Can you really tell if a kid is lying? | Kang Lee

Translator: Dewi Barnas Reviewer: Gita Arimanda

Hi.

Hai.

Let me ask the audience a question:

Saya ingin bertanya pada para hadirin:

Did you ever lie as a child?

Pernahkah Anda berbohong waktu kecil?

If you did, could you please raise your hand?

Kalau pernah, tolong angkat tangan Anda.

Wow! Anda orang-orang

Wow! This is the most honest group of people I've ever met.

paling jujur yang pernah saya temui.

(Laughter)

(Tertawa)

So for the last 20 years,

Selama 20 tahun terakhir,

I've been studying how children learn to tell lies.

saya telah mempelajari

bagaimana anak-anak mulai berbohong.

And today, I'm going to share with you

Hari ini, saya akan berbagi dengan Anda

some of the discoveries we have made.

beberapa kesimpulan yang kami temukan.

But to begin, I'm going to tell you a story from Mr. Richard Messina,

Tapi sebelumnya, saya akan menceritakan

cerita yang saya dengar dari Richard Messina,

who is my friend and an elementary school principal.

teman saya yang juga seorang kepala sekolah SD.

He got a phone call one day.

Suatu hari ia menerima telepon.

The caller says,

Peneleponnya berkata,

"Mr. Messina, my son Johnny will not come to school today

Pak Messina, anak saya Johnny tidak masuk sekolah hari ini

because he's sick."

karena sakit."

Mr. Messina asks,

Pak Messina bertanya,

"Who am I speaking to, please?"

"Dengan siapa saya berbicara?"

And the caller says,

Dan penelepon menjawab,

"I am my father."

"Saya adalah ayah saya."

(Laughter)

(Tertawa)

So this story --

Jadi cerita ini --

(Laughter)

(Tertawa)

sums up very nicely three common beliefs we have

menyimpulkan dengan jelas,

3 hal umum yang kita percayai tentang anak-anak dan kebohongan.

about children and lying.

One, children only come to tell lies

Satu, anak-anak baru mulai berbohong

after entering elementary school.

setelah mereka masuk SD.

Two, children are poor liars.

Dua, anak-anak tidak pandai berbohong.

We adults can easily detect their lies.

Orang dewasa bisa dengan mudah mendeteksi kebohongan mereka.

And three, if children lie at a very young age,

Dan ketiga, jika anak berbohong di usia yang sangat dini,

there must be some character flaws with them,

pasti ada sesuatu yang salah dengan karakter mereka,

and they are going to become pathological liars for life.

dan mereka akan menjadi pembohong seumur hidup,

Well, it turns out

Ternyata,

all of the three beliefs are wrong.

ketiga hal tersebut semuanya salah.

We have been playing guessing games

Kami telah bermain tebak-tebakan

with children all over the world.

dengan anak-anak di seluruh dunia.

Here is an example.

Sebagai contoh,

So in this game, we asked children to guess the numbers on the cards.

dalam permainan ini kami meminta anak-anak

untuk menebak angka di kartu.

And we tell them if they win the game,

Dan kami mengatakan bahwa apabila mereka menang,

they are going to get a big prize.

mereka akan mendapatkan hadiah istimewa.

But in the middle of the game,

Tapi di tengah-tengah permainan,

we make an excuse and leave the room.

kami membuat alasan untuk meninggalkan ruangan.

And before we leave the room,

Dan sebelum kami keluar ruangan,

we tell them not to peek at the cards.

Kami katakan agar mereka tidak mengintip kartunya.

Of course,

Tentu saja,

we have hidden cameras in the room

kami sudah memasang kamera tersembunyi

to watch their every move.

untuk memantau setiap gerakan mereka.

Because the desire to win the game is so strong,

Karena keinginan mereka untuk menang sangat tinggi,

more than 90 percent of children will peek

lebih dari 90 persen anak-anak itu mengintip,

as soon as we leave the room.

segera setelah kami keluar.

(Laughter)

(Tertawa)

The crucial question is:

Pertanyaan yang sangat penting adalah:

When we return and ask the children

Ketika kami kembali dan bertanya kepada anak-anak tersebut

whether or not they have peeked,

apakah mereka mengintip atau tidak,

will the children who peeked confess

apakah anak-anak yang mengintip akan berkata jujur

or lie about their transgression?

atau berbohong tentang pelanggaran mereka?

We found that regardless of gender, country, religion,

Kami menemukan bahwa

apapun jenis kelamin, negara, atau agama mereka,

at two years of age,

pada usia 2 tahun,

30 percent lie,

30 persen berbohong,

70 percent tell the truth about their transgression.

70 persen berkata jujur tentang kecurangan mereka.

At three years of age,

Pada usia 3 tahun,

50 percent lie and 50 percent tell the truth.

50% anak berbohong dan 50 % anak berkata jujur.

At four years of age,

Pada usia 4 tahun,

more than 80 percent lie.

lebih dari 80 persen anak berbohong.

And after four years of age,

Dan di atas usia 4 tahun,

most children lie.

kebanyakan anak berbohong.

Jadi seperti yang bisa Anda lihat,

So as you can see,

lying is really a typical part of development.

berbohong adalah bagian tipikal dari pertumbuhan.

And some children begin to tell lies

Dan ada anak yang sudah mulai berbohong

as young as two years of age.

sejak usia 2 tahun.

So now, let's take a closer look at the younger children.

Sekarang, mari kita lihat lebih dekat anak-anak yang lebih muda.

Why do some but not all young children lie?

Kenapa beberapa anak berbohong, tapi tidak semua?

In cooking, you need good ingredients

Ketika memasak, Anda butuh bahan-bahan yang bagus

to cook good food.

untuk memasak makanan yang lezat.

And good lying requires two key ingredients.

Dan kebohongan yang sempurna memiliki 2 unsur,

The first key ingredient is theory of mind,

Unsur penting pertama adalah teori tentang pikiran,

or the mind-reading ability.

atau kemampuan untuk membaca pikiran.

Mind reading is the ability to know

Membaca pikiran adalah kemampuan untuk

that different people have different knowledge about the situation

mengetahui bahwa setiap orang

memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai suatu situasi,

and the ability to differentiate between what I know

dan kemampuan untuk membedakan antara apa yang saya ketahui

and what you know.

dengan apa yang Anda ketahui.

Mind reading is important for lying

Membaca pikiran sangat penting ketika berbohong

because the basis of lying is that I know

karena pada prinsipnya, berbohong itu adalah adalah saya tahu

you don't know

namun Anda tidak tahu

what I know.

apa yang saya ketahui.

Therefore, I can lie to you.

Karena itu saya bisa

berbohong pada Anda.

The second key ingredient for good lying is self-control.

Unsur kedua untuk berbohong dengan baik adalah penguasaan diri.

It is the ability to control your speech, your facial expression

Yaitu kemampuan untuk mengontrol perkataan, ekspresi wajah,

and your body language,

dan bahasa tubuh Anda,

so that you can tell a convincing lie.

supaya Anda bisa menyampaikan

kebohongan yang meyakinkan.

And we found that those young children

Dan kami menemukan bahwa anak-anak kecil yang

who have more advanced mind-reading and self-control abilities

sudah lebih maju dalam membaca pikiran dan mengontrol diri

tell lies earlier

akan mulai berbohong pada usia lebih dini

and are more sophisticated liars.

dan menjadi lebih ahli dalam berbohong.

As it turns out, these two abilities are also essential for all of us

Dan ternyata, dua kemampuan ini juga penting bagi kita semua

to function well in our society.

untuk berfungsi dengan baik dalam masyarakat.

In fact, deficits in mind-reading and self-control abilities

Bahkan, kurangnya kemampuan membaca pikiran dan penguasaan diri

are associated with serious developmental problems,

berhubungan dengan masalah perkembangan mental serius

such as ADHD and autism.

seperti ADHD dan autisme.

So if you discover your two-year-old is telling his or her first lie,

Jadi jika Anda menemukan anak berusia 2 tahun berbohong,

instead of being alarmed,

alih-alih menjadi khawatir,

you should celebrate --

lebih baik Anda mensyukurinya.

(Laughter)

(Tertawa)

because it signals that your child has arrived at a new milestone

Karena itu menunjukkan bahwa Anak anda telah mencapai

of typical development.

tingkatan berikutnya dalam tahapan pertumbuhannya.

Now, are children poor liars?

Sekarang, apakah anak-anak tidak pandai berbohong?

Do you think you can easily detect their lies?

Dapatkah Anda mendeteksi kebohongan mereka dengan mudah?

Would you like to give it a try?

Maukah Anda mencobanya?

Yes? OK.

Ya? Baiklah.

So I'm going to show you two videos.

Saya akan menunjukkan 2 video.

In the videos,

Di dalam kedua video ini,

the children are going to respond to a researcher's question,

anak-anak akan menjawab pertanyaan dari peneliti,

"Did you peek?"

"Apakah kamu mengintip?"

So try to tell me

Katakan kepada saya

which child is lying

anak mana yang berbohong

and which child is telling the truth.

dan anak mana yang berkata jujur.

Here's child number one.

Ini respon anak nomor satu,

Are you ready?

Anda siap?

(Video) Adult: Did you peek? Child: No.

(Video) Penanya: Apa kamu mengintip? Anak: Tidak.

Kang Lee: And this is child number two.

Kang Lee: Dan ini video anak nomor dua.

(Video) Adult: Did you peek? Child: No.

(Video) Penanya: Apa kamu mengintip? Anak: Tidak.

KL: OK, if you think child number one is lying,

KL: OK, jika Anda berpikir anak nomor 1 berbohong,

please raise your hand.

silahkan angkat tangan.

And if you think child number two is lying, please raise your hand.

Dan jika Anda berpikir anak nomor 2 berbohong, silahkan angkat tangan.

OK, so as a matter of fact,

OK, faktanya,

child number one is telling the truth,

anak nomor 1 berkata jujur,

child number two is lying.

dan anak nomor 2 berbohong.

Sepertinya kebanyakan Anda tidak pandai mengenali kebohongan anak kecil.

Looks like many of you are terrible detectors of children's lies.

(Laughter)

(Tertawa)

Now, we have played similar kinds of games

Kami telah memainkan permainan yang mirip

with many, many adults from all walks of life.

dengan banyak orang dewasa dari berbagai latar belakang.

And we show them many videos.

Kami menunjukkan kepada mereka banyak video.

In half of the videos, the children lied.

Setengah dari video tersebut, anak-anaknya berbohong.

In the other half of the videos, the children told the truth.

Dan setengahnya lagi, anak-anaknya berkata jujur.

And let's find out how these adults performed.

Mari kita cari tahu bagaimana hasilnya.

Because there are as many liars as truth tellers,

Karena jumlah pembohong sama dengan yang jujur,

if you guess randomly,

kalau Anda menebak secara acak,

there's a 50 percent chance you're going to get it right.

ada 50 persen kemungkinan Anda benar.

So if your accuracy is around 50 percent,

Jadi kalau akurasi Anda sekitar 50 persen,

it means you are a terrible detector of children's lies.

itu artinya Anda tidak bisa mendeteksi kebohongan anak kecil.

So let's start with undergrads and law school students,

Mari mulai dari mahasiswa dan mahasiswa sekolah hukum,

who typically have limited experience with children.

yang biasanya memiliki pengalaman terbatas dengan anak-anak.

Mereka tidak bisa mendeteksi kebohongan anak kecil.

No, they cannot detect children's lies.

Their performance is around chance.

Hasilnya hanya mengira-ngira.

Now how about social workers and child-protection lawyers,

Nah, bagaimana dengan pekerja sosial dan pengacara perlindungan anak,

who work with children on a daily basis?

yang sehari-harinya bekerja dengan anak-anak?

Can they detect children's lies?

Bisakah mereka

mengenali kebohongan anak kecil?

No, they cannot.

Tidak.

(Laughter)

(Tertawa)

What about judges,

Bagaimana dengan hakim, petugas imigrasi, dan polisi,

customs officers

and police officers,

yang sehari-harinya juga berhubungan dengan pembohong?

who deal with liars on a daily basis?

Can they detect children's lies?

Bisakah mereka mengenali kebohongan anak?

No, they cannot.

Tidak.

What about parents?

Bagaimana dengan orang tua?

Can parents detect other children's lies?

Dapatkah orang tua

mengenali kebohongan anak lain?

No, they cannot.

Tidak.

What about, can parents detect their own children's lies?

Apakah orang tua bisa mengenali kebohongan anak mereka sendiri?

No, they cannot.

Tidak.

(Laughter) (Applause)

(Tertawa) (Tepuk tangan)

So now you may ask

Anda mungkin bertanya

why children's lies are so difficult to detect.

kenapa kebohongan anak kecil sangat sulit untuk dideteksi.

Let me illustrate this with my own son, Nathan.

Coba saya contohkan

dengan anak laki-laki saya, Nathan.

This is his facial expression

Ini adalah ekspresi wajahnya

when he lies.

ketika ia sedang berbohong,

(Laughter)

(Tertawa)

So when children lie,

Jadi ketika anak-anak berbohong,

their facial expression is typically neutral.

ekspresi wajah mereka biasanya netral.

However, behind this neutral expression,

Tetapi, dibalik ekspresi netralnya,

the child is actually experiencing a lot of emotions,

anak ini mengalami banyak emosi,

such as fear, guilt, shame

seperti rasa takut, bersalah, malu,

and maybe a little bit of liar's delight.

dan mungkin sedikit kepuasan berbohong.

(Laughter)

(Tertawa)

Unfortunately, such emotions are either fleeting or hidden.

Sayangnya, emosi tersebut hanya terjadi sekejap atau tersembunyi.

Therefore, it's mostly invisible to us.

Dan karenanya, kita tidak dapat melihatnya.

So in the last five years,

Selama 5 tahun terakhir,

we have been trying to figure out a way to reveal these hidden emotions.

kami telah mencoba

mencari cara untuk mengungkap emosi tersembuyi tersebut.

Then we made a discovery.

Kami menemukan bahwa

We know that underneath our facial skin,

dibawah kulit wajah kita, terdapat banyak jaringan pembuluh darah.

there's a rich network of blood vessels.

When we experience different emotions,

Ketika kita mengalami berbagai macam emosi,

our facial blood flow changes subtly.

pembuluh darah di wajah kita berubah secara halus.

And these changes are regulated by the autonomic system

Dan perubahan ini diatur oleh sistem yang otonom

that is beyond our conscious control.

di luar kesadaran kita.

By looking at facial blood flow changes,

Dengan melihat perubahan arus darah pada wajah,

kita bisa mengungkap emosi tersembunyi yang dirasakan seseorang.

we can reveal people's hidden emotions.

Unfortunately, such emotion-related facial blood flow changes

Sayangnya, perubahan arus darah di wajah yang berhubungan dengan emosi

are too subtle to detect by our naked eye.

terlalu sulit untuk dilihat dengan mata telanjang.

So to help us reveal people's facial emotions,

Untuk membantu mengungkap emosi wajah seseorang,

we have developed a new imaging technology

kami telah mengembangkan sebuah teknologi baru

we call "transdermal optical imaging."

yang kami sebut "transdermal optical imaging."

To do so, we use a regular video camera to record people

Untuk melakukannya, kami menggunakan kamera biasa untuk merekam orang

when they experience various hidden emotions.

saat mereka merasakan berbagai emosi tersembunyi.

And then, using our image processing technology,

Lalu, menggunakan teknologi pemrosesan gambar,

we can extract transdermal images of facial blood flow changes.

kami bisa mengambil gambar transdermal

dari perubahan arus pada pembuluh darah di wajah.

By looking at transdermal video images,

Dengan melihat gambar video transdermal,

kita sekarang dapat melihat dengan mudah perubahan arus pembuluh darah

now we can easily see

facial blood flow changes associated with the various hidden emotions.

pada wajah yang berhubungan dengan beragam emosi tersembunyi.

And using this technology,

Dengan menggunakan teknologi ini,

we can now reveal the hidden emotions associated with lying,

kita bisa mengungkap emosi tersembunyi yang berhubungan dengan berbohong,

and therefore detect people's lies.

dan selanjutnya mendeteksi kebohongan.

We can do so noninvasively,

Kita bisa melakukannya dengan cara yang non-invasif,

remotely, inexpensively,

dari jauh, tidak mahal,

with an accuracy at about 85 percent,

dengan akurasi sekitar 85 persen,

which is far better than chance level.

yang jauh lebih baik daripada mengira-ngira.

And in addition, we discovered a Pinocchio effect.

Kami juga menemukan efek Pinokio.

No, not this Pinocchio effect.

Bukan efek Pinokio yang ini.

(Laughter)

(Tertawa)

This is the real Pinocchio effect.

Ini efek Pinocchio yang sebenarnya.

When people lie,

Ketika berbohong,

the facial blood flow on the cheeks decreases,

arus pembuluh darah di pipi menipis,

and the facial blood flow on the nose increases.

dan arus pembuluh darah di hidung meningkat.

Of course, lying is not the only situation

Tentu saja, berbohong bukan satu-satunya situasi

that will evoke our hidden emotions.

yang membangkitkan emosi tersembunyi kita.

So then we asked ourselves,

Kita mungkin bertanya-tanya,

in addition to detecting lies,

selain mendeteksi kebohongan,

how can our technology be used?

teknologi kami bisa digunakan untuk apa lagi?

One application is in education.

Salah satu penerapan adalah dalam pendidikan.

For example, using this technology, we can help this mathematics teacher

Contohnya, dengan teknologi ini, kita bisa membantu guru matematika

to identify the student in his classroom

untuk mengidentifikasi murid di kelas

who may experience high anxiety about the topic he's teaching

yang merasa gelisah dengan topik yang diajarkan

so that he can help him.

agar guru bisa menolongnya.

And also we can use this in health care.

Kita juga bisa gunakan teknologi ini dalam bidang kesehatan.

For example, every day I Skype my parents,

Contohnya, setiap hari saya ber-Skype dengan orangtua saya,

who live thousands of miles away.

yang tinggal ribuan km jauhnya.

And using this technology,

Dan menggunakan teknologi ini,

I can not only find out what's going on in their lives

saya tidak hanya bisa tahu kabar mereka,

but also simultaneously monitor their heart rate, their stress level,

tapi juga bisa memantau detak jantung, tingkat stres,

their mood and whether or not they are experiencing pain.

suasana hati, dan apakah mereka sedang merasa sakit.

And perhaps in the future,

Dan mungkin di masa depan,

their risks for heart attack or hypertension.

risiko serangan jantung atau hipertensi.

And you may ask:

Anda mungkin bertanya:

Can we use this also to reveal politicians' emotions?

Bisakah kita menggunakannya untuk mengungkap emosi politisi?

(Laughter)

(Tertawa)

For example, during a debate.

Contohnya, pada saat debat.

Well, the answer is yes.

Jawabannya adalah ya.

Using TV footage,

Dengan menggunakan rekaman televisi,

we could detect the politicians' heart rate,

kita bisa mendeteksi detak jantung politisi,

mood and stress,

suasana hati, dan tingkat stres,

and perhaps in the future, whether or not they are lying to us.

dan mungkin di masa depan

mengetahui apakah mereka berbohong kepada kita.

We can also use this in marketing research,

Kita juga bisa menggunakannya dalam riset pemasaran,

for example, to find out

contohnya untuk mengetahui

whether or not people like certain consumer products.

apakah orang-orang menyukai produk yang ditawarkan.

We can even use it in dating.

Kita bahkan bisa

menggunakannya saat berkencan.

So for example,

Sebagai contoh,

if your date is smiling at you,

jika pasangan Anda tersenyum kepada Anda,

this technology can help you to determine

teknologi ini bisa memberi tahu Anda

whether she actually likes you

Apakah dia memang benar-benar menyukai Anda

or she is just trying to be nice to you.

atau hanya mencoba bersikap ramah kepada Anda.

And in this case,

Dan dalam gambar ini,

she is just trying to be nice to you.

dia hanya mencoba bersikap ramah kepada Anda.

(Laughter)

(Tertawa)

So transdermal optical imaging technology

Teknologi "transdermal optical imaging" ini

is at a very early stage of development.

masih dalam tahap awal pengembangan.

Many new applications will come about that we don't know today.

Akan banyak penerapan teknologi ini, yang belum kita ketahui saat ini.

However, one thing I know for sure

Namun, satu hal yang saya tahu pasti adalah bahwa

is that lying will never be the same again.

berbohong tidak akan sama seperti sebelumnya.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

Xiè xie.

Xiè xie.

(Applause)

(Tepuk tangan)