How friendship affects your brain - Shannon Odell

Translator: Nisrina Satyaningrum Reviewer: Made Pramana

Friendships can hold an exceptional place in our life stories.

Persahabatan dapat berperan luar biasa dalam kisah hidup kita.

What is it about these connections that make them so unique?

Apa yang membuatnya begitu unik?

Before we dive into the science, let’s first observe one in action.

Sebelum membahas penjelasan ilmiahnya, mari lihat satu contoh.

If I could somehow design a best friend, you know,

Jika aku bisa mendesain seorang sahabat,

put together all the ideal qualities of my perfect match,

menggabungkan semua kualitas sahabat yang sempurna,

that person would pale in comparison to Priya.

orang itu tidak akan sebanding dengan Priya.

She can turn any situation into a good time—

Dia bisa mengubah situasi apa pun menjadi menyenangkan—

chemistry lab, band practice.

praktikum kimia, latihan band.

What I’m trying to say is I never laugh harder than when I’m with Priya.

Intinya, aku selalu bahagia bersama Priya.

And she’s always there for me.

Dan dia selalu ada untukku.

Like last year after I got dumped by Te— you know what?

Seperti tahun lalu saat aku dicampakkan oleh Te— kamu tahu?

I don’t even want to mention their name.

Aku tidak mau menyebutkan namanya.

It felt like my whole world was crashing down.

Seluruh dunia rasanya runtuh.

But as soon as I told Priya, boom, she was at my door.

Tetapi saat aku memberi tahu Priya, dia ada di depan pintu.

I was a wreck, but she sat there with me and listened.

Aku hancur, tapi dia duduk denganku dan mendengarkanku.

We’re always on the same page;

Kami selalu satu hati;

it’s as if we can read each other’s minds!

seolah bisa membaca pikiran satu sama lain!

And we can talk for hours— about anything.

Kami bisa mengobrol berjam-jam— tentang apa saja.

I know my mom would say she has the phone bills to prove it.

Pasti ibuku punya tagihan telepon sebagai buktinya.

If it seems like friendships formed in adolescence are particularly special,

Jika persahabatan yang terbentuk di masa remaja terlihat spesial,

that’s because they are.

itu karena memang spesial.

Early childhood, adolescent, and adult friendships

Persahabatan di usia dini, remaja, dan dewasa

all manifest a little differently

semuanya bermanifestasi sedikit berbeda

in part because the brain works in different ways at those stages of life.

karena otak bekerja secara berbeda pada tahap tersebut.

Adolescence is a unique time when peer relationships take focus,

Masa remaja adalah masa unik saat hubungan teman sebaya menjadi fokus,

and thanks to the developing brain,

dan berkat otak yang berkembang,

there are changes in the way you value, understand, and connect to friends.

ada perubahan dalam cara menghargai, memahami, dan berhubungan dengan teman.

Teenage friends can seem attached at the hip.

Teman saat remaja tampak tak terpisahkan.

Scientists describe adolescence as a social reorientation

Para ilmuwan menggambarkan masa remaja sebagai reorientasi sosial

as teenagers begin to spend as much or more time

ketika remaja mulai menghabiskan lebih banyak waktu

with their friends than with their parents.

dengan teman-teman daripada dengan orang tua.

This drive to hang with pals may be due to changes in the brain’s reward center,

Dorongan ini mungkin disebabkan oleh perubahan di pusat penghargaan otak,

known as the ventral striatum.

yang dikenal sebagai ventral striatum.

Its activation makes hanging out with others enjoyable

Aktivasinya membuat bergaul dengan orang lain menyenangkan

and motivates you to spend more time with them.

dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama.

Neuroimaging studies show that this region is highly reactive

Studi neuroimaging menunjukkan bahwa area ini sangat reaktif

during your teenage years,

selama masa remaja,

which may explain why adolescents seem to place a higher value

yang mungkin menjelaskan alasan remaja lebih mementingkan

on social interactions than children or adults.

interaksi sosial daripada anak-anak atau orang dewasa.

Teenage friendships can also feel more intimate

Persahabatan remaja bisa terasa lebih dekat

than the friendships of your childhood.

daripada persahabatan di masa kecil.

This deeper connection is possible thanks to improvements

Hubungan mendalam ini terjadi berkat perkembangan

in what scientists call Theory of Mind.

pada apa yang para ilmuwan sebut sebagai Theory of Mind.

Theory of Mind is the ability to understand others’ emotions,

Theory of Mind adalah kemampuan memahami emosi,

thoughts, motivations, and points of view,

pikiran, motivasi, dan sudut pandang orang lain,

and to realize that they may be different from your own.

serta menyadari bahwa mereka mungkin berbeda dengan kita.

While it may seem intuitive,

Meskipun mungkin tampak intuitif,

this ability hinges on the careful coordination of various brain regions,

kemampuan ini bergantung pada koordinasi cermat

dari berbagai area otak,

sometimes referred to as the social brain.

terkadang disebut dengan otak sosial.

Babies begin to develop Theory of Mind around 18 months or so.

Bayi mulai mengembangkan Theory of Mind pada usia sekitar 18 bulan.

Before that, it’s thought they believe that everyone perceives and knows

Sebelum itu, mereka mengira semua orang paham

exactly what they know.

dan tahu persis apa yang mereka ketahui.

It was once considered to be fully developed by age five,

Ini pernah dianggap berkembang sepenuhnya pada usia lima tahun,

but scientists now know that Theory of Mind

tetapi ilmuwan kini tahu bahwa Theory of Mind

continues to improve and mature well into your teenage years and beyond.

terus meningkat dan matang hingga usia remaja dan seterusnya.

Likewise, regions within the social brain show increased connectivity

Demikian pula, area dalam otak sosial menunjukkan peningkatan konektivitas

during adolescence compared with childhood.

selama masa remaja dibandingkan masa kecil.

As a result, teens can better understand their friend’s perspectives,

Akibatnya, remaja dapat lebih memahami perspektif temannya,

allowing for deeper connections to flourish.

memungkinkan hubungan mendalam untuk berkembang.

In the closest friendships,

Dalam persahabatan dekat,

it can almost feel as if you’re metaphysically connected—

hampir terasa seolah-olah ada hubungan batin—

two bodies and minds, perfectly in sync.

dua tubuh dan pikiran saling sinkron.

And there is science to this!

Ada ilmunya juga!

Your ability to connect with others somewhat depends

Kemampuan berhubungan dengan orang lain bergantung

on the coordination of actions, emotions, physiology, and thoughts.

pada koordinasi tindakan, emosi, fisiologi, dan pikiran.

This is what psychologists call interpersonal synchrony.

Inilah yang disebut psikolog sebagai sinkronisasi interpersonal.

You first show signs of the ability to sync with others as infants—

Kamu pertama kali mampu menyelaraskan diri dengan orang lain saat bayi—

synchronizing movements and babbling with your parents.

menyelaraskan gerakan dan mengoceh dengan orang tua.

As you get older and spend more time outside the home,

Seiring bertambahnya usia dan menghabiskan waktu di luar rumah,

you increasingly show this synchrony with your peers.

kamu makin menunjukkan keselarasan ini dengan teman.

For example, imagine walking down the street with a friend.

Misalnya, bayangkan berjalan di jalan dengan seorang teman.

Often without consciously thinking,

Seringkali tanpa sadar,

you stroll at the same pace and follow the same path.

kamu berjalan dengan kecepatan dan arah yang sama.

You and your best friend may not be only on the same page,

Kamu dan sahabatmu mungkin tidak hanya satu hati,

but also scientifically, in step.

tetapi, secara ilmiah, juga satu langkah.