Fahad Al-Attiya: A country with no water

Translator: Timothy Covell Reviewer: Morton Bast

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Dewi Barnas

Salaam alaikum.

Salam alaikum.

Welcome to Doha.

Selamat datang di Doha.

I am in charge of making this country's food secure.

Saya bertugas menjamin ketersediaan pasokan makanan di negara ini.

That is my job for the next two years,

Itulah pekerjaan saya selama 2 tahun ke depan,

to design an entire master plan,

untuk merancang sebuah master plan,

and then for the next 10 years to implement it --

dan kemudian menerapkannya dalam 10 tahun berikutnya --

of course, with so many other people.

tentu saja, bersama banyak orang lain.

But first, I need to talk to you about a story, which is my story,

Namun pertama, saya ingin menceritakan sebuah kisah pada Anda, kisah saya sendiri,

about the story of this country that you're all here in today.

kisah tentang negara tempat Anda berada sekarang ini.

And of course, most of you have had three meals today,

Dan tentu saja, sebagian besar dari Anda sudah makan 3 kali hari ini,

and probably will continue to have after this event.

dan mungkin akan terus bisa makan 3 kali sehari setelah acara ini.

So going in, what was Qatar in the 1940s?

Jadi, mulai saja, seperti apa Qatar di tahun 1940-an?

We were about 11,000 people living here.

Ada sekitar 11.000 orang yang tinggal di sini.

There was no water. There was no energy, no oil, no cars, none of that.

Tidak ada air. Tidak ada energi, tidak ada minyak, tidak ada mobil, tidak ada apa-apa.

Most of the people who lived here

Kebanyakan orang yang hidup di sini

either lived in coastal villages, fishing,

tinggal di desa-desa pesisir sebagai nelayan

or were nomads who roamed around with the environment trying to find water.

atau pengembara yang berpindah-pindah tergantung iklimnya untuk mencari air.

None of the glamour that you see today existed.

Tidak ada satupun kemewahan yang Anda lihat sekarang.

No cities like you see today in Doha or Dubai or Abu Dhabi or Kuwait or Riyadh.

Tidak ada kota-kota seperti Doha, Dubai, Abu Dhabi, Kuwait, atau Riyadh yang Anda lihat sekarang.

It wasn't that they couldn't develop cities.

Bukan karena mereka tidak bisa membangun perkotaan.

Resources weren't there to develop them.

Namun tidak ada sumber daya untuk membangunnya.

And you can see that life expectancy was also short.

Dan Anda dapat melihat bahwa angka harapan hidup juga singkat.

Most people died around the age of 50.

Kebanyakan orang meninggal pada usia sekitar 50 tahun.

So let's move to chapter two: the oil era.

Jadi mari kita beralih ke bab 2: zaman minyak.

1939, that's when they discovered oil.

1939, ketika mereka menemukan minyak.

But unfortunately, it wasn't really fully exploited commercially

Namun sayangnya, ketika itu minyak itu tidak dieksploitasi sepenuhnya secara komersial

until after the Second World War.

hingga setelah Perang Dunia Kedua berakhir.

What did it do?

Apa akibatnya?

It changed the face of this country, as you can see today and witness.

Minyak mengubah wajah negara ini, seperti yang dapat Anda lihat dan saksikan sekarang.

It also made all those people who roamed around the desert --

Minyak juga membuat orang-orang yang dulu mengembara di padang pasir --

looking for water, looking for food,

untuk mencari air, mencari makanan,

trying to take care of their livestock -- urbanize.

menjaga ternak mereka -- pindah ke kota.

You might find this strange,

Anda mungkin menganggap ini aneh,

but in my family we have different accents.

tapi dalam keluarga saya, kami memiliki logat yang berbeda-beda.

My mother has an accent that is so different to my father,

Logat ibu saya sangat berbeda dengan ayah saya,

and we're all a population of about 300,000 people in the same country.

dan kami adalah bagian dari 300.000 orang populasi dalam negara yang sama.

There are about five or six accents in this country as I speak.

Ada sekitar 5 atau 6 logat yang berbeda di negara ini, bahkan sekarang.

Someone says, "How so? How could this happen?"

Ada yang bertanya, "Kenapa begitu? Bagaimana bisa begitu?"

Because we lived scattered.

Karena kami tinggal tersebar.

We couldn't live in a concentrated way simply because there was no resources.

Kami tidak dapat tinggal di tempat yang sama karena tidak ada sumber daya penopang kehidupan.

And when the resources came, be it oil,

Dan ketika sumber daya itu ditemukan, apakah itu minyak

we started building these fancy technologies

kami mulai membangun teknologi hebat ini

and bringing people together because we needed the concentration.

dan mengumpulkan orang-orang untuk tinggal di daerah yang sama karena kami memerlukannya.

People started to get to know each other.

Orang-orang mulai saling mengenal satu sama lain.

And we realized that there are some differences in accents.

Dan kami menyadari bahwa ada perbedaan logat berbicara.

So that is the chapter two: the oil era.

Jadi itulah bab kedua: zaman minyak.

Let's look at today.

Mari kita lihat keadaannya hari ini.

This is probably the skyline that most of you know about Doha.

Mungkin inilah pemandangan yang kebanyakan Anda tahu tentang Doha.

So what's the population today?

Lalu berapa jumlah penduduk saat ini?

It's 1.7 million people.

1,7 juta orang.

That is in less than 60 years.

Dalam kurang dari 60 tahun.

The average growth of our economy is about 15 percent for the past five years.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi kami adalah 15% selama lima tahun terakhir.

Lifespan has increased to 78.

Usia harapan hidup telah meningkat hingga 78 tahun.

Water consumption has increased to 430 liters.

Konsumsi air meningkat menjadi 430 liter.

And this is amongst the highest worldwide.

Dan ini adalah salah satu yang tertinggi di dunia.

From having no water whatsoever

Dari tidak punya air sama sekali

to consuming water to the highest degree, higher than any other nation.

hingga mengkonsumsi air terbanyak, bahkan lebih banyak dibandingkan negara lain.

I don't know if this was a reaction to lack of water.

Saya tidak tahu apakah ini akibat dari kondisi sebelumnya ketika kami kekurangan air.

But what is interesting about the story that I've just said?

Namun, apa yang menarik dari kisah yang baru saja saya ceritakan?

The interesting part is that we continue to grow

Yang menarik adalah kami terus tumbuh

15 percent every year for the past five years without water.

15 persen setiap tahunnya selama 5 tahun terakhir tanpa air.

Now that is historic. It's never happened before in history.

Ini sesuatu yang bersejarah, belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.

Cities were totally wiped out because of the lack of water.

Perkotaan hilang dan hancur karena kekurangan air.

This is history being made in this region.

Sejarah baru dibuat di wilayah ini,

Not only cities that we're building,

Kami tidak hanya membangun perkotaan,

but cities with dreams and people who are wishing to be scientists, doctors.

tapi kota-kota impian dan orang-orang yang ingin menjadi peneliti dan dokter.

Build a nice home, bring the architect, design my house.

Bermimpi untuk membangun rumah yang bagus, mengundang arsitek, merancang rumah.

These people are adamant that this is a livable space when it wasn't.

Orang-orang ini bersikukuh untuk tinggal di tempat ini meski sebelumnya ia begitu sulit ditinggali.

But of course, with the use of technology.

Namun tentu saja, dengan menggunakan teknologi.

So Brazil has 1,782 millimeters per year of precipitation of rain.

Brazil mendapat 1.782 mm curahan hujan per tahun.

Qatar has 74, and we have that growth rate.

Qatar mendapat 74 mm, dan kami mendapatkan tingkat pertumbuhan itu.

The question is how.

Pertanyaannya adalah bagaimana.

How could we survive that?

Bagaimana kami dapat bertahan hidup dengannya?

We have no water whatsoever.

Kami tidak memiliki air sama sekali.

Simply because of this gigantic, mammoth machine called desalination.

Ini hanya karena mesin raksasa yang disebut desalinasi ini.

Energy is the key factor here. It changed everything.

Energi adalah faktor utama yang mengubah segalanya di sini.

It is that thing that we pump out of the ground, we burn tons of,

Kami mengambilnya dari tanah, kami membakar berton-ton energi,

probably most of you used it coming to Doha.

mungkin sebagian besar dari Anda menggunakannya saat datang.

So that is our lake, if you can see it.

Jadi itulah danau kami, kalau Anda dapat melihatnya.

That is our river.

Itulah sungai kami.

That is how you all happen to use and enjoy water.

Itulah bagaimana Anda semua dapat menggunakan dan menikmati air.

This is the best technology that this region could ever have: desalination.

Ini adalah teknologi terbaik yang dapat dimiliki wilayah ini: desalinasi.

So what are the risks?

Lalu apa resikonya?

Do you worry much?

Apa Anda khawatir?

I would say, perhaps if you look at the global facts,

Saya akan mengatakan, mungkin kalau Anda lihat fakta global,

you will realize, of course I have to worry.

Anda akan menyadari, tentu saja saya harus khawatir.

There is growing demand, growing population.

Permintaan terus meningkat, populasi bertumbuh.

We've turned seven billion only a few months ago.

Jumlah penduduk dunia telah menjadi 7 miliar sejak beberapa bulan yang lalu.

And so that number also demands food.

Semua orang itu juga harus makan.

And there's predictions that we'll be nine billion by 2050.

Dan ada perkiraan jumlah penduduk dunia akan mencapai 9 miliar di tahun 2050.

So a country that has no water

Jadi sebuah negara yang tidak memiliki air

has to worry about what happens beyond its borders.

harus mengkhawatirkan apa yang terjadi di luar perbatasannya.

There's also changing diets.

Ada juga perubahan pola makan.

By elevating to a higher socio-economic level,

Dengan meningkatnya kondisi sosial-ekonomi,

they also change their diet.

mereka juga mengubah pola makan.

They start eating more meat and so on and so forth.

Mereka mulai mengkonsumsi lebih banyak daging, dan seterusnya.

On the other hand, there is declining yields

Di sisi lain, ada penurunan produksi

because of climate change and because of other factors.

karena perubahan iklim dan faktor-faktor lainnya.

And so someone has to really realize when the crisis is going to happen.

Jadi orang-orang harus benar-benar menyadari kapan krisis itu akan terjadi.

This is the situation in Qatar, for those who don't know.

Inilah kondisinya di Qatar, untuk yang belum tahu.

We only have two days of water reserve.

Kami hanya memiliki pasokan air untuk 2 hari.

We import 90 percent of our food,

Kami mengimpor 90 persen makanan kami,

and we only cultivate less than one percent of our land.

dan lahan yang kami tanami jumlahnya kurang dari 1 persen.

The limited number of farmers that we have

Jumlah petani kami yang hanya sedikit

have been pushed out of their farming practices

tidak lagi tahu cara bertani

as a result of open market policy and bringing the big competitions, etc., etc.

sebagai akibat dari pasar terbuka dan persaingan global, dan sebagainya.

So we also face risks.

Jadi kami juga menghadapi resiko

These risks directly affect the sustainability of this nation and its continuity.

yang langsung mempengaruhi kesinambungan dan keberlangsungan negara ini.

The question is, is there a solution?

Pertanyaannya adalah, apakah ada jalan keluarnya?

Is there a sustainable solution?

Apa ada jalan keluar yang berkesinambungan?

Indeed there is.

Tentu saja ada.

This slide sums up thousands of pages of technical documents

Slide ini meringkas ribuan halaman naskah teknis

that we've been working on over the past two years.

yang sudah kami kerjakan selama 2 tahun terakhir.

Let's start with the water.

Mari kita mulai dengan air.

So we know very well -- I showed you earlier -- that we need this energy.

Jadi kita tahu dengan betul -- saya sudah tunjukkan tadi -- bahwa kita perlu energi ini.

So if we're going to need energy, what sort of energy?

Jadi jika kita perlu energi, energi seperti apa?

A depletable energy? Fossil fuel?

Energi yang tidak terbarukan? Bahan bakar fosil?

Or should we use something else?

Atau kita harus menggunakan sesuatu yang lain?

Do we have the comparative advantage to use another sort of energy?

Apakah ada keuntungannya menggunakan energi lain?

I guess most of you by now realize that we do: 300 days of sun.

Saya rasa sebagian besar dari Anda tahu kami memilikinya: 300 hari di bawah sinar matahari.

And so we will use that renewable energy to produce the water that we need.

Jadi kami menggunakan energi terbarukan itu untuk menghasilkan air yang kami butuhkan.

And we will probably put 1,800 megawatts of solar systems

Dan kami mungkin akan menggunakan 1.800 megawatt energi surya

to produce 3.5 million cubic meters of water.

untuk menghasilkan 3,5 juta meter kubik air.

And that is a lot of water.

Itu banyak sekali air.

That water will go then to the farmers,

Air ini akan dialirkan kepada para petani,

and the farmers will be able to water their plants,

dan para petani akan dapat mengairi tanaman mereka,

and they will be able then to supply society with food.

dan mereka dapat memasok makanan untuk masyarakat.

But in order to sustain the horizontal line --

Namun untuk mempertahankan garis horizontal ini --

because these are the projects, these are the systems that we will deliver --

karena inilah proyeknya, inilah sistem yang akan kami hantarkan --

we need to also develop the vertical line:

kami juga harus membangun garis vertikal:

system sustenance, high-level education, research and development,

kelangsungan sistem, pendidikan tinggi, penelitian dan pengembangan,

industries, technologies, to produce these technologies for application, and finally markets.

industri, dan teknologi untuk menghasilkan teknologi ini agar dapat diterapkan dan dipasarkan.

But what gels all of it, what enables it, is legislation, policies, regulations.

Namun yang memungkinkan semua ini, adalah hukum, kebijakan, dan peraturan.

Without it we can't do anything.

Tanpanya, kita tidak bisa berbuat apa-apa.

So that's what we are planning to do.

Jadi itulah yang akan kami lakukan.

Within two years we should hopefully be done with this plan

Semoga kami dapat menyelesaikan rencana ini dalam 2 tahun

and taking it to implementation.

dan menerapkannya.

Our objective is to be a millennium city, just like many millennium cities around:

Tujuan kami adalah menjadi kota milenium, sama seperti kota-kota milenium yang ada:

Istanbul, Rome, London, Paris, Damascus, Cairo.

Istanbul, Roma, London, Paris, Damaskus, Kairo.

We are only 60 years old, but we want to live forever

Kami baru berusia 60 tahun, namun kami ingin hidup selamanya

as a city, to live in peace.

sebagai kota, untuk hidup damai.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)