Kiran Bir Sethi teaches kids to take charge

Translator: Ade Indarta Reviewer: Irma Amelia

Contagious is a good word.

Menular adalah kata yang baik.

Even in the times of H1N1, I like the word.

Biar pun dalam masa H1N1, saya suka kata itu.

Laughter is contagious. Passion is contagious.

Tawa itu menular. Hasrat itu menular.

Inspiration is contagious.

Inspirasi itu menular.

We've heard some remarkable stories from some remarkable speakers.

Kita telah mendengar banyak cerita luar biasa dari banyak pembicara luar biasa.

But for me, what was contagious about all of them

Tetapi bagi saya, yang menular dari semua itu

was that they were infected by something I call the

adalah bahwa mereka terinfeksi dengan sesuatu yang saya sebut

"I Can" bug.

virus "Aku Bisa".

So, the question is, why only them?

Pertanyaannya, mengapa hanya mereka?

In a country of a billion people and some,

Di negara dengan satu miliar orang bahkan lebih,

why so few?

mengapa hanya sedikit saja?

Is it luck? Is it chance?

Apakah ini keberuntungan? Apakah ini kebetulan?

Can we all not systematically and consciously

Apakah kita tidak bisa semuanya secara sistematis dan sengaja

get infected?

tertular?

So, in the next eight minutes I would like to share with you my story.

Jadi, dalam delapan menit ke depan, saya ingin berbagi cerita saya.

I got infected when I was 17,

Saya tertular ketika saya berumur 17,

when, as a student of the design college,

ketika, sebagai seorang murid di sekolah desain

I encountered adults who actually believed in my ideas,

saya bertemu orang dewasa, yang benar-benar percaya ide-ide saya,

challenged me and had lots of cups of chai with me.

menantang saya, dan minum banyak cangkir teh chai dengan saya.

And I was struck by just how wonderful it felt,

Saya terkejut, betapa indahnya rasa itu,

and how contagious that feeling was.

dan betapa menularnya perasaan itu.

I also realized I should have got infected when I was seven.

Saya juga sadar, seharusnya saya tertular saat berumur tujuh tahun.

So, when I started Riverside school 10 years ago it became a lab,

Saat saya belajar di Riverside school 10 tahun yang lalu, masa itu menjadi laboratorium,

a lab to prototype and refine a design process

laboratorium untuk membuat purwarupa dan menyempurnakan proses desain

that could consciously infect the mind with the "I Can" bug.

yang dapat menginfeksi pikiran secara sadar dengan virus "Saya bisa".

And I uncovered

Saya menemukan,

that if learning is embedded in real-world context,

bahwa jika pembelajaran dilesapkan ke dalam konteks dunia nyata,

that if you blur the boundaries between school and life,

jika Anda memburamkan batasan antara sekolah dan kehidupan,

then children go through a journey of "aware,"

anak-anak bisa mengalami perjalanan kesadaran,

where they can see the change,

di mana mereka bisa melihat perubahan,

"enable," be changed,

diaktifkan, berubah,

and then "empower," lead the change.

dan kemudian diberdayakan, memimpin perubahan.

And that directly increased student wellbeing.

Itu akan secara langsung meningkatkan kesejahteraan pelajar.

Children became more competent,

Anak-anak menjadi lebih kompeten,

and less helpless.

dan sedikit tidak lagi tak berdaya.

But this was all common sense.

Tetapi ini semua hal yang wajar.

So, I'd like to show you a little glimpse of what

Saya ingin menunjukkan sedikit apa yang menjadi

common practice looks like at Riverside.

kebiasaan umum di Riverside.

A little background: when my grade five was learning about child rights,

Sedikit latar belakang: murid kelas lima saya belajar tentang hak-hak anak,

they were made to roll incense sticks,

mereka dipaksa membuat batang dupa,

agarbattis, for eight hours

agarbattis, selama delapan jam

to experience what it means to be a child laborer.

untuk mengetahui bagaimana rasanya menjadi buruh anak.

It transformed them. What you will see is their journey,

Ini mengubah mereka. Apa yang akan Anda lihat adalah perjalanan mereka,

and then their utter conviction

dan keyakinan mereka

that they could go out and change the world.

bahwa mereka bisa keluar dan mengubah dunia.

(Music)

(Musik)

That's them rolling.

Itu mereka menggulung.

And in two hours, after their backs were broke,

Dalam dua jam, setelah punggung mereka pegal,

they were changed.

mereka berubah.

And once that happened,

Setelah itu terjadi,

they were out in the city convincing everybody

mereka keluar ke kota dan meyakinkan semua orang

that child labor just had to be abolished.

bahwa buruh anak harus dihapuskan.

And look at Ragav, that moment when his face changes

Lihat Ragav, itu saat dia menghadapi perubahan

because he's been able to understand that he

karena dia mengetahui bahwa dia

has shifted that man's mindset.

telah mengubah pola pikir orang itu.

And that can't happen in a classroom.

Ini tidak dapat terjadi di dalam ruang kelas.

So, when Ragav experienced that

Ketika Ragav mengalami itu

he went from "teacher told me,"

dia berubah dari "kata bu guru,"

to "I am doing it." And that's the "I Can" mindshift.

menjadi "aku melakukannya." Itulah yang disebut pergeseran pola pikir "Aku bisa".

And it is a process that can be energized and nurtured.

Ini proses yang bisa didorong dan ditumbuhkan.

But we had parents who said,

Kami juga punya orang tua yang berkata,

"Okay, making our children good human beings is all very well,

"Menjadikan anak-anak kita manusia yang baik sangatlah terpuji,

but what about math and science and English?

tapi bagaimana dengan Matematika dan IPA dan Bahasa Inggris?

Show us the grades."

Bagaimana dengan nilai mereka."

And we did. The data was conclusive.

Kami pun menjawab. Data ini konklusif.

When children are empowered,

Saat anak-anak diberdayakan,

not only do they do good,

tidak hanya mereka bisa mengikuti pelajaran,

they do well, in fact very well,

mereka juga berprestasi, sangat baik bahkan,

as you can see in this national benchmarking assessment

seperti yang bisa Anda lihat di ujian standar nasional ini

taken by over 2,000 schools in India,

yang diikuti oleh lebih dari 2.000 sekolah di India,

Riverside children were outperforming the top 10 schools in India

anak-anak Riverside mengalahkan 10 sekolah teratas di India

in math, English and science.

dalam Matematika, Bahasa Inggris, dan IPA.

So, it worked. It was now time to take it outside Riverside.

Jadi ini berhasil. Sekarang saatnya membawa ini keluar Riverside.

So, on August 15th, Independence Day, 2007,

Pada tanggal 15 Agustus, Hari Kemerdekaan, tahun 2007,

the children of Riverside set out to infect Ahmedabad.

anak-anak Riverside keluar untuk menginfeksi Ahmedabad.

Now it was not about Riverside school.

Ini bukan lagi tentang Riverside school.

It was about all children. So, we were shameless.

Ini tentang semua anak-anak. Jadi kami tidak tahu malu.

We walked into the offices of the municipal corporation, the police,

Kami datangi kantor pemerintah kota, kantor kepolisian,

the press, businesses,

media, perusahaan.

and basically said, "When are you going to wake up

Intinya kami berkata, "Kapan Anda akan bangun

and recognize the potential that resides in every child?

dan menyadari potensi yang ada di setiap anak.

When will you include the child in the city?

Kapan Anda akan menyertakan anak ke dalam pembangunan kota ini?

Basically, open your hearts and your minds to the child."

Cukup buka hati dan pikiran Anda untuk kami, anak-anak."

So, how did the city respond?

Bagaimana tanggapan pemerintah kota?

Since 2007 every other month

Sejak 2007, setiap dua bulan sekali

the city closes down the busiest streets for traffic

pemerintah kota menutup jalan yang paling ramai

and converts it into a playground for children and childhood.

dan mengubahnya menjadi taman bermain untuk anak-anak.

Here was a city telling its child, "You can."

Berikut adalah sebuah kota yang memberi tahu anak-anaknya, "Kamu bisa."

A glimpse of infection in Ahmedabad.

Sedikit gambaran infeksi di Ahmedabad.

Video: [Unclear]

Video: [Tidak jelas]

So, the busiest streets closed down.

Jadi, jalan yang paling ramai ditutup.

We have the traffic police and municipal corporation helping us.

Polisi lalu lintas dan pemerintah kota membantu kami.

It gets taken over by children.

Jalan diambil alih oleh anak-anak.

They are skating. They are doing street plays.

Mereka bersepatu roda. Mereka bermain-main di jalan.

They are playing, all free, for all children.

Mereka bermain, semua gratis, untuk semua anak.

(Music)

(Musik)

Atul Karwal: aProCh is an organization which has been doing things for kids earlier.

Atul Karwal: Aproch adalah organisasi yang telah melakukan ini untuk anak-anak sebelumnya.

And we plan to extend this to other parts of the city.

Kami berniat untuk melakukan ini di bagian lain kota ini.

(Music)

(Musik)

Kiran Bir Sethi: And the city will give free time.

Kiran Bir Sethi: Dan kota ini akan memberikan waktu luang.

And Ahmedabad got the first child-friendly zebra crossing in the world.

Ahmedabad punya penyebrangan jalan yang ramah anak-anak pertama di dunia.

Geet Sethi: When a city gives to the children,

Geet Sethi: Ketika kota memberikan sesuatu kepada anak-anak

in the future the children will give back to the city.

di masa depan, anak-anak akan membalasnya untuk kota.

(Music)

(Musik)

KBS: And because of that,

KBS: Dan karena itu,

Ahmedabad is known as India's first child-friendly city.

Ahmedabad dikenal sebagai kota yang ramah anak-anak pertama di India.

So, you're getting the pattern. First 200 children at Riverside.

Anda melihat polanya. Pertama, 200 anak di Riverside.

Then 30,000 children in Ahmedabad, and growing.

Kemudian 30.000 anak di Ahmedabad, dan terus berlipat.

It was time now to infect India.

Sekarang saatnya untuk menginfeksi India.

So, on August 15th,

Pada tanggal 15 Agustus,

again, Independence Day, 2009,

lagi, Hari Kemerdekaan, tahun 2009,

empowered with the same process,

dengan proses yang sama,

we empowered 100,000 children to say, "I can."

kami memberdayakan 100.000 anak untuk berkata, "Aku bisa."

How? We designed a simple toolkit,

Caranya? Kami merancang perangkat sederhana,

converted it into eight languages,

menerjemahkannya ke delapan bahasa,

and reached 32,000 schools.

dan menjangkau 32.000 sekolah.

We basically gave children a very simple challenge.

Pada dasarnya kami beri anak-anak tantangan yang sangat sederhana.

We said, take one idea,

Kami bilang, cari satu ide,

anything that bothers you,

apa saja yang mengganggu Anda,

choose one week,

pilih satu minggu,

and change a billion lives.

dan ubah semiliar orang.

And they did. Stories of change

Mereka pun melakukannya. Cerita-cerita perubahan

poured in from all over India,

mengalir dari berbagai tempat di India,

from Nagaland in the east,

dari Nagaland di Timur,

to Jhunjhunu in the west,

sampai Jhnjhunu di Barat,

from Sikkim in the north, to Krishnagiri in the south.

dari Sikkim di Utara, sampai Krishnagiri di Selatan.

Children were designing solutions for a diverse range of problems.

Anak-anak merancang solusi untuk berbagai jenis masalah.

Right from loneliness to filling potholes in the street

Mulai dari rasa kesepian, sampai menutup lubang di jalan,

to alcoholism,

sampai kecanduan alkohol,

and 32 children who stopped 16 child marriages

dan 32 anak menghentikan 16 pernikahan dini

in Rajasthan.

di Rajasthan.

I mean, it was incredible.

Itu sangat luar biasa.

Basically again reaffirming that when adults believe in children

Intinya ini membuktikan kembali bahwa jika orang tua percaya kepada anak-anak

and say, "You can," then they will.

dan berkata, "Kamu bisa," mereka akan berhasil.

Infection in India.

Infeksi di India.

This is in Rajasthan, a rural village.

Ini di Rajasthan, sebuah desa pelosok.

Child: Our parents are illiterate and we want to teach them how to read and write.

Anak: Orang tua kami buta huruf dan kami ingin mengajari mereka membaca dan menulis.

KBS: First time, a rally and a street play in a rural school --

KBS: Pertama kali, pawai dan permainan jalanan di sekolah pedesaan --

unheard of -- to tell their parents why literacy is important.

belum pernah ada -- memberitahu orang tua mereka mengapa ketrampilan membaca itu penting.

Look at what their parents says.

Lihat apa yang dikatakan orang tua mereka.

Man: This program is wonderful.

Laki-laki: Program ini sangat hebat.

We feel so nice that our children can teach us how to read and write.

Kami merasa sangat beruntung anak-anak kami bisa mengajari kami membaca dan menulis.

Woman: I am so happy that my students did this campaign.

Wanita: Saya sangat bahagia murid-murid saya melakukan gerakan ini.

In the future, I will never doubt my students' abilities.

Di masa depan, saya tidak akan pernah meragukan kemampuan murid saya.

See? They have done it.

Lihat? Mereka berhasil.

KBS: An inner city school in Hyderabad.

KBS: Sebuah sekolah di pusat kota Hyderabad.

Girl: 581. This house is 581 ...

Wanita: 581. Rumah ini 581 ...

We have to start collecting from 555.

Kita harus mulai mengumpulkan dari 555.

KBS: Girls and boys in Hyderabad, going out,

KBS: Anak perempuan dan laki-laki di Hyderabad, pergi keluar,

pretty difficult, but they did it.

agak sulit, tapi mereka melakukannya.

Woman: Even though they are so young, they have done such good work.

Wanita: Meski mereka sangat muda, mereka melakukan pekerjaan yang baik.

First they have cleaned the society, then it will be Hyderabad, and soon India.

Sekarang mereka membersihkan lingkungan sendiri, setelahnya mungkin Hyderabad, dan akhirnya India.

Woman: It was a revelation for me. It doesn't strike me

Wanita: Ini pencerahan bagi saya. Saya sangat terkejut

that they had so much inside them.

mereka bisa melakukan semua itu.

Girl: Thank you, ladies and gentlemen.

Anak perempuan: Terima kasih bapak-bapak dan ibu-ibu.

For our auction we have some wonderful paintings for you,

Untuk lelang ini, kami punya beberapa lukisan cantik,

for a very good cause,

untuk tujuan yang mulia,

the money you give us will be used to buy hearing aids.

uang yang Anda bayarkan akan kami gunakan untuk membeli alat bantu dengar.

Are you ready, ladies and gentlemen? Audience: Yes!

Apakah Anda siap? Hadirin: Ya!

Girl: Are you ready? Audience: Yes!

Anak perempuan: Apakah Anda siap? Hadirin: Ya!

Girl: Are you ready? Audience: Yes!

Anak perempuan: Apakah Anda siap? Hadirin: Ya!

KBS: So, the charter of compassion starts right here.

KBS: Jadi bab kasih sayang dimulai di sini.

Street plays, auctions, petitions.

Permainan jalanan, lelang, petisi.

I mean, they were changing lives.

Mereka mengubah banyak orang.

It was incredible.

Luar biasa.

So, how can we still stay immune?

Lalu bagaimana agar kita tetap seperti ini?

How can we stay immune to that passion, that energy, that excitement?

Bagaimana kita bisa menjaga hasrat itu, energi itu, semangat itu?

I know it's obvious,

Saya tahu ini sangat jelas,

but I have to end with the most powerful symbol of change, Gandhiji.

tapi saya ingin mengakhiri dengan simbol perubahan yang sangat kuat, Gandhi.

70 years ago, it took one man

70 tahun yang lalu, diperlukan satu orang

to infect an entire nation

untuk menginfeksi seluruh negara ini

with the power of "We can."

dengan kekuatan "Kita bisa."

So, today who is it going to take

Saat ini siapakah yang akan

to spread the infection from 100,000 children

menyebarkan infeksi dari 100.000 anak-anak ini

to the 200 million children in India?

ke 200 juta anak-anak di India?

Last I heard, the preamble still said, "We, the people of India," right?

Terakhir saya lihat, slogan kita masih berbunyi, "Kami, warga India," benar?

So, if not us, then who?

Jadi, kalau bukan kita, siapa lagi?

If not now, then when?

Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Like I said, contagious is a good word.

Seperti yang saya katakan, menular itu kata yang baik.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)