The habits of happiness | Matthieu Ricard

Translator: Damaarti Setyoningrum Reviewer: Ade Indarta

So, I guess it is a result of globalization

Jadi inilah hasil dari globalisasi, kita bisa menemukan

that you can find Coca-Cola tins on top of Everest

kaleng Coca-Cola di puncak Everest dan biara Budha di Monterey.

and a Buddhist monk in Monterey.

(Laughter)

(Suara tawa)

And so I just came, two days ago, from the Himalayas

Saya baru sampai, dua hari yang lalu, dari Himalaya atas undangan Anda.

to your kind invitation.

So I would like to invite you, also, for a while, to the Himalayas themselves.

Jadi saya ingin mengundang Anda mengunjungi Himalaya.

And to show the place where meditators, like me,

Untuk menunjukkan tempat para meditator, seperti saya,

who began with being a molecular biologist in Pasteur Institute,

sebelumnya saya ahli biologi molekul di Institut Pasteur,

and found their way to the mountains.

dan menemukan jalan hidup di pegunungan.

So these are a few images I was lucky to take and be there.

Ini beberapa gambar yang beruntung bisa saya ambil.

There's Mount Kailash in Eastern Tibet -- wonderful setting.

Ada Gunung Kailash di Timur Tibet -- pemandangan yang indah.

This is from Marlboro country.

Ini dari Marlboro Country.

(Laughter)

(Suara tawa)

This is a turquoise lake.

Ini Danau Turquoise.

A meditator.

Seorang meditator.

This is the hottest day of the year somewhere in Eastern Tibet, on August 1.

Ini hari terpanas tahun itu, suatu tempat di Timur Tibet, 1 Agustus.

And the night before, we camped, and my Tibetan friends said,

Malam sebelumnya, kami berkemah, dan teman saya, orang Tibet, berkata,

"We are going to sleep outside."

"Kami tidur di luar." Saya bertanya, "Kenapa? Banyak tempat kosong di tenda."

And I said, "Why? We have enough space in the tent."

Mereka berkata, "Iya, tapi ini musim panas."

They said, "Yes, but it's summertime."

(Laughter)

(Suara tawa)

So now, we are going to speak of happiness.

Sekarang, kita akan bicara tentang kebahagiaan.

As a Frenchman, I must say

Sebagai orang Prancis, harus saya katakan banyak intelektual Prancis

that there are a lot of French intellectuals

yang berpikir bahwa kebahagiaan itu tidak terlalu menarik.

that think happiness is not at all interesting.

(Laughter)

(Suara tawa)

I just wrote an essay on happiness, and there was a controversy.

Saya baru menulis esai tentang kebahagiaan, dan ada kontroversi.

And someone wrote an article saying,

Ada yang lalu menulis artikel dan berkata, jangan paksakan pekerjaan kotor Anda tentang kebahagiaan.

"Don't impose on us the dirty work of happiness."

(Suara tawa)

(Laughter)

"We don't care about being happy. We need to live with passion.

"Kami tidak peduli dengan kebahagiaan. Kami menjalani hidup dengan gairah.

We like the ups and downs of life.

Kami menyukai naik turunnya kehidupan.

We like our suffering because it's so good when it ceases for a while."

Kami suka penderitaan karena enak rasanya saat kebahagiaan berhenti sesaat."

(Laughter)

(Suara tawa)

This is what I see from the balcony of my hermitage in the Himalayas.

Inilah yang saya lihat dari balkon tempat pertapaan saya di Himalaya.

It's about two meters by three, and you are all welcome any time.

Ukurannya sekitar dua kali tiga meter, silakan berkunjung kapan saja.

(Laughter)

(Suara tawa)

Now, let's come to happiness or well-being.

Mari kita bicara tentang kebahagiaan atau kenyamanan.

And first of all, you know, despite what the French intellectuals say,

Pertama, terlepas dari apa yang dikatakan para intelektual Prancis,

it seems that no one wakes up in the morning thinking,

sepertinya tak ada yang bangun di pagi hari dan berpikir,

"May I suffer the whole day?"

"Bolehkah saya menderita sepanjang hari?"

(Laughter)

(Suara tawa)

Which means that somehow, consciously or not,

Yang berarti -- disadari ataupun tidak,

directly or indirectly, in the short or the long term,

langsung maupun tidak, jangka pendek maupun panjang,

whatever we do, whatever we hope, whatever we dream --

apapun yang kita lakukan, harapkan, dan impikan --

berhubungan dengan keinginan mendalam untuk merasa nyaman atau bahagia.

somehow, is related to a deep, profound desire for well-being or happiness.

As Pascal said, even the one who hangs himself,

Seperti yang dikatakan Pascal, seseorang yang bunuh diri sekalipun,

somehow, is looking for cessation of suffering.

sebenarnya mencari cara untuk menghentikan penderitaan -- sayang dia tidak menemukan cara lain.

He finds no other way.

But then, if you look in the literature, East and West,

Tapi, bila Anda melihat dalam literatur, Timur maupun Barat,

you can find incredible diversity of definition of happiness.

Anda bisa menemukan perbedaan mencolok tentang arti kebahagiaan.

Some people say, I only believed in remembering the past,

Beberapa orang berkata, kebahagiaan itu mengingat masa lalu,

imagining the future, never the present.

membayangkan masa depan, bukan tentang saat ini.

Some people say happiness is right now;

Beberapa orang berkata kebahagiaan itu adalah saat ini;

it's the quality of the freshness of the present moment.

itu adalah kualitas kesegaran saat ini.

And that led Henri Bergson, the French philosopher, to say,

Ini yang mendorong Henri Bergson, filsuf Prancis, untuk berkata:

"All the great thinkers of humanity have left happiness in the vague

"Semua pemikir ulung dalam hal kemanusiaan membiarkan arti kebahagiaan dalam samar

so that each of them could define their own terms."

agar masing-masing bisa menjelaskan dengan cara mereka sendiri."

Well, that would be fine if it was just a secondary preoccupation in life.

Tidak masalah bila itu hanya kegiatan tambahan dalam hidup.

But now, if it is something that is going to determine

Tapi bila itu menjadi sesuatu yang menentukan

the quality of every instant of our life,

kualitas setiap peristiwa dalam hidup kita,

then we better know what it is, have some clearer idea.

kita lebih baik tahu apa itu, mempunyai pemahaman yang lebih jelas.

And probably, the fact that we don't know that is why, so often,

Dan mungkin, karena kita tidak tahu; itulah kenapa seringkali

although we seek happiness, it seems we turn our back to it.

walau kita mencari kebahagiaan, tampak justru kita memalingkan diri darinya.

Although we want to avoid suffering,

Walaupun kita ingin menghindari penderitaan, seringkali kita malah lari ke sana.

it seems we are running somewhat towards it.

And that can also come from some kind of confusions.

Ini bisa juga berasal dari kerancuan.

One of the most common ones is happiness and pleasure.

Salah satu hal yang paling umum, kebahagiaan dan kepuasan.

But if you look at the characteristics of those two,

Bila Anda melihat pada karakteristik dari keduanya,

pleasure is contingent upon time, upon its object,

kepuasan itu berubah-ubah tergantung waktu, objek, maupun tempat.

upon the place.

It is something that -- changes of nature.

Sesuatu yang berubah secara alami.

Beautiful chocolate cake: first serving is delicious,

Ibarat kue coklat yang indah; suguhan pertama terasa enak,

second one not so much, then we feel disgust.

kedua tidak terlalu, kemudian kita mulai mual.

(Laughter)

(Suara tawa)

That's the nature of things.

Tapi begitulah adanya; kita menjadi bosan.

We get tired.

I used to be a fan of Bach.

Saya mengidolakan Bach. Saya sering memainkan karyanya dengan gitar.

I used to play it on the guitar, you know.

I can hear it two, three, five times.

Saya bisa mendengarkannya dua, tiga, lima kali.

If I had to hear it 24 hours, non-stop, it might be very tiring.

Jika saya harus mendengarkannya 24 jam, non-stop, mungkin akan melelahkan.

If you are feeling very cold, you come near a fire, it's so wonderful.

Bila merasa kedinginan, Anda mendekati api, sungguh hangat.

After some moments, you just go a little back,

Kemudian setelah beberapa waktu, Anda mulai mundur karena merasa panas.

and then it starts burning.

It sort of uses itself as you experience it.

Seolah Anda menjadi terbiasa.

And also, again, it can -- also, it's something that you --

Itu juga bisa -- sesuatu yang --

it is not something that is radiating outside.

tidak terpancar keluar.

Like, you can feel intense pleasure

Seperti Anda bisa merasa sangat puas

and some others around you can be suffering a lot.

dan orang lain di sekitar Anda bisa sangat menderita.

Now, what, then, will be happiness?

Jadi apa itu kebahagiaan?

And happiness, of course, is such a vague word, so let's say well-being.

Kebahagiaan itu tentunya kata yang cukup samar, sebut saja "kenyamanan".

And so, I think the best definition, according to the Buddhist view,

Jadi menurut saya sesuai dengan cara pandang Budha,

is that well-being is not just a mere pleasurable sensation.

bahwa kenyamanan itu bukan semata-mata sensasi kenikmatan.

It is a deep sense of serenity and fulfillment.

Itu perasaan mendalam dari ketenangan dan pemenuhan diri.

keadaan yang sebenarnya mendasari dan meliputi semua tingkatan emosi

A state that actually pervades

and underlies all emotional states,

and all the joys and sorrows that can come one's way.

dan semua kebahagiaan dan kesedihan yang datang kepada seseorang.

For you, that might be surprising.

Mungkin bagi Anda itu mengejutkan.

Can we have this kind of well-being while being sad?

Bisakah kita memiliki kenyamanan bahkan di saat sedih? Mengapa tidak?

In a way, why not?

Because we are speaking of a different level.

Karena kita berbicara tentang tingkatan yang berbeda.

Look at the waves coming near the shore.

Lihatlah ombak yang datang menuju pantai.

When you are at the bottom of the wave, you hit the bottom.

Saat berada di bawah ombak, Anda mengenai dasarnya.

You hit the solid rock.

Anda mengenai batu cadas.

When you are surfing on the top, you are all elated.

Saat berselancar di atasnya, Anda terangkat.

So you go from elation to depression -- there's no depth.

Jadi dari gembira ke depresi, tidak ada perbedaan.

Now, if you look at the high sea,

Bila Anda melihat laut, kadang terlihat indah, tenang seperti cermin.

there might be beautiful, calm ocean, like a mirror.

There might be storms,

Kadang ada badai, tapi dalamnya lautan tetap sama, tidak berubah.

but the depth of the ocean is still there, unchanged.

So now, how is that?

Bagaimana itu bisa terjadi?

It can only be a state of being, not just a fleeting emotion, sensation.

Itulah tingkatan dalam kehidupan, bukan emosi, sensasi sesaat.

Even joy -- that can be the spring of happiness.

Bahkan kegembiraan, yang bisa jadi suasana terindah dalam kebahagiaan.

But there's also wicked joy, you can rejoice in someone's suffering.

Tapi juga ada kebahagiaan yang jahat, bahagia di atas penderitaan orang lain.

So how do we proceed in our quest for happiness?

Jadi bagaimana kita melanjutkan pencarian kebahagiaan? Kita sering melihat keluar.

Very often, we look outside.

We think that if we could gather this and that, all the conditions,

Kita berpikir jika kita bisa mendapat ini dan itu, semua syarat,

something that we say, "Everything to be happy --

sesuatu yang kita katakan "Apapun untuk menjadi bahagia --

to have everything to be happy."

memiliki semuanya agar bahagia."

That very sentence already reveals the doom, destruction of happiness.

Kalimat ini sendiri sudah mengungkap rusaknya kebahagiaan.

To have everything.

Untuk memiliki segalanya. Bila ada yang kurang, semua gagal.

If we miss something, it collapses.

And also, when things go wrong, we try to fix the outside so much,

Juga, bila sesuatu yang salah terjadi, kita mencoba memperbaikinya dari luar,

but our control of the outer world is limited,

tapi kendali kita terhadap dunia luar terbatas, sementara, dan seringnya, tidak nyata

temporary, and often, illusory.

So now, look at inner conditions.

Sekarang kita lihat kondisi dari dalam. Bukankah lebih kuat?

Aren't they stronger?

Isn't it the mind that translates

Bukankah pikiran yang menerjemahkan kondisi luar menjadi kebahagiaan atau penderitaan?

the outer condition into happiness and suffering?

And isn't that stronger?

Bukankah itu lebih kuat?

We know, by experience,

Kita tahu dari pengalaman, kita bisa berada di, apa yang kita sebut, "surga dunia"

that we can be what we call "a little paradise,"

and yet, be completely unhappy within.

dan tetap, sangat tidak bahagia di dalam.

The Dalai Lama was once in Portugal,

Suatu kali Dalai Lama mengunjungi Portugal,

and there was a lot of construction going on everywhere.

dan banyak sekali konstruksi bangunan di mana-mana.

So one evening, he said, "Look, you are doing all these things,

Suatu malam dia berkata, "Coba lihat, kamu membangun semua ini,

but isn't it nice, also, to build something within?"

bukankah lebih baik kamu juga membangun sesuatu dari dalam?

And he said, "[Without] that -- even if you get a high-tech flat

Dia berkata, "Bahkan bila kita mempunyai rumah berteknologi tinggi

on the 100th floor of a super-modern and comfortable building,

di lantai 100 sebuah gedung super modern dan nyaman,

if you are deeply unhappy within,

kalau Anda tidak bahagia di dalamnya,

all you are going to look for is a window from which to jump."

yang akan kamu cari hanyalah jendela yang tepat untuk melompat."

So now, at the opposite,

Jadi sekarang, kebalikannya,

we know a lot of people who, in very difficult circumstances,

kita tahu banyak orang yang dalam situasi sulit,

manage to keep serenity, inner strength, inner freedom, confidence.

mampu menjaga kedamaian, kekuatan dari dalam, kebebasan diri, percaya diri.

So now, if the inner conditions are stronger --

Jadi bila kondisi dari dalam lebih kuat --

of course, the outer conditions do influence,

sudah tentu keadaan di luar berpengaruh,

and it's wonderful to live longer, healthier,

dan syukur jika dapat hidup lama dan lebih sehat,

to have access to information, education,

memiliki akses informasi, pendidikan, dapat berpergian

to be able to travel, to have freedom.

memiliki kebebasan, benar-benar diinginkan.

It's highly desirable.

However, this is not enough.

Tapi itu tidak cukup; itu semua hanyalah alat untuk membantu, sebuah kondisi.

Those are just auxiliary, help conditions.

The experience that translates everything is within the mind.

Pengalaman yang menerjemahkan semuanya ada di dalam pikiran.

So then, when we ask oneself

Jadi, saat kita bertanya bagaimana memupuk kondisi untuk bahagia,

how to nurture the condition for happiness,

the inner conditions, and which are those which will undermine happiness.

kondisi dari dalam, dan pengalaman mana yang akan mengurangi kebahagiaan.

So then, this just needs to have some experience.

Jadi, ini membutuhkan pengalaman.

We have to know from ourselves, there are certain states of mind

Kita harus tahu dari diri kita sendiri, ada beberapa tingkatan pikiran

that are conducive to this flourishing, to this well-being,

yang mendukung hal ini untuk berkembang, untuk kenyamanan ini,

what the Greeks called eudaimonia, flourishing.

apa yang disebut orang Yunani "eudaimonia," berkembang.

There are some which are adverse to this well-being.

Ada juga beberapa hal yang berlawanan dengan kenyamanan ini.

And so, if we look from our own experience,

Jadi, bila kita melihat dari pengalaman kita sendiri --

anger, hatred, jealousy, arrogance,

kemarahan, kebencian, kecemburuan, kesombongan, keinginan obsesif, kepemilikan berlebihan --

obsessive desire, strong grasping,

they don't leave us in such a good state after we have experienced it.

yang tidak memberikan suasana hati yang baik setelah mengalaminya.

And also, they are detrimental to others' happiness.

Juga merugikan kebahagiaan orang lain.

So we may consider that the more those are invading our mind,

Jadi kita menganggap semakin banyak semua itu menyerang pikiran kita,

and, like a chain reaction,

dan, seperti reaksi berantai, semakin kita merasa menderita, tersiksa.

the more we feel miserable, we feel tormented.

At the opposite, everyone knows deep within

Kebalikannya, setiap orang tahu pada tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri,

that an act of selfless generosity,

if from the distance, without anyone knowing anything about it,

jika dari kejauhan, tanpa ada orang lain yang mengetahuinya,

we could save a child's life, make someone happy.

kita bisa menyelamatkan seorang anak, membuat orang lain bahagia.

We don't need the recognition. We don't need any gratitude.

Kita tidak membutuhkan pengakuan, penghargaan.

Just the mere fact of doing that

Hanya dengan melakukan itu karena bisa memuaskan kebutuhan alami diri kita.

fills such a sense of adequation with our deep nature.

And we would like to be like that all the time.

Kita ingin terus menjadi seperti itu setiap saat.

So is that possible,

Jadi mungkinkah kita mengubah kebiasaan sekaligus cara berpikir kita?

to change our way of being, to transform one's mind?

Aren't those negative emotions, or destructive emotions,

Apakah emosi negatif atau emosi yang merusak,

inherent to the nature of mind?

melekat secara alamiah dalam pikiran?

Is change possible in our emotions, in our traits, in our moods?

Apakah perubahan itu mungkin dalam emosi kita, sifat, atau suasana hati kita?

For that we have to ask, what is the nature of mind?

Untuk itu kita harus bertanya, apa itu sifat alami pikiran?

And if we look from the experiential point of view,

Bila kita melihat dari sudut pandang pengalaman,

there is a primary quality of consciousness

ada kualitas utama kesadaran,

that's just the mere fact to be cognitive, to be aware.

itu adalah fakta untuk menjadi paham

Consciousness is like a mirror that allows all images to rise on it.

Kesadaran adalah cermin yang membuat banyak gambar keluar darinya.

You can have ugly faces, beautiful faces in the mirror.

Anda bisa memiliki wajah yang jelek, wajah yang cantik di cermin.

The mirror allows that, but the mirror is not tainted,

Cermin membuat itu terlihat, cermin tidak tercela,

is not modified, is not altered by those images.

tidak terganggu dan berubah oleh gambaran itu.

Likewise, behind every single thought

Begitu pula dibalik setiap pemikiran ada sebuah kesadaran yang alami.

there is the bare consciousness, pure awareness.

This is the nature.

Ini alamiah. Pada hakekatnya tidak bisa ternodai oleh kebencian atau kecemburuan,

It cannot be tainted intrinsically with hatred or jealousy because then,

if it was always there --

bila itu selalu ada di sana -- seperti cat yang menyerap ke dalam sebuah kain--

like a dye that would permeate the whole cloth --

then it would be found all the time, somewhere.

lalu itu akan ditemukan selamanya, di sana.

We know we're not always angry, always jealous, always generous.

Kita tahu kita tidak selalu marah, selalu cemburu, selalu murah hati.

So, because the basic fabric of consciousness

Karena bahan dasar dari kesadaran

is this pure cognitive quality that differentiates it from a stone,

adalah kualitas kognitif murni yang membedakannya dari batu,

there is a possibility for change because all emotions are fleeting.

ada kemungkinan untuk perubahan karena semua emosi berlalu dengan cepat.

That is the ground for mind training.

Inilah dasar dari latihan pikiran.

Mind training is based on the idea that two opposite mental factors

Latihan pikiran berdasar pada ide bahwa dua faktor mental yang berlawanan

cannot happen at the same time.

tidak bisa terjadi secara bersamaan.

You could go from love to hate.

Dari cinta Anda bisa merasa benci.

But you cannot, at the same time, toward the same object,

Tapi pada saat yang sama Anda tidak bisa merasakan hal yang sama terhadap satu objek,

the same person, want to harm and want to do good.

orang yang sama, ingin melukai dan berbuat kebaikan.

You cannot, in the same gesture, shake hand and give a blow.

Anda tidak bisa dalam satu gerakan, berjabat tangan dan memukul.

So, there are natural antidotes to emotions

Jadi memang ada penawar racun untuk emosi

that are destructive to our inner well-being.

yang merusak nilai kemanusiaan kita

So that's the way to proceed.

Jadi itulah cara untuk melanjutkannya. Bergembira berbanding dengan kecemburuan.

Rejoicing compared to jealousy.

A kind of sense of inner freedom

Suatu kebebasan dari dalam yang berlawanan dengan cengkraman dan obsesi intens.

as opposite to intense grasping and obsession.

Benevolence, loving kindness against hatred.

Kebaikan hati, kebaikan melawan kebencian.

But, of course, each emotion then would need a particular antidote.

Tapi memang, setiap emosi memiliki penawarnya masing-masing.

Another way is to try to find a general antidote to all emotions,

Cara lain adalah dengan menemukan penawaran umum dari semua emosi,

and that's by looking at the very nature.

dan itu adalah dengan melihat sifat alami kita.

Usually, when we feel annoyed, hatred or upset with someone,

Biasanya bila kita merasa terganggu, benci atau kesal terhadap seseorang,

or obsessed with something,

atau terobsesi dengan sesuatu, pikiran mengarah ke hal itu lagi dan lagi.

the mind goes again and again to that object.

Each time it goes to the object,

Setiap kali mengarah ke sana, ini akan memperkuat obsesi atau kejengkelan kita.

it reinforces that obsession or that annoyance.

So then, it's a self-perpetuating process.

Jadi, itu adalah proses pengabdian terhadap diri sendiri.

So what we need to look for now is,

Yang perlu kita lihat sekarang, daripada melihat keluar, lebih baik melihat ke dalam.

instead of looking outward, we look inward.

Look at anger itself.

Lihat kemarahan itu sendiri,

It looks very menacing,

like a billowing monsoon cloud or thunderstorm.

memang terlihat mengancam, seperti awan hujan atau petir di atas kepala kita.

We think we could sit on the cloud,

Kita berpikir bisa duduk di atas awan, tapi bila kita ke sana, itu semua hanya kabut.

but if you go there, it's just mist.

Likewise, if you look at the thought of anger,

Sama halnya, bila Anda mau melihat kemarahan,

it will vanish like frost under the morning sun.

ia akan menghilang seperti es di bawah matahari pagi.

If you do this again and again, the propensity,

Bila Anda melakukan ini lagi dan lagi, kecenderungan,

the tendencies for anger to arise again

kemungkinan untuk kemarahan muncul lagi

will be less and less each time you dissolve it.

akan semakin berkurang setiap kali kita mengakhirinya.

And, at the end, although it may rise,

Pada akhirnya, walaupun dapat muncul, hanya akan lewat di pikiran Anda,

it will just cross the mind,

like a bird crossing the sky without leaving any track.

seperti burung lewat di langit tanpa meninggalkan jejak.

So this is the principal of mind training.

Jadi inilah prinsip dari melatih pikiran.

Now, it takes time,

Ini perlu waktu karena dengan semua kesalahan dalam kepala kita.

because it took time for all those faults in our mind, the tendencies, to build up,

kecenderungan, menumpuk, jadi perlu waktu untuk membongkarnya.

so it will take time to unfold them as well.

But that's the only way to go.

Tapi itu satu-satunya jalan.

Mind transformation -- that is the very meaning of meditation.

Perubahan pikiran, itulah tujuan dasar dari meditasi.

It means familiarization with a new way of being,

Artinya, mengenalkan cara baru untuk hidup,

new way of perceiving things,

cara baru dalam melihat sesuatu yang lebih dekat dengan kenyataan,

which is more in adequation with reality,

with interdependence, with the stream and continuous transformation,

dengan saling ketergantungan, dengan jalur dan transformasi yang terus-menerus

which our being and our consciousness is.

yang merupakan kodrat kemanusiaan dan kesadaran kita.

So, the interface with cognitive science,

Jadi penghubung dengan teori ilmu kognitif,

since we need to come to that, it was, I suppose, the subject of --

karena kita perlu membahas tentang itu, dan seharusnya ini --

we have to deal in such a short time -- with brain plasticity.

harus dibahas dalam saat yang singkat --

dengan plastisitas otak. Otak sebelumnya dianggap tidak bisa berubah.

The brain was thought to be more or less fixed.

All the nominal connections, in numbers and quantities,

Semua koneksi nominal, dalam angka dan kuantitas, dianggap --

were thought, until the last 20 years,

hingga 20 tahun terakhir, tidak bisa berubah saat kita sudah mencapai usia dewasa.

to be more or less fixed when we reached adult age.

Now, recently, it has been found that it can change a lot.

Sekarang baru diketahui bahwa otak bisa banyak berubah.

A violinist, as we heard, who has done 10,000 hours of violin practice,

Seorang pemain biola, yang berlatih 10 ribu jam,

some area that controls the movements of fingers in the brain changes a lot,

area yang mengontrol pergerakan tangan di otak berubah banyak,

increasing reinforcement of the synaptic connections.

meningkatkan kekuatan koneksi sinapsis.

So can we do that with human qualities?

Jadi apakah kita bisa melakukannya pada kualitas manusia?

With loving kindness, with patience, with openness?

Pada kebaikan hati, kesabaran, dan keterbukaan?

So that's what those great meditators have been doing.

Jadi itulah yang telah dilakukan oleh para ahli meditasi.

Some of them who came to the labs,

Beberapa dari mereka datang ke laboratorium, seperti Madison, Wisconsin atau Berkeley,

like in Madison, Wisconsin, or in Berkeley,

did 20 to 40,000 hours of meditation.

melakukan 20 hingga 40.000 jam meditasi.

They do, like, three years' retreat, where they do meditate 12 hours a day.

Mereka melakukan, 3 tahun pengasingan, di mana mereka bermeditasi 12 jam sehari.

And then, the rest of their life, they will do three or four hours a day.

Lalu, sepanjang hidupnya, mereka akan melakukan itu 3 atau 4 jam sehari.

They are real Olympic champions of mind training.

Mereka adalah pemenang olimpiade dalam melatih pikiran.

(Laughter)

(Suara tawa)

This is the place where the meditators -- you can see it's kind of inspiring.

Ini adalah tempat meditator -- Anda bisa melihat ini sungguh menginspirasi.

Now, here with 256 electrodes.

Sekarang, inilah 256 elektroda.

(Suara tawa)

(Laughter)

So what did they find?

Lalu apa yang mereka temukan? Hal yang sama tentunya.

Of course, same thing.

The scientific embargo --

Embargo ilmiah -- bila itu pernah diserahkan pada "Alam",

a paper has been submitted to "Nature," hopefully, it will be accepted.

semoga, itu bisa diterima.

It deals with the state of compassion, unconditional compassion.

Ini berhubungan dengan kasih sayang, kasih sayang yang tulus.

We asked meditators, who have been doing that for years and years,

Kami meminta meditator yang telah melakukannya bertahun-tahun

to put their mind in a state where there's nothing but loving kindness,

untuk meletakkan pikiran mereka di keadaan di mana tak ada hal lain kecuali kebaikan dan cinta --

total availability to sentient being.

penerimaan total pada hidup.

Of course, during the training, we do that with objects.

Tentunya, saat latihan, kita melakukan itu dengan objek.

We think of people suffering, of people we love,

Kami memikirkan penderitaan manusia, orang yang kita cintai.

but at some point, it can be a state which is all pervading.

tapi pada satu titik, itu bisa berupa keadaan yang meliputi semuanya.

Here is the preliminary result,

Inilah hasil awalnya, yang bisa saya tunjukkan karena sudah pernah diperlihatkan.

which I can show because it's already been shown.

The bell curve shows 150 controls,

Kurva bel menunjukkan 150 kontrol, dan apakah yang coba diperlihatkan

and what is being looked at

is the difference between the right and the left frontal lobe.

adalah perbedaan antara otak depan sebelah kanan dan kiri.

In very short, people who have more activity

Singkatnya, orang yang lebih aktif di bagian kanan korteks depannya

in the right side of the prefrontal cortex

are more depressed, withdrawn.

biasanya lebih depresi, menarik diri-- mereka tidak memperlihatkan efek positif.

They don't describe a lot of positive affect.

It's the opposite on the left side:

Kebalikan dari bagian kiri: lebih banyak kecenderungan pada kebaikan,

more tendency to altruism,

to happiness, to express, and curiosity and so forth.

kebahagiaan, ekspresi, keingintahuan dan banyak lagi.

So there's a basic line for people. And also, it can be changed.

Jadi inilah garis alami dari setiap manusia. Dan ini bisa juga diubah.

If you see a comic movie, you go off to the left side.

Bila Anda melihat film kartun, Anda akan menggunakan otak kiri.

If you are happy about something, you'll go more to the left side.

Bila Anda bahagia tentang sesuatu, Anda akan lebih menggunakan otak kiri.

Bila Anda merasakan depresi, Anda akan menggunakan otak kanan.

If you have a bout of depression, you'll go to the right side.

Here, the -0.5 is the full standard deviation

Ini, minus 0,5 adalah standar deviasi penuh

of a meditator who meditated on compassion.

dari meditator yang bermeditasi atas dasar cinta kasih.

It's something that is totally out of the bell curve.

Ini adalah sesuatu di luar dari kurva bel.

So, I've no time to go into all the different scientific results.

Saya tidak punya waktu menjelaskan semua hasil yang ada.

Hopefully, they will come.

Semoga ada saatnya.

But they found that -- this is after three and a half hours

Tapi mereka menemukan -- ini setelah 3,5 jam dalam mesin fMRI,

in an fMRI,

it's like coming out of a space ship.

seperti keluar dari pesawat angkasa.

Also, it has been shown in other labs --

Juga telah diperlihatkan di lab lain --

for instance, Paul Ekman's labs in Berkeley --

misalnya, laboratorium Paul Ekman di Berkeley--

that some meditators are able, also,

bahwa beberapa meditator juga bisa

to control their emotional response more than it could be thought.

mengontrol respons emosi mereka lebih dari yang kita pikirkan.

Like the startle experiments, for example.

Seperti eksperimen mengejutkan ini, contohnya.

If you sit a guy on a chair

Bila Anda mendudukkan orang di kursi dengan dengan berbagai macam alat untuk mengukur fisik Anda.

with all this apparatus measuring your physiology,

and there's kind of a bomb that goes off,

dan ada sejenis bom yang meledak, respons naluriahnya adalah,

it's such an instinctive response that,

in 20 years, they never saw anyone who would not jump.

dalam 20 tahun, mereka tidak pernah seseorang yang tidak melompat.

Some meditators, without trying to stop it,

Beberapa meditator, tanpa berusaha menghentikannya,

but simply by being completely open,

tapi hanya dengan berusaha untuk terbuka,

thinking that that bang is just going to be a small event like a shooting star,

berpikir bahwa ledakan itu hanya akan menjadi kejadian kecil seperti bintang jatuh,

they are able not to move at all.

mereka bahkan mampu untuk tidak bergerak sedikit pun.

So the whole point of that is not, sort of, to make, like,

Jadi inti dari semua itu adalah tidak membuat semua itu seperti

a circus thing of showing exceptional beings who can jump, or whatever.

semacam sirkus yang mempertontonkan mahkluk istimewa yang bisa melompat atau apalah.

It's more to say that mind training matters.

Tapi lebih untuk mengatakan bahwa latihan pikiran itu penting. Itu bukan lagi kemewahan,

That this is not just a luxury.

This is not a supplementary vitamin for the soul.

Ini bukan sekadar vitamin tambahan untuk jiwa;

This is something that's going to determine

ini adalah sesuatu yang akan menentukan kualitas setiap detik hidup kita.

the quality of every instant of our lives.

We are ready to spend 15 years achieving education.

Kita siap untuk menghabiskan 15 tahun untuk belajar.

We love to do jogging, fitness.

Kita suka jogging, fitness.

We do all kinds of things to remain beautiful.

Kita melakukan banyak hal untuk tetap cantik.

Yet, we spend surprisingly little time taking care of what matters most --

Tapi sangat mengejutkan betapa sedikit waktu yang kita habiskan untuk mengurusi hal yang benar-benar penting:

the way our mind functions --

cara pikiran kita berfungsi.

which, again, is the ultimate thing

Yang, sekali lagi, merupakan hal penting yang menentukan kualitas pengalaman kita.

that determines the quality of our experience.

Now, compassion is supposed to be put in action.

Perasaan kasih sayang kita seharusnya kita praktikkan.

That's what we try to do in different places.

Itulah yang kita coba lakukan di tempat yang berbeda.

Just this one example is worth a lot of work.

Hanya saja contoh ini butuh kerja yang banyak.

This lady with bone TB, left alone in a tent,

Wanita ini punya tulang TB, tinggal sendiri di sebuah tenda, akan meninggal dengan anak tunggalnya.

was going to die with her only daughter.

One year later, how she is.

Satu tahun kemudian, ini keadaannya.

Different schools and clinics we've been doing in Tibet.

Sekolah dan klinik berbeda yang kita lakukan di Tibet.

And just, I leave you with the beauty of those looks

Saya akan meninggalkan Anda dengan keindahan wajah-wajah ini

that tells more about happiness than I could ever say.

yang menceritakan tentang kebahagiaan yang tidak bisa saya ucapkan.

(Laughter)

Biksu lompat di Tibet.

And jumping monks of Tibet.

(Laughter)

(Suara tawa)

Flying monks.

Biksu terbang.

Terima kasih

Thank you very much.