Renny Gleeson: Busted! The sneaky moves of antisocial smartphone users

Translator: Wahyu Perdana Yudistiawan Reviewer: Rommy Rustami

What I wanted to talk to you about today is two things:

Apa yang saya ingin sampaikan kepada Anda hari ini adalah tentang dua hal:

one, the rise of a culture of availability;

pertama, munculnya sebuah budaya ketersediaan,

and two, a request.

dan kedua, sebuah permohonan.

So we're seeing a rise of this availability

Jadi kita melihat munculnya ketersediaan ini

being driven by mobile device proliferation,

yang didorong oleh penyebaran ponsel,

globally, across all social strata.

secara global, menjangkau seluruh lapisan sosial.

We're seeing, along with that proliferation of mobile devices,

Kita melihat, seiring dengan penyebaran dari ponsel,

an expectation of availability.

sebuah harapan tentang ketersediaan.

And, with that, comes the third point,

Dan, dengan itu, datanglah hal ketiga,

which is obligation -- and an obligation to that availability.

yakni kewajiban -- dan kewajiban untuk menjadi tersedia (tiap saat).

And the problem is, we're still working through,

Dan masalahya adalah, kita sedang berusaha mengerti,

from a societal standpoint,

dari sudut pandang masyarakat,

how we allow people to be available.

tentang bagaimana kita mengijinkan orang-orang untuk menjadi "tersedia".

There's a significant delta, in fact,

Bahkan, ada perbedaan yang besar,

between what we're willing to accept.

antara apa yang kita mampu untuk terima --

Apologies to Hans Rosling --

mohon maaf kepada Hans Rosling.

he said anything that's not using real stats is a lie --

Beliau bilang semua yang tidak menggunakan statistik asli adalah bohong belaka --

but the big delta there

tapi perbedaan besar di sana

is how we deal with this from a public standpoint.

adalah bagaimana kita menangani masalah ini dari sudut pandang publik.

So we've developed certain tactics and strategies

Jadi kita menciptakan taktik dan strategi tertentu

to cover up.

untuk menutupinya.

This first one's called "the lean."

Yang pertama kita sebut saja "senderan."

And if you've ever been in a meeting where you play sort of meeting "chicken,"

Dan jika Anda pernah berada dalam suatu pertemuan dimana Anda seperti bermain "kucing-kucingan",

you're sitting there, looking at the person, waiting for them to look away,

Anda duduk di sana, melihat orang lain, menunggu mereka untuk mengalihkan pandangannya,

and then quickly checking the device.

lalu Anda buru-buru memeriksa ponsel.

Although you can see the gentleman up on the right is busting him.

Walaupun Anda dapat lihat pria yang di sebelah kanan memergokinya.

"The stretch."

"Regangan badan."

OK, the gentleman on the left is saying, "Screw you,

Oke, pria yang disebelah kiri berkata, "Peduli amat,

I'm going to check my device."

saya akan mengecek ponsel saya."

But the guy, here, on the right,

Tapi pria ini, di sebelah kanan,

he's doing the stretch.

dia meregangkan badannya.

It's that reeeee-e-e-each out, the physical contortion

Adalah "peregangan" itu, posisi fisik yang tak natural

to get that device just below the tabletop.

supaya ponselnya berada di bawah meja.

Or, my favorite, the "Love you; mean it."

Atau, favorit saya, yakni "Sungguh 'ku cinta kamu"

(Laughter)

(Tawa)

Nothing says "I love you"

Tidak ada yang mengungkapkan "Aku cinta kepadamu"

like "Let me find somebody else I give a damn about."

seperti "coba kucari orang lain yang saya peduli."

Or, this one, coming to us from India.

Atau, yang ini, datang dari India.

You can find this on YouTube,

Anda dapat menemukan ini di YouTube,

the gentleman who's recumbent on a motorcycle

pria yang berbaring di atas sepeda motor

while text messaging.

sambil mengirim SMS.

Or what we call the "sweet gravy, stop me before I kill again!"

Atau apa yang kita sebut "tolong, stop saya sebelum saya membunuh lagi!"

That is actually the device.

Itu sebenarnya adalah ponselnya.

What this is doing is, we find a --

Apa yang terjadi adalah, kita bertemu dengan --

(Laughter)

(Tawa)

a direct collision --

benturan langsung --

we find a direct collision between availability --

kita bertemu dengan benturan langsung antara ketersediaan --

and what's possible through availability --

dan apa yang mungkin melalui ketersediaan --

and a fundamental human need -- which we've been hearing about a lot, actually --

dengan sebuah kebutuhan manusia yang fundamental -- yang kita telah sering dengar --

the need to create shared narratives.

kebutuhan untuk membuat narasi bersama.

We're very good at creating personal narratives,

Kita sangat mampu untuk membuat narasi personal,

but it's the shared narratives that make us a culture.

tapi sesungguhnya narasi-narasi bersama yang membuat kebudayaan kita.

And when you're standing with someone,

Dan ketika Anda berdiri bersama seseorang,

and you're on your mobile device,

dan Anda berkonsentrasi pada ponsel Anda,

effectively what you're saying to them is,

otomatis apa yang Anda sampaikan kepada mereka adalah,

"You are not as important as, literally,

"Anda sesungguhnya tidak sepenting, dalam arti sebenarnya,

almost anything that could come to me through this device."

dengan apapun juga yang dapat datang kepada saya melalui alat ini."

Look around you.

Lihatlah di sekitar Anda.

There might be somebody on one right now,

Mungkin ada seseorang yang seperti ini sekarang,

participating in multi-dimensional engagement.

sedang berpartisipasi dalam interaksi multi-dimensional.

(Laughter)

(Tawa)

Our reality right now is less interesting

Kenyataan yang ada saat ini kurang menarik

than the story we're going to tell about it later.

dibanding dengan cerita yang akan kita ceritakan nantinya.

This one I love.

Saya suka yang ini.

This poor kid, clearly a prop --

Bocah yang malang ini, jelas sekali adalah figuran --

don't get me wrong, a willing prop --

jangan salah artikan saya, figuran yang rela-rela saja --

but the kiss that's being documented kind of looks like it sucks.

tapi ciuman yang didokumentasikan terlihat seperti tidak enak.

This is the sound of one hand clapping.

Ini adalah suara bertepuk sebelah tangan.

So, as we lose the context of our identity,

Jadi, seiring kita kehilangan konteks dari identitas kita,

it becomes incredibly important

adalah menjadi lebih penting

that what you share becomes the context of shared narrative,

bahwa apa yang Anda sebarkan menjadi konteks dari narasi bersama,

becomes the context in which we live.

dan menjadi konteks di mana kita hidup dan tinggal.

The stories that we tell -- what we push out --

Cerita yang kita ceritakan -- apa yang kita keluarkan --

becomes who we are.

menjadi gambaran siapa sesungguhnya diri kita.

People aren't simply projecting identity,

Kita tidak saja memproyeksikan identitas,

they're creating it.

mereka menciptakannya.

And so that's the request I have for everybody in this room.

Jadi itulah permohonan yang saya ingin sampaikan kepada semua orang di ruangan ini.

We are creating the technology

Kita menciptakan teknologi

that is going to create the new shared experience,

yang akan menciptakan pengalaman bersama yang baru,

which will create the new world.

yang nantinya membuat dunia baru.

And so my request is,

Jadi permohonan saya adalah,

please, let's make technologies

tolonglah, mari kita buat teknologi

that make people more human,

yang membuat kita lebih manusiawi,

and not less.

bukan sebaliknya.

Thank you.

Terima kasih.