David Hoffman: How would you feel if you lost everything?

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Wahyu Perdana Yudistiawan

I had a fire nine days ago.

Rumah saya terbakar sembilan hari yang lalu.

My archive:

Arsip-arsip saya,

175 films, my 16-millimeter negative,

175 film negatif 16 milimeter,

all my books, my dad's books, my photographs.

semua buku-buku saya, buku-buku ayah saya.

I'd collected --

Saya telah mengoleksi --

I was a collector, major, big-time.

saya seorang kolektor, besar, utama --

It's gone.

semuanya lenyap.

I just looked at it,

Saya hanya dapat melihatnya,

and I didn't know what to do.

dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

I mean, this was --

Maksud saya, ini adalah --

was I my things?

inikah barang-barang saya?

I always live in the present -- I love the present.

Saya selalu hidup pada masa kini -- saya mencintai masa kini.

I cherish the future.

Saya berharap pada masa depan.

And I was taught some strange thing as a kid,

Dan saya diajari beberapa hal ganjil saat saya masih kecil,

like, you've got to make something good out of something bad.

seperti, anda harus membuat sesuatu yang baik dari sesuatu yang buruk.

You've got to make something good out of something bad.

Anda harus membuat sesuatu yang baik dari sesuatu yang buruk.

This was bad! Man, I was --

Namun ini sangat buruk, saya --

I cough. I was sick.

Saya terbatuk. Saya sakit.

That's my camera lens. The first one --

Itu adalah lensa kamera saya, yang pertama --

the one I shot my Bob Dylan film with 35 years ago.

yang saya gunakan untuk mengambil foto film Bob Dylan 35 tahun yang lalu.

That's my feature film. "King, Murray"

Itu adalah film panjang saya, "King Murray"

won Cannes Film Festival 1970 --

yang memenangkan Festival Film Cannes 1970 --

the only print I had.

satu-satunya salinan yang saya punya.

That's my papers.

Itu adalah kertas-kertas saya.

That was in minutes -- 20 minutes.

Semuanya hanya dalam 20 menit.

Epiphany hit me. Something hit me.

Saya mendapat pencerahan, mendapat sesuatu.

"You've got to make something good out of something bad,"

"Anda harus membuat sesuatu yang baik dari sesuatu yang buruk."

I started to say to my friends, neighbors, my sister.

Saya mulai berkata kepada teman-teman, tetangga, dan saudara saya.

By the way, that's "Sputnik." I ran it last year.

Dan ini adalah "Sputnik," Saya membuatnya tahun lalu.

"Sputnik" was downtown, the negative. It wasn't touched.

Negatifnya ada di kota dan tidak tersentuh.

These are some pieces of things I used in my Sputnik feature film,

Ini adalah beberapa bagian benda yang saya gunakan dalam film Sputnik.

which opens in New York in two weeks

yang akan diputar di New York dua minggu lagi

downtown.

di kota.

I called my sister. I called my neighbors. I said, "Come dig."

Saya memanggil saudara saya, tetangga-tetangga saya. Saya berkata "Ayo, galilah."

That's me at my desk.

Itu adalah saya di meja kerja saya.

That was a desk took 40-some years to build.

Meja itu dibangun selama sekitar 40 tahun

You know -- all the stuff.

Anda tahu -- semua barang-barang ini.

That's my daughter, Jean.

Itu adalah putri saya, Jean.

She came. She's a nurse in San Francisco.

Dia datang. Dia seorang perawat di San Francisco.

"Dig it up," I said. "Pieces.

"Galilah" kata saya, "Kepingan-kepingannya.

I want pieces. Bits and pieces."

Saya menginginkannya. Kepingan-kepingan kecil."

I came up with this idea: a life of bits and pieces,

Saya mendapatkan gagasan ini: kehidupan dari kepingan-kepingan kecil

which I'm just starting to work on -- my next project.

yang baru mulai saya kerjakan - proyek saya selanjutnya.

That's my sister. She took care of pictures,

Itu adalah saudara saya. Dia mengurus foto-foto,

because I was a big collector of snapshot photography

karena saya kolektor besar dari foto-foto

that I believed said a lot.

yang saya percayai mengatakan banyak hal.

And those are some of the pictures that --

Dan itu adalah beberapa foto yang --

something was good about the burnt pictures.

ada sesuatu yang bagus pada foto-foto yang terbakar.

I didn't know. I looked at that --

Saya tidak tahu. Saya melihatnya --

I said, "Wow, is that better than the --"

Saya berkata, "Wow, ini lebih baik daripada --"

That's my proposal on Jimmy Doolittle. I made that movie for television.

Inilah proposal saya untuk Jimmy Doolittle. Saya membuat film itu untuk televisi.

It's the only copy I had. Pieces of it.

Itu adalah satu-satunya salinan yang saya punya -- kepingannya.

Idea about women.

Gagasan tentang wanita.

So I started to say, "Hey, man, you are too much!

Saya mulai berkata, "Hey, kau sudah kelewatan!

You could cry about this." I really didn't.

Kau boleh menangis." Dan saya tidak menangis.

I just instead said,

Saya malah berkata,

"I'm going to make something out of it, and maybe next year ... "

"Saya akan membuat sesuatu dari semua ini, dan mungkin tahun depan ... "

And I appreciate this moment

Dan saya menghargai saat ini

to come up on this stage with so many people

untuk datang ke panggung ini dengan begitu banyak orang

who've already given me so much solace,

yang telah memberikan saya begitu banyak penghiburan

and just say to TEDsters:

dan saya hanya dapat berkata kepada TEDsters:

I'm proud of me. That I take something bad,

Saya bangga pada diri saya. Bahwa saya mengambil sesuatu yang buruk,

I turn it, and I'm going to make something good out of this,

mengubahnya dan saya akan membuat sesuatu yang baik dari hal-hal ini

all these pieces.

semua kepingan-kepingan ini.

That's Arthur Leipzig's original photograph I loved.

Itu adalah foto asli Arthur Leipzig yang saya sukai.

I was a big record collector --

Saya adalah kolektor besar dari rekaman --

the records didn't make it. Boy, I tell you,

rekaman-rekaman itu tidak selamat.

film burns. Film burns.

film-film terbakar.

I mean, this was 16-millimeter safety film.

Maksud saya, ini adalah film 16 milimeter.

The negatives are gone.

Negatif-negatifnya lenyap.

That's my father's letter to me, telling me to

Itu adalah surat dari ayah saya yang memberi tahu saya untuk

marry the woman I first married when I was 20.

menikahi wanita yang pertama saya nikahi sewaktu saya berusia 20 tahun.

That's my daughter and me.

Itu adalah putri saya dan saya.

She's still there. She's there this morning, actually.

Dia masih ada di sana. Sebenarnya dia ada di sana pagi ini.

That's my house.

Itu adalah rumah saya.

My family's living in the Hilton Hotel in Scotts Valley.

Keluarga saya tinggal di Hotel Hilton di Scotts Valley.

That's my wife, Heidi,

Itu adalah istri saya, Heidi

who didn't take it as well as I did.

yang tidak dapat menerimanya sebaik saya menerimanya.

My children, Davey and Henry.

Anak-anak saya, Davey dan Henry.

My son, Davey, in the hotel two nights ago.

Putra saya, Davey, di hotel dua malam yang lalu.

So, my message to you folks,

Jadi pesan saya kepada kalian semua

from my three minutes, is that I appreciate the chance

dari pembicaraan tiga menit ini adalah saya menghargai kesempatan

to share this with you. I will be back. I love being at TED.

untuk berbagi bersama kalian. Saya akan kembali. Saya suka berada di TED.

I came to live it, and I am living it.

Saya datang untuk menerimanya, dan saya menerimanya.

That's my view from my window outside of Santa Cruz, in Bonny Doon,

Inilah pemandangan dari jendela rumah saya di luar Santa Cruz, di Bonny Doon,

just 35 miles from here.

hanya 35 mil dari sini.

Thank you everybody.

Terima kasih semuanya.

(Applause)

(Tepuk tangan)