Peter Attia: What if we're wrong about diabetes?

Translator: Joseph Geni Reviewer: Morton Bast

Translator: Mariska Panjaitan Reviewer: Muhammad Fathi Rayyan

I'll never forget that day

Saya takkan pernah melupakan saat itu

back in the spring of 2006.

di musim semi tahun 2006.

I was a surgical resident

Waktu itu saya seorang dokter residen bedah

at The Johns Hopkins Hospital,

di The Johns Hopkins Hospital,

taking emergency call.

yang menerima panggilan darurat.

I got paged by the E.R. around 2 in the morning

Saya dipanggil oleh unit gawat darurat sekitar pukul 2 subuh

to come and see a woman with a diabetic ulcer

untuk datang memeriksa seorang wanita dengan borok diabetes

on her foot.

di kakinya.

I can still remember sort of that smell of rotting flesh

Saya masih ingat bau dari daging yang bernanah tersebut

as I pulled the curtain back to see her.

saat membuka tirai untuk melihatnya.

And everybody there agreed this woman was very sick

Dan semua orang di sana tahu wanita ini sakit parah

and she needed to be in the hospital.

dan dia harus dirawat di rumah sakit.

That wasn't being asked.

Namun bukan itu masalahnya.

The question that was being asked of me was a different one,

Pertanyaan yang diajukan kepada saya adalah

which was, did she also need an amputation?

apa dia juga harus diamputasi?

Now, looking back on that night,

Mengingat kembali malam itu,

I'd love so desperately to believe that I treated that woman

Saya sangat ingin meyakinkan diri sendiri bahwa saya sudah mengobati wanita itu

on that night with the same empathy and compassion

malam itu juga dengan rasa empati dan simpati yang sama

I'd shown the 27-year-old newlywed

yang saya berikan kepada pengantin baru berusia 27 tahun

who came to the E.R. three nights earlier

yang datang ke ruang gawat darurat tiga malam sebelumnya

with lower back pain

dengan keluhan nyeri punggung

that turned out to be advanced pancreatic cancer.

yang ternyata adalah kanker pankreas stadium lanjut.

In her case, I knew there was nothing I could do

Untuk kasus ini, saya tahu tidak ada yang bisa saya lakukan

that was actually going to save her life.

untuk menyelamatkan hidupnya.

The cancer was too advanced.

Kankernya terlalu parah.

But I was committed to making sure that

Namun saya berkomitmen akan

I could do anything possible to make her stay

melakukan apa saja untuk membuatnya merasa

more comfortable. I brought her a warm blanket

lebih nyaman. Saya membawakannya selimut hangat

and a cup of a coffee.

dan secangkir kopi.

I brought some for her parents.

Saya bawakan juga untuk orang tuanya.

But more importantly, see, I passed no judgment on her,

Namun yang terpenting, saya tidak menghakimi dia,

because obviously she had done nothing

karena tentu saja hal ini tidak terjadi kepadanya

to bring this on herself.

karena dia menginginkannya.

So why was it that, just a few nights later,

Tapi mengapa, beberapa malam kemudian,

as I stood in that same E.R. and determined

saat berdiri di ruang gawat darurat yang sama saya memutuskan

that my diabetic patient did indeed need an amputation,

bahwa pasien diabetes ini sungguh harus diamputasi,

why did I hold her in such bitter contempt?

mengapa saya diam-diam mencibirnya?

You see, unlike the woman the night before,

Sebenarnya, tidak seperti wanita di malam sebelumnya,

this woman had type 2 diabetes.

wanita ini menderita diabetes tipe 2.

She was fat.

Dia gemuk.

And we all know that's from eating too much

Dan kita tahu hal ini disebabkan makan yang berlebihan

and not exercising enough, right?

dan kurang olahraga, bukan?

I mean, how hard can it be?

Saya pikir, apa susahnya?

As I looked down at her in the bed, I thought to myself,

Saat melihatnya terbaring di ranjang, saya berpikir,

if you just tried caring even a little bit,

kalau saja Anda sedikit lebih peduli,

you wouldn't be in this situation at this moment

Anda tidak akan berada di situasi seperti sekarang ini,

with some doctor you've never met

bertemu dokter yang sebelumnya tidak dikenal

about to amputate your foot.

yang akan mengamputasi kaki Anda.

Why did I feel justified in judging her?

Mengapa saya merasa berhak menghakiminya?

I'd like to say I don't know.

Saya ingin bilang tidak tahu.

But I actually do.

Namun sebenarnya saya tahu.

You see, in the hubris of my youth,

Saudara tahu, dalam kesombongan masa muda saya,

I thought I had her all figured out.

Saya pikir seharusnya dia tahu.

She ate too much. She got unlucky.

Kalau makan terlalu banyak, ketiban sial,

She got diabetes. Case closed.

Terkena diabetes. Selesai.

Ironically, at that time in my life,

Ironisnya, saat itu,

I was also doing cancer research,

saya juga sedang melakukan penelitian kanker,

immune-based therapies for melanoma, to be specific,

tepatnya mengenai terapi sistem imun untuk melanoma,

and in that world I was actually taught to question everything,

dan saat itu sebenarnya saya diajarkan untuk menanyakan berbagai hal,

to challenge all assumptions

untuk menantang semua asumsi yang ada

and hold them to the highest possible scientific standards.

dan setinggi mungkin mempertahankan asumsi tersebut sesuai standar-standar ilmiah.

Yet when it came to a disease like diabetes

Namun saat menghadapi penyakit seperti diabetes

that kills Americans eight times more frequently than melanoma,

yang membunuh warga Amerika delapan kali lebih sering dibandingkan melanoma,

I never once questioned the conventional wisdom.

Satu kali pun saya tidak pernah mempertanyakan hal-hal yang dianggap lazim.

I actually just assumed the pathologic sequence of events

Saya hanya mengasumsikan rangkaian patologis penyakit ini

was settled science.

yang sudah ditetapkan secara ilmiah.

Three years later, I found out how wrong I was.

Tiga tahun kemudian, saya sadar bahwa saya salah.

But this time, I was the patient.

Namun waktu itu, sayalah pasiennya.

Despite exercising three or four hours every single day,

Meski berolah raga tiga atau empat jam setiap harinya,

and following the food pyramid to the letter,

dan mengikuti piramida makanan sehat dengan tepat,

I'd gained a lot of weight and developed something

berat badan saya meningkat dan kemudian mengalami sesuatu

called metabolic syndrome.

yang disebut sindrom metabolis.

Some of you may have heard of this.

Mungkin Anda pernah mendengar hal ini.

I had become insulin-resistant.

Saya jadi mengalami resistensi insulin.

You can think of insulin as this master hormone

Anggaplah insulin sebagai hormon utama

that controls what our body does with the foods we eat,

yang mengontrol apa yang tubuh lakukan dengan makanan yang kita makan,

whether we burn it or store it.

apakah akan dibakar ataupun disimpan.

This is called fuel partitioning in the lingo.

Istilah untuk hal ini disebut pembagian bahan bakar tubuh.

Now failure to produce enough insulin is incompatible with life.

Kegagalan menghasilkan insulin yang cukup akan berdampak fatal.

And insulin resistance, as its name suggests,

Dan resistensi insulin, sebagaimana sebutannya,

is when your cells get increasingly resistant

adalah kondisi saat sel-sel tubuh kerap menghalangi

to the effect of insulin trying to do its job.

efek insulin untuk melakukan tugasnya.

Once you're insulin-resistant,

Menjadi seorang yang resisten terhadap insulin,

you're on your way to getting diabetes,

berarti Anda akan menjadi penderita diabetes,

which is what happens when your pancreas

Inilah yang terjadi saat pankreas

can't keep up with the resistance and make enough insulin.

tidak bisa mengatasi resistensi ini dan menghasilkan insulin yang cukup.

Now your blood sugar levels start to rise,

Gula darah kemudian mulai meningkat,

and an entire cascade of pathologic events

dan seluruh rangkaian peristiwa patologis

sort of spirals out of control that can lead to heart disease,

seolah-olah berputar di luar kendali dan kemudian berubah menjadi penyakit jantung,

cancer, even Alzheimer's disease,

kanker, bahkan Alzheimer,

and amputations, just like that woman a few years earlier.

dan amputasi, seperti yang dialami wanita beberapa tahun lampau tadi.

With that scare, I got busy changing my diet radically,

Dengan perasaan khawatir, saya mulai mengubah pola makan secara radikal,

adding and subtracting things most of you would find

mulai menambah dan mengurangi hal-hal yang mungkin

almost assuredly shocking.

bagi Anda sangat mengejutkan.

I did this and lost 40 pounds, weirdly while exercising less.

Saya melakukannya dan anehnya kehilangan hampir 20 kg dengan lebih sedikit berolahraga.

I, as you can see, I guess I'm not overweight anymore.

Anda bisa lihat, saya tidak lagi kelebihan berat badan.

More importantly, I don't have insulin resistance.

Dan yang lebih penting, tidak lagi mengalami resistensi insulin.

But most important, I was left

Namun yang paling penting, kini saya

with these three burning questions that wouldn't go away:

memiliki tiga pertanyaan besar yang tidak bisa hilang dari pikiran saya:

How did this happen to me if I was supposedly

Bagaimana hal ini bisa terjadi pada saya padahal segalanya

doing everything right?

saya lakukan dengan benar?

If the conventional wisdom about nutrition had failed me,

Bila hal-hal lazim mengenai gizi tidak lagi berlaku pada saya,

was it possible it was failing someone else?

apakah mungkin hal yang sama juga terjadi pada orang lain?

And underlying these questions,

Dan di balik pertanyaan ini,

I became almost maniacally obsessed

saya menjadi sangat terobsesi

in trying to understand the real relationship

untuk memahami hubungan sebenarnya

between obesity and insulin resistance.

antara obesitas dan resistensi insulin.

Now, most researchers believe obesity

Kebanyakan peneliti percaya bahwa obesitas

is the cause of insulin resistance.

adalah penyebab resistensi insulin.

Logically, then, if you want to treat insulin resistance,

Secara logis, kalau begitu, jika ingin mengobati resistensi insulin,

you get people to lose weight, right?

Anda akan menyuruh orang menurunkan berat badannya, bukan?

You treat the obesity.

Anda obati obesitasnya.

But what if we have it backwards?

Tapi bagaimana bila sebaliknya?

What if obesity isn't the cause of insulin resistance at all?

Bagaimana jika obesitas sama sekali bukanlah penyebab resistensi insulin?

In fact, what if it's a symptom of a much deeper problem,

Bahkan, bagaimana bila hal tersebut merupakan gejala dari masalah yang lebih pelik,

the tip of a proverbial iceberg?

seperti bagian atas gunung es yang terlihat di permukaan?

I know it sounds crazy because we're obviously in the midst

Mungkin kedengarannya tidak mungkin karena kini kita sedang berada di tengah-tengah

of an obesity epidemic, but hear me out.

kondisi 'wabah' obesitas, namun dengar.

What if obesity is a coping mechanism

Bagaimana jika obesitas hanyalah dampak mekanisme

for a far more sinister problem going on

dari masalah yang lebih pelik yang sedang terjadi

underneath the cell?

di balik sel?

I'm not suggesting that obesity is benign,

Saya tidak menganggap obesitas itu tidak berbahaya,

but what I am suggesting is it may be the lesser

tapi mungkin hal ini bukanlah masalah yang lebih serius

of two metabolic evils.

dari kedua masalah metabolik tersebut.

You can think of insulin resistance as the reduced capacity

Resistensi insulin bisa dianggap sebagai kapasitas yang dikurangi

of our cells to partition fuel,

dari tubuh kita guna memroses pembagian bahan bakar tubuh,

as I alluded to a moment ago,

seperti yang saya sebutkan sebelumnya,

taking those calories that we take in

mengambil kalori dari asupan kita

and burning some appropriately and storing some appropriately.

dan membakar sejumlah tertentu secara tepat dan menyimpan sebagian lagi.

When we become insulin-resistant,

Saat mengalami resistensi insulin,

the homeostasis in that balance deviates from this state.

homeostasis dalam proses yang seimbang tersebut menyimpang dari kondisi ini.

So now, when insulin says to a cell,

Sehingga saat insulin mengatakan kepada sel,

I want you to burn more energy

Bakarlah lebih banyak energi

than the cell considers safe, the cell, in effect, says,

dari jumlah yang menurut sel dianggap aman, sel tadi akibatnya akan menjawab,

"No thanks, I'd actually rather store this energy."

"Tidak, energi ini disimpan saja."

And because fat cells are actually missing most of

Dan karena sel lemak kehilangan banyak

the complex cellular machinery found in other cells,

kinerja seluler kompleks yang ditemukan di sel lainnya,

it's probably the safest place to store it.

mungkin sebaiknya itulah tempat teraman untuk menyimpannya.

So for many of us, about 75 million Americans,

Jadi bagi kita, sekitar 75 juta penduduk Amerika,

the appropriate response to insulin resistance

respons yang tepat terhadap resistensi insulin

may actually be to store it as fat, not the reverse,

mungkin adalah dengan menyimpannya sebagai lemak, bukan sebaliknya,

getting insulin resistance in response to getting fat.

mengalami resistensi insulin karena menjadi gemuk.

This is a really subtle distinction,

Ini merupakan perbedaan yang nyaris tidak terlihat,

but the implication could be profound.

keterkaitannya bisa mengherankan.

Consider the following analogy:

Perhatikan analogi ini:

Think of the bruise you get on your shin

Bayangkan memar pada betis Anda karena

when you inadvertently bang your leg into the coffee table.

kaki Anda tidak sengaja terantuk ke meja tamu.

Sure, the bruise hurts like hell, and you almost certainly

Pastinya memar tersebut terasa sangat sakit, dan pasti

don't like the discolored look, but we all know

Anda juga tidak suka warna belangnya, namun kita semua tahu

the bruise per Se is not the problem.

bahwa memar itu sendiri bukanlah masalahnya.

In fact, it's the opposite. It's a healthy response to the trauma,

Malah sebaliknya. Memar itu merupakan respons sehat dari trauma tersebut,

all of those immune cells rushing to the site of the injury

semua sel imun bergerak menuju lokasi luka tadi

to salvage cellular debris and prevent the spread

untuk menyelamatkan bagian sel dan mencegah penyebaran

of infection to elsewhere in the body.

infeksi ke bagian lain tubuh.

Now, imagine we thought bruises were the problem,

Sekarang bayangkan, kita pikir masalahnya adalah luka memar tadi,

and we evolved a giant medical establishment

dan kita mengembangkan perusahaan obat raksasa

and a culture around treating bruises:

juga kebiasaan mengenai cara pengobatan memar:

masking creams, painkillers, you name it,

krim oles, analgesik, dan lainnya,

all the while ignoring the fact that people

sementara mengabaikan fakta bahwa orang-orang

are still banging their shins into coffee tables.

masih saja terantuk kakinya ke meja tamu.

How much better would we be if we treated the cause --

Bukankah lebih baik bila kita mengobati penyebabnya --

telling people to pay attention

mengingatkan orang supaya berhati-hati

when they walk through the living room --

saat berjalan di ruang tamu --

rather than the effect?

dan bukan mengobati akibatnya?

Getting the cause and the effect right

Mampu membedakan penyebab dan akibat dengan tepat

makes all the difference in the world.

tentu akan membuat perbedaan.

Getting it wrong, and the pharmaceutical industry

Melakukannya dengan salah, dan industri obat-obatan

can still do very well for its shareholders

akan sangat menguntungkan pemiliknya

but nothing improves for the people with bruised shins.

namun tidak memberi perubahan berarti kepada mereka yang betisnya memar.

Cause and effect.

Penyebab dan akibat.

So what I'm suggesting is

Yang ingin saya katakan adalah

maybe we have the cause and effect wrong

mungkin kita salah membedakan penyebab dan akibat

on obesity and insulin resistance.

dalam hal hubungan obesitas dan resistensi insulin.

Maybe we should be asking ourselves,

Mungkin kita harus bertanya pada diri sendiri,

is it possible that insulin resistance causes weight gain

mungkinkah resistensi insulin menyebabkan kenaikan berat badan

and the diseases associated with obesity,

dan penyakit lainnya yang terkait dengan obesitas,

at least in most people?

setidaknya bagi kebanyakan orang?

What if being obese is just a metabolic response

Bagaimana bila kondisi obesitas hanyalah merupakan respons metabolik

to something much more threatening,

akan sesuatu yang lebih berbahaya,

an underlying epidemic,

suatu epidemi yang tersembunyi,

the one we ought to be worried about?

yang seharusnya kita khawatirkan?

Let's look at some suggestive facts.

Kita lihat beberapa fakta pendukung.

We know that 30 million obese Americans

Kita tahu bahwa 30 juta penduduk Amerika yang mengalami obesitas

in the United States don't have insulin resistance.

di Amerika Serikat tidak mengalami resistensi insulin.

And by the way, they don't appear to be at any

Dan mereka sepertinya tidak memiliki

greater risk of disease than lean people.

risiko penyakit yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang langsing.

Conversely, we know that six million lean people

Sebaliknya, kita tahu bahwa enam juta orang yang langsing

in the United States are insulin-resistant,

di Amerika Serikat adalah pengidap resistensi insulin,

and by the way, they appear to be at even greater risk

dan mereka memiliki risiko yang bahkan lebih besar

for those metabolic diseases I mentioned a moment ago

terhadap penyakit-penyakit metabolik yang saya sebutkan tadi

than their obese counterparts.

dibandingkan dengan mereka yang obesitas.

Now I don't know why, but it might be because,

Jadi saya tidak tahu mengapa, namun hal ini mungkin dikarenakan,

in their case, their cells haven't actually figured out

tergantung kasusnya, sel mereka belum mengetahui

the right thing to do with that excess energy.

hal yang sebaiknya dilakukan dengan kelebihan energi tersebut.

So if you can be obese and not have insulin resistance,

Jadi kalau Anda mengalami obesitas namun tidak mengalami resistensi insulin,

and you can be lean and have it,

dan Anda langsing namun mengalaminya,

this suggests that obesity may just be a proxy

hal ini berarti obesitas mungkin hanyalah perantara

for what's going on.

dari masalah yang sebenarnya terjadi.

So what if we're fighting the wrong war,

Jadi bagaimana jika kita berperang di medan yang salah,

fighting obesity rather than insulin resistance?

melawan obesitas dan bukan resistensi insulin?

Even worse, what if blaming the obese

Atau lebih buruknya, bagaimana bila menyalahkan mereka yang obesitas

means we're blaming the victims?

berarti menyalahkan korban?

What if some of our fundamental ideas about obesity

Bagaimana bila sebagian dari pengetahuan mendasar kita seputar obesitas

are just wrong?

ternyata salah?

Personally, I can't afford the luxury of arrogance anymore,

Secara pribadi, saya tidak lagi bisa menyombongkan diri

let alone the luxury of certainty.

apalagi memberikan kepastian.

I have my own ideas about what could be at the heart of this,

Saya memiliki pemikiran tersendiri tentang inti permasalahan ini,

but I'm wide open to others.

namun tetap terbuka akan pendapat orang lain.

Now, my hypothesis, because everybody always asks me,

Jadi, hipotesa saya, karena banyak yang sering bertanya pada saya,

is this.

adalah:

If you ask yourself, what's a cell trying to protect itself from

Jika Anda bertanya pada diri sendiri, sel tubuh berusaha melindungi diri dari apa

when it becomes insulin resistant,

sehingga menyebabkan resistensi insulin,

the answer probably isn't too much food.

jawabannya mungkin bukan karena asupan yang berlebih.

It's more likely too much glucose: blood sugar.

Kemungkinan besar karena terlalu banyak glukosa: gula darah.

Now, we know that refined grains and starches

Jadi, kita tahu bahwa beras/gandum dan tepung putih

elevate your blood sugar in the short run,

bisa meningkatkan gula darah dalam waktu singkat,

and there's even reason to believe that sugar

dan bahkan ada alasan untuk percaya bahwa gula

may lead to insulin resistance directly.

secara langsung bisa menyebabkan resistensi insulin.

So if you put these physiological processes to work,

Jadi bila proses-proses fisiologis ini bekerja dengan benar,

I'd hypothesize that it might be our increased intake

maka saya menyimpulkan bahwa mungkin asupan

of refined grains, sugars and starches that's driving

gandum/beras, gula, dan tepung putihlah yang memicu

this epidemic of obesity and diabetes,

epidemi obesitas dan diabetes ini,

but through insulin resistance,

namun lewat resistensi insulin,

you see, and not necessarily through just overeating and under-exercising.

dan belum tentu akibat kelebihan makanan dan kekurangan olahraga saja.

When I lost my 40 pounds a few years ago,

Saat kehilangan hampir 20 kg beberapa tahun yang lalu,

I did it simply by restricting those things,

saya berhasil melakukannya dengan membatasi hal-hal tersebut,

which admittedly suggests I have a bias

sehingga saya mengakui telah berprasangka

based on my personal experience.

berdasarkan pengalaman pribadi saya.

But that doesn't mean my bias is wrong,

Namun bukan berarti prasangka saya salah,

and most important, all of this can be tested scientifically.

dan yang terpenting, semua ini bisa diuji secara ilmiah.

But step one is accepting the possibility

Namun langkah pertama adalah menerima kemungkinan

that our current beliefs about obesity,

bahwa keyakinan kita saat ini mengenai obesitas,

diabetes and insulin resistance could be wrong

diabetes dan resistensi insulin mungkin saja salah

and therefore must be tested.

dan karena itu harus diuji.

I'm betting my career on this.

Saya mempertaruhkan karir saya dalam hal ini.

Today, I devote all of my time to working on this problem,

Saat ini, saya mengabdikan seluruh waktu untuk memecahkan masalah ini,

and I'll go wherever the science takes me.

dan saya akan selalu bergerak sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.

I've decided that what I can't and won't do anymore

Saya memutuskan bahwa apa yang tidak dapat dan tidak akan saya lakukan lagi

is pretend I have the answers when I don't.

adalah berpura-pura mengetahui jawabannya padahal tidak.

I've been humbled enough by all I don't know.

Saya sungguh-sungguh merendahkan hati akan segala hal yang tidak saya ketahui.

For the past year, I've been fortunate enough

Di tahun-tahun lampau, saya beruntung

to work on this problem with the most amazing team

bisa terlibat memecahkan masalah ini dengan tim luar biasa

of diabetes and obesity researchers in the country,

yang terdiri dari peneliti diabetes dan obesitas di negeri ini,

and the best part is,

dan hal terbaik adalah,

just like Abraham Lincoln surrounded himself with a team of rivals,

seperti Abraham Lincoln yang berada dekat dengan para pesaingnya,

we've done the same thing.

kami pun melakukan hal serupa.

We've recruited a team of scientific rivals,

Kami merekrut sebuah tim pesaing ilmiah,

the best and brightest who all have different hypotheses

yang terbaik, tercerdas, dan memiliki hipotesa yang berbeda-beda

for what's at the heart of this epidemic.

mengenai inti masalah epidemi ini.

Some think it's too many calories consumed.

Menurut yang satu, akibat terlalu banyaknya konsumsi kalori.

Others think it's too much dietary fat.

Yang lain berpikir karena terlalu banyak lemak makanan.

Others think it's too many refined grains and starches.

Sebagian lagi berpendapat karena terlalu banyak gandum/beras dan tepung putih.

But this team of multi-disciplinary,

Namun tim yang terdiri dari para peneliti dari berbagai disiplin ilmu,

highly skeptical and exceedingly talented researchers

sangat skeptis dan teramat berbakat ini

do agree on two things.

sepakat akan dua hal.

First, this problem is just simply too important

Pertama, masalah ini terlalu penting

to continue ignoring because we think we know the answer.

untuk terus menerus diabaikan karena kita pikir kita tahu jawabannya.

And two, if we're willing to be wrong,

Dan kedua, kalau kita tidak takut salah,

if we're willing to challenge the conventional wisdom

kalau kita bersedia menentang hal-hal yang dianggap lazim

with the best experiments science can offer,

dengan uji coba ilmiah terbaik yang bisa diberikan,

we can solve this problem.

kita bisa memecahkan masalah ini.

I know it's tempting to want an answer right now,

Saya tahu pastilah kita sangat ingin mendapatkan jawaban sekarang,

some form of action or policy, some dietary prescription --

beberapa bentuk tindakan atau kebijakan, resep/anjuran diet --

eat this, not that —

makan ini, jangan makan itu --

but if we want to get it right,

namun jika kita ingin melakukannya dengan benar,

we're going to have to do much more rigorous science

kita harus melakukan penelitian ilmiah yang lebih menyeluruh

before we can write that prescription.

sebelum menuliskan resep yang dibutuhkan.

Briefly, to address this, our research program

Singkat kata, demi tujuan ini, program riset kami

is focused around three meta-themes, or questions.

berfokus pada tiga meta-tema, atau pertanyaan.

First, how do the various foods we consume

Pertama, bagaimana dampak variasi makanan yang dikonsumsi

impact our metabolism, hormones and enzymes,

terhadap metabolisme, hormon dan enzim kita,

and through what nuanced molecular mechanisms?

dan lewat mekanisme molekuler yang bagaimana?

Second, based on these insights,

Kedua, berdasarkan pendapat ini,

can people make the necessary changes in their diets

dapatkah orang membuat perubahan yang diperlukan pada diet mereka

in a way that's safe and practical to implement?

dengan cara yang aman dan praktis untuk diterapkan?

And finally, once we identify what safe

Dan akhirnya, begitu kami bisa menentukan perubahan

and practical changes people can make to their diet,

yang aman dan praktis yang bisa dilakukan orang terhadap pola dietnya,

how can we move their behavior in that direction

bagaimana kami bisa mengubah kebiasaan mereka ke arah sana

so that it becomes more the default

sehingga hal tersebut bisa tetap melekat

rather than the exception?

dan bukan hanya sekadar menerima saja?

Just because you know what to do doesn't mean

Hanya karena Anda tahu apa yang harus dilakukan bukan berarti

you're always going to do it.

Anda akan selalu melakukannya.

Sometimes we have to put cues around people

Terkadang kita harus memberi isyarat kepada orang-orang

to make it easier, and believe it or not,

agar lebih mudah, dan percaya atau tidak,

that can be studied scientifically.

hal tersebut bisa dipelajari secara ilmiah.

I don't know how this journey is going to end,

Saya tidak tahu bagaimana akhir dari perjalanan ini,

but this much seems clear to me, at least:

namun sejauh ini, setidaknya jelas bagi saya bahwa:

We can't keep blaming our overweight and diabetic patients

Kita tidak bisa terus menerus menyalahkan pasien yang menderita kelebihan berat badan dan mengidap diabetes

like I did.

seperti yang sebelumnya saya lakukan.

Most of them actually want to do the right thing,

Kebanyakan mereka sebenarnya ingin melakukan hal yang benar,

but they have to know what that is,

namun harus terlebih dahulu hal yang benar tersebut,

and it's got to work.

dan itu pasti berhasil.

I dream of a day when our patients can

Impian saya suatu hari pasien-pasien kita bisa

shed their excess pounds

mengurangi kelebihan berat badan mereka

and cure themselves of insulin resistance,

dan sembuh dari resistensi insulin,

because as medical professionals,

karena sebagai ahli medis,

we've shed our excess mental baggage

kita sudah terlebih dahulu membuang emosi negatif

and cured ourselves of new idea resistance sufficiently

dan sudah sembuh dari penolakan terhadap pemikiran baru

to go back to our original ideals:

sehingga bisa kembali ke kondisi kita yang seharusnya:

open minds, the courage to throw out yesterday's ideas

berpikiran terbuka, berani membuang pemikiran-pemikiran lama

when they don't appear to be working,

jika hal tersebut ternyata tidak berguna,

and the understanding that scientific truth isn't final,

dan memahami bahwa kebenaran ilmiah belum berakhir,

but constantly evolving.

namun terus menerus berkembang.

Staying true to that path will be better for our patients

Tetap berada di jalur tersebut akan lebih baik bagi pasien kita

and better for science.

dan akan lebih baik untuk ilmu pengetahuan.

If obesity is nothing more than a proxy

Jika obesitas tidak lebih dari sekadar perantara

for metabolic illness,

penyakit metabolik,

what good does it do us to punish those with the proxy?

apa untungnya bagi kita menghukum mereka yang menderita akibat perantara tersebut?

Sometimes I think back to that night in the E.R.

Terkadang saya membayangkan kembali keadaan malam itu di ruang gawat darurat

seven years ago.

tujuh tahun yang lalu.

I wish I could speak with that woman again.

Saya harap saya bisa berbicara dengan wanita itu lagi.

I'd like to tell her how sorry I am.

Saya ingin menyatakan permintaan maaf saya padanya.

I'd say, as a doctor, I delivered

Saya ingin mengatakan, sebagai dokter, saya telah memberikan

the best clinical care I could,

perawatan medis terbaik yang bisa saya lakukan,

but as a human being,

namun sebagai manusia,

I let you down.

saya sudah mengecewakan Anda.

You didn't need my judgment and my contempt.

Anda tidak membutuhkan penghakiman dan cibiran dari saya.

You needed my empathy and compassion,

Yang Anda butuhkan adalah empati dan simpati saya,

and above all else, you needed a doctor

dan di luar itu semua, Anda membutuhkan seorang dokter

who was willing to consider

yang bersedia memberikan pendapat

maybe you didn't let the system down.

bahwa mungkin Anda bukan melanggar sistem.

Maybe the system, of which I was a part,

Mungkin sistem tersebutlah, yang saya terlibat di dalamnya,

was letting you down.

yang mengecewakan Anda.

If you're watching this now,

Bila Anda menonton video ini sekarang,

I hope you can forgive me.

Saya harap Anda bisa memaafkan saya.

(Applause)

(Aplaus)