What makes us feel good about our work? | Dan Ariely

Translator: Timothy Covell Reviewer: Morton Bast

Translator: Herman Yosef Paryono Reviewer: Yustina Suryanti

I want to talk a little bit today about labor and work.

Saya ingin berbicara sedikit hari ini

mengenai tenaga kerja dan pekerjaan.

When we think about how people work,

Ketika kita berpikir mengenai bagaimana orang bekerja,

the naive intuition we have

intuisi naif yang kita punya

is that people are like rats in a maze --

adalah orang seperti tikus di labirin --

orang hanya peduli pada uang,

that all people care about is money,

and the moment we give them money,

dan ketika memberi orang uang,

we can direct them to work one way,

kita bisa mengarahkan mereka bekerja dengan cara yang satu,

we can direct them to work another way.

kita bisa mengarahkan mereka bekerja dengan cara yang lain.

This is why we give bonuses to bankers and pay in all kinds of ways.

Inilah sebabnya mengapa kita memberikan bonus untuk bankir dan membayar dengan segala macam cara.

Dan kita benar-benar memiliki pandangan yang sangat sederhana ini

And we really have this incredibly simplistic view

of why people work, and what the labor market looks like.

tentang mengapa orang bekerja dan seperti apa tenaga kerja di bursa ketenagakerjaan.

At the same time, if you think about it,

Pada saat yang sama, jika Anda berpikir tentang hal itu,

there's all kinds of strange behaviors in the world around us.

ada semua jenis perilaku aneh di dunia sekitar kita.

Think about something like mountaineering and mountain climbing.

Pikirkan tentang sesuatu yang seperti menaiki dan mendaki gunung.

Jika Anda membaca buku-buku dari orang-orang yang mendaki gunung, gunung-gunung yang sulit,

If you read books of people who climb mountains, difficult mountains,

do you think that those books are full of moments of joy and happiness?

Apakah Anda berpikir bahwa buku-buku tersebut penuh dengan saat sukacita dan kebahagiaan?

No, they are full of misery.

Tidak, mereka penuh kesengsaraan.

Pada kenyataannya, isinya tentang frostbite (jari membeku) dan kesulitan berjalan

In fact, it's all about frostbite and having difficulty walking,

and difficulty breathing --

dan kesulitan pernapasan--

cold, challenging circumstances.

dingin, keadaan menantang.

And if people were just trying to be happy,

Dan jika orang-orang hanya berusaha untuk menjadi bahagia,

the moment they would get to the top,

saat mereka sampai di atas,

they would say, "This was a terrible mistake.

mereka aka mengatakan, "ini adalah kesalahan besar.

I'll never do it again."

Saya tidak akan pernah melakukannya lagi."

(Tertawa)

(Laughter)

"Instead, let me sit on a beach somewhere drinking mojitos."

"Sebaliknya, biarkan saya duduk di pantai di suatu tempat minum mojitos."

But instead, people go down,

Tetapi sebaliknya, orang pergi ke bawah,

and after they recover, they go up again.

dan setelah mereka sembuh, mereka naik lagi.

And if you think about mountain climbing as an example,

Dan jika Anda berpikir tentang mendaki gunung sebagai contoh,

it suggests all kinds of things.

hal ini menunjukkan banyak hal.

Hal ini menunjukkan bahwa kita peduli tentang mencapai akhir, puncak.

It suggests that we care about reaching the end, a peak.

Hal ini menunjukkan bahwa kita peduli tentang perjuangan, tentang tantangan.

It suggests that we care about the fight, about the challenge.

It suggests that there's all kinds of other things that motivate us

Hal ini menunjukkan bahwa ada hal-hal lain

yang memotivasi kita untuk bekerja atau berperilaku dalam segala macam cara.

to work or behave in all kinds of ways.

Dan bagi saya secara pribadi, saya mulai berpikir tentang hal ini

And for me personally, I started thinking about this

after a student came to visit me.

setelah seorang mahasiswa datang mengunjungi saya.

DIa adalah salah seorang mahasiswa saya beberapa tahun sebelumnya.

This was one of my students from a few years earlier,

Dan ia datang suatu hari kembali ke kampus.

and he came one day back to campus.

Dan dia mengatakan kepada saya kisah berikut:

And he told me the following story:

He said that for more than two weeks,

Dia mengatakan bahwa selama lebih dari dua minggu, ia mengerjakan presentasi PowerPoint.

he was working on a PowerPoint presentation.

He was working in a big bank,

Ia bekerja di bank besar.

and this was in preparation for a merger and acquisition.

Ini adalah masa persiapan untuk merger dan akuisisi.

And he was working very hard on this presentation --

Dan dia bekerja sangat keras pada presentasi ini--

graphs, tables, information.

grafik, tabel, informasi.

He stayed late at night every day.

Ia bekerja sampai malam setiap hari.

And the day before it was due,

Dan sehari sebelum deadline,

he sent his PowerPoint presentation to his boss,

dia mengirim presentasi PowerPoint ke bosnya,

dan bosnya menulis dia kembali dan berkata,

and his boss wrote him back and said,

"Nice presentation, but the merger is canceled."

"Presentasi bagus, tapi merger dibatalkan."

And the guy was deeply depressed.

Dan orang itu sangat tertekan.

Now at the moment when he was working,

Ketika ia bekerja,

he was actually quite happy.

dia sebenarnya cukup senang..

Every night he was enjoying his work,

Setiap malam ia menikmati pekerjaannya,

he was staying late, he was perfecting this PowerPoint presentation.

bekerja sampai larut, dia menyempurnakan presentasi PowerPoint.

But knowing that nobody would ever watch it made him quite depressed.

Tapi mengetahui bahwa tak seorang pun akan pernah melihat presentasinya membuat ia cukup tertekan.

So I started thinking about how do we experiment

Jadi saya mulai berpikir tentang bagaimana kami melakukan eksperimen

with this idea of the fruits of our labor.

dengan ide mengenai hasil kerja.

And to start with, we created a little experiment

Dan untuk memulai, kami membuat eksperimen kecil

in which we gave people Legos,

di mana kami memberi orang-orang LEGO, dan kami meminta mereka untuk membangun sesuatu dengan LEGO.

and we asked them to build with Legos.

And for some people, we gave them Legos and we said,

Bagi beberapa orang, kami memberi mereka LEGO dan kami berkata,

"Hey, would you like to build this Bionicle for three dollars?

"Apakah Anda mau membangun Bionicle ini dengan bayaran tiga dolar?

We'll pay you three dollars for it."

Kami akan membayar Anda tiga dolar untuk itu."

And people said yes, and they built with these Legos.

Dan orang-orang mengatakan ya, dan mereka membangun dengan LEGO.

And when they finished, we took it, we put it under the table,

Dan ketika mereka selesai, kami mengambilnya, kami meletakkannya di bawah meja,

and we said, "Would you like to build another one,

dan kami berkata, "Apakah Anda ingin membangun satu lagi, kali ini untuk $2,70?"

this time for $2.70?"

If they said yes, we gave them another one,

Jika mereka mengatakan ya, kami memberi mereka satu lagi.

and when they finished, we asked them,

Dan ketika mereka selesai, kami bertanya kepada mereka,

"Apakah Anda ingin membangun satu lagi?" untuk $2,40, $2.10, dan seterusnya,

"Do you want to build another one?" for $2.40, $2.10, and so on,

until at some point people said,

sampai pada titik tertentu orang berkata, "tidak lagi. Harganya tidak cocok untukku."

"No more. It's not worth it for me."

Kondisi ini adalah apa yang kami sebut kondisi bermakna.

This was what we called the meaningful condition.

People built one Bionicle after another.

Orang-orang membangun Bionicle satu demi satu.

After they finished every one of them,

Setelah mereka menyelesaikan satu, kami menempatkannya di bawah meja.

we put them under the table.

Dan kami katakan kepada mereka bahwa pada akhir percobaan,

And we told them that at the end of the experiment,

we will take all these Bionicles, we will disassemble them,

kami akan mengambil semua Bionicles ini, kami akan membongkarnya,

we will put them back in the boxes,

kami akan menempatkan mereka kembali dalam kotak, dan kami akan menggunakannya untuk peserta berikutnya.

and we will use it for the next participant.

There was another condition.

Ada kondisi lain.

This other condition was inspired by David, my student.

Kondisi ini terinspirasi oleh David, mahasiswa saya.

And this other condition we called the Sisyphic condition.

Dan kondisi ini disebut kondisi Sisyphic.

And if you remember the story about Sisyphus,

Dan jika Anda ingat cerita tentang Sisyphus,

Sisyphus was punished by the gods to push the same rock up a hill,

Sisyphus dihukum oleh para dewa untuk mendorong batu yag sama menaiki bukit,

and when he almost got to the end,

dan ketika ia hampir sampai akhir,

the rock would roll over, and he would have to start again.

batu akan berguling, dan ia harus mulai lagi.

And you can think about this as the essence of doing futile work.

Dan Anda dapat berpikir tentang hal ini sebagai inti dari melakukan pekerjaan yang sia-sia.

You can imagine that if he pushed the rock on different hills,

Anda dapat membayangkan bahwa jika ia mendorong batu di perbukitan yang berbeda,

at least he would have some sense of progress.

setidaknya dia akan memiliki beberapa perasaan kemajuan.

Also, if you look at prison movies,

Juga, jika Anda melihat film mengenai penjara,

kadang-kadang para penjaga menyiksa para tahanan

sometimes the way that the guards torture the prisoners

is to get them to dig a hole, and when the prisoner is finished,

degan menyuruh mereka untuk menggali lubang

dan ketika tahanan selesai, mereka meminta dia untuk mengisi lubang kembali dan kemudian menggali lagi.

they ask him to fill the hole back up and then dig again.

There's something about this cyclical version

Ada sesuatu tentang versi siklus ini

of doing something over and over and over

melakukan sesuatu yang berulang-ulang

that seems to be particularly demotivating.

yang tampaknya menjadi mendemotivasi.

So in the second condition of this experiment,

Jadi dalam kondisi kedua eksperimen ini, itulah yang kami lakukan.

that's exactly what we did.

Kami meminta orang-orang, "Apakah Anda mau membangun satu Bionicle dengan bayaran tiga dolar?"

We asked people,

"Would you like to build one Bionicle for three dollars?"

And if they said yes, they built it.

Dan jika mereka mengatakan ya, mereka membangunnya.

Kemudian kami bertanya kepada mereka, "Apakah Anda ingin membangun satu lagi untuk $2,70?"

Then we asked them, "Do you want to build another one for $2.70?"

And if they said yes, we gave them a new one,

Dan jika mereka mengatakan ya, kami memberi mereka yang baru,

and as they were building it,

dan ketika mereka membangunnya,

we took apart the one that they just finished.

kami membongkar Bionicle yang baru saja mereka selesaikan.

Dan ketika mereka selesai

And when they finished that,

we said, "Would you like to build another one,

kita berkata, "Apakah Anda ingin membangun satu lagi, kali ini kurang 30 sen dari yang tadi?"

this time for 30 cents less?"

And if they said yes,

Dan jika mereka mengatakan ya, kami memberi mereka salah satu yang mereka bangun dan kami hancurkan.

we gave them the one that they built and we broke.

Jadi ini adalah siklus tak berujung

So this was an endless cycle of them building,

mereka bangun dan kami hancurkan di depan mata mereka.

and us destroying in front of their eyes.

Now what happens when you compare these two conditions?

Sekarang apa yang terjadi ketika Anda membandingkan kedua kondisi ini?

The first thing that happened was that people built many more Bionicles --

Hal pertama yang terjadi

adalah orang-orang membangun lebih banyak Bionicles--mereka bangun 11 lawan 7--

eleven in the meaningful condition,

dalam kondisi bermakna lawan kondisi Sisyphus.

versus seven in the Sisyphus condition.

And by the way, we should point out that this was not big meaning.

Dan omong-omong, kami harus tunjukkan bahwa ini bukanlah makna yang besar.

Orang-orang tidak menyembuhkan kanker atau membangun jembatan.

People were not curing cancer or building bridges.

People were building Bionicles for a few cents.

Orang hanya membangun Bionicles untuk beberapa sen.

And not only that, everybody knew

Dan tidak hanya itu, semua orang tahu bahwa Bionicles akan dihancurkan segera.

that the Bionicles would be destroyed quite soon.

So there was not a real opportunity for big meaning.

Jadi tidak ada kesempatan nyata untuk makna besar.

But even the small meaning made a difference.

Tetapi bahkan makna kecil membuat perbedaan.

Now we had another version of this experiment.

Sekarang kami punya versi lain dari eksperimen ini.

In this other version of the experiment,

Dalam versi ini,

we didn't put people in this situation,

kami tidak menempatkan orang-orang dalam situasi ini,

we just described to them the situation,

kami hanya jelaskan kepada mereka dengan situasi, seperti yang saya jelaskan kepada Anda sekarang,

much as I am describing to you now,

and we asked them to predict what the result would be.

dan kami meminta mereka untuk memprediksi apa hasilnya akan.

Apa yang terjadi?

What happened?

People predicted the right direction but not the right magnitude.

Orang meramalkan arah yang benar tetapi tidak tepat besarannya.

People who were just given the description of the experiment

Orang-orang yang hanya diberi deskripsi eksperimen

said that in the meaningful condition,

mengatakan bahwa dalam kondisi bermakna orang mungkin akan membangun satu Bionicle lebih.

people would probably build one more Bionicle.

So people understand that meaning is important,

Jadi orang-orang memahami bahwa makna itu penting,

mereka hanya tidak mengerti seberapa besar pentingnya,

they just don't understand the magnitude of the importance,

the extent to which it's important.

sejauh yang sangat penting.

Ada satu bagian lain dari data yang kami amati.

There was one other piece of data we looked at.

Jika Anda pikir, ada beberapa orang yang suka LEGO dan beberapa orang yang tidak.

If you think about it, there are some people who love Legos,

and some people who don't.

And you would speculate that the people who love Legos

Dan Anda akan berspekulasi bahwa orang-orang yang suka LEGO

akan membangun lebih LEGO, bahkan untuk sedikit uang,

would build more Legos, even for less money,

because after all, they get more internal joy from it.

karena mereka mendapatkan kesenangan internal dari itu.

And the people who love Legos less would build less Legos

Dan orang-orang yang kurang suka LEGO akan membangun sedikit LEGO

because the enjoyment that they derive from it is lower.

karena kesenangan yang mereka berasal dari kegiatan itu lebih rendah.

And that's actually what we found in the meaningful condition.

Dan itu apa yang kami temukan dalam kondisi bermakna.

There was a very nice correlation between the love of Legos

Ada korelasi yang sangat apik antara kesenangan akan Lego

and the amount of Legos people built.

dan jumlah LEGO yang dibangun.

Apa yang terjadi dalam kondisi Sisyphic?

What happened in the Sisyphic condition?

In that condition, the correlation was zero --

Dalam kondisi itu korelasinya nol.

there was no relationship between the love of Legos,

Ada tidak ada hubungan antara senang akan Lego dan berapa banyak yang dibangun,

and how much people built,

which suggests to me that with this manipulation

yang menunjukkan kepada saya bahwa dengan manipulasi ini

of breaking things in front of people's eyes,

menghancurkan sesuatu di depan mata,

kita pada dasarnya menghancurkan kesenangan yang bisa didapatkan dari suatu kegiatan.

we basically crushed any joy that they could get out of this activity.

We basically eliminated it.

Kita pada dasarnya menghilangkan itu.

Soon after I finished running this experiment,

Segera setelah saya selesai menjalankan eksperimen ini,

I went to talk to a big software company in Seattle.

Saya pergi untuk berbicara dengan sebuah perusahaan perangkat lunak besar di Seattle.

I can't tell you who they were, but they were a big company in Seattle.

Saya tidak dapat memberitahu Anda siapa mereka, tetapi mereka perusahaan besar di Seattle.

Dan ini adalah sekelompok orang dalam perusahaan yang dimasukkan ke dalam sebuah bangunan yang beda.

This was a group within the software company

that was put in a different building,

and they asked them to innovate,

Dan mereka diminta untuk berinovasi dan menciptakan produk besar berikutnya untuk perusahaan ini.

and create the next big product for this company.

And the week before I showed up,

Dan seminggu sebelum saya muncul,

the CEO of this big software company went to that group, 200 engineers,

CEO perusahaan perangkat lunak besar ini pergi ke kelompok tersebut, 200 insinyur,

and canceled the project.

dan membatalkan proyek.

And I stood there in front of 200

Dan saya berdiri di sana di depan 200 orang paling tertekan yang pernah saya temui.

of the most depressed people I've ever talked to.

Dan saya jelaskan kepada mereka tentang eksperimen Lego ini,

And I described to them some of these Lego experiments,

and they said they felt like they had just been through that experiment.

dan mereka mengatakan bahwa mereka merasa seperti baru saja melalui eksperimen.

Dan saya bertanya kepada mereka, saya berkata,

And I asked them, I said,

"How many of you now show up to work later than you used to?"

"Berapa banyak dari Anda sekarang lebih terlambat dibandingkan biasanya?"

And everybody raised their hand.

Dan semua orang mengangkat tangan mereka.

I said, "How many of you now go home earlier than you used to?"

Saya berkata, "Berapa banyak dari Anda sekarang pulang lebih awal dari Anda dulu?"

Dan semua orang mengangkat tangan mereka.

Everybody raised their hand.

Saya bertanya, "berapa banyak dari Anda sekarang menambahkan hal-hal yang tidak semestinya ke laporan pengeluaran Anda?"

I asked them, "How many of you now add

not-so-kosher things to your expense reports?"

And they didn't raise their hands,

Dan mereka tidak benar-benar mengangkat tangan mereka,

but they took me out to dinner

tetapi mereka membawa saya untuk makan malam dan menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan dengan laporan pengeluaran.

and showed me what they could do with expense reports.

Dan kemudian saya bertanya kepada mereka, saya berkata,

And then I asked them, I said,

"Apa yang bisa CEO Ada lakukan untuk membuat Anda tidak tertekan?"

"What could the CEO have done to make you not as depressed?"

And they came up with all kinds of ideas.

Dan mereka datang dengan semua jenis ide.

They said the CEO could have asked them to present to the whole company

Mereka mengatakan CEO bisa meminta mereka untuk presentasi untuk seluruh perusahaan

about their journey over the last two years

tentang perjalanan mereka selama dua tahun terakhir dan apa yang mereka putuskan untuk lakukan.

and what they decided to do.

He could have asked them to think about which aspect of their technology

Dia bisa meminta mereka untuk berpikir tentang mana aspek dari teknologi mereka

yang bisa sesuai dengan bagian lain dari organisasi.

could fit with other parts of the organization.

He could have asked them to build some next-generation prototypes,

Dia bisa meminta mereka untuk membangun beberapa prototipe, prototipe beberapa generasi berikutnya,

and see how they would work.

dan melihat bagaimana mereka bekerja.

But the thing is that any one of those would require some effort and motivation.

Tapi masalahnya adalah bahwa salah satu dari ide-ide itu

akan memerlukan beberapa usaha dan motivasi.

And I think the CEO basically did not understand the importance of meaning.

Dan saya pikir CEO tadi pada dasarnya tidak memahami pentingnya makna.

Jika CEO tadi, hanya seperti peserta kami,

If the CEO, just like our participants,

thought the essence of meaning is unimportant,

berpikir bahwa inti dari makna tidak penting,

then he [wouldn't] care.

maka dia tidak akan peduli.

And he would say, "At the moment I directed you in this way,

Dan dia akan memberitahu mereka, "pada saat saya mengarahkan Anda dengan cara ini,

and now that I'm directing you in this way,

dan sekarang bahwa saya mengarahkan Anda dengan cara ini,

everything will be okay."

semuanya akan baik-baik saja."

But if you understood how important meaning is,

Tetapi jika Anda memahami betapa pentingnya makna,

then you would figure out that it's actually important

Anda akan mengetahui bahwa benar-benar penting

to spend some time, energy and effort

untuk menghabiskan beberapa waktu, energi, dan usaha

dalam membuat orang untuk lebih peduli tentang apa yang mereka lakukan.

in getting people to care more about what they're doing.

Eksperimen berikutnya sedikit berbeda.

The next experiment was slightly different.

We took a sheet of paper with random letters,

Kami mengambil selembar kertas dengan huruf acak,

dan kami meminta orang untuk menemukan pasang huruf yang identik satu sama lain.

and we asked people to find pairs of letters

that were identical next to each other.

That was the task.

Itu adalah tugasnya.

People did the first sheet,

Dan orang-orang mengerjakan lembar pertama.

then we asked if they wanted to do another for a little less money,

Dan kemudian kami meminta mereka jika mereka ingin mengerjakan lembar berikutnya untuk uang yang lebih sedikit

dan lembar berikutnya lebih sedikit uang, dan seterusnya dan sebagainya.

the next sheet for a little bit less, and so on and so forth.

Dan kami memiliki tiga kondisi.

And we had three conditions.

In the first condition, people wrote their name on the sheet,

Dalam kondisi pertama, orang-orang menulis nama mereka pada lembar tugas,

found all the pairs of letters,

setelah mereka menemukan semua pasang huruf, mereka memberikannya kepada eksperimenter.

gave it to the experimenter,

the experimenter would look at it,

Eksperimenter akan melihatnya, dari atas ke bawah,

scan it from top to bottom,

say "Uh huh," and put it on the pile next to them.

mengatakan "ah ha" dan meletakkannya di tumpukan di samping mereka.

In the second condition, people did not write their name on it.

Dalam kondisi kedua, orang tidak menulis nama mereka di atasnya.

The experimenter looked at it,

Eksperimenter memandangnya,

took the sheet of paper, did not look at it, did not scan it,

mengambil lembar kertas, tidak melihatnya,

and simply put it on the pile of pages.

dan cukup meletakkannya di tumpukan halaman.

So you take a piece, you just put it on the side.

Jadi Anda mengambil kertas, Anda hanya menaruhnya di samping.

In the third condition,

Dan dalam kondisi ketiga,

the experimenter got the sheet of paper,

eksperimenter mendapat lembar kertas dan langsung memasukkannya ke dalam sebuah mesin penghancur kertas.

and put it directly into a shredder.

(Laughter)

Apa yang terjadi dengan tiga kondisi tersebut?

What happened in those three conditions?

In this plot I'm showing you at what pay rate people stopped.

Dalam skenario ini saya menunjukkan kepada Anda pada bayaran berapa mereka berhenti.

So low numbers mean that people worked harder.

Jadi angka renfah berarti mereka bekerja lebih keras. Mereka bekerja lebih lama.

They worked for much longer.

In the acknowledged condition,

Dalam kondisi diakui, orang bekerja ampai 15 sen.

people worked all the way down to 15 cents.

At 15 cents per page,

Pada 15 sen per halaman, mereka pada dasarnya berhenti.

they basically stopped these efforts.

In the shredder condition, it was twice as much -- 30 cents per sheet.

Dalam kondisi dihancurkan di penghancur kertas, hasilnya adalah dua kali lipat--30 sen per lembar.

And this is basically the result we had before.

Dan ini pada dasarnya adalah hasil yang kami punyai sebelumnya.

You shred people's efforts, output --

Anda menghancurkan usaha orang,

you get them not to be as happy with what they're doing.

Anda mendapatkan mereka tidak akan bahagia dengan apa yang mereka lakukan.

But I should point out, by the way,

Tetapi saya harus menunjukkan, omong-omong,

bahwa dalam kondisi dihancurkan oleh mesin pengancur, orang bisa menipu.

that in the shredder condition, people could have cheated.

They could have done not so good work,

Mereka bisa melakukan pekerjaan yang tidak begitu baik,

because they realized people were just shredding it.

karena mereka menyadari bahwa orang akan langsung meghancurkannya.

So maybe the first sheet you'd do good work,

Jadi mungkin pada lembar pertama Anda akan melakukan pekerjaan yang baik,

but then you see nobody is really testing it,

tapi kemudian Anda melihat tidak ada yang benar-benar mengecek,

so you would do more and more and more.

jadi Anda bisa melakukan lagi dan lagi dan lagi.

So in fact, in the shredder condition,

Jadi, kenyataannya, dalam kondisi dihancurkan di mesin penghancur,

people could have submitted more work and gotten more money,

orang bisa melakukan lebih banyak pekerjaan dan mendapatkan lebih banyak uang

dan menaruh sedikit usaha ke dalamnya.

and put less effort into it.

But what about the ignored condition?

Tapi bagaimana degan kondisi diabaikan?

Would the ignored condition be more like the acknowledged

Kondisi diabaikan akan lebih seperti yang diakui atau lebih seperti yang dihancurkan,

or more like the shredder, or somewhere in the middle?

atau di tengah?

It turns out it was almost like the shredder.

Ternyata hampir sama seperti dihancurkan.

Now there's good news and bad news here.

Sekarang ada kabar baik dan kabar buruk di sini.

The bad news is that ignoring the performance of people

Kabar buruknya adalah bahwa mengabaikan kinerja orang

hampir sama buruknya dengan menghancurkan upaya mereka di depan mata mereka.

is almost as bad as shredding their effort in front of their eyes.

Ignoring gets you a whole way out there.

Mengabaikan membuatnya memiliki efek sama.

The good news is that by simply looking at something that somebody has done,

Kabar baiknya adalah bahwa hanya dengan melihat pada sesuatu yang seseorang lakukan,

scanning it and saying "Uh huh,"

mengamatinya dan berkata "ah ha,"

that seems to be quite sufficient

tampaknya sudah cukup,

to dramatically improve people's motivations.

secara dramatis meningkatkan motivasi orang.

So the good news is that adding motivation

Jadi kabar baiknya adalah menambahkan motivasi tampaknya tidak begitu sulit.

doesn't seem to be so difficult.

The bad news is that eliminating motivations

Kabar buruknya adalah menghilangkan motivasi

seems to be incredibly easy,

tampaknya sangat mudah,

and if we don't think about it carefully, we might overdo it.

dan jika kita tidak berpikir tentang hal itu dengan hati-hati, kita mungkin berlebihan.

So this is all in terms of negative motivation,

Jadi ini adalah dalam konteks mengenai motivasi negatif

or eliminating negative motivation.

atau menghilangkan motivasi negatif.

Bagian selanjutnya yang ingin saya tunjukkan pada Anda adalah sesuatu tentang motivasi positif.

The next part I want to show you is something about positive motivation.

So there is a store in the U.S. called IKEA.

Jadi ada sebuah toko di Amerika Serikat disebut IKEA.

And IKEA is a store with kind of okay furniture

Dan IKEA adalah sebuah toko dengan jenis mebel yang memakan waktu lama untuk dibangun.

that takes a long time to assemble.

(Laughter)

(Tawa)

I don't know about you,

Saya tidak tahu degan Anda, tapi setiap kali saya meyusun salah satu mebel,

but every time I assemble one of those,

it takes me much longer, it's much more effortful,

saya butuh waktu lebih lama, lebih keras berusaha, lebih memusingkan.

it's much more confusing, I put things in the wrong way --

Saya menyusun dengan cara yang salah.

I can't say I enjoy those pieces.

Saya tidak bisa bilang saya menikmati potongan-potongan mebel tersebut.

Saya tidak bisa mengatakan saya menikmati prosesnya.

I can't say I enjoy the process.

But when I finish it,

Tapi ketika ketika menyelesaikannya, saya tampaknya menyukai mebel IKEA itu

I seem to like those IKEA pieces of furniture

more than I like other ones.

lebih dari mebel yang lain.

(Laughter)

And there's an old story about cake mixes.

Dan ada sebuah cerita lama tentang adonan kue instan.

So when they started cake mixes in the '40s,

Jadi ketika mereka mulai menciptakan adonan kue instan di ' 40s,

mereka akan mengambil bubuk ini dan mereka akan meletakkannya di sebuah kotak,

they would take this powder and they would put it in a box,

and they would ask housewives to basically pour it in,

dan mereka akan meminta ibu rumah tangga untuk menuangnya, mengaduk dengan air,

stir some water in it,

mencampurnya, meletakkannya di oven, dan--voila! --Anda memiliki kue.

mix it, put it in the oven, and -- voila -- you had cake.

But it turns out they were very unpopular.

Tapi ternyata adonan kue instan tadi sangat tidak populer.

People did not want them,

Orang tidak menginginkannya.

and they thought about all kinds of reasons for that.

Dan mereka berpikir tentang segala macam alasan untuk itu.

Mungkin rasa yang tidak enak.

Maybe the taste was not good?

No, the taste was great.

Tidak, rasanya enak.

What they figured out was that there was not enough effort involved.

Apa yang mereka temukan adalah bahwa tidak ada usaha yang dilibatkan.

It was so easy that nobody could serve cake to their guests

Sangat mudah sehingga tidak ada orang yang bisa meyajikan ke tamunya

and say, "Here is my cake."

dan mengatakan, "Ini kue buatan saya."

No, it was somebody else's cake, as if you bought it in the store.

Tidak, tidak, tidak, itu adalah kue buatan orang lain.

Itu seolah-olah Anda membelinya di toko.

It didn't really feel like your own.

Benar-benar tidak merasa seperti buatan Anda sendiri.

So what did they do?

Jadi apa yang mereka lakukan?

They took the eggs and the milk out of the powder.

Mereka mengeluarkan elemen telur dan susu dari bubuk kue instan.

(Laughter)

(Tawa)

Now you had to break the eggs and add them,

Sekarang Anda harus memecahkan telur dan menambahkannya.

you had to measure the milk and add it, mixing it.

Anda harus menakar susu, menambahkan, dan mencampurnya.

Sekarang itu kue buatan Anda. Sekarang semuanya beres.

Now it was your cake. Now everything was fine.

(Laughter)

(Tepuk tangan)

(Applause)

Now, I think a little bit like the IKEA effect,

Saya pikir itu mirip seperti efek IKEA,

by getting people to work harder,

dengan membuat orang untuk bekerja lebih keras,

they actually got them to love what they're doing

mereka sebetulnya lebih mencintai apa yang mereka lakukan.

to a higher degree.

Jadi bagaimana kita melihat pertanyaan ini secara eksperimental?

So how do we look at this question experimentally?

Kami meminta orang untuk membangun beberapa origami.

We asked people to build some origami.

We gave them instructions on how to create origami,

Kami memberi mereka petunjuk tentang cara membuat origami,

and we gave them a sheet of paper.

dan kami memberi mereka selembar kertas.

And these were all novices,

Semua adalah pemula, dan mereka membangun sesuatu yang benar-benar jelek--

and they built something that was really quite ugly --

nothing like a frog or a crane.

tidak seperti katak atau angsa.

Tapi kemudian kami katakan kepada mereka, "Lihat, ini origami ini milik kami.

But then we told them, "Look, this origami really belongs to us.

You worked for us, but I'll tell you what, we'll sell it to you.

Anda bekerja untuk kami, tapi saya beritahu, kami akan menjualnya kepada Anda.

How much do you want to pay for it?"

Berapa banyak yang ingin Anda bayar?"

And we measured how much they were willing to pay for it.

Dan kami mengukur berapa banyak mereka bersedia untuk membayarnya.

And we had two types of people:

Dan kami memiliki dua jenis orang.

We had the people who built it,

Kami memiliki orang-orang yang membuatnya,

and the people who did not build it,

dan kami memiliki orang-orang yang tidak membuatnya dan hanya memandangnya sebagai pengamat eksternal.

and just looked at it as external observers.

And what we found was that the builders thought

Dan apa yang kami temukan adalah bahwa para pembuat berpikir

that these were beautiful pieces of origami --

bahwa ini adalah origami yang indah,

(Laughter)

dan mereka bersedia membayar lima kali lebih banyak

and they were willing to pay five times more for them

than the people who just evaluated them externally.

daripada orang-orang yang hanya mengevaluasi secara eksternal.

Now you could say -- if you were a builder,

Anda dapat mengatakan, jika Anda seorang pembuat origami,

do you think [you'd say], "Oh, I love this origami,

apakah Anda berpikir bahwa, "Oh, saya suka origami ini, tapi saya tahu bahwa tidak ada orang lain akan menyukainya?"

but I know that nobody else would love it?"

Or "I love this origami, and everybody else will love it as well?"

Atau apakah Anda berpikir, "Aku suka origami ini, dan orang lain tentu akan menyukainya juga?"

Which one of those two is correct?

Mana yang benar dari kedua pernyataan itu?

Turns out the builders not only loved the origami more,

Ternyata pembuat tidak hanya menyukai origami,

they thought that everybody would see the world in their view.

mereka berpikir bahwa semua orang akan melihat dunia dengan perspektif mereka.

Mereka berpikir orang lain akan suka juga.

They thought everybody else would love it more as well.

Dalam versi berikutnya kami mencoba untuk melakukan efek IKEA.

In the next version, we tried to do the IKEA effect.

We tried to make it more difficult.

Kami mencoba untuk membuatnya lebih sulit.

Jadi untuk beberapa orang kami berikan tugas yang sama.

So for some people, we gave the same task.

For some people, we made it harder by hiding the instructions.

Untuk beberapa orang kami membuatnya lebih sulit dengan menyembunyikan petunjuk.

Di bagian atas lembaran, kami memiliki sedikit petunjuk bagaimana Anda melipat origami.

At the top of the sheet, we had little diagrams

of how you fold origami.

Untuk beberapa orang kami menghilangkannya.

For some people, we just eliminated that.

Jadi sekarang yang ini lebih sulit. Apa yang terjadi?

So now this was tougher.

What happened?

Secara obyektif, origaminya sekarang lebih jelek, lebih sulit.

Well in an objective way,

the origami now was uglier, it was more difficult.

Sekarang ketika kami melihat origami yang mudah,

Now when we looked at the easy origami, we saw the same thing --

kami melihat hal yang sama: pembuat lebih menyukainya, evaluator kurang menyukainya.

builders loved it more, evaluators loved it less.

When you looked at the hard instructions,

Ketika Anda melihat petunjuk yang sulit,

the effect was larger.

efeknya lebih besar.

Why?

Mengapa? Karena sekarang pembuat origami menyukainya lebih lagi.

Because now the builders loved it even more.

(Laughter)

They put all this extra effort into it.

Mereka menaruh semua usaha tambahan ini ke dalamnya.

Dan evaluator? Mereka bahkan kurang menyukainya.

And evaluators?

They loved it even less.

Because in reality, it was even uglier than the first version.

Karena pada kenyataannya itu bahkan lebih jelek daripada versi pertama.

(Laughter)

Tentu saja, hal ini memberitahu Anda megenai bagaimana kita mengevaluasi.

Of course, this tells you something about how we evaluate things.

Now think about kids.

Sekarang pikir tentang anak-anak.

Bayangkan saya bertanya, "berapa harganya jika Anda jual anak Anda?"

Imagine I asked you, "How much would you sell your kids for?"

Your memories and associations and so on.

Kenangan dan ikatan dan sebagainya.

Most people would say for a lot, a lot of money.

Kebanyakan orang akan mengatakan untuk banyak, banyak uang--

(Laughter)

On good days.

pada hari-hari yang baik.

(Laughter)

(Tawa)

But imagine this was slightly different.

Tapi bayangkan sedikit berbeda.

Imagine if you did not have your kids.

Bayangkan jika Anda tidak memiliki anak-anak Anda,

dan suatu hari Anda pergi ke taman dan Anda bertemu beberapa anak-anak,

And one day you went to the park and you met some kids.

They were just like your kids,

dan mereka seperti anak-anak Anda.

and you played with them for a few hours,

Dan Anda bermain dengan mereka selama beberapa jam.

Dan ketika Anda akan pergi, orang tuanya berkata,

and when you were about to leave, the parents said, "Hey, by the way,

"Hei, omong-omong, sebelum Anda pergi, jika Anda tertarik, mereka sedang dijual."

just before you leave, if you're interested, they're for sale."

(Laughter)

(Tawa)

How much would you pay for them now?

Berapa banyak Anda akan membayar untuk mereka sekarang?

Most people say not that much.

Kebanyakan orang mengatakan tidak banyak.

Dan hal ini karena anak-anak kita sangat berharga,

And this is because our kids are so valuable,

not just because of who they are,

bukan hanya karena siapa mereka,

but because of us,

tetapi karena kita, karena mereka begitu terhubung ke kita

because they are so connected to us,

and because of the time and connection.

dan karena waktu dan koneksi.

Dan omong-omong, jika Anda berpikir bahwa petunjuk IKEA tidak baik,

By the way, if you think IKEA instructions are not good,

what about the instructions that come with kids, those are really tough.

pikirkan tentang petunjuk yang datang dengan anak-anak.

Mereka benar-benar sulit.

(Laughter)

(Tawa)

By the way, these are my kids, which, of course, are wonderful and so on.

Omong-omong, ini adalah anak-anak saya, yang, tentu saja, hebat dan sebagainya.

Which comes to tell you one more thing,

Yang datang untuk memberitahu Anda satu hal lagi,

which is, much like our builders,

yaitu, seperti pembuat origami,

when they look at the creature of their creation,

ketika mereka melihat makhluk ciptaan mereka,

kami tidak melihat bahwa orang lain tidak melihat seperti cara kami.

we don't see that other people don't see things our way.

Biarkan saya mengatakan satu komentar terakhir.

Let me say one last comment.

Jika Anda berpikir tentang Adam Smith versus Karl Marx,

If you think about Adam Smith versus Karl Marx,

Adam Smith had a very important notion of efficiency.

Adam Smith memiliki gagasan sangat penting mengenai efisiensi.

He gave an example of a pin factory.

Ia memberikan contoh pabrik pin.

He said pins have 12 different steps,

Katanya pin memiliki 12 langkah yang berbeda,

and if one person does all 12 steps, production is very low.

dan jika seseorang melakukan 12 langkah tersebut, produksi sangat rendah.

But if you get one person to do step one,

Tetapi jika Anda membuat seorang melakukan langkah pertama

and one person to do step two and step three and so on,

dan satu orang untuk melakukan langkah kedua dan langkah ketiga dan seterusnya,

production can increase tremendously.

produksi dapat meningkatkan sangat dramatis.

And indeed, this is a great example,

Dan memang, ini adalah contoh yang bagus dan alasan untuk revolusi industri dan efisiensi.

and the reason for the Industrial Revolution and efficiency.

Karl Marx, di sisi lain,

Karl Marx, on the other hand,

said that the alienation of labor is incredibly important

mengatakan pemindahtanganan tenaga kerja sangat penting

in how people think about the connection to what they are doing.

pada bagaimana orang berpikir tentang koneksi ke apa yang mereka lakukan.

And if you do all 12 steps, you care about the pin.

Dan jika Anda membuat semua 12 langkah, Anda peduli tentang pin.

But if you do one step every time, maybe you don't care as much.

Tetapi jika Anda membuat satu langkah setiap kali, mungkin Anda tidak peduli sebanyak itu.

Dan saya berpikir bahwa dalam revolusi industri,

I think that in the Industrial Revolution,

Adam Smith lebih benar daripada Karl Marx,

Adam Smith was more correct than Karl Marx.

But the reality is that we've switched,

tetapi kenyataannya adalah kita telah beralih

dan sekarang kita dalam ekonomi pengetahuan.

and now we're in the knowledge economy.

You can ask yourself, what happens in a knowledge economy?

Dan Anda dapat bertanya pada diri sendiri, apa yang terjadi dalam ekonomi pengetahuan?

Is efficiency still more important than meaning?

Apakah efisiensi masih lebih penting daripada makna?

I think the answer is no.

Saya pikir jawabannya adalah tidak.

I think that as we move to situations

Saya berpikir bahwa ketika kita bergerak ke situasi

in which people have to decide on their own

di mana orang harus memutuskan sendiri

about how much effort, attention, caring, how connected they feel to it,

tentang berapa banyak usaha, perhatian, kepedulian, seberapa terhubung perasaannya terhadap itu,

mereka berpikir tentang kerja di perjalanan ke tempat kerja dan di kamar mandi dan sebagainya,

are they thinking about labor on the way to work,

and in the shower and so on,

all of a sudden Marx has more things to say to us.

seketika Marx memiliki lebih banyak hal untuk dikatakan kepada kita.

So when we think about labor,

Jadi ketika kita berpikir tentang tenaga kerja, kita biasanya berpikir tentang motivasi dan pembayaran sebagai hal yang sama,

we usually think about motivation and payment as the same thing,

but the reality is that we should probably add all kinds of things to it --

tetapi kenyataannya adalah bahwa kita mungkin harus menambahkan segala macam hal untuk itu--

meaning, creation, challenges, ownership, identity, pride, etc.

Artinya, penciptaan, tantangan, kepemilikan, identitas, kebanggaan, dll.

The good news is that if we added all of those components

Dan kabar baiknya adalah bahwa jika kita menambahkan semua komponen-komponen dan berpikir tentang mereka,

and thought about them --

bagaimana kita membuat makna kita sendiri, kebanggaan, motivasi,

how do we create our own meaning, pride, motivation,

and how do we do it in our workplace,

dan bagaimana kita melakukannya di tempat kerja kami dan untuk para karyawan,

and for the employees --

I think we could get people to be both more productive and happier.

saya pikir kita bisa mendapatkan orang-orang menjadi lebih produktif dan bahagia bersamaan.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)