Elliot Krane: The mystery of chronic pain

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Amir Sudjono

I'm a pediatrician and an anesthesiologist,

Saya seorang dokter anak dan ahli anestesi,

so I put children to sleep for a living.

jadi saya menidurkan anak-anak untuk mencari uang.

(Laughter)

(Tawa)

And I'm an academic, so I put audiences to sleep for free.

Dan saya seorang dosen, jadi saya menidurkan para penonton dengan gratis.

(Laughter)

(Tawa)

But what I actually mostly do

Namun yang banyak saya lakukan

is I manage the pain management service

adalah mengatur layanan pengendalian rasa nyeri

at the Packard Children's Hospital up at Stanford in Palo Alto.

di Rumah Sakit anak-anak Packard di Stanford di Palo Alto.

And it's from the experience

Dan dari pengalaman inilah

from about 20 or 25 years of doing that

dari melakukan hal ini selama 20 sampai 25 tahun

that I want to bring to you the message this morning,

pesan yang ingin saya sampaikan kepada Anda pagi ini

that pain is a disease.

bahwa nyeri adalah penyakit.

Now most of the time,

Sering kali,

you think of pain as a symptom of a disease,

Anda berpikir nyeri sebagai gejala penyakit.

and that's true most of the time.

Dan itu kebanyakan benar.

It's the symptom of a tumor or an infection

Nyeri adalah gejala dari tumor atau infeksi

or an inflammation or an operation.

atau peradangan atau operasi.

But about 10 percent of the time,

Namun sekitar 10 persen

after the patient has recovered from one of those events,

pasien yang telah sembuh dari salah satu peristiwa itu,

pain persists.

nyeri terus dialami

It persists for months

selama berbulan-bulan

and oftentimes for years,

dan sering kali selama bertahun-tahun.

and when that happens,

Dan saat hal itu terjadi,

it is its own disease.

nyeri adalah penyakit.

And before I tell you about how it is that we think that happens

Sebelum saya memberi tahu bagaimana hal itu terjadi menurut kami

and what we can do about it,

dan apa yang dapat kita lakukan,

I want to show you how it feels for my patients.

saya ingin menunjukkan bagaimana rasanya untuk pasien saya.

So imagine, if you will,

Jadi bayangkan, jika Anda mau

that I'm stroking your arm with this feather,

saya menggores lengan Anda dengan bulu ini,

as I'm stroking my arm right now.

seperti saya menggores lengan saya sekarang.

Now, I want you to imagine

Kini, saya ingin Anda membayangkan

that I'm stroking it with this.

saya menggores lengan saya dengan ini.

Please keep your seat.

Harap tetap duduk di kursi Anda.

(Laughter)

(Tawa)

A very different feeling.

Benar-benar berbeda.

Now what does it have to do with chronic pain?

Kini apa hubungan hal ini dengan nyeri kronis?

Imagine, if you will, these two ideas together.

Bayangkan, jika Anda mau, kedua hal ini.

Imagine what your life would be like

Bayangkan bagaimana hidup Anda

if I were to stroke it with this feather,

jika saya menggores Anda dengan bulu ini

but your brain was telling you

namun otak Anda memberi tahu

that this is what you are feeling --

bahwa inilah yang Anda rasakan -

and that is the experience of my patients with chronic pain.

dan itulah pengalaman para pasien saya dengan nyeri kronis.

In fact, imagine something even worse.

Kenyataannya, bayangkan sesuatu yang lebih buruk.

Imagine I were to stroke your child's arm with this feather,

Bayangkan saya menggores lengan anak Anda dengan bulu ini,

and their brain [was] telling them

dan otak mereka memberi tahu

that they were feeling this hot torch.

bahwa mereka merasakan obor panas ini.

That was the experience of my patient, Chandler,

Itu adalah pengalaman dari pasien saya, Chandler,

whom you see in the photograph.

yang Anda lihat pada gambar ini.

As you can see, she's a beautiful, young woman.

Seperti yang Anda lihat, dia seorang wanita muda yang cantik.

She was 16 years old last year when I met her,

Dia berusia 16 tahun saat saya bertemu dengannya tahun lalu

and she aspired to be a professional dancer.

dan dia ingin menjadi penari profesional.

And during the course of one of her dance rehearsals,

Dan dalam salah satu sesi latihannya

she fell on her outstretched arm and sprained her wrist.

dia jatuh dengan lengan terulur dan pergelangannya terkilir.

Now you would probably imagine, as she did,

Anda mungkin membayangkan, sama seperti dia

that a wrist sprain is a trivial event

bahwa terkilir adalah kejadian sepele

in a person's life.

dalam kehidupan seseorang.

Wrap it in an ACE bandage,

Balutlah dengan perban ACE,

take some ibuprofen for a week or two,

minum ibuprofen untuk satu atau dua minggu,

and that's the end of the story.

dan itulah akhir dari cerita.

But in Chandler's case, that was the beginning of the story.

Namun dalam kasus Chandler, itu adalah awal cerita.

This is what her arm looked like

Lengannya tampak seperti ini

when she came to my clinic about three months after her sprain.

saat dia datang ke klinik saya sekitar tiga bulan setelah terkilir.

You can see that the arm is discolored,

Anda dapat melihat lengannya menghitam,

purplish in color.

berwarna keunguan.

It was cadaverically cold to the touch.

Lengannya dingin saat disentuh seperti sudah mati.

The muscles were frozen, paralyzed --

Otot-ototnya membeku, lumpuh--

dystonic is how we refer to that.

kami menyebutnya "dystonic."

The pain had spread from her wrist to her hands,

Nyerinya telah menyebar dari pergelangan hingga tangan,

to her fingertips, from her wrist up to her elbow,

jari tangan, dari pergelangannya hingga ke siku,

almost all the way to her shoulder.

hampir sampai ke bahunya.

But the worst part was,

Namun hal yang terburuk

not the spontaneous pain that was there 24 hours a day.

bukanlah nyeri spontan yang dialaminya 24 jam sehari.

The worst part was that she had allodynia,

Hal yang terburuk adalah dia menderita "allodynia"

the medical term for the phenomenon that I just illustrated

istilah medis untuk peristiwa yang baru saja saya gambarkan

with the feather and with the torch.

dengan bulu dan obor.

The lightest touch of her arm --

Sedikit sentuhan pada lengannya --

the touch of a hand,

sentuhan tangan

the touch even of a sleeve, of a garment, as she put it on --

bahkan lengan baju, atau pakaian, seperti yang dia kenakan --

caused excruciating, burning pain.

menyebabkan rasa sakit seperti terbakar yang menyiksa.

How can the nervous system get this so wrong?

Bagaimana sistem saraf membuat kesalahan?

How can the nervous system

Bagaimana sistem saraf

misinterpret an innocent sensation

menyalahartikan sensasi yang ringan

like the touch of a hand

seperti sentuhan tangan

and turn it into the malevolent sensation

dan mengubahnya menjadi sensasi yang buruk

of the touch of the flame?

seperti sentuhan api.

Well you probably imagine that the nervous system in the body

Anda mungkin membayangkan sistem saraf di dalam tubuh

is hardwired like your house.

terhubung dengan kabel seperti di rumah Anda.

In your house, wires run in the wall,

Di rumah Anda, kabel tertanam di dinding,

from the light switch to a junction box in the ceiling

dari saklar ke kotak sambungan di langit-langit

and from the junction box to the light bulb.

dan dari kotak sambungan ke bola lampu.

And when you turn the switch on, the light goes on.

Dan saat Anda menyalakan saklarnya, lampu akan menyala.

And when you turn the switch off, the light goes off.

Dan saat Anda mematikan saklarnya, lampu itu mati.

So people imagine the nervous system is just like that.

Orang-orang membayangkan sistem saraf hanya seperti itu.

If you hit your thumb with a hammer,

Jika Anda memukul jempol Anda dengan palu,

these wires in your arm -- that, of course, we call nerves --

kabel di lengan Anda -- itu, tentu saja, kita sebut saraf --

transmit the information into the junction box in the spinal cord

mengirimkan informasi ke kotak sambungan di saraf tulang belakang

where new wires, new nerves,

di mana kabel baru, saraf baru,

take the information up to the brain

membawa informasi itu sampai di otak

where you become consciously aware that your thumb is now hurt.

sehingga Anda menjadi sadar bahwa jempol Anda sakit.

But the situation, of course, in the human body

Namun situasi dalam tubuh manusia, tentu saja

is far more complicated than that.

jauh lebih rumit dari itu.

Instead of it being the case

Bukannya seperti itu

that that junction box in the spinal cord

di mana kotak sambungan di saraf tulang belakang

is just simple where one nerve connects with the next nerve

di mana satu sel saraf berhubungan dengan sel saraf berikutnya

by releasing these little brown packets

dengan melepaskan paket coklat kecil

of chemical information called neurotransmitters

berisi informasi kimia yang disebut "neurotransmitter"

in a linear one-on-one fashion,

satu per satu secara linier,

in fact, what happens

pada kenyataannya, yang terjadi

is the neurotransmitters spill out in three dimensions --

adalah neurotransmitter keluar dalam arah tiga dimensi --

laterally, vertically, up and down in the spinal cord --

secara mendatar, tegak lurus, naik turun dalam tulang belakang --

and they start interacting

dan mulai berinteraksi

with other adjacent cells.

dengan sel-sel lain yang berdekatan.

These cells, called glial cells,

Sel-sel ini, disebut "sel glial"

were once thought to be

pada mulanya dianggap

unimportant structural elements of the spinal cord

elemen yang tidak penting dari saraf tulang belakang

that did nothing more than hold all the important things together,

yang hanya menyimpan semua informasi penting,

like the nerves.

seperti sel saraf.

But it turns out

Ternyata

the glial cells have a vital role

sel-sel glial memegang peranan penting

in the modulation, amplification

dalam pengaturan, penguatan,

and, in the case of pain, the distortion

dan, dalam kasus nyeri, penyimpangan

of sensory experiences.

dari pengalaman sensorik.

These glial cells become activated.

Sel-sel glial ini diaktifkan.

Their DNA starts to synthesize new proteins,

DNA sel-sel ini mulai mensintesis protein baru,

which spill out

yang keluar

and interact with adjacent nerves,

dan berinteraksi dengan saraf-saraf yang berdekatan.

and they start releasing their neurotransmitters,

Dan saraf itu mulai mengeluarkan neurotransmitter.

and those neurotransmitters spill out

Dan neurotransmitter itu keluar

and activate adjacent glial cells, and so on and so forth,

dan mengaktifkan sel-sel glial yang berdekatan, dan seterusnya,

until what we have

sampai kita memiliki

is a positive feedback loop.

siklus umpan balik positif.

It's almost as if somebody came into your home

Ini hampir seperti jika seseorang datang ke rumah Anda

and rewired your walls

dan mengubah kabel di dinding Anda,

so that the next time you turned on the light switch,

sehingga lain kali jika Anda menyalakan saklar lampu,

the toilet flushed three doors down,

toilet di rumah tiga lantai di bawah Anda tersiram

or your dishwasher went on,

atau mesin pencuci piring Anda menyala

or your computer monitor turned off.

atau monitor komputer Anda mati.

That's crazy,

Itu gila,

but that's, in fact, what happens

namun itulah, yang sebenarnya terjadi

with chronic pain.

pada nyeri kronis.

And that's why pain becomes its own disease.

Dan itulah mengapa nyeri menjadi penyakit sendiri.

The nervous system has plasticity.

Sistem saraf memiliki kekenyalan.

It changes, and it morphs

Kekenyalan itu berubah

in response to stimuli.

dalam menanggapi rangsangan.

Well, what do we do about that?

Lalu, apa yang dapat kita lakukan?

What can we do in a case like Chandler's?

Apa yang dapat kita lakukan dalam kasus seperti Chandler?

We treat these patients in a rather crude fashion

Kami merawat para pasien ini dengan cara yang sederhana

at this point in time.

pada saat ini.

We treat them with symptom-modifying drugs --

Kami merawatnya dengan obat pengurang gejala --

painkillers --

penawar rasa sakit --

which are, frankly, not very effective

yang sejujurnya tidak begitu efektif

for this kind of pain.

untuk nyeri seperti ini.

We take nerves that are noisy and active

Kami mengambil saraf yang bising dan aktif

that should be quiet,

yang seharusnya diam,

and we put them to sleep with local anesthetics.

dan kami membuatnya nonaktif dengan pembiusan lokal.

And most importantly, what we do

Dan yang lebih penting lagi, apa yang kami lakukan

is we use a rigorous, and often uncomfortable, process

adalah menggunakan proses yang keras dan sering kali tidak nyaman

of physical therapy and occupational therapy

dengan terapi fisik dan terapi kerja

to retrain the nerves in the nervous system

untuk melatih kembali saraf di dalam sistem saraf

to respond normally

untuk menanggapi secara normal

to the activities and sensory experiences

aktivitas dan pengalaman sensorik

that are part of everyday life.

yang merupakan bagian dari keseharian.

And we support all of that

Dan kami mendukung itu semua

with an intensive psychotherapy program

dengan program fisioterapi yang intensif

to address the despondency, despair and depression

untuk mengatasi kesedihan, keputusasaan, dan depresi

that always accompanies

yang selalu menyertai

severe, chronic pain.

nyeri parah dan kronis.

It's successful,

Hal ini berhasil,

as you can see from this video of Chandler,

seperti yang Anda lihat dari video Chandler ini,

who, two months after we first met her,

yang, dua bulan setelah pertama kali bertemu dengannya,

is now doings a back flip.

melakukan "back flip."

And I had lunch with her yesterday

Dan saya makan siang bersama dengannya kemarin

because she's a college student studying dance at Long Beach here,

karena kini dia kuliah seni tari di Long Beach.

and she's doing absolutely fantastic.

Dan kabarnya benar-benar fantastis.

But the future is actually even brighter.

Namun masa depan sebenarnya jauh lebih cerah.

The future holds the promise

Masa depan menjanjikan

that new drugs will be developed

obat baru akan dikembangkan

that are not symptom-modifying drugs

yang bukan hanya obat pengurang gejala

that simply mask the problem,

yang hanya menutupi masalahnya

as we have now,

seperti yang kita miliki sekarang,

but that will be disease-modifying drugs

namun kita akan memiliki obat yang mengatasi penyakit

that will actually go right to the root of the problem

yang akan menuju tepat pada akar permasalahan

and attack those glial cells,

dan menyerang sel-sel glial

or those pernicious proteins

atau protein yang merugikan itu

that the glial cells elaborate,

yang diuraikan oleh sel-sel glial

that spill over and cause this central nervous system wind-up,

yang keluar dan menyebabkan sistem saraf pusat kacau,

or plasticity,

atau kekenyalan,

that so is capable

yang memiliki kemampuan

of distorting and amplifying

mengganggu dan memperkuat

the sensory experience that we call pain.

pengalaman sensorik yang kita sebut nyeri.

So I have hope

Jadi saya memiliki harapan

that in the future,

bahwa di masa depan

the prophetic words of George Carlin will be realized,

ramalan dari George Carlin akan tercapai

who said, "My philosophy:

yang berkata, "Filosofi saya:

No pain, no pain."

Tanpa nyeri, tanpa nyeri."

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)