Bahia Shehab: A thousand times no

Translator: Joseph Geni Reviewer: Morton Bast

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Alia Makki

Two years ago, I was invited as an artist

Dua tahun yang lalu saya diundang sebagai salah satu seniman

to participate in an exhibition commemorating

yang berpartisipasi dalam pameran

100 years of Islamic art in Europe.

peringatan 100 tahun seni Islam di Eropa.

The curator had only one condition:

Sang kurator hanya memiliki satu ketentuan:

I had to use the Arabic script for my artwork.

Saya harus menggunakan kaligrafi Arab pada karya seni saya.

Now, as an artist, a woman, an Arab,

Sebagai seniman, seorang wanita, dan seorang Arab

or a human being living in the world in 2010,

atau sebagai manusia yang hidup di tahun 2010,

I only had one thing to say:

saya hanya ingin mengatakan satu hal:

I wanted to say no.

Tidak.

And in Arabic, to say "no," we say "no,

Dan dalam Bahasa Arab, "tidak," berarti,

and a thousand times no."

"tidak, seribu kali tidak."

So I decided to look for a thousand different noes.

Jadi saya memutuskan untuk mencari 1.000 "tidak" yang berbeda

on everything ever produced

pada semua benda yang pernah dibuat

under Islamic or Arab patronage in the past 1,400 years,

dalam budaya Islam atau Arab selama 1,400 tahun terakhir

from Spain to the borders of China.

dari Spanyol hingga perbatasan Cina.

I collected my findings in a book,

Saya mengumpulkannya dalam sebuah buku,

placed them chronologically, stating the name,

menyusunnya secara kronologis dan menyebutkan nama,

the patron, the medium and the date.

tempat, media, dan waktunya.

Now, the book sat on a small shelf next to the installation,

Kini buku itu ada di rak kecil di sebelah instalasi

which stood three by seven meters, in Munich, Germany,

berukuran tiga kali tujuh meter di Munich, Jerman,

in September of 2010.

pada bulan September 2010.

Now, in January, 2011, the revolution started,

Bulan Januari 2011, revolusi dimulai

and life stopped for 18 days,

dan kehidupan terhenti selama 18 hari

and on the 12th of February,

dan pada tanggal 12 Februari,

we naively celebrated on the streets of Cairo,

dengan lugunya kita berpesta di jalan-jalan kota Kairo

believing that the revolution had succeeded.

percaya bahwa revolusi itu telah berhasil.

Nine months later I found myself spraying messages

Sembilan bulan kemudian, saya sedang menyebarkan pesan

in Tahrir Square. The reason for this act

di Tahrir Square. Alasannya adalah

was this image that I saw in my newsfeed.

gambaran mengenai apa yang ada di dalam berita,

I did not feel that I could live in a city

saya merasa tak mampu tinggal di sebuah kota

where people were being killed

di mana orang-orang dibunuh

and thrown like garbage on the street.

dan dibuang seperti sampah di jalanan.

So I took one "no" off a tombstone from

Jadi saya mengambil "tidak" dari batu nisan

the Islamic Museum in Cairo, and I added a message to it:

di Museum Islam Kairo, dan saya menambahkan pesan di sana:

"no to military rule."

"tidak untuk pemerintahan militer."

And I started spraying that on the streets in Cairo.

Dan saya mulai menyebarkan pesan itu di jalanan Kairo.

But that led to a series of no, coming out of the book

Hal itu mengakibatkan serangkaian "tidak," yang keluar dari buku

like ammunition, and adding messages to them,

seperti peluru, saya menambahkan pesan pada "tidak" itu

and I started spraying them on the walls.

dan mulai menuliskannya di dinding-dinding.

So I'll be sharing some of these noes with you.

Saya akan membagikan beberapa antaranya di sini.

No to a new Pharaoh, because whoever comes next

Tidak kepada Firaun baru, karena siapapun pemimpin berikutnya

should understand that we will never be ruled by another dictator.

harus paham bahwa kami tidak akan diperintah oleh diktator lagi.

No to violence: Ramy Essam came to Tahrir

Tidak kepada kekerasan. Ramy Essam datang ke Tahrir Square

on the second day of the revolution,

pada hari kedua revolusi,

and he sat there with this guitar, singing.

dia duduk dengan gitarnya dan bernyanyi di sana.

One month after Mubarak stepped down, this was his reward.

Satu bulan setelah Mubarak turun, inilah hadiahnya.

No to blinding heroes. Ahmed Harara lost his right eye

Tidak kepada pahlawan buta. Mata kanan Ahmed Harara buta

on the 28th of January,

pada tanggal 28 Januari

and he lost his left eye on the 19th of November,

lalu mata kirinya pada tanggal 19 november

by two different snipers.

karena dua penembak jitu berbeda.

No to killing, in this case no to killing men of religion,

Tidak kepada pembunuhan, dalam hal ini pembunuhan tokoh agama

because Sheikh Ahmed Adina Refaat was shot

karena Sheikh Ahmed Adina Refaat ditembak

on December 16th, during a demonstration,

di tengah-tengah demonstrasi pada tanggal 16 Desember,

leaving behind three orphans and a widow.

dan meninggalkan seorang janda dengan 3 anak yatim.

No to burning books. The Institute of Egypt was burned

Tidak kepada pembakaran buku. Institut Mesir dibakar

on December 17th, a huge cultural loss.

pada tanggal 17 Desember, menyebabkan kerugian budaya yang besar.

No to stripping the people,

Tidak kepada menelanjangi orang,

and the blue bra is to remind us of our shame

bra biru itu mengingatkan kami akan rasa malu kami

as a nation when we allow a veiled woman to be stripped

sebagai negara yang mengijinkan wanita bercadar ditelanjangi

and beaten on the street, and the footprint reads,

dan dipukuli di jalan-jalan, dan jejak itu bertuliskan,

"Long live a peaceful revolution,"

"Panjang umur untuk revolusi damai,"

because we will never retaliate with violence.

karena kami tidak akan pernah membalas dengan kejahatan.

No to barrier walls. On February 5th,

Tidak kepada tembok penghalang. Penghalang beton

concrete roadblocks were set up in Cairo

dipasang di Kairo pada tanggal 5 Februari

to protect the Ministry of Defense from protesters.

untuk melindungi Kementrian Pertahanan dari para pemrotes.

Now, speaking of walls, I want to share with you the story

Saya ingin membagikan kisah tentang sebuah dinding

of one wall in Cairo.

di Kairo.

A group of artists decided to paint a life-size tank

Sekelompok seniman memutuskan untuk menggambar tank

on a wall. It's one to one.

dengan ukuran asli di dinding.

In front of this tank there's a man on a bicycle

Di depan tank ini ada seseorang yang bersepeda

with a breadbasket on his head. To any passerby,

dengan keranjang roti di atas kepalanya.

there's no problem with this visual.

Tidak ada yang tidak beres bagi orang yang lewat di sana.

After acts of violence, another artist came,

Setelah kekerasan itu, seniman yang lain datang

painted blood, protesters being run over by the tank,

dan menggambar darah dan para pemrotes yang dikejar oleh tank,

demonstrators, and a message that read,

dan pesan yang bertuliskan,

"Starting tomorrow, I wear the new face,

"Mulai esok, saya akan menggunakan wajah baru,

the face of every martyr. I exist."

wajah dari setiap martir. Saya ada."

Authority comes, paints the wall white,

Pemerintah datang dan mengecat putih tembok itu

leaves the tank and adds a message:

menyisakan tanknya dan menambah pesan.

"Army and people, one hand. Egypt for Egyptians."

"Tentara dan rakyat, satu tangan. Mesir untuk semua orang Mesir."

Another artist comes, paints the head of the military

Seniman yang lain datang dan menggambar panglima militer

as a monster eating a maiden in a river of blood

sebagai monster sedang memakan seorang gadis di tengah sungai darah

in front of the tank.

di depan tank itu.

Authority comes, paints the wall white, leaves the tank,

Pemerintah datang dan mengecat putih tembok itu,

leaves the suit, and throws a bucket of black paint

menyisakan tanknya, lalu mengecat hitam panglima tentara itu

just to hide the face of the monster.

untuk menyembunyikan wajah monsternya.

So I come with my stencils, and I spray them on the suit,

Jadi saya datang dan mengecat monster itu,

on the tank, and on the whole wall,

tank, dan seluruh dindingnya

and this is how it stands today

dan beginilah dinding itu sekarang

until further notice. (Laughter)

untuk sementara. (Tawa)

Now, I want to leave you with a final no.

Kini, saya ingin menyampaikan "Tidak" yang terakhir.

I found Neruda scribbled on a piece of paper

Saya menemukan coretan Neruda pada secarik kertas

in a field hospital in Tahrir, and I decided to take a no of

di rumah sakit lapangan di Tahrir, dan saya memutuskan untuk menyampaikan tidak

Mamluk Mausoleum in Cairo.

kepada Mamluk Mausoleum di Kairo.

The message reads,

Pesannnya berbunyi,

[Arabic]

(Bahasa Arab)

"You can crush the flowers, but you can't delay spring."

"Anda dapat menghancurkan bunga, namun Anda tidak dapat menunda musim semi (kebangkitan)."

Thank you. (Applause)

Terima kasih. (Tepuk tangan)

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you. Shukran. (Applause)

Terima kasih, Shukran. (Tepuk tangan)