Why you should talk to strangers | Kio Stark

Translator: Dewi Barnas Reviewer: Gita Arimanda

There are things we say

Ada yang kita ucapkan

when we catch the eye of a stranger

ketika bertatapan dengan orang yang tidak kita kenal

or a neighbor walking by.

atau tetangga yang kebetulan lewat.

We say, "Hello, how are you?

Kita berkata, "Halo, apa kabar?

It's a beautiful day.

Cuacanya cerah ya.

How do you feel?"

Anda sehat?"

These sound kind of meaningless, right? And, in some ways, they are.

Kedengarannya basa-basi, bukan? Dan kadang, memang demikian adanya.

They have no semantic meaning.

Tidak ada makna semantik di dalamnya.

It doesn't matter how you are or what the day is like.

Sebenarnya tidak penting bagaimana kabar Anda atau cuaca hari itu.

They have something else.

Ada makna lain,

They have social meaning.

yaitu makna sosial.

What we mean when we say those things is:

Yang kita maksud ketika mengucapkannya adalah:

I see you there.

Saya melihat Anda.

I'm obsessed with talking to strangers.

Saya terobsesi untuk bicara dengan orang asing.

I make eye contact, say hello,

Saya membuat kontak mata, menyapa.

I offer help, I listen.

Saya menawarkan bantuan, saya mendengarkan.

I get all kinds of stories.

Saya mendengar berbagai cerita.

About seven years ago, I started documenting my experiences

Sekitar 7 tahun lalu, saya mulai mendokumentasikan pengalaman saya

to try to figure out why.

untuk mencari tahu kenapa.

What I found was that something really beautiful was going on.

Yang saya temukan adalah bahwa ada suatu hal indah yang sedang terjadi.

This is almost poetic.

Hampir puitis.

These were really profound experiences.

Pengalaman yang benar-benar mendalam.

They were unexpected pleasures.

Kesenangan yang tak terduga.

They were genuine emotional connections.

Hubungan batin yang tulus.

They were liberating moments.

Momen kebebasan.

So one day, I was standing on a corner waiting for the light to change,

Suatu hari, saya berdiri di persimpangan jalan

menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki,

which, I'm a New Yorker,

yang mana, sebagai orang New York,

so that means I was actually standing in the street on the storm drain,

artinya saya benar-benar berdiri di jalan di tengah hujan badai,

as if that could get me across faster.

seakan dengan demikian saya bisa lebih cepat sampai.

And there's an old man standing next to me.

Ada pria tua yang berdiri di samping saya.

So he's wearing, like, a long overcoat and sort of an old-man hat,

Dia mengenakan sesuatu seperti mantel panjang dan "topi orang tua,"

and he looked like somebody from a movie.

dan dia kelihatan seperti seorang aktor.

And he says to me,

Dan dia berkata,

"Don't stand there. You might disappear."

"Jangan berdiri disana. Anda bisa hilang."

So this is absurd, right?

Aneh kan?

But I did what he said. I stepped back onto the sidewalk.

Tetapi saya mundur ke sisi jalan seperti yang dikatakannya.

And he smiled, and he said,

Lalu dia tersenyum, dan berkata,

"Good. You never know.

"Bagus. Kita tak tahu apa yang mungkin terjadi.

I might have turned around,

Mungkin aku berbalik,

and zoop, you're gone."

dan zap, kau hilang."

This was weird,

Ini aneh,

and also really wonderful.

dan juga sangat menakjubkan.

He was so warm, and he was so happy that he'd saved me.

Dia begitu ramah, dan dia begitu gembira telah menyelamatkan saya.

We had this little bond.

Ada hubungan di antara kami.

For a minute, I felt like my existence as a person

Untuk satu menit, saya merasa keberadaan saya sebagai manusia

had been noticed,

diakui, dan saya patut diselamatkan.

and I was worth saving.

The really sad thing is,

Yang menyedihkan adalah,

in many parts of the world,

di banyak tempat di dunia,

we're raised to believe that strangers are dangerous by default,

kita dididik untuk percaya bahwa orang asing itu berbahaya,

that we can't trust them, that they might hurt us.

kita tidak bisa mempercayai mereka, mereka mungkin menyakiti kita.

But most strangers aren't dangerous.

Tapi kebanyakan orang asing tidak berbahaya.

We're uneasy around them because we have no context.

Kita gelisah di dekat mereka karena kita tidak punya konteks.

We don't know what their intentions are.

Kita tidak tahu apa niat mereka.

So instead of using our perceptions and making choices,

Jadi, alih-alih menggunakan persepsi kita dan membuat pilihan,

we rely on this category of "stranger."

kita bergantung pada kategori "orang asing."

I have a four-year-old.

Anak saya usianya 4 tahun.

When I say hello to people on the street,

Ketika saya menyapa orang di jalan,

she asks me why.

dia bertanya kenapa.

She says, "Do we know them?"

Dia berkata, "Apa kita kenal mereka?"

I say, "No, they're our neighbor."

Saya jawab, "Tidak, mereka tetangga."

"Are they our friend?"

"Apakah mereka teman kita?"

"No, it's just good to be friendly."

"Tidak, tapi baik untuk bersikap ramah."

I think twice every time I say that to her,

Saya berpikir dua kali setiap kali saya berkata begitu,

because I mean it, but as a woman, particularly,

karena saya betul-betul memaksudkannya, tapi sebagai perempuan khususnya,

I know that not every stranger on the street has the best intentions.

saya tahu bahwa tidak semua orang asing di jalan punya niat baik.

It is good to be friendly, and it's good to learn when not to be,

Bagus untuk bersikap ramah, dan untuk tahu kapan untuk tidak bersikap ramah,

but none of that means we have to be afraid.

tapi itu tidak berarti kita harus takut (pada orang asing).

There are two huge benefits

Ada dua manfaat besar

to using our senses instead of our fears.

menggunakan indra kita alih-alih rasa takut kita.

The first one is that it liberates us.

Pertama, hal ini membebaskan kita.

When you think about it,

Kalau Anda pikirkan,

using perception instead of categories

menggunakan persepsi alih-alih kategorisasi

is much easier said than done.

lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Categories are something our brains use.

Kategori adalah sesuatu yang digunakan otak kita.

When it comes to people,

Ketika melihat orang lain,

it's sort of a shortcut for learning about them.

ini semacam jalur pintas untuk mempelajari mereka.

We see male, female, young, old,

Kita melihat laki-laki, perempuan, muda, tua,

black, brown, white, stranger, friend,

hitam, coklat, putih, asing, teman,

and we use the information in that box.

dan kita menggunakan informasi di dalam kategori itu.

It's quick, it's easy

Ini adalah cara cepat dan mudah,

and it's a road to bias.

dan juga jalan yang bias.

And it means we're not thinking about people as individuals.

Dan ini berarti kita tidak memikirkan setiap orang sebagai individu.

I know an American researcher who travels frequently

Saya kenal seorang peneliti Amerika yang sering melakukan perjalanan

in Central Asia and Africa, alone.

di Asia Tengah dan Afrika, seorang diri.

She's entering into towns and cities

Dia datang ke kota-kota itu

as a complete stranger.

sebagai orang asing.

She has no bonds, no connections.

Dia tidak memiliki ikatan, tidak kenal siapa pun.

She's a foreigner.

Dia adalah orang asing.

Her survival strategy is this:

Ini adalah strategi bertahannya:

get one stranger to see you as a real, individual person.

temukan seorang asing untuk melihatnya sebagai sebagai seorang individu nyata.

If you can do that, it'll help other people see you that way, too.

Jika Anda bisa melakukannya,

orang lain juga akan melihat Anda seperti itu.

The second benefit of using our senses has to do with intimacy.

Manfaat kedua menggunakan indra kita berhubungan dengan keintiman.

I know it sounds a little counterintuitive,

Saya tahu kedengarannya sedikit berlawanan,

intimacy and strangers,

keintiman dan orang asing,

but these quick interactions can lead to a feeling

tapi interaksi singkat ini dapat menimbulkan perasaan

that sociologists call "fleeting intimacy."

yang disebut sosiologis sebagai "keintiman sekilas."

So, it's a brief experience that has emotional resonance and meaning.

Ini adalah pengalaman singkat yang memiliki resonansi emosi dan makna.

It's the good feeling I got

Ini adalah perasaan baik yang saya rasakan

from being saved from the death trap of the storm drain by the old man,

dari terselamatkan dari jebakan maut badai oleh seorang pria tua,

or how I feel like part of a community

atau perasaaan saya sebagai bagian dari satu komunitas

when I talk to somebody on my train on the way to work.

ketika berbicara dengan seseorang di kereta menuju ke kantor.

Sometimes it goes further.

Terkadang lebih dari itu.

Researchers have found that people often feel more comfortable

Peneliti menemukan bahwa seringkali orang-orang merasa lebih nyaman

being honest and open about their inner selves with strangers

ketika jujur dan terbuka tentang diri mereka kepada orang asing

than they do with their friends and their families --

dibanding kepada teman dan keluarga mereka --

that they often feel more understood by strangers.

bahwa mereka sering merasa lebih dipahami oleh orang asing.

This gets reported in the media with great lament.

Fenomena ini dikeluhkan media besar-besaran.

"Strangers communicate better than spouses!"

"Orang asing berkomunikasi lebih baik dari pasangan!"

It's a good headline, right?

Judul yang menarik, bukan?

I think it entirely misses the point.

Saya pikir ini sangat tidak tepat.

The important thing about these studies

Aspek penting dari studi ini adalah

is just how significant these interactions can be;

betapa signifikan interaksi kita dengan orang asing;

how this special form of closeness

bagaimana bentuk kedekatan spesial ini memberi sesuatu yang kita butuhkan,

gives us something we need as much as we need our friends

sebagaimana kita membutuhkan teman dan keluarga kita.

and our families.

So how is it possible that we communicate so well with strangers?

Kenapa kita bisa berkomunikasi baik dengan orang asing?

There are two reasons.

Ada dua alasan.

The first one is that it's a quick interaction.

Yang pertama adalah bahwa ini adalah interaksi singkat.

It has no consequences.

Tidak ada konsekuensi.

Lebih mudah berkata jujur pada seseorang yang takkan pernah Anda temui lagi, kan?

It's easy to be honest with someone you're never going to see again, right?

That makes sense.

Itu masuk akal.

The second reason is where it gets more interesting.

Alasan kedua lebih menarik.

We have a bias when it comes to people we're close to.

Kita memiliki bias terhadap orang-orang yang dekat dengan kita.

We expect them to understand us.

Kita berharap mereka mengerti kita.

We assume they do,

Kita berasumsi mereka memahami kita,

and we expect them to read our minds.

dan dapat membaca pikiran kita.

So imagine you're at a party,

Jadi bayangkan Anda di sebuah pesta,

and you can't believe that your friend or your spouse

dan Anda tidak mengerti kenapa teman atau pasangan Anda

isn't picking up on it that you want to leave early.

tidak tahu bahwa Anda ingin pergi lebih cepat.

And you're thinking,

Dan Anda berpikir,

"I gave you the look."

"Aku kan udah ngasih kode."

With a stranger, we have to start from scratch.

Dengan orang asing, kita harus memulai dari awal.

We tell the whole story,

Kita menceritakan seluruhnya,

we explain who the people are, how we feel about them;

kita jelaskan siapa yang dibicarakan, perasaan kita tentang mereka;

we spell out all the inside jokes.

kita menjelaskan semua lelucon pribadi.

And guess what?

Dan coba tebak?

Sometimes they do understand us a little better.

Terkadang mereka memahami kita sedikit lebih baik.

OK.

OK.

So now that we know that talking to strangers matters,

Setelah kita tahu bahwa berbicara dengan orang asing itu penting,

how does it work?

lalu bagaimana caranya?

There are unwritten rules we tend to follow.

Ada aturan tidak tertulis yang cenderung kita ikuti.

The rules are very different depending on what country you're in,

Aturannya sangat berbeda tergantung di negara mana Anda berada,

what culture you're in.

dan budaya di sekitar Anda.

In most parts of the US,

Di sebagian besar AS,

the baseline expectation in public

ekspektasi umum di tempat publik

is that we maintain a balance between civility and privacy.

adalah menjaga keseimbangan antara kesopanan dan privasi.

This is known as civil inattention.

Ini disebut civil inattention (bersikap acuh di ruang publik).

So, imagine two people are walking towards each other on the street.

Bayangkan dua orang berjalan ke arah satu sama lain di jalan.

They'll glance at each other from a distance.

Mereka akan melirik satu sama lain dari kejauhan.

That's the civility, the acknowledgment.

Itu adalah sopan santun, pengakuan.

And then as they get closer, they'll look away,

Dan semakin dekat, mereka mengalihkan pandangan,

to give each other some space.

untuk memberi ruang satu sama lain.

In other cultures,

Pada budaya lain,

people go to extraordinary lengths not to interact at all.

orang berusaha keras untuk tidak berinteraksi sama sekali.

People from Denmark tell me

Orang dari Denmark memberitahu saya

that many Danes are so averse to talking to strangers,

bahwa kebanyakan enggan untuk berbicara dengan orang asing,

that they would rather miss their stop on the bus

bahwa mereka lebih baik terlewat halte busnya

than say "excuse me" to someone that they need to get around.

daripada berkata "permisi" pada orang yang menghalangi jalur mereka.

Instead, there's this elaborate shuffling of bags

Sebaliknya, mereka memegang tas sedemikian rupa

and using your body to say that you need to get past,

dan menggunakan bahasa tubuh untuk mengkomunikasikan mereka ingin lewat,

instead of using two words.

daripada menggunakan kata-kata.

In Egypt, I'm told,

Saya diceritakan bahwa di Mesir,

it's rude to ignore a stranger,

tidak sopan mengabaikan orang asing,

and there's a remarkable culture of hospitality.

dan ada budaya keramah-tamahan yang luar biasa.

Strangers might ask each other for a sip of water.

Orang asing bisa saling berbicara untuk meminta seteguk air.

Or, if you ask someone for directions,

Atau, jika bertanya arah pada seseorang,

they're very likely to invite you home for coffee.

mungkin mereka akan mengundang Anda minum kopi di rumahnya.

We see these unwritten rules most clearly when they're broken,

Aturan tak tertulis ini terlihat jelas ketika dilanggar,

or when you're in a new place

atau ketika Anda berada di tempat baru

and you're trying to figure out what the right thing to do is.

dan Anda masih mencari tahu tata karma di tempat tersebut.

Sometimes breaking the rules a little bit is where the action is.

Terkadang melanggar sedikit aturan itu perlu.

In case it's not clear, I really want you to do this. OK?

Kalau Anda tidak tahu harus berbuat apa, saya ingin Anda lakukan ini. OK?

So here's how it's going to go.

Jadi begini.

Find somebody who is making eye contact.

Lakukan kontak mata dengan seseorang.

That's a good signal.

Itu adalah pertanda bagus.

The first thing is a simple smile.

Pertama senyumlah padanya.

If you're passing somebody on the street or in the hallway here, smile.

Bila Anda berpapasan dengan seseorang di jalan atau di lorong, senyumlah.

See what happens.

Lihat apa yang terjadi.

Another is triangulation.

Cara lain adalah triangulasi.

There's you, there's a stranger,

Ada Anda, ada orang asing,

there's some third thing that you both might see and comment on,

ada hal ketiga yang Anda berdua lihat dan komentari,

like a piece of public art

seperti sebuah seni publik

or somebody preaching in the street

atau seseorang sedang berceramah di jalan

or somebody wearing funny clothes.

atau seseorang mengenakan pakaian lucu.

Give it a try.

Cobalah.

Make a comment about that third thing, and see if starts a conversation.

Buat komentar tentang hal ketiga, dan lihat apabila ini memulai percakapan.

Another is what I call noticing.

Ada lagi yang saya sebut 'memperhatikan.'

This is usually giving a compliment.

Umumnya dengan memberikan pujian.

I'm a big fan of noticing people's shoes.

Saya sangat senang memperhatikan sepatu orang.

I'm actually not wearing fabulous shoes right now,

Saat ini saya mengenakan sepatu yang biasa saja,

but shoes are fabulous in general.

tapi sepatu pada umumnya luar biasa.

And they're pretty neutral as far as giving compliments goes.

Dan sepatu cukup netral untuk dipuji.

People always want to tell you things about their awesome shoes.

Orang selalu ingin memberi tahu Anda tentang sepatu keren mereka.

You may have already experienced the dogs and babies principle.

Anda mungkin pernah mengalami prinsip anjing dan bayi.

It can be awkward to talk to someone on the street;

Kadang canggung untuk bicara pada orang di jalan;

you don't know how they're going to respond.

Anda tidak tahu akan bagaimana tanggapan mereka.

But you can always talk to their dog or their baby.

Anda bisa bicara pada anjing atau bayi mereka.

The dog or the baby

Anjing atau bayi

is a social conduit to the person,

adalah kanal sosial orang itu,

dan Anda bisa menilai dari cara mereka merespon

and you can tell by how they respond

whether they're open to talking more.

apakah mereka ingin berbicara.

The last one I want to challenge you to

Terakhir saya ingin menantang Anda untuk

is disclosure.

melakukan pengakuan.

This is a very vulnerable thing to do,

Ini adalah sesuatu yang membuat Anda merasa sangat rentan,

and it can be very rewarding.

namun bisa sangat bermanfaat.

So next time you're talking to a stranger

Kali berikut Anda bicara dengan orang asing

and you feel comfortable,

dan Anda merasa nyaman,

tell them something true about yourself,

beritahu mereka satu fakta tentang diri Anda,

something really personal.

sesuatu yang sangat pribadi.

You might have that experience I talked about of feeling understood.

Anda mungkin pernah merasa dipahami

seperti yang saya bicarakan tadi.

Sometimes in conversation, it comes up,

Kadang pertanyaan seperti ini muncul dalam percakapan,

people ask me, "What does your dad do?" or, "Where does he live?"

"Apa pekerjaan ayahmu?" atau, "Di mana dia tinggal?"

And sometimes I tell them the whole truth,

Dan kadang saya menjawab dengan sebenarnya,

which is that he died when I was a kid.

bahwa Ayah saya meninggal saat saya masih kecil.

Always in those moments,

Ketika saya melakukannya,

mereka selalu berbagi tentang pengalaman mereka kehilangan seseorang.

they share their own experiences of loss.

We tend to meet disclosure with disclosure,

Kita cenderung membalas pengakuan dengan pengakuan lain,

even with strangers.

bahkan dengan orang asing.

So, here it is.

Jadi begini.

When you talk to strangers, you're making beautiful interruptions

Ketika berbicara dengan orang asing, Anda melakukan interupsi yang indah

into the expected narrative of your daily life

pada narasi kehidupan sehari-hari Anda

and theirs.

dan kehidupan mereka.

You're making unexpected connections.

Anda membuat koneksi tak terduga.

If you don't talk to strangers, you're missing out on all of that.

Bila Anda tidak berbicara pada orang asing, Anda melewatkan semua itu.

We spend a lot of time

Kita menghabiskan banyak waktu

teaching our children about strangers.

mengajarkan anak-anak kita tentang orang asing.

What would happen if we spent more time teaching ourselves?

Bagaimana bila kita meluangkan waktu untuk mengajar diri sendiri?

We could reject all the ideas that make us so suspicious of each other.

Kita dapat menolak semua ide yang membuat kita saling curiga.

We could make a space for change.

Kita dapat membuat ruang untuk perubahan.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)