Drawings that show the beauty and fragility of Earth | Zaria Forman

Translator: Ashika Paramita Reviewer: Mardiyanto Saahi

I consider it my life's mission

Saya menganggap misi hidup saya adalah

to convey the urgency of climate change through my work.

untuk menyampaikan seberapa mendesaknya perubahan iklim melalui karya saya.

I've traveled north to the Arctic to the capture the unfolding story

Saya telah pergi ke Kutub Utara untuk menyaksikan langsung kisah

of polar melt,

yang saya dengar tentang pencairan kutub,

and south to the Equator to document the subsequent rising seas.

dan saya berkunjung ke khatulistiwa untuk mendokumentasikan

kenaikan air laut yang disebabkannya.

Most recently, I visited the icy coast of Greenland

Baru-baru ini, saya mengunjungi pantai Greenland yang dipenuhi es

and the low-lying islands of the Maldives,

dan kepulauan Maladewa yang cukup rendah dari permukaan laut,

connecting two seemingly disparate but equally endangered

menghubungkan dua bagian planet kita yang nampaknya terpisah

tapi sama-sama terancam.

parts of our planet.

My drawings explore moments of transition, turbulence

Gambar saya menelusuri momen-momen perubahan, gejolak,

and tranquility in the landscape,

dan ketenangan pada bentang alam,

allowing viewers to emotionally connect

menghubungkan penikmat secara emosional

with a place you might never have the chance to visit.

dengan tempat yang mungkin tak akan pernah dikunjunginya.

I choose to convey the beauty as opposed to the devastation.

Saya memilih untuk menyampaikan keindahannya daripada kerusakannya.

If you can experience the sublimity of these landscapes,

Jika Anda dapat merasakan keagungan dari bentang alam ini,

perhaps you'll be inspired to protect and preserve them.

mungkin Anda akan terinspirasi untuk melindungi dan melestarikannya.

Behavioral psychology tells us that we take action

Psikologi perilaku mengatakan bahwa kita mengambil tindakan

and make decisions based on our emotions above all else.

dan membuat keputusan, pertama dan utama berdasarkan perasaan kita.

And studies have shown that art impacts our emotions

Dan penelitian telah menunjukkan bahwa seni mempengaruhi emosi kita

more effectively than a scary news report.

secara lebih efektif daripada laporan berita yang menakutkan.

Experts predict ice-free Arctic summers

Para ahli memprediksi musim panas tanpa es di Kutub Utara akan terjadi

as early as 2020.

paling cepat pada tahun 2020.

And sea levels are likely to rise between two and ten feet

Dan kemungkinan permukaan laut akan naik antara 0,6 sampai 3 meter

by century's end.

sebelum akhir abad ke-21.

I have dedicated my career to illuminating these projections

Saya telah mendedikasikan karir saya untuk menggambarkan perkiraan ini

dengan media yang mudah diakses,

with an accessible medium,

yang dapat menggerakkan kita

one that moves us in a way that statistics may not.

dengan cara yang tak bisa dilakukan oleh data statistik.

My process begins with traveling to the places

Proses kerja saya dimulai dengan perjalanan ke tempat-tempat

at the forefront of climate change.

di garis terdepan perubahan iklim.

On-site, I take thousands of photographs.

Di lapangan, saya membuat ribuan foto.

Back in the studio,

Kembali di studio,

I work from both my memory of the experience and the photographs

saya bekerja berdasarkan ingatan dari pengalaman dan foto-foto itu

to create very large-scale compositions,

untuk membuat komposisi dengan skala yang sangat besar,

sometimes over 10 feet wide.

kadang selebar lebih dari 3 meter.

I draw with soft pastel, which is dry like charcoal, but colors.

Saya menggambar dengan pastel lembut, yang kering seperti arang, tapi berwarna.

I consider my work drawings but others call them painting.

Saya menganggap karya saya adalah gambar tapi orang-orang menyebutnya lukisan.

I cringe, though, when I'm referred to as a "finger painter."

Saya merinding saat saya disebut sebagai "pelukis jari."

(Laughter)

(Tawa)

But I don't use any tools

Saya tidak menggunakan alat apapun

and I have always used my fingers and palms

dan saya selalu menggunakan jari dan telapak tangan saya

to manipulate the pigment on the paper.

untuk memanipulasi warna pada kertas.

Drawing is a form of meditation for me.

Bagi saya, menggambar adalah sebuah bentuk meditasi.

It quiets my mind.

Menggambar menenangkan pikiran saya.

I don't perceive what I'm drawing

Saya tidak melihat objek gambar saya sebagai es atau air.

as ice or water.

Instead, the image is stripped down

Objek gambar itu saya lucuti

to its most basic form of color and shape.

sampai pada warna dan bentuknya yang paling dasar.

Once the piece is complete,

Setelah saya menyelesaikan satu karya,

I can finally experience the composition as a whole,

saya akhirnya bisa menikmati komposisi itu secara keseluruhan,

as an iceberg floating through glassy water,

sebagai sebuah gunung es yang mengapung di air yang jernih,

or a wave cresting with foam.

atau ombak yang berbusa.

On average, a piece this size takes me about,

Rata-rata, untuk menyelesaikan karya seukuran ini

memerlukan waktu sekitar 10 detik, seperti yang Anda lihat.

as you can see, 10 seconds.

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

Really, more like 200 hours, 250 hours for something that size.

Sebenarnya, hampir 200 jam, 250 jam untuk karya sebesar itu.

But I've been drawing ever since I could hold a crayon, really.

Saya mulai menggambar sejak saya bisa memegang krayon.

My mom was an artist, and growing up,

Ibu saya seorang seniman,

we always had art supplies all over the house.

dan saya tumbuh besar di antara perlengkapan seni di seantero rumah.

My mother's love of photography

Kecintaan ibu saya pada fotografi

propelled her to the most remote regions of the earth,

mendorongnya untuk mengunjungi tempat-tempat paling terpencil di dunia,

and my family and I were fortunate enough

dan saya bersama keluarga cukup beruntung

to join and support her on these adventures.

untuk ikut serta dan mendukungnya dalam petualangan-petualangan ini.

We rode camels in Northern Africa

Kami mengendarai unta di Afrika Utara

and mushed on dog sleds near the North Pole.

dan mengendarai kereta anjing di dekat Kutub Utara.

In August of 2012, I led my first expedition,

Pada Agustus 2012, saya memimpin ekspedisi pertama saya,

taking a group of artists and scholars up the northwest coast of Greenland.

membawa sekelompok seniman dan ilmuwan ke pesisir Barat Laut Greenland.

My mother was originally supposed to lead this trip.

Seharusnya ibu saya yang memimpin perjalanan ini.

She and I were in the early stages of planning,

Waktu itu Ibu dan saya dalam tahap awal perencanaan,

as we had intended to go together,

kami telah berniat untuk pergi bersama,

when she fell victim to a brain tumor.

ketika beliau menjadi korban tumor otak.

The cancer quickly took over her body and mind,

Kanker itu mengambil alih tubuh dan pikirannya dengan cepat,

and she passed away six months later.

dan ibu meninggal enam bulan kemudian.

During the months of her illness, though,

Selama bulan-bulan ketika ia sakit,

her dedication to the expedition never wavered, and I made a promise

dedikasinya pada ekspedisi ini tak pernah goyah,

dan saya berjanji untuk melaksanakan perjalanan terakhirnya.

to carry out her final journey.

My mother's passion for the Arctic

Gairah ibu saya akan Kutub Utara menggema selama saya di Greenland,

echoed through my experience in Greenland,

and I felt the power

dan saya merasakan kekuatan

and the fragility of the landscape.

dan kerapuhan bentang alam itu.

The sheer size of the icebergs

Besarnya pegunungan es itu membuat saya merasa kecil.

is humbling.

The ice fields are alive with movement and sound

Daratan es di sana hidup dengan gerakan dan suara

in a way that I never expected.

dalam cara yang tak pernah saya kira sebelumnya.

I expanded the scale of my compositions

Saya memperluas skala komposisi saya

to give you that same sense of awe that I experienced.

untuk menyampaikan rasa kagum yang sama seperti yang saya alami.

Yet, while the grandeur of the ice is evident,

Namun, meski keagungan es tersebut jelas terlihat,

so, too, is its vulnerability.

begitu juga kerapuhannya.

From our boat,

Dari kapal kami,

I could see the ice sweating under the unseasonably warm sun.

saya dapat melihat es yang menguap di bawah panas mentari

meski bukan musimnya.

We had a chance to visit many of the Inuit communities in Greenland

Kami berkesempatan untuk mengunjungi banyak komunitas Inuit di Greenland

that now face huge challenges.

yang sekarang sedang menghadapi tantangan yang sangat besar.

The locals spoke to me of vast areas of sea ice

Penduduk setempat bercerita pada saya tentang wilayah luas es laut

that are no longer freezing over as they once did.

yang tidak lagi membeku seperti dulu.

And without ice, their hunting and harvesting grounds

Tanpa es, wilayah perburuan dan panen mereka

are severely diminished,

menjadi sangat berkurang,

threatening their way of life and survival.

mengancam cara hidup dan keberlangsungan mereka.

The melting glaciers in Greenland

Gletser yang meleleh di Greenland

are one of the largest contributing factors to rising sea levels,

adalah salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi naiknya permukaan laut,

which have already begun to drown

yang sudah mulai menenggelamkan beberapa pulau terendah di dunia.

some of our world's lowest-lying islands.

One year after my trip to Greenland, I visited the Maldives,

Setahun setelah saya ke Greenland,

saya mengunjungi Maladewa,

the lowest and flattest country in the entire world.

negara paling rendah dan paling datar di seluruh dunia.

While I was there, I collected images and inspiration

Selama di sana, saya mengumpulkan gambar dan inspirasi

for a new body of work:

untuk sebuah karya baru,

drawings of waves lapping on the coast of a nation

yaitu gambar ombak yang menjilat pantai sebuah negara

yang mungkin akan seluruhnya tenggelam dalam abad ini.

that could be entirely underwater within this century.

Devastating events happen every day

Peristiwa-peristiwa yang menghancurkan terjadi setiap hari

on scales both global and personal.

baik pada skala global maupun pribadi.

When I was in Greenland,

Saat saya di Greenland,

I scattered my mother's ashes amidst the melting ice.

saya menaburkan abu ibu saya di tengah es yang meleleh.

Now she remains a part of the landscape she loved so much,

Sekarang dia menjadi bagian dari bentang alam yang sangat dicintainya,

even as it, too, passes and takes on new form.

bahkan ketika bentang alam itu sirna dan berubah bentuk.

Among the many gifts my mother gave me

Di antara banyak hadiah yang ibu berikan pada saya

was the ability to focus on the positive,

adalah kemampuan untuk fokus pada sisi positif

rather than the negative.

daripada sisi negatif.

My drawings celebrate the beauty of what we all stand to lose.

Gambar-gambar saya merayakan keindahan yang akan hilang.

I hope they can serve as records of sublime landscapes in flux,

Saya harap gambar-gambar itu

dapat menjadi rekaman dari bentang alam yang agung dalam perubahan tak henti,

documenting the transition and inspiring our global community

mendokumentasikan perubahan dan menginspirasi komunitas global

to take action for the future.

untuk mengambil tindakan demi masa depan.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)