Beautiful new words to describe obscure emotions | John Koenig

Translator: Audrey Tantri Reviewer: Hafizh Alfarisi

Hari ini aku mau berbincang mengenai makna kata-kata,

bagaimana mendefinisikannya,

dan bagaimana kata-kata, seperti halnya dendam,

mendefinisikan kita.

Today I want to talk about the meaning of words,

Bahasa Inggris adalah bahasa serapan yang luar biasa.

Aku suka bahasa Inggris dan senang bisa menggunakannya

how we define them

and how they, almost as revenge,

meski ada banyak pula kekurangannya.

define us.

The English language is a magnificent sponge.

Dalam bahasa Yunani, ada kata “lachesism”

I love the English language. I'm glad that I speak it.

yang artinya hasrat akan bencana.

But for all that, it has a lot of holes.

Seperti saat kau melihat hujan badai di tepi langit

In Greek, there's a word, "lachesism"

dan kau tengah berharap badai itu terjadi.

which is the hunger for disaster.

Bahasa mandarin punya kata “yù yī” ,,, pengucapanku tidak tepat ...

You know, when you see a thunderstorm on the horizon

yang bermakna kerinduan untuk merasakan secara dahsyat lagi,

and you just find yourself rooting for the storm.

In Mandarin, they have a word "yù yī" --

seperti yang pernah kau rasakan ketika kecil.

I'm not pronouncing that correctly --

Dalam bahasa Polandia, ada kata “jouska”

which means the longing to feel intensely again

yang berarti semacam perbincangan hipotetis

the way you did when you were a kid.

yang begitu saja terjadi dalam pikiranmu.

In Polish, they have a word "jouska"

(Tawa)

Terakhir, dalam bahasa Jerman, tentunya,

which is the kind of hypothetical conversation

ada kata “zielschmerz”

that you compulsively play out in your head.

yang berarti ketakutan saat memperoleh yang kau mau.

And finally, in German, of course in German,

(Tawa)

they have a word called "zielschmerz"

“Akhirnya kucapai impian seumur hidupku.”

which is the dread of getting what you want.

(Laughter)

Aku sendiri orang Jerman, jadi aku tahu betul rasanya.

Aku tidak yakin akan memakai kata-kata ini dalam kehidupan sehari-hari,

Finally fulfilling a lifelong dream.

tapi aku senang kata-kata ini ada.

I'm German myself, so I know exactly what that feels like.

Alasan kata-kata ini ada semata-mata karena aku membuatnya.

Now, I'm not sure if I would use any of these words

Aku adalah penulis buku The Dictionary of Obscure Sorrows,

as I go about my day,

but I'm really glad they exist.

yang telah kukerjakan selama tujuh tahun terakhir.

But the only reason they exist is because I made them up.

Misi seutuhnya dari proyek ini adalah

I am the author of "The Dictionary of Obscure Sorrows,"

untuk menemukan kekurangan dalam bahasa yang melingkupi perasaan

which I've been writing for the last seven years.

dan mencoba mengisinya.

And the whole mission of the project

Dengan begitu, kita dapat membicarakan kesalahan kecil

is to find holes in the language of emotion

dan keunikan keadaan manusia

yang kita semua rasakan, tapi tak terpikir untuk mengutarakannya

and try to fill them

so that we have a way of talking about all those human peccadilloes

karena kita tidak punya kosakata yang tepat.

and quirks of the human condition

Pada pertengahan proyek ini, aku mendefinisikan “sonder”,

that we all feel but may not think to talk about

suatu gagasan yang menganggap diri kita sebagai pemeran utama

because we don't have the words to do it.

dan orang lain hanyalah pemeran tambahan.

And about halfway through this project,

Namun nyatanya, kita semua adalah pemeran utama

I defined "sonder,"

the idea that we all think of ourselves as the main character

dan kau sendiri adalah pemeran tambahan dalam cerita orang lain.

and everyone else is just extras.

Begitu aku mempublikasikan kata itu, banyak yang menanggapi,

But in reality, we're all the main character,

and you yourself are an extra in someone else's story.

“Terima kasih telah menyuarakan sesuatu yang telah kurasakan selama ini,

And so as soon as I published that,

tapi tak bisa kuutarakan dengan kata-kata.”

I got a lot of response from people

Mereka pun tidak merasa sendirian.

saying, "Thank you for giving voice to something I had felt all my life

Itulah kekuatan kata-kata,

but there was no word for that."

membuat kita merasa tidak sepenuhnya sendiri.

So it made them feel less alone.

Tidak lama setelahnya, aku mulai menyadari bahwa “sonder”

That's the power of words,

betul-betul digunakan dalam percakapan di Internet.

to make us feel less alone.

Tidak lama dari saat itu pula,

And it was not long after that

that I started to notice sonder

aku mendengarnya dalam percakapan orang di sebelahku.

being used earnestly in conversations online,

Rasanya sungguh ganjil saat kuciptakan suatu kata,

and not long after I actually noticed it,

lalu menyaksikannya terbentuk dengan sendirinya.

I caught it next to me in an actual conversation in person.

Aku belum punya kosakatanya, mungkin nanti.

There is no stranger feeling than making up a word

(Tawa)

Aku sedang mengusahakannya.

and then seeing it take on a mind of its own.

Aku mulai berpikir tentang apa yang membuat kata-kata itu nyata.

I don't have a word for that yet, but I will.

Sebab, banyak orang bertanya dan yang paling sering ditanyakan adalah

(Laughter)

I'm working on it.

“Apa kata-kata ini dikarang? Aku tidak begitu mengerti.”

I started to think about what makes words real,

Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya karena semenjak “sonder” digunakan,

because a lot of people ask me,

the most common thing I got from people is,

siapa aku yang berhak memilih mana kata yang nyata atau tidak?

"Well, are these words made up? I don't really understand."

Aku merasa seperti Steve Jobs, yang mendapatkan pencerahan

And I didn't really know what to tell them

because once sonder started to take off,

ketika dia menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari,

who am I to say what words are real and what aren't.

And so I sort of felt like Steve Jobs, who described his epiphany

kebanyakan orang mencoba untuk tidak melawan dinding batasan

dan hanya mengikuti arus saja.

as when he realized that most of us, as we go through the day,

Namun, begitu kau sadar bahwa orang-orang ...

we just try to avoid bouncing against the walls too much

bahwa dunia ini dibangun oleh mereka yang tidak lebih pintar darimu,

and just sort of get on with things.

But once you realize that people --

kau bisa meraih dan menyentuh dinding itu, bahkan menembusnya

dan menyadari bahwa kau memiliki kekuatan untuk mengubahnya.

that this world was built by people no smarter than you,

Ketika mereka bertanya, “Apakah kata-kata itu nyata?”

then you can reach out and touch those walls

and even put your hand through them

ada beberapa jawaban yang kupikirkan.

and realize that you have the power to change it.

Ada yang masuk akal. Ada juga yang tidak.

And when people ask me, "Are these words real?"

Salah satunya adalah

“Suatu kata itu nyata jika kau ingin ia jadi nyata.”

I had a variety of answers that I tried out.

Alasan jalur ini bisa ada ialah karena orang-orang menginginkannya.

Some of them made sense. Some of them didn't.

But one of them I tried out was,

(Tawa)

"Well, a word is real if you want it to be real."

Jalur ini sering ada di area universitas. Sebutannya “jalur hasrat”.

The way that this path is real because people wanted it to be there.

(Tawa)

Namun, hal yang sesungguhnya ditanyakan

saat orang-orang bertanya jika suatu kata itu nyata adalah

(Laughter)

It happens on college campuses all the time.

“Jadi, berapa banyak pikiran yang bisa menangkap kata-kata ini?”

It's called a "desire path."

(Laughter)

But then I decided, what people are really asking

when they're asking if a word is real, they're really asking,

Karena kurasa begitulah cara kita menanggapi bahasa.

"Well, how many brains will this give me access to?"

Suatu kata adalah kunci yang kita gunakan untuk masuk ke pikiran orang lain.

Because I think that's a lot of how we look at language.

Jika katanya masuk ke satu pikiran saja, kata itu tidak terlalu berarti,

A word is essentially a key

tidak perlu diketahui.

that gets us into certain people's heads.

Jika masuk ke dua pikiran, tergantung pikiran siapa itu.

And if it gets us into one brain,

Jika jutaan pikiran, itu sangat bagus.

it's not really worth it,

Jadi, suatu kata yang nyata adalah kata yang dapat masuk ke banyak pikiran.

not really worth knowing.

Two brains, eh, it depends on who it is.

A million brains, OK, now we're talking.

Itulah yang membuatnya layak diketahui.

And so a real word is one that gets you access to as many brains as you can.

Dari sudut pandang itu, kata yang paling nyata adalah ini.

[Oke]

That's what makes it worth knowing.

Ya, kata ini. Kata yang paling nyata.

Incidentally, the realest word of all by this measure is this.

Kata yang menyerupai kunci master.

Itulah kata yang paling dimengerti di dunia,

[O.K.]

di mana pun kau berada.

That's it.

Masalahnya adalah tidak ada yang tahu kepanjangan kata “O.K.”.

The realest word we have.

That is the closest thing we have to a master key.

(Tawa)

That's the most commonly understood word in the world,

Agak aneh, bukan?

no matter where you are.

The problem with that is,

Mungkin ini ejaan keliru dari “semua benar”

no one seems to know what those two letters stand for.

atau “kota tua Kinderhook”.

(Laughter)

Tak ada yang tahu, tapi karena hal itu tak terlalu dipedulikan

Which is kind of weird, right?

I mean, it could be a misspelling of "all correct," I guess,

menandakan bagaimana kita menambah makna pada kata-kata.

or "old kinderhook."

Makna tidak berada dalam kata-kata itu sendiri.

No one really seems to know, but the fact that it doesn't matter

Kitalah yang menaruh makna di dalamnya.

says something about how we add meaning to words.

Menurutku, ketika kita mencari makna dalam hidup kita

The meaning is not in the words themselves.

We're the ones that pour ourselves into it.

dan mencari makna dari kehidupan,

kata-kata memiliki peran tertentu di dalamnya.

And I think, when we're all searching for meaning in our lives,

Ketika kau mencari makna dari sesuatu,

and searching for the meaning of life,

kamus adalah sarana yang baik untuk memulainya.

I think words have something to do with that.

Kamus memberikan bentuk susunan dalam semesta yang sangat tak teratur.

And I think if you're looking for the meaning of something,

the dictionary is a decent place to start.

Pandangan kita pada beberapa hal sangat terbatas

sehingga kita harus menciptakan berbagai pola dan kemudahan

It brings a sense of order

to a very chaotic universe.

serta mencari cara untuk menafsirkannya

Our view of things is so limited

hingga bisa menjalani keseharian kita.

Kita butuh kata-kata untuk mewakili serta mendefinisikan diri kita.

that we have to come up with patterns and shorthands

and try to figure out a way to interpret it

Kupikir kebanyakan dari kita merasa terkurung

and be able to get on with our day.

dengan cara memakai kata yang ada.

We need words to contain us, to define ourselves.

Kita lupa bahwa sesungguhnya kata-kata itu dibuat.

Bukan hanya kata-kataku, melainkan semua kata-kata.

I think a lot of us feel boxed in

Meskipun, tidak semuanya memiliki makna.

by how we use these words.

We forget that words are made up.

Kita seakan dibatasi oleh

It's not just my words. All words are made up,

kosakata sendiri

yang tak selalu menghubungkan diri kita dengan mereka yang berbeda dari kita.

but not all of them mean something.

We're all just sort of trapped in our own lexicons

Maka, kita makin saling menjauh seiring berjalannya waktu

that don't necessarily correlate with people who aren't already like us,

karena terlalu serius dengan kata-kata.

and so I think I feel us drifting apart a little more every year,

Sebab ingatlah, kata-kata tidak nyata.

Kata-kata tak punya makna. Kita yang punya.

the more seriously we take words.

Kuakhiri pembahasan ini dengan suatu bacaan

Because remember, words are not real.

dari salah seorang filsuf kesukaanku.

They don't have meaning. We do.

Dia Bill Watterson, yang menciptakan “Calvin and Hobbes”.

And I'd like to leave you with a reading

Dia berkata,

(Tawa)

“Menciptakan hidup yang menggambarkan nilaimu dan memuaskan jiwamu

from one of my favorite philosophers,

Bill Watterson, who created "Calvin and Hobbes."

adalah pencapaian langka.

Menemukan makna hidupmu sendiri tidaklah mudah,

He said,

"Creating a life that reflects your values and satisfies your soul

tapi tetap bisa kau lakukan

dan kurasa kau akan lebih bahagia meski itu sulit.”

is a rare achievement.

To invent your own life's meaning

Terima kasih.

(Tepuk tangan)

is not easy,

but it is still allowed,

and I think you'll be happier for the trouble."

Thank you.

(Applause)