Kiran Bedi: How I remade one of India's toughest prisons

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Wahyu Perdana Yudistiawan

Now I'm going to give you a story.

Saya akan membagi sebuah kisah.

It's an Indian story about an Indian woman and her journey.

Kisah tentang seorang wanita India dan perjalanannya.

Let me begin with my parents.

Marilah kita mulai dengan orang tua saya.

I'm a product of this

Saya adalah hasil dari

visionary mother and father.

ibu dan ayah yang visioner ini.

Many years ago, when I was born in the '50s --

Bertahun-tahun yang lalu, saat saya lahir di tahun 50-an --

'50s and '60s

Tahun 50 dan 60-an

didn't belong to girls in India.

bukanlah milik para wanita India.

They belonged to boys.

Namun milik para pria.

They belonged to boys who would join business

Milik para pria yang ingin berbisnis

and inherit business from parents,

dan mewarisi bisnis dari orang tua mereka,

and girls would be dolled up to get married.

dan anak-anak putri akan didandani agar cepat menikah.

My family, in my city,

Keluarga saya, di kota saya --

and almost in the country, was unique.

dan hampir di seluruh negeri -- unik.

We were four of us, not one,

Saya, empat bersaudara, bukan anak tunggal

and fortunately no boys.

dan untungnya tidak ada saudara laki-laki.

We were four girls and no boys.

Seluruh saudara saya perempuan, tidak ada laki-laki.

And my parents were part

Dan orang tua saya adalah bagian

of a landed property family.

dari keluarga pemilik tanah.

My father defied his own grandfather,

Ayah saya menentang kakeknya sendiri,

almost to the point of disinheritance,

sampai hampir tidak mendapatkan warisan,

because he decided to educate

karena dia memutuskan untuk mendidik

all four of us.

keempat anak perempuannya.

He sent us to one of the best schools in the city

Dia menyekolahkan kami di sekolah terbaik di kota itu

and gave us the best education.

dan memberikan kami pendidikan terbaik.

As I've said, when we're born, we don't choose our parents,

Seperti yang telah saya katakan: saat kita lahir, kita tidak memilih orang tua kita.

and when we go to school, we don't choose our school.

Dan saat kita pergi ke sekolah, kita tidak memilihnya juga.

Children don't choose a school.

Anak-anak tidak memilih sekolah mereka

They just get the school which parents choose for them.

mereka bersekolah di tempat yang dipilihkan orang tua mereka.

So this is the foundation time which I got.

Inilah dasar-dasar yang saya dapat.

I grew up like this, and so did my other three sisters.

Saya tumbuh seperti ini, dan juga ketiga saudari saya.

And my father used to say at that time,

Dan ayah saya pernah berkata pada saat itu,

"I'm going to spread all my four daughters in four corners of the world."

"Saya akan mengirimkan keempat putri saya ke empat penjuru dunia."

I don't know if he really meant [that], but it happened.

Saya tidak tahu apakah dia benar-benar bermaksud demikian, namun hal itu terjadi.

I'm the only one who's left in India.

Sayalah satu-satunya yang tertinggal di India.

One is a British, another is an American

Satu ada yang di Inggris, yang lain ada di Amerika

and the third is a Canadian.

ada yang satu lagi di Kanada.

So we are four of us in four corners of the world.

Inilah kami berempat di empat penjuru dunia.

And since I said they're my role models,

Dan karena saya berkata orang tua saya adalah teladan saya,

I followed two things which my father and mother gave me.

saya menganut dua hal yang diberikan oleh ayah dan ibu saya.

One, they said, "Life is on an incline.

Pertama, mereka berkata, "Hidup adalah sebuah lereng;

You either go up,

anda mungkin naik,

or you come down."

atau turun."

And the second thing, which has stayed with me,

Dan hal kedua adalah, yang masih saya pegang,

which became my philosophy of life,

dan yang menjadi filosofi hidup saya,

which made all the difference,

yang membuat semua perbedaan,

is: 100 things happen in your life, good or bad.

adalah dari seratus hal yang terjadi dalam hidup anda, baik atau buruk.

Out of 100, 90 are your creation.

Dari 100, 90 adalah karya anda.

They're good. They're your creation. Enjoy it.

Jika hal itu baik. Itulah karya anda. Nikmatilah.

If they're bad, they're your creation. Learn from it.

Jika hal itu buruk, itu juga karya anda. Belajarlah.

Ten are nature-sent over which you can't do a thing.

10 hal yang lain berasal dari alam dan anda tidak dapat mengubahnya

It's like a death of a relative,

seperti kematian saudara

or a cyclone, or a hurricane, or an earthquake.

atau angin topan, atau badai, atau gempa bumi.

You can't do a thing about it.

Anda tidak dapat melakukan apa-apa.

You've got to just respond to the situation.

Anda hanya dapat menanggapinya.

But that response comes out of those 90 points.

Namun tanggapan itu menjadi 90 hal hasil karya kita itu.

Since I'm a product of this philosophy,

Karena saya adalah produk dari filosofi

of 90/10,

90-10 ini,

and secondly, "life on an incline,"

dan kedua, hidup pada sebuah lereng,

that's the way I grew up

itulah cara saya tumbuh --

to be valuing what I got.

menghargai apa yang saya miliki.

I'm a product of opportunities,

Saya adalah hasil dari kesempatan,

rare opportunities in the '50s and the '60s,

kesempatan langka di tahun 50-an dan 60-an,

which girls didn't get,

yang tidak dimiliki para gadis.

and I was conscious of the fact that what my parents were giving me

Dan saya sadar pada kenyataan bahwa yang diberikan orang tua saya

was something unique.

adalah sesuatu yang unik.

Because all of my best school friends were getting dolled up

Karena semua teman-teman sekolah saya dijodohkan

to get married with a lot of dowry,

untuk dapat menikah dengan banyak mas kawin,

and here I was with a tennis racket and going to school

sedangkan saya memegang raket tenis dan pergi ke sekolah

and doing all kinds of extracurricular activities.

dan melakukan berbagai kegiatan ekstra kurikuler.

I thought I must tell you this.

Saya rasa saya harus memberi tahu anda.

Why I said this, is the background.

Mengapa saya katakan ini adalah latar belakang.

This is what comes next.

Inilah yang terjadi kemudian.

I joined the Indian Police Service as a tough woman,

Saya bergabung dengan Kepolisian India sebagai wanita tangguh

a woman with indefatigable stamina,

seorang wanita yang tidak kenal lelah,

because I used to run for my tennis titles, etc.

karena saya terbiasa mengejar gelar tenis, dan hal-hal lainnya.

But I joined the Indian Police Service,

Saya bergabung dengan Kepolisian India.

and then it was a new pattern of policing.

Lalu inilah pola baru kepolisian.

For me the policing stood for power to correct,

Bagi saya kepolisian berarti kekuatan mengkoreksi,

power to prevent and power to detect.

kekuatan mencegah dan kekuatan mendeteksi.

This is something like a new definition ever given in policing in India --

Ini seperti suatu hal baru yang belum pernah diberikan kepada kepolisian India --

the power to prevent.

Kekuatan mencegah.

Because normally it was always said, power to detect, and that's it,

Karena biasanya, selalu dikatakan, kekuatan mendeteksi, hanya itu.

or power to punish.

atau kekuatan menghukum.

But I decided no, it's a power to prevent,

Namun saya memutuskan bukan, itu adalah kekuatan mencegah,

because that's what I learned when I was growing up.

karena itulah yang saya pelajari saat saya dibesarkan,

How do I prevent the 10 and never make it more than 10?

bagaimana mencegah ke-10 hal ini dan membuatnya tidak pernah melebihi 10?

So this was how it came into my service,

Sehingga beginilah saat saya bekerja,

and it was different from the men.

berbeda dengan para pria.

I didn't want to make it different from the men, but it was different,

Saya tidak ingin membuat perbedaan dari para pria, namun memang berbeda,

because this was the way I was different.

karena beginilah saya berbeda.

And I redefined policing concepts in India.

Dan saya mendefiniskan ulang konsep kepolisian di India.

I'm going to take you on two journeys,

Saya akan menceritakan dua perjalanan,

my policing journey and my prison journey.

perjalanan saya di kepolisian dan di penjara.

What you see, if you see the title

Apa yang anda lihat, jika anda melihat judulnya

called "PM's car held."

"Mobil Perdana Menteri ditahan."

This was the first time a prime minister of India

Inilah pertama kalinya perdana menteri India

was given a parking ticket.

mendapat surat tilang.

(Laughter)

(Tawa)

That's the first time in India,

Inilah pertama kalinya di India,

and I can tell you, that's the last time you're hearing about it.

dan saya dapat berkata, inilah terakhir kalinya anda mendengarnya.

It'll never happen again in India,

Hal ini tidak pernah terjadi lagi di India,

because now it was once and forever.

karena inilah satu-satunya untuk selamanya.

And the rule was, because I was sensitive,

Dan aturannya adalah, karena saya peka,

I was compassionate, I was very sensitive to injustice,

Saya penuh belas kasih. Saya sangat peka dengan ketidakadilan,

and I was very pro-justice.

dan saya sangat menghargai keadilan.

That's the reason, as a woman, I joined the Indian Police Service.

Itulah alasannya, sebagai seorang wanita, saya bergabung dengan Kepolisian India.

I had other options, but I didn't choose them.

Saya memiliki pilihan lain, namun tidak memilihnya.

So I'm going to move on.

Jadi saya akan teruskan.

This is about tough policing, equal policing.

Ini tentang kepolisian yang keras, yang adil.

Now I was known as "here's a woman that's not going to listen."

Saya dikenal sebagai seorang wanita yang tidak mau mendengarkan.

So I was sent to all indiscriminate postings,

Jadi saya ditempatkan pada pekerjaan-pekerjaan sembarangan

postings which others would say no.

pekerjaan yang tidak mau dilakukan oleh orang lain.

I now went to a prison assignment as a police officer.

Saya dikirimkan ke penjara sebagai polisi.

Normally police officers don't want to do prison.

Biasanya polisi tidak mau bekerja di penjara.

They sent me to prison to lock me up,

Mereka mengirimkan saya untuk mengurung saya,

thinking, "Now there will be no cars

berpikir, sekarang tidak akan ada mobil

and no VIPs to be given tickets to.

dari orang penting yang akan ditilang.

Let's lock her up."

Mari kurung dia.

Here I got a prison assignment.

Inilah saya saat mendapatkan tugas di penjara.

This was a prison assignment which was one big den of criminals.

Penjara yang merupakan sarang besar bagi para penjahat.

Obviously, it was.

Tentu saja.

But 10,000 men,

Namun dari 10.000 orang

of which only 400 were women -- 10,000 --

hanya ada 400 wanita -- 10.000 --

9,000 plus about 600

9.000 ditambah sekitar 600 orang yang lain

were men.

adalah pria,

Terrorists, rapists,

teroris, pemerkosa,

burglars, gangsters --

pencuri, bandit --

some of them I'd sent to jail

beberapa di antaranya ditangkap oleh saya sendiri

as a police officer outside.

saat masih menjadi polisi.

And then how did I deal with them?

Lalu bagaimana saya harus menghadapi mereka.

The first day when I went in,

Hari pertama saya masuk,

I didn't know how to look at them.

saya tidak tahu bagaimana cara melihat mereka.

And I said, "Do you pray?" When I looked at the group, I said, "Do you pray?"

Dan saya bertanya, "Apakah anda berdoa?". Saat saya melihat orang-orang itu, saya bertanya, "Apakah anda berdoa?"

They saw me as a young, short woman wearing a pathan suit.

Mereka menatap saya, seorang wanita muda dan pendek yang mengenakan blazer.

I said, "Do you pray?"

Saya bertanya, "Apakah anda berdoa?"

And they didn't say anything.

Dan mereka tidak menjawab.

I said, "Do you pray? Do you want to pray?"

Saya bertanya, "Anda, anda berdoa? Anda ingin berdoa?"

They said, "Yes." I said, "All right, let's pray."

Mereka berkata, "Ya", dan saya membalas, "Baiklah, mari kita berdoa."

I prayed for them, and things started to change.

Saya berdoa untuk mereka, dan segalanya mulai berubah.

This is a visual of education inside the prison.

Inilah gambaran pendidikan di dalam penjara.

Friends, this has never happened,

Saudara-saudara, hal ini belum pernah terjadi,

where everybody in the prison studies.

di mana semua orang di dalam penjara belajar.

I started this with community support.

Saya memulainya dengan dukungan masyarakat.

Government had no budget.

Pemerintah tidak memiliki dana.

It was one of the finest, largest volunteerism

Inilah salah satu semangat sukarela terbaik dan terbesar

in any prison in the world.

di penjara manapun di dunia.

This was initiated in Delhi prison.

Hal ini dimulai di penjara Delhi.

You see one sample

Anda melihat salah satu contoh

of a prisoner teaching a class.

dari seorang tahanan yang sedang mengajar di kelas.

These are hundreds of classes.

Ada ratusan kelas.

Nine to eleven, every prisoner went into the education program --

Dari jam 9 sampai 11, setiap tahanan mengikuti program pendidikan --

the same den in which they thought

tempat yang sama di mana para polisi berpikir

they would put me behind the bar and things would be forgotten.

mereka mengirim saya ke balik jeruji besi dan segalanya akan terlupakan.

We converted this into an ashram --

Kami mengubah sarang penjahat ini menjadi ashram --

from a prison to an ashram through education.

dari penjara menjadi ashram melalui pendidikan.

I think that's the bigger change.

Saya pikir itulah perubahan yang lebih besar.

It was the beginning of a change.

Hal itu merupakan permulaan dari sebuah perubahan.

Teachers were prisoners. Teachers were volunteers.

Para guru adalah tahanan atau sukarelawan.

Books came from donated schoolbooks.

Buku-buku berasal dari buku-buku sekolah yang disumbangkan.

Stationery was donated.

Alat-alat tulis disumbangkan.

Everything was donated,

Semuanya disumbangkan,

because there was no budget of education for the prison.

karena tidak ada dana untuk pendidikan di penjara.

Now if I'd not done that,

Jika saya tidak melakukan hal itu,

it would have been a hellhole.

tempat ini akan menjadi lubang neraka.

That's the second landmark.

Inilah tonggak yang kedua.

I want to show you some moments of history in my journey,

Saya ingin menunjukkan beberapa peristiwa bersejarah dalam perjalanan saya

which probably you would never ever get to see anywhere in the world.

yang mungkin tidak akan anda jumpai dimanapun di dunia.

One, the numbers you'll never get to see.

Pertama, jumlah yang tidak pernah akan anda lihat.

Secondly, this concept.

Kedua, konsepnya.

This was a meditation program inside the prison

Ini adalah program meditasi di dalam penjara

of over 1,000 prisoners.

yang diikuti oleh lebih dari seribu tahanan.

One thousand prisoners who sat in meditation.

1.000 tahanan yang duduk dan bermeditasi.

This was one of the most courageous steps

Ini adalah salah satu langkah yang paling berani

I took as a prison governor.

yang saya ambil sebagai kepala penjara.

And this is what transformed.

dan hal inilah yang mengubah semuanya.

You want to know more about this,

Jika anda ingin tahu lebih banyak tentang hal ini,

go and see this film, "Doing Time, Doing Vipassana."

silakan lihat film ini, "Doing Time Doing Vipassana."

You will hear about it, and you will love it.

Anda akan mendengarnya dan menyukainya.

And write to me on KiranBedi.com,

Anda juga dapat menyurati saya di KiranBedi.com

and I'll respond to you.

dan saya akan membalasnya.

Let me show you the next slide.

Marilah kita ke slide berikutnya.

I took the same concept of mindfulness,

Saya menggunakan konsep yang sama tentang kesadaran.

because, why did I bring meditation into the Indian prison?

Karena, mengapa saya membawa meditasi masuk ke penjara India?

Because crime is a product of a distorted mind.

Karena kejahatan adalah hasil dari pikiran yang menyimpang.

It was distortion of mind which needed to be addressed to control.

Penyimpangan inilah yang perlu diatasi dan dikendalikan.

Not by preaching, not by telling,

bukan dengan berkhotbah, bukan dengan berbicara,

not by reading, but by addressing your mind.

bukan dengan membaca, namun dengan mengatasi pikiran anda.

I took the same thing to the police,

Saya menerapkan hal yang sama pada kepolisian,

because police, equally, were prisoners of their minds,

karena polisi juga merupakan tahanan dari pikiran mereka sendiri,

and they felt as if it was "we" and "they,"

dan mereka merasa seperti semuanya adalah kami dan mereka,

and that the people don't cooperate.

orang-orang tidak mau bekerja sama.

This worked.

Ternyata hal ini bekerja.

This is a feedback box called a petition box.

Ini adalah kotak saran yang disebut kotak petisi.

This is a concept which I introduced

Sebuah konsep yang saya perkenalkan

to listen to complaints, listen to grievances.

untuk mendengarkan pengaduan dan keluhan.

This was a magic box.

Ini adalah kotak ajaib.

This was a sensitive box.

Kotak yang sensitif.

This is how a prisoner drew how they felt about the prison.

Inilah bagaimana seorang tahanan menyampaikan perasaannya tentang penjara.

If you see somebody in the blue --

Jika anda melihat seseorang berbaju biru --

yeah, this guy --

ya, orang ini --

he was a prisoner, and he was a teacher.

dia adalah tahanan dan juga seorang guru.

And you see, everybody's busy. There was no time to waste.

Dan anda lihat, semua orang sedang sibuk.

Let me wrap it up.

Sekarang saya akan merangkum semuanya.

I'm currently into movements,

Saya sedang dalam pergerakan

movements of education

untuk pendidikan

of the under-served children,

untuk anak-anak terlantar,

which is thousands -- India is all about thousands.

yang jumlahnya ribuan -- semua di India adalah ribuan.

Secondly is about the anti-corruption movement in India.

Kedua, pergerakan anti korupsi di India.

That's a big way

Ini adalah perjalanan besar

we, as a small group of activists,

kami, sekelompok kecil aktivis

have drafted an ombudsman bill for the government of India.

telah menyusun RUU sebagai perwakilan masyarakat untuk pemerintah India

Friends, you will hear a lot about it.

Saudara-saudara, anda akan sering mendengarnya.

That's the movement at the moment I'm driving,

Inilah pergerakan yang saya gerakkan sekarang

and that's the movement and ambition of my life.

dan inilah pergerakan dan ambisi hidup saya.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you. Thank you very much. Thank you.

Terima kasih. Terima kasih banyak. Terima kasih.

Thank you. Thank you. Thank you.

Terima kasih.