Use art to turn the world inside out | JR

Translator: Anti Antono Reviewer: Irma Amelia

Two weeks ago I was in my studio in Paris,

Dua minggu lalu saya sedang di studio saya di Paris,

and the phone rang and I heard,

ketika telepon berdering dan saya dengar,

"Hey, JR,

"Hei, JR,

you won the TED Prize 2011.

Anda memenangkan TED Prize 2011.

You have to make a wish to save the world."

Anda harus menyatakan harapan untuk menyelamatkan dunia."

I was lost.

Saya bingung.

I mean, I can't save the world. Nobody can.

Saya tidak bisa menyelamatkan dunia; tidak seorang pun bisa.

The world is fucked up.

Dunia ini sudah kacau balau.

Come on, you have dictators ruling the world,

Ada diktator memerintah dunia,

population is growing by millions,

populasi membengkak,

there's no more fish in the sea,

tidak ada lagi ikan di laut,

the North Pole is melting

kutub utara mencair,

and as the last TED Prize winner said,

dan seperti kata pemenang TED Prize yang terakhir,

we're all becoming fat.

kita semua menjadi gemuk.

(Laughter)

(Tawa)

Except maybe French people.

Kecuali orang Prancis mungkin.

Whatever.

Gitu ya.

So I called back

Jadi saya telepon balik

and I told her,

dan saya katakan,

"Look, Amy,

"Begini, Amy,

tell the TED guys I just won't show up.

tolong bilang ke orang-orang TED, saya tidak akan datang.

I can't do anything to save the world."

Saya tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkan dunia."

She said, "Hey, JR,

Jawabnya, "Hei, JR,

your wish is not to save the world, but to change the world."

harapanmu bukan untuk menyelamatkan dunia, tapi untuk mengubah dunia."

"Oh, all right."

"Oh, baiklah."

(Laughter)

(Tawa)

"That's cool."

"Kalau begitu tidak apa-apa."

I mean, technology, politics, business

Teknologi, politik, bisnis

do change the world --

memang mengubah dunia.

not always in a good way, but they do.

Tidak selalu ke arah yang baik, tapi mengubah.

What about art?

Bagaimana dengan seni?

Could art change the world?

Bisakah seni mengubah dunia?

I started when I was 15 years old.

Saya mulai waktu masih 15 tahun.

And at that time, I was not thinking about changing the world.

Saat itu, saya tidak berpikir soal mengubah dunia;

I was doing graffiti --

saya hanya membuat graffiti.

writing my name everywhere,

Menulis nama saya di mana-mana,

using the city as a canvas.

memanfaatkan kota sebagai kanvas.

I was going in the tunnels of Paris,

Saya masuk terowongan di Paris,

on the rooftops with my friends.

ke atap-atap bangunan dengan teman-teman.

Each trip was an excursion,

Setiap perjalanan adalah penjelajahan,

was an adventure.

sebuah petualangan.

It was like leaving our mark on society,

Rasanya seperti meninggalkan jejak kami di masyarakat,

to say, "I was here," on the top of a building.

untuk berkata, "Saya pernah ke sini," di atap bangunan.

So when I found a cheap camera on the subway,

Waktu saya menemukan kamera murah di kereta bawah tanah,

I started documenting those adventures with my friends

saya mulai mendokumentasikan petualangan dengan teman-teman.

and gave them back as photocopies --

Lalu membagikannya kembali sebagai fotokopi.

really small photos just that size.

Foto kecil-kecil, hanya sebesar itu.

That's how, at 17 years old,

Begitulah ceritanya, di usia 17,

I started pasting them.

saya mulai menempelkan foto-foto.

And I did my first "expo de rue,"

Lalu saya mengerjakan "expo de rue" saya yang pertama,

which means sidewalk gallery.

yang artinya galeri pinggir jalan.

And I framed it with color

Saya membingkainya dengan warna

so you would not confuse it with advertising.

supaya tidak disangka iklan.

I mean, the city's the best gallery I could imagine.

Kota adalah galeri terbaik yang bisa saya bayangkan.

I would never have to make a book and then present it to a gallery

Saya tidak harus membuat buku dan mempresentasikannya ke galeri

and let them decide

lalu menunggu mereka memutuskan

if my work was nice enough to show it to people.

apakah pekerjaan saya cukup baik untuk ditampilkan.

I would control it directly with the public

Saya sendiri yang memutuskannya bersama publik

in the streets.

di jalanan.

So that's Paris.

Ini Paris.

I would change --

Saya biasa mengganti --

depending on the places I would go --

tergantung tempat yang saya datangi --

the title of the exhibition.

judul pameran.

That's on the Champs-Elysees.

Ini di Champs-Elysees [jalan utama di Paris]

I was quite proud of that one.

Saya lumayan bangga dengan yang ini.

Because I was just 18

Karena saya masih berumur 18

and I was just up there on the top of the Champs-Elysees.

tapi karya saya ada di sana, di ujung Champs-Elysees.

Then when the photo left,

Waktu fotonya pergi,

the frame was still there.

bingkainya masih ada.

(Laughter)

(Tawa)

November 2005:

November 2005:

the streets are burning.

jalan-jalan membara.

A large wave of riots

Gelombang besar kerusuhan

had broken into the first projects of Paris.

melanda perumahan kelas imigran di Paris.

Everyone was glued to the TV,

Semua orang terpaku pada televisi,

watching disturbing, frightening images

menyaksikan gambar-gambar yang mengusik, mengerikan

taken from the edge of the neighborhood.

diambil dari tepi kawasan perumahan.

I mean, these kids, without control,

Anak-anak ini, tanpa kendali,

throwing Molotov cocktails,

melempar bom Molotov,

attacking the cops and the firemen,

menyerang polisi dan pemadam kebakaran,

looting everything they could in the shops.

menjarah semua yang bisa dijarah di toko-toko.

These were criminals, thugs, dangerous,

Mereka ini kriminal, penjahat, berbahaya

destroying their own environment.

memburu lingkungan mereka sendiri.

And then I saw it -- could it be possible? --

Lalu saya melihatnya -- apakah mungkin?

my photo on a wall

foto saya di sebuah dinding

revealed by a burning car --

kelihatan karena mobil yang terbakar.

a pasting I'd done a year earlier --

Sebuah tempelan yang saya buat setahun sebelumnya

an illegal one -- still there.

secara ilegal -- masih ada di sana.

I mean, these were the faces of my friends.

Ini wajah kawan-kawan saya.

I know those guys.

Saya kenal orang-orang ini.

All of them are not angels,

Mereka semua bukan malaikat,

but they're not monsters either.

tapi bukan monster juga.

So it was kind of weird to see

Jadi agak aneh rasanya, melihat

those images and those eyes stare back at me through a television.

gambar-gambar dan mata-mata itu menatap balik melalui televisi.

So I went back there

Jadi saya kembali ke daerah itu

with a 28 mm lens.

dengan membawa lensa 28 mm.

It was the only one I had at that time.

Satu-satunya lensa yang saya punya waktu itu.

But with that lens,

Tapi dengan lensa itu,

you have to be as close as 10 inches from the person.

Anda harus berdiri sedekat 25 cm dari orang yang difoto.

So you can do it only with their trust.

Jadi ini hanya bisa dilakukan dengan kepercayaan dari mereka.

So I took full portraits of people from Le Bosquet.

Saya mengambil empat potret dari orang-orang di Le Bosquet.

They were making scary faces

Mereka membuat wajah seram

to play the caricature of themselves.

untuk memainkan karikatur diri mereka sendiri.

And then I pasted huge posters everywhere

Lalu saya menempelkan poster besar di mana-mana

in the bourgeois area of Paris

di daerah elit Paris

with the name, age, even building number

dengan nama, umur, bahkan nomor bangunan

of these guys.

dari orang-orang ini.

A year later,

Setahun kemudian,

the exhibition was displayed in front of the city hall of Paris.

pameran ini ditampilkan di depan balai kota Paris.

And we go from thug images,

Jadi kami berangkat dari memotret,

who've been stolen and distorted by the media,

yang tadinya dicuri dan diselewengkan media,

who's now proudly taking over his own image.

tapi sekarang dengan bangga mengambil alih fotonya sendiri.

That's where I realized

Di situlah saya menyadari

the power of paper and glue.

ampuhnya kertas dan lem.

So could art change the world?

Jadi bisakah seni mengubah dunia?

A year later,

Setahun kemudian,

I was listening to all the noise

Saya mendengar ribut-ribut

about the Middle East conflict.

soal konflik Timur Tengah.

I mean, at that time, trust me,

Percayalah, zaman itu

they were only referring to the Israeli and Palestinian conflict.

yang dimaksud hanya konflik Israel dan Palestina.

So with my friend Marco,

Jadi dengan kawan saya Marco,

we decided to go there

kami memutuskan untuk pergi ke sana

and see who are the real Palestinians and who are the real Israelis.

dan melihat siapa sih aslinya orang Palestina dan orang Israel.

Are they so different?

Apa iya mereka begitu berbeda?

When we got there, we just went in the street,

Begitu tiba di sana, kami langsung turun ke jalan,

started talking with people everywhere,

mulai berbincang dengan orang-orang di mana saja,

and we realized that things were a bit different

dan kami sadar bahwa kenyataan agak berbeda

from the rhetoric we heard in the media.

dari retorika yang kami dengar di media.

So we decided to take portraits

Jadi kami memutuskan untuk memotret

of Palestinians and Israelis

orang Palestina dan Israel

doing the same jobs --

yang pekerjaannya sama.

taxi-driver, lawyer, cooks.

Supir taksi, pengacara, juru masak.

Asked them to make a face as a sign of commitment.

Kami minta mereka membuat muka aneh-aneh sebagai tanda komitmen.

Not a smile -- that really doesn't tell

Bukan senyum -- senyum tidak benar-benar menceritakan

about who you are and what you feel.

siapa Anda dan apa yang Anda rasakan.

They all accepted

Mereka semua setuju

to be pasted next to the other.

untuk dipajang bersebelahan dengan yang lain.

I decided to paste

Saya memutuskan untuk memajang poster

in eight Israeli and Palestinian cities

di delapan kota di Israel dan Palestina

and on both sides of the wall.

dan di kedua sisi dari dinding pemisah.

We launched the biggest illegal art exhibition ever.

Kami meluncurkan pameran seni ilegal terbesar.

We called the project Face 2 Face.

Kami sebut proyek itu Face 2 Face (Tatap Muka)

The experts said, "No way.

Para ahli bilang, "Tidak mungkin.

The people will not accept.

Orang-orang tidak akan menerima.

The army will shoot you, and Hamas will kidnap you."

Kalian bakalan ditembak tentara dan diculik Hamas."

We said, "Okay, let's try and push as far as we can."

Kami bilang, "Oke, mari kita coba dan dorong sejauh yang kita bisa."

I love the way that people will ask me,

Saya senang cara orang-orang bertanya,

"How big will my photo be?"

"Foto saya sebesar apa nanti jadinya?"

"It will be as big as your house."

"Akan jadi sebesar rumahmu."

When we did the wall, we did the Palestinian side.

Waktu kami menggarap dinding itu, kami menggarap sisi Palestina.

So we arrived with just our ladders

Kami tiba hanya dengan tangga

and we realized that they were not high enough.

tapi lalu sadar kalau tangganya tidak cukup tinggi.

And so Palestinians guys say,

Pria Palestina bilang,

"Calm down. No wait. I'm going to find you a solution."

"Tenang saja. Tunggu. Saya carikan jalan keluarnya."

So he went to the Church of Nativity

Jadi dia pergi ke Gereja Kelahiran

and brought back an old ladder

lalu kembali dengan sebuah tangga tua.

that was so old that it could have seen Jesus being born.

Saking tuanya tangga itu mungkin pernah menyaksikan kelahiran Yesus.

(Laughter)

(Tawa)

We did Face 2 Face with only six friends,

Kami mengerjakan Face 2 Face hanya dengan enam kawan,

two ladders, two brushes,

dua tangga, dua kuas,

a rented car, a camera

sebuah mobil sewaan, sebuah kamera

and 20,000 square feet of paper.

dan kertas selebar 1800 meter persegi.

We had all sorts of help

Kami banyak dibantu

from all walks of life.

oleh berbagai macam orang.

Okay, for example, that's Palestine.

Oke, contohnya, itu Palestina.

We're in Ramallah right now.

Kita sekarang di Ramallah.

We're pasting portraits --

Kami memasang potret --

so both portraits in the streets in a crowded market.

dua potret di sebuah jalan di pasar yang ramai.

People come around us and start asking,

Orang-orang datang mengerubungi dan mulai bertanya,

"What are you doing here?"

"Kalian sedang apa di sini?"

"Oh, we're actually doing an art project

"Oh, kami sedang membuat proyek seni

and we are pasting an Israeli and a Palestinian doing the same job.

kami memajang seorang Israel dan seorang Palestina yang pekerjaannya sama.

And those ones are actually two taxi-drivers."

Dan yang ini dua orang supir taksi."

And then there was always a silence.

Kemudian selalu ada keheningan.

"You mean you're pasting an Israeli face --

"Maksudmu, kalian memajang wajah seorang Israel --

doing a face -- right here?"

sedang membuat muka aneh ini?"

"Well, yeah, yeah, that's part of the project."

"Ya, ya, itu bagian dari proyek."

And I would always leave that moment,

Dan saya selalu membiarkan momen itu,

and we would ask them,

lalu kami tanya mereka,

"So can you tell me who is who?"

"Bisakah Anda tebak siapa yang mana?"

And most of them couldn't say.

Kebanyakan mereka tidak bisa menebak.

(Applause)

(Tepuk tangan)

We even pasted on Israeli military towers,

Kami bahkan menempel poster di menara jaga Israel,

and nothing happened.

tapi tidak terjadi apa-apa.

When you paste an image, it's just paper and glue.

Kalau kita menempel gambar, itu hanya kertas dan lem.

People can tear it, tag on it, or even pee on it --

Orang bisa menyobeknya, menumpuknya, bahkan mengencingi.

some are a bit high for that, I agree --

Beberapa poster terlalu tinggi, saya setuju.

but the people in the street,

Tapi orang-orang di jalan,

they are the curator.

merekalah kuratornya.

The rain and the wind will take them off anyway.

Hujan dan angin toh akan mengikis gambar-gambar ini.

They are not meant to stay.

Mereka tidak dimaksudkan untuk jadi permanen.

But exactly four years after,

Tapi tepat empat tahun kemudian,

the photos, most of them are still there.

foto-foto itu kebanyakan masih di sana.

Face 2 Face demonstrated

Face 2 Face menunjukkan

that what we thought impossible was possible --

bahwa yang kami pikir tidak mungkin ternyata mungkin --

and, you know what, even easy.

dan bahkan gampang.

We didn't push the limit;

Kami tidak mendorong batasan yang ada,

we just showed that they were further than anyone thought.

kami hanya menunjukkan kalau kami lebih jauh dari yang orang lain pikir.

In the Middle East, I experienced my work

Di Timur Tengah, saya mengalami pekerjaan saya

in places without [many] museums.

di tempat yang tidak punya banyak museum.

So the reactions in the street

Jadi arahan ke jalanan ini

were kind of interesting.

lumayan menarik.

So I decided to go further in this direction

Jadi saya memutuskan untuk menjalani arah ini lebih lanjut

and go in places where there were zero museums.

dengan pergi ke tempat-tempat yang tidak punya museum.

When you go in these developing societies,

Di masyarakat yang sedang berkembang,

women are the pillars of their community,

perempuan adalah pilar dari komunitas,

but the men are still the ones holding the streets.

tapi masih kaum lelaki yang menguasai jalanan.

So we were inspired to create a project

Jadi kami terinspirasi untuk membuat proyek

where men will pay tribute to women

di mana pria akan menjunjung perempuan

by posting their photos.

dengan cara memajang foto kaum perempuan.

I called that project Women Are Heroes.

Saya namai proyek ini Women Are Heroes (Perempuan Adalah Pahlawan)

When I listened to all the stories

Kalau saya simak semua ceritanya

everywhere I went on the continents,

ke mana pun saya pergi di berbagai benua,

I couldn't always understand

saya tidak selalu dapat memahami

the complicated circumstances of their conflict.

situasi yang rumit dari konflik mereka.

I just observed.

Saya hanya mengamati.

Sometimes there was no words,

Kadang-kadang tidak ada kata,

no sentence, just tears.

tidak ada kalimat, hanya air mata.

I just took their pictures

Saya hanya mengambil potret mereka

and pasted them.

dan memajangnya.

Women Are Heroes took me around the world.

Women Are Heroes membawa saya keliling dunia.

Most of the places I went to,

Kebanyakan dari tempat yang saya kunjungi,

I decided to go there

saya putuskan untuk ke sana

because I've heard about it through the media.

karena saya pernah mendengarnya lewat media.

So for example, in June 2008,

Misalnya, bulan Juni 2008,

I was watching TV in Paris,

saya sedang menonton TV di Paris,

and then I heard about this terrible thing

lalu saya mendengar soal kejadian buruk

that happened in Rio de Janeiro --

yang terjadi di Rio de Janeiro.

the first favela of Brazil named Providencia.

Yang pertama di favela (perumahan kumuh) di Brazil, namanya Providencia.

Three kids -- that was three students --

Tiga anak, tiga orang murid sekolah

were [detained] by the army

ditahan tentara

because they were not carrying their papers.

karena mereka tidak membawa surat-surat.

And the army took them,

Tentara mengambil mereka,

and instead of bringing them to the police station,

dan bukannya dibawa ke kantor polisi,

they brought them to an enemy favela

mereka malah dibawa ke favela yang bermusuhan

where they get chopped into pieces.

di mana mereka dipotong-potong.

I was shocked.

Saya syok.

All Brazil was shocked.

Seluruh Brazil syok.

I heard it was one of the most violent favelas,

Saya dengar itu salah satu favela yang paling ganas,

because the largest drug cartel controls it.

karena dikuasai kartel narkoba terbesar.

So I decided to go there.

Jadi saya putuskan untuk ke sana.

When I arrived --

Ketika saya tiba --

I mean, I didn't have any contact with any NGO.

saya tidak ada kontak dengan LSM.

There was none in place -- no association, no NGOs, nothing --

Tidak ada kontak satupun -- tanpa agen wisata, tanpa LSM

no eyewitnesses.

tanpa saksi mata.

So we just walked around,

Kami jalan berkeliling,

and we met a woman,

lalu kami bertemu seorang perempuan,

and I showed her my book.

dan saya tunjukkan buku saya.

And she said, "You know what?

Kata perempuan itu, "Tahu tidak?

We're hungry for culture.

Kami haus akan budaya.

We need culture out there."

Kami butuh budaya di luar sana."

So I went out and I started with the kids.

Jadi saya mulai dengan anak-anak.

I just took a few photos of the kids,

Saya mengambil foto beberapa anak,

and the next day I came with the posters and we pasted them.

lalu hari berikutnya saya datang dengan poster yang lantas kami tempelkan.

The day after, I came back and they were already scratched.

Hari berikutnya lagi, saya kembali, posternya sudah tergores.

But that's okay.

Tapi tidak apa-apa.

I wanted them to feel that this art belongs to them.

Saya ingin mereka merasa seni ini milik mereka.

Then the next day, I held a meeting on the main square

Hari berikutnya, saya mengadakan pertemuan di lapangan

and some women came.

di mana beberapa perempuan datang.

They were all linked to the three kids that got killed.

Mereka semua berhubungan dengan ketiga anak yang terbunuh.

There was the mother, the grandmother, the best friend --

Ada ibunya, neneknya, sahabat baiknya.

they all wanted to shout the story.

Mereka semua ingin meneriakkan cerita itu.

After that day,

Setelah hari itu,

everyone in the favela gave me the green light.

semua orang di favela memberikan lampu hijau.

I took more photos, and we started the project.

Saya mengambil lebih banyak foto, dan kami mulai proyek itu.

The drug lords were kind of worried

Para dedengkot narkoba agak sedikit khawatir

about us filming in the place,

karena kami membuat film di situ.

so I told them, "You know what?

Jadi saya katakan, "Begini ya,

I'm not interested in filming the violence and the weapons.

saya tidak tertarik memfilmkan kekerasan dan senjata.

You see that enough in the media.

Kamu cukup banyak melihat itu di media.

What I want to show is the incredible life and energy.

Yang ingin saya tunjukkan adalah hidup yang luar biasa.

I've been seeing it around me the last few days."

Dan saya sudah melihatnya di sekitar saya beberapa hari ini."

So that's a really symbolic pasting,

Ini penempelan yang sangat simbolik,

because that's the first one we did that you couldn't see from the city.

karena ini yang pertama kami buat, yang tidak kelihatan dari kota.

And that's where the three kids got arrested,

Di situlah ketiga anak itu ditangkap,

and that's the grandmother of one of them.

dan itu nenek dari salah satunya.

And on that stairs,

Dan di tangga itu,

that's where the traffickers always stand

di situlah tempat nongkrong pengedar narkoba

and there's a lot of exchange of fire.

dan di mana banyak terjadi adu tembak.

Everyone there understood the project.

Semua orang di sana mengerti proyek ini.

And then we pasted everywhere -- the whole hill.

Lalu kami menempel poster di mana-mana, di seluruh bukit.

(Applause)

(Tepuk tangan)

What was interesting is that the media couldn't get in.

Yang menarik, media tidak bisa masuk.

I mean, you should see that.

Harus Anda lihat ini.

They would have to film us from a really long distance by helicopter

Mereka harus memfilmkan kami dari jarak sangat jauh dengan helikopter.

and then have a really long lens,

Mereka memakai lensa yang sangat panjang.

and we would see ourselves, on TV, pasting.

Kami bisa melihat kami sendiri di TV sedang menempel poster.

And they would put a number: "Please call this number

Mereka bahkan memasang nomor telepon: "Tolong telpon nomor ini

if you know what's going on in Providencia."

kalau Anda tahu sedang ada apa di Providencia."

We just did a project and then left

Kami mengerjakan proyek itu lalu pergi

so the media wouldn't know.

supaya media tidak akan tahu.

So how can we know about the project?

Jadi bagaimana caranya mencari tahu soal proyek ini?

So they had to go and find the women

Media harus menemukan para perempuan ini

and get an explanation from them.

dan mendapatkan penjelasan dari mereka.

So you create a bridge between the media

Jadi kami membuat jembatan antara media

and the anonymous women.

dan para perempuan tak dikenal ini.

We kept traveling.

Kami terus berkelana.

We went to Africa, Sudan, Sierra Leone,

Kami pergi ke Afrika, Sudan, Sierra Leone,

Liberia, Kenya.

Liberia, Kenya.

In war-torn places like Monrovia,

Di tempat yang dilanda perang seperti Monrovia,

people come straight to you.

orang-orang langsung datang pada kami.

I mean, they want to know what you're up to.

Mereka ingin tahu kami sedang apa.

They kept asking me, "What is the purpose of your project?

Mereka terus bertanya-tanya, "Apa tujuan proyek Anda?

Are you an NGO? Are you the media?"

Apakah Anda dari NGO? Dari media?"

Art. Just doing art.

Seni. Hanya membuat seni.

Some people question, "Why is it in black and white?

Ada juga yang bertanya, "Kenapa hitam putih?

Don't you have color in France?"

Memangnya tidak ada warna di Prancis?"

(Laughter)

(Tawa)

Or they tell you, "Are these people all dead?"

Atau mereka bertanya, "Apakah orang-orang ini sudah mati?"

Some who understood the project would explain it to others.

Beberapa orang yang mengerti proyek ini akan menjelaskan ke yang lain.

And to a man who did not understand, I heard someone say,

Saya dengar seseorang berkata ke orang lain yang tidak mengerti,

"You know, you've been here for a few hours

"Coba, kamu di sini sudah beberapa jam

trying to understand, discussing with your fellows.

mencoba mengerti, berdiskusi dengan temanmu.

During that time, you haven't thought about

Selama itu, kamu tidak memikirkan

what you're going to eat tomorrow.

apa yang akan kau makan besok.

This is art."

Inilah seni."

I think it's people's curiosity

Saya pikir rasa ingin tahu itu

that motivates them

yang mendorong orang-orang

to come into the projects.

untuk terlibat dalam proyek.

And then it becomes more.

Lalu ia menjadi sesuatu yang lebih.

It becomes a desire, a need, an armor.

Ia menjadi suatu keinginan, kebutuhan.

On this bridge that's in Monrovia,

Di atas jembatan di Monrovia ini,

ex-rebel soldiers helped us pasting a portrait

seorang bekas tentara pemberontak membantu kami menempel potret

of a woman that might have been raped during the war.

seorang perempuan yang mungkin diperkosa selama perang.

Women are always the first ones targeted

Perempuanlah yang selalu pertama kali kena getahnya

during conflict.

saat terjadi konflik.

This is Kibera, Kenya,

Ini Kibera, Kenya,

one of the largest slums of Africa.

salah satu perumahan kumuh terbesar di Afrika.

You might have seen images about the post-election violence

Anda mungkin pernah melihat foto-foto kekerasan setelah pemilu

that happened there in 2008.

yang terjadi di sana tahun 2008.

This time we covered the roofs of the houses,

Kali ini kami menutupi atap-atap rumah,

but we didn't use paper,

tapi kami tidak menggunakan kertas,

because paper doesn't prevent the rain

karena kertas tidak mencegah air hujan

from leaking inside the house --

bocor ke dalam rumah --

vinyl does.

tapi vinyl iya.

Then art becomes useful.

Lalu seni menjadi berguna.

So the people kept it.

Jadi orang-orang membiarkannya.

You know what I love is, for example, when you see the biggest eye there,

Yang saya suka, contohnya, kalau Anda lihat mata yang paling besar itu,

there are so [many] houses inside.

ada begitu banyak rumah di dalamnya.

And I went there a few months ago --

Saya berkunjung ke sana beberapa bulan lalu.

photos are still there -- and it was missing a piece of the eye.

Foto-foto itu masih ada, tapi sepotong dari mata itu hilang.

So I asked the people what happened.

Jadi saya tanya orang-orang, apa yang terjadi.

"Oh, that guy just moved."

"Oh, orangnya baru pindah."

(Laughter)

(Tawa)

When the roofs were covered, a woman said as a joke,

Ketika atap-atap itu sudah terbungkus, seorang perempuan bercanda,

"Now God can see me."

"Sekarang Tuhan bisa melihatku."

When you look at Kibera now,

Kalau Anda melihat Kibera sekarang,

they look back.

mereka memandang balik.

Okay, India.

Oke, India.

Before I start that, just so you know,

Sebelum saya mulai, asal Anda tahu,

each time we go to a place, we don't have authorization,

setiap kali kami mendatangi suatu tempat, kami tidak punya agen wisata.

so we set up like commandos --

Jadi kami bergerak seperti komando.

we're a group of friends who arrive there,

Kami sekelompok teman yang baru tiba,

and we try to paste on the walls.

mencoba menempel poster di dinding.

But there are places where you just can't paste on a wall.

Tapi ada tempat-tempat di mana kami tidak bisa menempel poster.

In India it was just impossible to paste.

Di India tidak mungkin untuk menempel poster.

I heard culturally and because of the law,

Saya dengar karena alasan budaya dan peraturan,

they would just arrest us at the first pasting.

kami bakalan ditangkap di penempelan pertama.

So we decided to paste white,

Jadi kami memutuskan untuk menempel warna putih,

white on the walls.

warna putih di dinding.

So imagine white guys pasting white papers.

Jadi bayangkan orang putih menempel kertas putih.

So people would come to us and ask us,

Orang-orang menghampiri kami dan bertanya,

"Hey, what are you up to?"

"Hei, kalian sedang apa?"

"Oh, you know, we're just doing art." "Art?"

"Oh, anu, membuat karya seni." "Seni?"

Of course, they were confused.

Tentu saja mereka bingung.

But you know how India has a lot of dust in the streets,

Tapi Anda tahu, di India banyak debu di jalanan,

and the more dust you would have

dan semakin banyak debu

going up in the air,

yang terbang di udara,

on the white paper you can almost see,

di atas kertas putih hampir bisa Anda lihat

but there is this sticky part

ada bagian yang lengket

like when you reverse a sticker.

seperti waktu membalik stiker.

So the more dust you have, the more it will reveal the photo.

Semakin banyak debu, semakin fotonya akan kelihatan.

So we could just walk in the street during the next days

Jadi kami bisa jalan-jalan di hari-hari berikutnya

and the photos would get revealed by themselves.

dan foto-foto itu akan muncul dengan sendirinya.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you.

Terima kasih.

So we didn't get caught this time.

Jadi kami tidak ketahuan kali ini.

Each project -- that's a film

Setiap proyek, ini film

from Women Are Heroes.

dari Women Are Heroes.

(Music)

(Musik)

Okay.

Oke.

For each project we do

Di setiap proyek, kami

a film.

membuat film.

And most of what you see -- that's a trailer from "Women Are Heroes" --

Kebanyakan yang Anda lihat, ini trailer dari "Women Are Heroes" --

its images, photography,

filmnya berupa gambar, fotografi,

taken one after the other.

diambil satu demi satu.

And the photos kept traveling even without us.

Foto-foto itu terus berkelana bahkan tanpa kami.

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

Hopefully, you'll see the film,

Semoga Anda akan melihat filmnya,

and you'll understand the scope of the project

sehingga Anda memahami cakupan proyek ini

and what the people felt when they saw those photos.

dan apa yang orang rasakan saat mereka melihat foto-foto ini.

Because that's a big part of it. There's layers behind each photo.

Karena ini bagian utamanya. Ada lapisan di balik setiap foto.

Behind each image is a story.

Di balik setiap gambar ada cerita.

Women Are Heroes created a new dynamic

Proyek Women Are Heroes menciptakan dinamika baru

in each of the communities,

di setiap komunitas.

and the women kept that dynamic after we left.

Dan para perempuan tetap menjaga dinamika itu setelah kami pergi.

For example, we did books -- not for sale --

Contohnya, kami membuat buku -- bukan untuk dijual --

that all the community would get.

yang semua orang di komunitas bisa dapatkan.

But to get it, they would have to [get] it signed by one of the women.

Tapi untuk mendapatkannya, buku itu harus ditandatangani seorang perempuan.

We did that in most of the places.

Kami membuat semacam itu di kebanyakan tempat.

We go back regularly.

Kami berkunjung secara teratur.

And so in Providencia, for example, in the favela,

Jadi di Providencia, misalnya, di favela,

we have a cultural center running there.

kami punya pusat kendali di sana.

In Kibera, each year we cover more roofs.

Di Kibera, setiap tahun kami membungkus lebih banyak atap rumah.

Because of course, when we left, the people who were just at the edge of the project

Karena tentu saja, waktu kami pergi, orang yang tinggal persis di tepi proyek

said, "Hey, what about my roof?"

akan bertanya, "Hei, atap saya bagaimana?"

So we decided to come the year after

Jadi kami putuskan untuk kembali tahun berikutnya

and keep doing the project.

dan melanjutkan proyek itu.

A really important point for me

Satu yang sangat penting bagi saya

is that I don't use any brand or corporate sponsors.

adalah saya tidak memakai sponsor merk atau perusahaan.

So I have no responsibility

Jadi saya tidak punya tanggung jawab

to anyone but myself

kepada siapapun kecuali diri sendiri

and the subjects.

dan subyek.

(Applause)

(Tepuk tangan)

And that is for me

Dan itu bagi saya

one of the more important things in the work.

adalah hal yang lebih penting dalam berkarya.

I think, today,

Saya kira, sekarang ini

as important as the result is the way you do things.

yang sama pentingnya dengan hasil adalah cara kita mencapainya.

And that has always been a central part of the work.

Dan ini sudah selalu menjadi bagian dari karya saya.

And what's interesting is that fine line that I have

Yang menarik adalah batas halus yang saya jalani

with images and advertising.

antara gambar dan iklan.

We just did some pasting in Los Angeles

Kami baru saja menempel poster di Los Angeles

on another project in the last weeks.

untuk sebuah proyek di beberapa minggu terakhir.

And I was even invited to cover the MOCA museum.

Saya bahkan diundang untuk membungkus museum MOCA.

But yesterday the city called them and said,

Tapi kemarin pejabat kota menelepon dan berkata,

"Look, you're going to have to tear it down.

"Kami harus menurunkan poster Anda.

Because this can be taken for advertising,

Karena ini bisa dianggap iklan,

and because of the law,

dan karena peraturan yang ada,

it has to be taken down."

poster itu harus diturunkan."

But tell me, advertising for what?

Tapi coba, iklan untuk apa?

The people I photograph

Orang-orang yang saya potret

were proud to participate in the project

merasa bangga bisa berpartisipasi dalam proyek ini

and to have their photo in the community.

dan dipajang fotonya di komunitas.

But they asked me for a promise basically.

Tapi pada dasarnya mereka meminta saya berjanji.

They asked me, "Please, make our story travel with you."

Mereka meminta, "Tolong, buat cerita kami berkelana denganmu."

So I did. That's Paris.

Jadi itu yang saya lakukan. Ini Paris.

That's Rio.

Ini Rio.

In each place, we built exhibitions with a story, and the story traveled.

Di setiap tempat, kami membangun pameran dengan sebuah cerita, dan cerita itu berkelana.

You understand the full scope of the project.

Jadi Anda mengerti cakupan penuh proyek ini.

That's London.

Ini London.

New York.

New York.

And today, they are with you in Long Beach.

Dan hari ini, mereka bersama Anda di Long Beach.

All right, recently I started a public art project

Baik, baru-baru ini saya memulai proyek seni untuk publik

where I don't use my artwork anymore.

di mana saya tidak memakai karya seni saya sendiri.

I use Man Ray, Helen Levitt,

Saya memakai karya Man Ray, Helen Levitt,

Giacomelli, other people's artwork.

Giacomelli, karya seni orang lain.

It doesn't matter today if it's your photo or not.

Tidak masalah sekarang ini kalau itu fotomu atau bukan.

The importance is what you do

Yang penting adalah apa yang kita lakukan

with the images,

dengan gambar-gambar itu,

the statement it makes where it's pasted.

pernyataan yang dibuat di mana mereka ditempel.

So for example, I pasted the photo of the minaret

Misalnya, saya menempel foto menara mesjid

in Switzerland

di Switzerland

a few weeks after they voted the law forbidding minarets in the country.

beberapa minggu setelah mereka menyetujui peraturan yang melarang menara mesjid.

(Applause)

(Tepuk tangan)

This image of three men wearing gas masks

Ini gambar tiga orang memakai masker gas.

was taken in Chernobyl originally,

Aslinya diambil di Chernobyl,

and I pasted it in Southern Italy,

lalu saya tempelkan di Italia Selatan,

where the mafia sometimes bury the garbage under the ground.

di mana mafia kadang-kadang mengubur sampah di tanah.

In some ways, art can change the world.

Dengan cara tertentu, seni bisa mengubah dunia.

Art is not supposed to change the world,

Seni tidak dibuat untuk mengubah dunia

to change practical things,

atau mengubah hal-hal praktis,

but to change perceptions.

tapi untuk mengubah persepsi.

Art can change

Seni bisa mengubah

the way we see the world.

cara kita melihat dunia.

Art can create an analogy.

Seni bisa menciptakan energi.

Actually the fact that art cannot change things

Justru karena seni tidak bisa mengubah,

makes it a neutral place

ia menjadi tempat yang netral

for exchanges and discussions,

untuk pertukaran dan diskusi,

and then enables you to change the world.

yang lalu memungkinkan Anda untuk mengubah dunia.

When I do my work,

Ketika saya bekerja,

I have two kinds of reactions.

ada dua jenis reaksi.

People say, "Oh, why don't you go in Iraq or Afghanistan.

Ada yang bilang, "Oh, kenapa kamu tidak ke Irak atau Afghanistan.

They would be really useful."

Pasti akan berguna sekali."

Or, "How can we help?"

Atau, "Bagaimana kami bisa membantu."

I presume that you belong to the second category,

Saya anggap Anda termasuk kategori kedua,

and that's good,

dan itu bagus.

because for that project,

Karena untuk proyek itu

I'm going to ask you to take the photos

saya akan meminta Anda mengambil foto

and paste them.

dan menempelkannya.

So now my wish is:

Jadi harapan saya adalah:

(mock drum roll)

(pura-pura menabuh drum)

(Laughter)

(Tawa)

I wish for you to stand up

Saya ingin Anda membela

for what you care about

apa yang Anda pedulikan

by participating in a global art project,

dengan berpartisipasi dalam sebuah proyek seni global,

and together we'll turn the world inside out.

dan bersama-sama kita akan mengubah dunia.

And this starts right now.

Dan ini mulainya sekarang.

Yes, everyone in the room.

Ya, semua orang di ruangan.

Everyone watching.

Semua yang menonton.

I wanted that wish

Saya ingin harapan itu

to actually start now.

untuk dimulai sekarang.

So a subject you're passionate about, a person who you want to tell their story

Baik itu subyek yang membuat Anda semangat, orang yang ingin Anda ceritakan,

or even your own photos --

atau bahkan foto Anda sendiri.

tell me what you stand for.

Ceritakan, apa yang Anda bela.

Take the photos, the portraits,

Ambil fotonya, potretnya,

upload it -- I'll give you all the details --

lalu unggah (upload). Nanti saya berikan detailnya

and I'll send you back your poster. Join by groups

dan akan saya kirim kembali poster Anda. Ikuti dengan kelompok

and reveal things to the world.

dan ceritakan kepada dunia.

The full data is on the website --

Data lengkapnya ada di situs:

insideoutproject.net --

insideoutproject.net

that is launching today.

yang diluncurkan hari ini.

What we see changes who we are.

Apa yang kita lihat mengubah diri kita.

When we act together,

Kalau kita bergerak serempak,

the whole thing is much more than the sum of the parts.

keseluruhannya akan lebih dari jumlah setiap bagian.

So I hope that, together, we'll create something

Jadi saya harap, bersama-sama kita akan membuat sesuatu

that the world will remember.

yang akan diingat dunia.

And this starts right now and depends on you.

Dan ini mulainya sekarang, bergantung pada Anda sekalian.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)