Don't suffer from your depression in silence | Nikki Webber Allen

Translator: Ayudia Triwardhani Reviewer: Ghea Gizella

What are you doing on this stage

Apa yang kamu lakukan di panggung ini

in front of all these people?

di depan orang-orang ini?

(Laughter)

(tertawa)

Run!

Lari!

(Laughter)

Run now.

(tertawa)

Lari sekarang.

That's the voice of my anxiety talking.

Itu adalah perasaan kegelisahan saya yang bicara.

Even when there's absolutely nothing wrong,

Bahkan, saat tidak ada yang salah,

I sometimes get this overwhelming sense of doom,

saya kadang merasa ketakutan yang berlebihan

like danger is lurking just around the corner.

seperti bahaya mengintai dari pojok.

You see, a few years ago,

Beberapa tahun yang lalu,

I was diagnosed with generalized anxiety

saya didiagnosa terkena gangguan kecemasan

and depression --

dan depresi --

two conditions that often go hand in hand.

dua kondisi yang sering datang bersamaan.

Now, there was a time I wouldn't have told anybody,

Ada masanya saya tidak mau memberi tahu siapa pun,

especially not in front of a big audience.

terutama tidak di depan banyak orang.

As a black woman,

Sebagai wanita kulit hitam,

I've had to develop extraordinary resilience to succeed.

saya harus membentuk ketahanan luar biasa untuk sukses.

And like most people in my community,

Seperti orang-orang di komunitas saya,

I had the misconception that depression was a sign of weakness,

saya punya gambaran yang salah bahwa depresi itu tanda lemah,

a character flaw.

kelemahan karakter.

But I wasn't weak;

Tapi saya tidak lemah;

I was a high achiever.

saya berprestasi tinggi

I'd earned a Master's degree in Media Studies

Saya meraih gelar master di Ilmu Media

and had a string of high-profile jobs in the film and television industries.

dan punya pengalaman pekerjaan penting di industri film dan televisi.

I'd even won two Emmy Awards for my hard work.

saya bahkan memenangkan 2 Penghargaan Emmy.

Sure, I was totally spent,

tentu, energi saya benar-benar habis,

I lacked interest in things I used to enjoy,

saya tidak tertarik di bidang yang dulu saya nikmati,

barely ate,

jarang makan,

struggled with insomnia

melawan insomnia

and felt isolated and depleted.

dan merasa terisolasi serta energi terkuras.

But depressed?

Tapi, depresi?

No, not me.

tidak, bukan saya.

It took weeks before I could admit it,

Butuh beberapa minggu untuk saya mengakuinya,

but the doctor was right:

tapi dokter benar;

I was depressed.

saya depresi.

Still, I didn't tell anybody about my diagnosis.

Tetap saja, saya tidak beritahu siapa pun tentang diagnosa saya.

I was too ashamed.

Saya terlalu malu.

I didn't think I had the right to be depressed.

Saya pikir saya tidak berhak untuk depresi.

I had a privileged life

Saya punya kehidupan menyenangkan

with a loving family and a successful career.

dengan keluarga bahagia dan karier sukses.

And when I thought about the unspeakable horrors

Saat saya berpikir tentang ketakutan

that my ancestors had been through in this country

yang harus dilalui pendahulu saya di negara ini

so that I could have it better,

agar saya bisa hidup lebih baik,

my shame grew even deeper.

saya makin merasa malu.

I was standing on their shoulders.

Saya berdiri pada pundak mereka.

How could I let them down?

Tidak mungkin mengecewakan mereka

I would hold my head up,

Saya akan angkat kepala saya,

put a smile on my face

tersenyum,

and never tell a soul.

dan tidak memberi tahu siapa pun

On July 4, 2013,

Pada 4 Juli 2013,

my world came crashing in on me.

dunia saya mulai hancur.

That was the day I got a phone call from my mom

Hari itu adalah hari saya mendapat telepon dari ibu saya

telling me that my 22-year-old nephew, Paul, had ended his life,

memberi tahu bahwa keponakan saya yang berusia 22 tahun, Paul, bunuh diri,

after years of battling depression and anxiety.

setelah bertahun-tahun melawan depresi dan kecemasan.

There are no words that can describe the devastation I felt.

Tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan hancur saya.

Paul and I were very close,

Paul dan saya sangat dekat,

but I had no idea he was in so much pain.

tapi saya tidak pernah tahu dia tersiksa.

Neither one of us had ever talked to the other about our struggles.

Kami tidak pernah membicarakan pergulatan kami satu sama lain.

The shame and stigma kept us both silent.

Rasa malu dan stigma yang membuat kami diam.

Now, my way of dealing with adversity is to face it head on,

Cara saya menghadapi kesulitan adalah dengan melawannya,

so I spent the next two years researching depression and anxiety,

saya menghabiskan 2 tahun meneliti tentang depresi dan kecemasan,

and what I found was mind-blowing.

dan yang saya temukan sangat luar biasa.

The World Health Organization reports

WHO menyebutkan

that depression is the leading cause of sickness and disability

bahwa depresi adalah penyebab utama penyakit dan disabilitas

in the world.

di dunia.

While the exact cause of depression isn't clear,

Meskipun penyebab pasti depresi tidak jelas,

research suggests that most mental disorders develop,

tapi penelitian mengatakan kebanyakan penyakit mental berkembang

at least in part,

setidaknya sebagian,

because of a chemical imbalance in the brain,

karena ketidakseimbangan bahan kimia di dalam otak.

and/or an underlying genetic predisposition.

dan/atau predisposisi genetik tersembunyi.

So you can't just shake it off.

Jadi tidak bisa hilang begitu saja.

For black Americans,

Untuk warga Amerika kulit hitam,

stressors like racism and socioeconomic disparities

Tekanan seperti rasisme dan kesenjangan sosial ekonomi

put them at a 20 percent greater risk of developing a mental disorder,

membuat mereka berisiko 20% lebih besar memiliki gangguan jiwa,

yet they seek mental health services

tapi yang mencari pelayanan kesehatan mental

at about half the rate of white Americans.

hanya sekitar setengah dari warga Amerika kulit putih.

One reason is the stigma,

Salah satu alasan adalah karena stigma,

with 63 percent of black Americans mistaking depression for a weakness.

dengan 63 warga Amerika kulit hitam menganggap depresi sebagai kelemahan.

Sadly, the suicide rate among black children

Sedihnya, tingkat bunuh diri di antara anak-anak kulit hitam

has doubled in the past 20 years.

meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir.

Now, here's the good news:

Sekarang, kabar baiknya:

seventy percent of people struggling with depression will improve

70% dari orang-orang yang berjuang melawan depresi akan membaik

with therapy, treatment and medication.

dengan terapi, perawatan, dan pengobatan.

Armed with this information,

Dilengkapi dengan informasi ini,

I made a decision:

saya membuat keputusan:

I wasn't going to be silent anymore.

saya tidak akan tinggal diam lagi.

With my family's blessing,

Dengan restu keluarga saya,

I would share our story

saya ingin berbagi cerita kami

in hopes of sparking a national conversation.

dengan harapan memicu pembicaraan nasional.

A friend, Kelly Pierre-Louis, said,

Seorang teman, Kelly Pierre-Louise, berkata,

"Being strong is killing us."

"Menjadi kuat itu membunuh kita."

She's right.

Dia benar.

We have got to retire those tired, old narratives

Kita harus menghilangkan anggapan tua dan melelahkan tentang

of the strong black woman

wanita kulit hitam yang kuat

and the super-masculine black man,

dan pria kulit hitam yang super maskulin

who, no matter how many times they get knocked down,

yang, tak peduli berapa kali mereka jatuh,

just shake it off and soldier on.

selalu mengacuhkannya dan maju terus.

Having feelings isn't a sign of weakness.

Memiliki perasaan bukan tanda kelemahan.

Feelings mean we're human.

Perasaan menandakan kita adalah manusia.

And when we deny our humanity,

Dan saat kita menyangkal kemanusiaan kita,

it leaves us feeling empty inside,

itu membuat kita merasa kosong di dalam,

searching for ways to self-medicate in order to fill the void.

mencari cara mengobati diri sendiri demi mengisi kekosongan.

My drug was high achievement.

Obat saya adalah prestasi tinggi.

These days, I share my story openly,

Hari ini, saya terbuka berbagi cerita saya,

and I ask others to share theirs, too.

dan meminta yang lain untuk berbagi cerita juga

I believe that's what it takes

Saya percaya, itulah caranya

to help people who may be suffering in silence

untuk menolong orang yang diam-diam tersiksa

to know that they are not alone

agar mereka tahu mereka tidak sendiri

and to know that with help,

dan dengan pertolongan,

they can heal.

mereka bisa sembuh.

Now, I still have my struggles,

Saya masih terus berjuang,

particularly with the anxiety,

terutama melawan kecemasan,

but I'm able to manage it

tapi saya bisa mengaturnya

through daily mediation, yoga and a relatively healthy diet.

lewat mediasi harian, yoga, dan pola makan yang cukup sehat.

(Laughter)

(tertawa)

If I feel like things are starting to spiral,

Jika saya mulai merasa kacau,

I make an appointment to see my therapist,

saya bertemu dengan terapis saya,

a dynamic black woman named Dawn Armstrong,

seorang wanita kulit hitam dinamis, bernama Dawn Armstrong,

who has a great sense of humor

yang memiliki jiwa humor yang tinggi

and a familiarity that I find comforting.

dan keakraban yang menenangkan bagi saya.

I will always regret

Saya selalu menyesal

that I couldn't be there for my nephew.

saya tidak bisa ada untuk keponakan saya.

But my sincerest hope

Tapi harapan tulus saya

is that I can inspire others with the lesson that I've learned.

saya bisa menginspirasi orang lain dengan yang saya pelajari.

Life is beautiful.

Hidup itu indah.

Sometimes it's messy,

Kadang berantakan,

and it's always unpredictable.

dan selalu tidak bisa ditebak.

But it will all be OK

Tapi semua akan baik

when you have your support system to help you through it.

saat Anda memiliki sistem pendukung untuk melaluinya.

I hope that if your burden gets too heavy,

Saya harap jika beban Anda menjadi terlalu berat,

you'll ask for a hand, too.

Anda akan meminta bantuan juga.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(tepuk tangan)