bizarre base 60 system

tapi sistem berbasis 60 yang aneh

known as hours and minutes and seconds

dikenal sebagai jam dan menit dan detik

is nearly universal around the world.

hampir sama di seluruh dunia.

There are many, many ways

Ada banyak cara

of imprinting CDs or DVDs,

mencetak CD atau DCD,

but those are all being standardized as well.

tapi semua itu juga sedang distandardkan.

And you can probably think of many, many more

Kita bisa memikirkan banyak hal lainnya

in your own everyday lives.

dalam kehidupan sehari-hari kita

And so our modern world now

Jadi sekarang dunia modern kita

is confronting us with a dilemma.

menghadapi dilema.

And it's the dilemma

Dan ini adalah dilema

that this Chinese man faces,

pria berwajah China ini,

who's language is spoken

yang bahasanya digunakan

by more people in the world

oleh paling banyak orang di dunia ini

than any other single language,

dari pada bahasa apa pun,

and yet he is sitting at his blackboard,

tapi dia duduk di depan papan tulisnya,

converting Chinese phrases

mengubah frasa bahasa China

into English language phrases.

ke frasa bahasa Inggris.

And what this does is it raises the possibility to us

Dan ini kemudian memunculkan kemungkinan

that in a world in which we want to promote

bahwa di dunia di mana kita ingin mengembangkan

cooperation and exchange,

kerja sama dan pertukaran,

and in a world that might be dependent more than ever before

dan di dunia yang semakin tergantung

on cooperation

pada kerja sama

to maintain and enhance our levels of prosperity,

untuk menjaga dan meningkatkan tingkat kemakmuran kita,

his actions suggest to us

tindakan pria tadi menunjukkan

it might be inevitable

mungkin tidak dapat dihindari

that we have to confront the idea

kita harus menghadapi kenyataan

that our destiny is to be one world with one language.

bahwa takdir kita adalah untuk menjadi satu dunia dengan satu bahasa.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Matt Ridley: Mark, one question.

Matt Ridley: Mark, satu pertanyaan.

Svante found that the FOXP2 gene,

Svante menemukan bahwa gen FOXP2,

which seems to be associated with language,

yang sepertinya terkait dengan bahasa,

was also shared in the same form

memiliki bentuk yang sama

in Neanderthals as us.

pada Neanderthal dan kita.

Do we have any idea

Apakah kita tahu

how we could have defeated Neanderthals

mengapa kita bisa mengalahkan Neanderthal

if they also had language?

kalau mereka juga punya bahasa?

Mark Pagel: This is a very good question.

Mark Pagel: Ini pertanyaan yang bagus.

So many of you will be familiar with the idea that there's this gene called FOXP2

Beberapa dari Anda mungkin pernah mendengar tentang gen FOXP2 ini

that seems to be implicated in some ways

yang sepertinya punya pengaruh

in the fine motor control that's associated with language.

terhadap kontrol motor halus yang terkait dengan bahasa.

The reason why I don't believe that tells us

Alasan kenapa saya tidak percaya ini menunjukkan

that the Neanderthals had language

bahwa Neanderthals mempunyai bahasa

is -- here's a simple analogy:

adalah -- ini analogi sederhananya:

Ferraris are cars that have engines.

Ferrari itu mobil yang punya mesin.

My car has an engine,

Mobil saya punya mesin,

but it's not a Ferrari.

tapi bukan Ferrari.

Now the simple answer then

Jawaban sederhananya

is that genes alone don't, all by themselves,

gen itu sendiri tidak dengan sendirinya,

determine the outcome

menentukan keluaran

of very complicated things like language.

hal-hal yang rumit seperti bahasa.

What we know about this FOXP2 and Neanderthals

Yang kita tahu tentang FOXP2 ini dan Neanderthal

is that they may have had fine motor control of their mouths -- who knows.

mereka mungkin punya kontrol motor halus di mulut mereka - entah.

But that doesn't tell us they necessarily had language.

Tapi tidak begitu saja berarti mereka juga punya bahasa.

MR: Thank you very much indeed.

MR: Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)