Memory Banda: A Warrior’s Cry Against Child Marriage | TED

Translator: Abe Felisa Reviewer: Laksmi Wijayanti

I'll begin today

Saya akan memulai

by sharing a poem

dengan puisi

written by my friend from Malawi,

yang ditulis oleh teman saya dari Malawi,

Eileen Piri.

Eileen Piri.

Eileen is only 13 years old,

Eileen baru berumur 13 tahun,

but when we were going through the collection of poetry that we wrote,

tapi ketika kami melihat-lihat koleksi puisi yang telah kami tulis,

I found her poem so interesting,

Saya merasa puisinya sangatlah menarik,

so motivating.

sangat memotivasi.

So I'll read it to you.

Jadi saya akan membacakannya untuk Anda.

She entitled her poem "I'll Marry When I Want."

Judulnya: "Saya Akan Menikah Kapanpun Saya Mau."

(Laughter)

(Tawa)

"I'll marry when I want.

"Saya akan menikah kapanpun saya mau.

My mother can't force me to marry.

Ibu tak dapat memaksa saya.

My father cannot force me to marry.

Ayah tak dapat memaksa saya.

My uncle, my aunt,

Paman saya, Bibi saya,

my brother or sister,

saudara laki-laki maupun perempuan saya,

cannot force me to marry.

tak dapat memaksa saya.

No one in the world

Tak seorang pun di dunia

can force me to marry.

dapat memaksa saya.

I'll marry when I want.

Saya akan menikah kapanpun saya mau.

Even if you beat me,

Meski kau memukul saya,

even if you chase me away,

meski kau mengejar saya,

even if you do anything bad to me,

meski kau melakukan hal buruk kepada saya,

I'll marry when I want.

Saya akan menikah kapanpun saya mau.

I'll marry when I want,

Saya akan menikah kapanpun saya mau,

but not before I am well educated,

tapi sebelumnya saya akan mengenyam pendidikan yang bagus,

and not before I am all grown up.

dan akan bertumbuh dewasa seutuhnya.

I'll marry when I want."

Saya akan menikah kapanpun saya mau."

This poem might seem odd,

Puisi ini mungkin terdengar aneh;

written by a 13-year-old girl,

ini ditulis oleh gadis berusia 13 tahun,

but where I and Eileen come from,

tapi di tempat asal saya dan Eileen,

this poem, which I have just read to you,

puisi yang baru saja saya bacakan ini

is a warrior's cry.

adalah tangisan pejuang.

I am from Malawi.

Saya berasal dari Malawi.

Malawi is one of the poorest countries,

Malawi adalah salah satu negara termiskin,

very poor,

sangat miskin,

where gender equality is questionable.

dan kesetaraan gender dipertanyakan.

Growing up in that country,

Saya dibesarkan di sana,

I couldn't make my own choices in life.

dan saya tak dapat membuat keputusan hidup sendiri.

I couldn't even explore

Saya bahkan tak dapat menimbang

personal opportunities in life.

kesempatan yang ada dalam hidup saya.

I will tell you a story

Saya akan menceritakan kisah

of two different girls,

dua perempuan yang berbeda,

two beautiful girls.

dua perempuan cantik.

These girls grew up

Keduanya tumbuh besar

under the same roof.

di bawah atap yang sama.

They were eating the same food.

Mereka makan makanan yang sama.

Sometimes, they would share clothes,

Mereka terkadang berbagi pakaian,

and even shoes.

dan bahkan sepatu.

But their lives ended up differently,

Namun mereka memiliki akhir kisah yang berbeda,

in two different paths.

di dua jalan yang berbeda.

The other girl is my little sister.

Perempuan yang satunya adalah adik saya.

My little sister was only 11 years old

Ia baru berusia 11 tahun

when she got pregnant.

sewaktu ia hamil.

It's a hurtful thing.

Itu sangat menyakitkan.

Not only did it hurt her, even me.

Menyakitkan bagi dia dan bagi saya juga.

I was going through a hard time as well.

Saya juga melalui masa-masa yang sulit.

As it is in my culture,

Di kebudayaan saya,

once you reach puberty stage,

sewaktu Anda mencapai masa puber,

you are supposed to go to initiation camps.

Anda diharuskan pergi ke kamp inisiasi,

In these initiation camps,

Di kamp inisiasi ini,

you are taught how to sexually please a man.

Anda diajarkan untuk menyenangkan laki-laki secara seksual.

There is this special day,

Ada hari spesial,

which they call "Very Special Day"

yang disebut "Hari yang Sangat Spesial"

where a man who is hired by the community

yaitu ketika seorang pria sewaan oleh komunitas lokal

comes to the camp

datang ke kamp

and sleeps with the little girls.

dan tidur dengan para gadis yang masih kecil.

Imagine the trauma that these young girls

Bayangkan trauma yang mereka lalui

go through every day.

setiap harinya.

Most girls end up pregnant.

Kebanyakan dari mereka hamil,

They even contract HIV and AIDS

bahkan tertular HIV dan AIDS

and other sexually transmitted diseases.

dan penyakit menular seksual lainnya.

For my little sister, she ended up being pregnant.

Adik saya akhirnya hamil.

Today, she's only 16 years old

Hari ini usianya baru 16 tahun

and she has three children.

dan ia punya tiga anak.

Her first marriage did not survive,

Perkawinan pertamanya tidak bertahan lama,

nor did her second marriage.

yang kedua pun tidak.

On the other side, there is this girl.

Di sisi lain, ada seorang gadis lain.

She's amazing.

Dia luar biasa.

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

I call her amazing because she is.

Saya menyebutnya luar biasa karena memang demikian.

She's very fabulous.

Dia sangat menakjubkan.

That girl is me. (Laughter)

Perempuan itu adalah saya. (Tawa)

When I was 13 years old,

Ketika saya 13 tahun,

I was told, you are grown up,

Saya diberitahu, kau telah dewasa,

you have now reached of age,

kau sudah cukup umur,

you're supposed to go to the initiation camp.

kau harus pergi ke kamp inisiasi.

I was like, "What?

Kata saya, "Apa?

I'm not going to go to the initiation camps."

Saya tak mau pergi ke kamp inisiasi itu."

You know what the women said to me?

Anda tahu apa yang dikatakan para wanita tersebut?

"You are a stupid girl. Stubborn.

"Kau gadis bodoh. Keras kepala.

You do not respect the traditions of our society, of our community."

Kau tak menghormati tradisi masyarakat dan komunitas."

I said no because I knew where I was going.

Saya menolak karena saya tahu tujuan saya.

I knew what I wanted in life.

Saya tahu apa yang saya inginkan.

I had a lot of dreams as a young girl.

Saya punya banyak mimpi saat kecil.

I wanted to get well educated,

Saya ingin mengenyam pendidikan yang bagus,

to find a decent job in the future.

agar bisa bekerja secara layak di masa depan.

I was imagining myself as a lawyer,

Saya berandai-andai saya seorang pengacara,

seated on that big chair.

duduk di kursi besar itu.

Those were the imaginations that

Itu adalah imajinasi yang

were going through my mind every day.

terlintas di pikiran saya setiap hari.

And I knew that one day,

Dan saya tahu bahwa suatu hari

I would contribute something, a little something to my community.

saya akan memberikan kontribusi, memberikan sesuatu untuk komunitas.

But every day after refusing,

Tapi setelah penolakan itu, setiap hari

women would tell me,

para wanita tersebut berkata,

"Look at you, you're all grown up. Your little sister has a baby.

"Tengoklah dirimu sendiri, kau sudah dewasa. Adikmu punya bayi.

What about you?"

Bagaimana denganmu?"

That was the music that I was hearing every day,

Itulah musik yang saya dengar setiap hari,

and that is the music that girls hear every day

Itulah musik yang didengar para wanita tersebut setiap hari

when they don't do something that the community needs them to do.

ketika mereka tidak melakukan sesuatu yang dipaksakan oleh komunitas.

When I compared the two stories between me and my sister,

Waktu saya membandingkan dua cerita antara saya dan adik saya,

I said, "Why can't I do something?

Saya berkata, "Mengapa saya tak dapat melakukan apa-apa?

Why can't I change something that has happened for a long time

Mengapa saya tak dapat merubah sesuatu yang sudah terjadi sejak dulu

in our community?"

di komunitas kami?"

That was when I called other girls

Itulah saat ketika saya memanggil para gadis lain

just like my sister, who have children,

seperti adik saya, yang sudah beranak,

who have been in class but they have forgotten how to read and write.

yang pernah bersekolah tapi sudah lupa cara membaca dan menulis.

I said, "Come on, we can remind each other

Saya bilang, "Ayo, kita bisa saling mengingatkan

how to read and write again,

cara membaca dan menulis lagi,

how to hold the pen, how to read, to hold the book."

cara memegang bolpen, cara membaca, memegang buku."

It was a great time I had with them.

Itu adalah saat kebersamaan yang menyenangkan.

Nor did I just learn a little about them,

Saya mengenal mereka lebih jauh lagi,

but they were able to tell me their personal stories,

dan mereka pun dapat menceritakan kisah-kisah pribadi mereka kepada saya,

what they were facing every day

apa yang mereka hadapi setiap hari

as young mothers.

sebagai ibu muda.

That was when I was like,

Itulah saat saya bergumam,

'Why can't we take all these things that are happening to us

"Mengapa kita tidak bisa menunjukkan semua yang terjadi pada kami

and present them and tell our mothers, our traditional leaders,

dan berkata kepada ibu kami, pemimpin tradisional kami,

that these are the wrong things?"

betapa salahnya hal ini?"

It was a scary thing to do,

Ini adalah sesuatu yang menakutkan,

because these traditional leaders,

karena para pemimpin tradisional ini

they are already accustomed to the things

sudah terbiasa dengan berbagai hal

that have been there for ages.

yang sudah ada sejak lama.

A hard thing to change,

Suatu hal yang sulit untuk dirubah,

but a good thing to try.

tapi patut dicoba.

So we tried.

Jadi kami mencoba.

It was very hard, but we pushed.

Memang sangatlah sulit, tapi kami mendesak mereka.

And I'm here to say that in my community,

Dan saya di sini untuk mengabarkan bahwa di komunitas saya,

it was the first community after girls

itu adalah komunitas pertama setelah para wanita

pushed so hard to our traditional leader,

mendesak pemimpin tradisional kami dengan amat sangat,

and our leader stood up for us and said no girl has to be married

dan para pemimpin kami membela kami dan berkata para gadis

before the age of 18.

tak harus menikah sebelum 18 tahun.

(Applause)

(Tepuk tangan)

In my community,

Di komunitas saya,

that was the first time a community,

itulah pertama kalinya di komunitas,

they had to call the bylaws,

mereka harus memperhatikan peraturan,

the first bylaw that protected girls

peraturan pertama yang melindungi para gadis

in our community.

di komunitas kami.

We did not stop there.

Usaha kami terus berlanjut.

We forged ahead.

Kami terus maju.

We were determined to fight for girls not just in my community,

Kami bertekad untuk berjuang untuk para gadis di komunitas lain juga,

but even in other communities.

bukan cuma di komunitas kami.

When the child marriage bill was being presented in February,

Ketika undang-undang perkawinan anak diajukan di bulan Februari,

we were there at the Parliament house.

kami berada di gedung parlemen.

Every day, when the members of Parliament were entering,

Setiap hari, sewaktu anggota parlemen masuk,

we were telling them, "Would you please support the bill?"

kami bertanya, "Maukah Anda menyokong undang-undang ini?"

And we don't have much technology like here,

Dan kami tidak memiliki berbagai macam teknologi seperti di sini,

but we have our small phones.

tapi kami punya telepon kecil kami.

So we said, "Why can't we get their numbers and text them?"

Kami berkata, "Bisakah kita meminta nomor mereka dan mengirimkan sms?"

So we did that. It was a good thing.

Dan itu yang kami lakukan. Itu langkah yang bagus.

(Applause)

(Tepuk tangan)

So when the bill passed, we texted them back,

Ketika undang-undang tersebut disahkan, kami mengirim sms,

"Thank you for supporting the bill."

"Terima kasih telah menyokong undang-undang tersebut."

(Laughter)

And when the bill was signed by the president,

(Tawa)

Dan ketika undang-undang tersebut ditandatangani oleh presiden,

making it into law, it was a plus.

dan disahkan, adalah suatu keuntungan.

Now, in Malawi, 18 is the legal marriage age, from 15 to 18.

Sekarang di Malawi, pernikahan baru sah di usia 18 tahun; 15-18 tahun.

(Applause)

(Tepuk tangan)

It's a good thing to know that the bill passed,

Ini sesuatu yang melegakan,

but let me tell you this:

tapi Anda perlu tahu:

There are countries where 18 is the legal marriage age,

Ada negara-negara yang mensahkan pernikahan di usia 18 tahun,

but don't we hear cries of women and girls every day?

tapi tidakkah kita mendengar tangisan para wanita dan gadis setiap hari?

Every day, girls' lives are being wasted away.

Setiap hari, hidup para gadis disia-siakan.

This is high time for leaders to honor their commitment.

Inilah saat yang tepat bagi pemimpin untuk menghormati komitmen mereka.

In honoring this commitment,

Menghormati komitmen sama dengan

it means keeping girls' issues at heart every time.

terus mengingat isu para gadis tersebut setiap saat.

We don't have to be subjected as second,

Kami tak perlu dinomorduakan,

but they have to know that women, as we are in this room,

tapi perlu mereka ketahui bahwa para wanita, selayaknya kita di sini,

we are not just women, we are not just girls,

bukan sekadar wanita, bukan sekadar anak gadis,

we are extraordinary.

kita ini menakjubkan.

We can do more.

Kita dapat bertindak lebih jauh.

And another thing for Malawi,

Juga di Malawi,

and not just Malawi but other countries:

dan bukan cuma Malawi tapi juga negara-negara lain:

The laws which are there,

Hukum yang berlaku di sana,

you know how a law is not a law until it is enforced?

Anda mengerti kan hukum bukanlah hukum kecuali sudah sah?

The law which has just recently passed

Undang-undang yang baru saja disahkan belakangan ini

and the laws that in other countries have been there,

dan yang telah ada di negara lainnya,

they need to be publicized at the local level,

harus diumumkan di tingkat daerah,

at the community level,

di tingkat komunitas;

where girls' issues are very striking.

ia berisi isu-isu para wanita yang amatlah mencolok.

Girls face issues, difficult issues, at the community level every day.

Para gadis menghadapi masalah sulit di tingkat komunitas setiap harinya.

So if these young girls know that there are laws that protect them,

Jadi jika para gadis ini tahu ada hukum yang melindungi mereka,

they will be able to stand up and defend themselves

mereka dapat melawan dan membela diri

because they will know that there is a law that protects them.

karena mereka tahu ada hukum yang melindungi mereka.

And another thing I would say is that

Dan hal lain yang ingin saya sampaikan adalah

girls' voices and women's voices

bahwa suara para gadis dan wanita

are beautiful, they are there,

sangatlah indah, kehadirannya terasa,

but we cannot do this alone.

tapi kami tak dapat melakukan ini sendiri.

Male advocates, they have to jump in,

Para advokat pria pun harus ikut serta,

to step in and work together.

bergabung dan bekerja sama.

It's a collective work.

Ini adalah tugas bersama.

Kebutuhan kami adalah kebutuhan para gadis dimana-mana:

What we need is what girls elsewhere need:

good education, and above all, not to marry whilst 11.

pendidikan yang bagus, dan terutama: tidak harus menikah di usia 11 tahun.

And furthermore,

Terlebih lagi,

I know that together,

Saya tahu bahwa kita dapat merubah,

we can transform the legal,

kerangka hukum, budaya, dan politik yang mengambil hak-hak para gadis

the cultural and political framework

that denies girls of their rights.

bersama-sama.

I am standing here today

Saya berdiri di sini hari ini mendeklarasikan bahwa

and declaring that we can end child marriage in a generation.

kita dapat menghentikan perkawinan anak dalam satu generasi.

This is the moment

Inilah saatnya

where a girl and a girl, and millions of girls worldwide,

saat seorang gadis ditambah seorang lagi, beserta jutaan gadis di dunia,

will be able to say,

dapat berkata,

"I will marry when I want."

"Saya akan menikah kapanpun saya mau."

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you. (Applause)

Terima kasih. (Tepuk tangan)