Hannah Brencher: Love letters to strangers

Translator: Joseph Geni Reviewer: Morton Bast

Translator: Johan Santoso Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

I was one of the only kids in college who had a reason

Saya adalah satu dari sedikit anak di kampus yang memiliki alasan

to go to the P.O. box at the end of the day,

untuk pergi ke bis surat di penghujung hari,

and that was mainly because my mother has never believed

terutama karena ibu saya tidak pernah percaya

in email, in Facebook, in texting or cell phones in general.

pada email, facebook, SMS atau telepon genggam pada umumnya.

And so while other kids were BBM-ing their parents,

Sehingga ketika anak-anak lainnya mengirim BBM kepada orang tuanya,

I was literally waiting by the mailbox

saya menunggu di kotak surat

to get a letter from home to see how the weekend had gone,

untuk mendapatkan surat dari rumah agar tahu bagaimana akhir pekan berjalan,

which was a little frustrating when Grandma was in the hospital,

yang sedikit meresahkan ketika nenek masuk rumah sakit,

but I was just looking for some sort of scribble,

tapi saya hanya mencari semacam tulisan,

some unkempt cursive from my mother.

dari ibu saya yang tidak rapih.

And so when I moved to New York City after college

Dan ketika saya pindah ke New York City setelah kuliah

and got completely sucker-punched in the face by depression,

dan menerima pukulan telak di wajah akibat depresi,

I did the only thing I could think of at the time.

saya melakukan satu-satunya hal yang dapat saya pikirkan saat itu.

I wrote those same kinds of letters that my mother had written me

Saya menulis surat yang sama dengan yang yang dituliskan ibu saya

for strangers, and tucked them all throughout the city,

untuk orang yang tidak dikenal, dan menyebarkannya ke seluruh kota,

dozens and dozens of them. I left them everywhere,

berlusin-lusin surat. Saya meninggalkan surat-surat itu dimana-mana,

in cafes and in libraries, at the U.N., everywhere.

di cafe, di perpustakaan, di PBB, dimana saja.

I blogged about those letters and the days

Saya menulis di blog mengenai surat-surat itu dan hari-hari

when they were necessary, and I posed

ketika hal tersebut diperlukan, dan saya menulis

a kind of crazy promise to the Internet:

semacam janji gila di internet:

that if you asked me for a hand-written letter,

bahwa jika kamu meminta surat tulisan tangan kepada saya,

I would write you one, no questions asked.

saya akan menuliskannya, tanpa pertanyaan.

Overnight, my inbox morphed into this harbor of heartbreak --

Dalam semalam, kotak masuk saya berubah menjadi pelabuhan bagi orang yang patah hati --

a single mother in Sacramento, a girl being bullied

seorang ibu tunggal di Sacramento, seorang gadis yang ditindas

in rural Kansas, all asking me, a 22-year-old girl

di daerah pedesaan Kansas, semua meminta saya, seorang gadis 22 tahun

who barely even knew her own coffee order,

yang bahkan tidak mengetahui pesanan kopinya sendiri,

to write them a love letter and give them a reason

untuk menulis sebuah surat cinta dan memberi mereka alasan

to wait by the mailbox.

untuk menunggu di depan kotak surat.

Well, today I fuel a global organization

Jadi, hari ini saya menjalankan sebuah organisasi global

that is fueled by those trips to the mailbox,

yang didorong oleh perjalanan ke kotak surat itu,

fueled by the ways in which we can harness social media

didorong oleh penggunaan media sosial yang tidak bisa kita lakukan sebelumnya

like never before to write and mail strangers letters

untuk menulis dan mengirimkan surat kepada orang asing

when they need them most, but most of all,

di saat mereka sangat membutuhkannya, tapi yang paling penting,

fueled by crates of mail like this one, my trusty mail crate,

didorong oleh berkerat-kerat surat seperti ini, kerat surat kepercayaan saya,

filled with the scriptings of ordinary people,

yang diisi oleh tulisan orang-orang biasa,

strangers writing letters to other strangers not because

orang-orang menulis surat kepada orang asing bukan karena

they're ever going to meet and laugh over a cup of coffee,

mereka akan bertemu dan tertawa sambil minum secangkir kopi,

but because they have found one another by way of letter-writing.

tapi karena mereka telah saling bertemu dengan bertulis surat.

But, you know, the thing that always gets me

Tapi hal yang selalu menyentuh saya

about these letters is that most of them have been written

mengenai surat-surat ini adalah kebanyakan surat-surat ini ditulis

by people that have never known themselves loved on a piece of paper.

oleh orang-orang yang tidak pernah tahu cinta mereka pada secarik kertas.

They could not tell you about the ink of their own love letters.

Mereka tidak dapat mengatakan tentang tinta di surat cinta mereka sendiri.

They're the ones from my generation,

Mereka adalah orang-orang dari generasi saya,

the ones of us that have grown up into a world

bagian dari kita yang telah tumbuh ke dunia

where everything is paperless, and where some

dimana semuanya tidak membutuhkan kertas, dan dimana sebagian

of our best conversations have happened upon a screen.

dari percakapan terbaik kita ada di sebuah layar.

We have learned to diary our pain onto Facebook,

Kita telah belajar untuk menuliskan rasa sakit kita di Facebook,

and we speak swiftly in 140 characters or less.

dan kita berbicara sekitar 140 karakter atau kurang.

But what if it's not about efficiency this time?

Tapi bagaimana jika ini bukan tentang efisiensi?

I was on the subway yesterday with this mail crate,

Kemarin saya sedang berada di kereta bawah tanah dengan kerat surat ini,

which is a conversation starter, let me tell you.

yang menjadi pembuka pembicaraan.

If you ever need one, just carry one of these. (Laughter)

Jika Anda membutuhkannya, bawa saja benda seperti ini. (Tertawa)

And a man just stared at me, and he was like,

Dan seorang pria menatap saya, dan dia seperti,

"Well, why don't you use the Internet?"

"Mengapa kamu tidak menggunakan internet?"

And I thought, "Well, sir, I am not a strategist,

Dan saya berpikir,"Begini,Pak, saya bukan seorang ahli strategi,

nor am I specialist. I am merely a storyteller."

maupun spesialis. Saya hanya seorang pencerita."

And so I could tell you about a woman

Saya dapat bercerita mengenai seorang wanita

whose husband has just come home from Afghanistan,

yang suaminya baru saja pulang dari Afghanistan,

and she is having a hard time unearthing this thing called conversation,

dan dia sedang kesulitan untuk berkomunikasi dengan suaminya,

and so she tucks love letters throughout the house

sehingga dia menyebarkan surat-surat cinta ke seluruh rumah

as a way to say, "Come back to me.

sebagai cara untuk mengatakan, "Kembalilah padaku.

Find me when you can."

Cari aku kalau kamu bisa."

Or a girl who decides that she is going to leave love letters

Atau seorang gadis yang memutuskan bahwa dia akan meninggalkan surat-surat cinta

around her campus in Dubuque, Iowa, only to find

di sekitar kampusnya di Dubuque, Iowa, dan menemukan

her efforts ripple-effected the next day when she walks out

ketika dia keluar keesokan harinya, usahanya berbuah

onto the quad and finds love letters hanging

di seluruh alun-alun dan menemukan surat-surat cinta bergantungan

from the trees, tucked in the bushes and the benches.

di pohon, di dalam semak-semak dan kursi.

Or the man who decides that he is going to take his life,

Atau seorang pria yang memutuskan bahwa dia akan bunuh diri

uses Facebook as a way to say goodbye

dan dia menggunakan facebook untuk mengatakan selamat tinggal

to friends and family.

kepada teman-teman dan keluarganya.

Well, tonight he sleeps safely with a stack of letters

Malam ini dia tidur dengan nyenyak bersama tumpukan surat-surat

just like this one tucked beneath his pillow,

seperti surat di bawah bantalnya ini,

scripted by strangers who were there for him when.

yang ditulis oleh orang asing yang berada di sana untuknya.

These are the kinds of stories that convinced me

Hal-hal ini adalah cerita yang meyakinkan saya

that letter-writing will never again need to flip back her hair

bahwa menulis surat tidak akan perlu lagi harus memainkan rambutnya

and talk about efficiency, because she is an art form now,

dan berbicara mengenai efisiensi, karena kini itu menjadi sebuah bentuk seni,

all the parts of her, the signing, the scripting, the mailing,

seluruh bagian dari menulis surat, tanda tangan, tulisan, pengiriman,

the doodles in the margins.

gambar-gambar di pinggirnya.

The mere fact that somebody would even just sit down,

Fakta bahwa seseorang akan duduk,

pull out a piece of paper and think about someone

mengeluarkan secarik kertas dan memikirkan seseorang

the whole way through, with an intention that is so much

seutuhnya, dengan niat yang akan sangat

harder to unearth when the browser is up and the iPhone

sulit untuk digali ketika membuka peramban dan iPhone

is pinging and we've got six conversations rolling in at once,

berbunyi dan ada enam percakapan pada saat yang sama,

that is an art form

hal itu adalah sebuah seni

that does not fall down to the Goliath of "get faster,"

yang tidak akan runtuh pada raksasa bermana "lebih cepat"

no matter how many social networks we might join.

tidak peduli seberapa banyak jaringan sosial yang kita ikuti.

We still clutch close these letters to our chest,

Kita akan tetap memegang surat-surat tersebut di dada kita,

to the words that speak louder than loud,

sehingga kata-kata yang berbicara lebih keras lagi

when we turn pages into palettes to say the things

ketika kita membalikkan halaman surat untuk mengatakan hal-hal

that we have needed to say,

yang harus dikatakan,

the words that we have needed to write, to sisters

kata-kata yang kita perlu tulis, untuk saudari

and brothers and even to strangers, for far too long.

dan saudara dan bahkan untuk orang asing, yang sangat jauh.

Thank you. (Applause)

Terima kasih. (Tepuk tangan)

(Applause)

(Tepuk tangan)