The family I lost in North Korea. And the family I gained | Joseph Kim

Translator: Joseph Geni Reviewer: Morton Bast

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Dewi Barnas

I was born and raised in North Korea.

Saya lahir dan dibesarkan di Korea Utara.

Although my family constantly struggled against poverty,

Walaupun keluarga saya terus-menerus berjuang melawan kemiskinan,

I was always loved and cared for first,

saya selalu menerima kasih sayang dan perhatian,

because I was the only son

karena saya adalah anak laki-laki satu-satunya

and the youngest of two in the family.

dan anak bungsu dari dua bersaudara dalam keluarga kami.

But then the great famine began in 1994.

Namun di tahun 1994 terjadi wabah kelaparan.

I was four years old.

Usia saya empat tahun.

My sister and I would go searching for firewood

Saya dan kakak perempuan saya berangkat untuk mencari kayu bakar

starting at 5 in the morning

sejak jam 5 pagi

and come back after midnight.

dan kembali lewat tengah malam.

I would wander the streets searching for food,

Saya mencari makanan di jalanan,

and I remember seeing a small child

dan saya ingat suatu kali saya melihat seorang anak kecil

tied to a mother's back eating chips,

yang digendong di punggung Ibunya sambil makan keripik,

and wanting to steal them from him.

dan saya ingin mencuri keripik itu darinya.

Hunger is humiliation. Hunger is hopelessness.

Kelaparan adalah keterhinaan. Kelaparan adalah keputusasaan.

For a hungry child, politics and freedom

Bagi seorang anak yang kelaparan, politik dan kebebasan

are not even thought of.

bahkan tidak terpikirkan.

On my ninth birthday, my parents

Pada ulang tahun saya yang ke-9, orang tua saya

couldn't give me any food to eat.

tidak bisa memberikan makanan apa pun untuk saya makan.

But even as a child, I could feel the heaviness

Namun bahkan sebagai anak kecil, saya dapat merasakan

in their hearts.

beban berat di hati mereka.

Over a million North Koreans died of starvation in that time,

Lebih dari satu juta rakyat Korea Utara meninggal karena kelaparan saat itu,

and in 2003, when I was 13 years old,

dan di tahun 2003, ketika saya berusia 13 tahun,

my father became one of them.

Ayah saya menjadi salah satunya.

I saw my father wither away and die.

Saya melihat Ayah saya menjadi semakin lemah dan meninggal.

In the same year, my mother disappeared one day,

Di tahun yang sama, Ibu saya menghilang,

and then my sister told me

lalu kakak saya mengatakan

that she was going to China to earn money,

bahwa dia akan pergi ke China untuk mencari uang,

but that she would return with money and food soon.

dan dia berkata dia akan segera kembali dengan uang dan makanan.

Since we had never been separated,

Karena kami tidak pernah berpisah sebelumnya,

and I thought we would be together forever,

dan saya pikir kami akan bersama selamanya,

I didn't even give her a hug when she left.

saya bahkan tidak memeluknya selamat tinggal.

It was the biggest mistake I have ever made in my life.

Itu adalah kesalahaan terbesar dalam hidup saya.

But again, I didn't know

Tapi lagi-lagi, saya tidak tahu

it was going to be a long goodbye.

bahwa perpisahan kami akan berlangsung lama.

I have not seen my mom or my sister since then.

Sejak saat itu saya belum pernah melihat Ibu atau kakak saya lagi.

Suddenly, I became an orphan and homeless.

Tiba-tiba, saya menjadi yatim piatu dan tuna wisma.

My daily life became very hard,

Kehidupan saya menjadi sangat berat,

but very simple.

namun sangat sederhana.

My goal was to find a dusty piece of bread in the trash.

Tujuan saya adalah untuk menemukan sepotong roti kotor di tempat sampah.

But that is no way to survive.

Namun itu tidak cukup untuk bertahan hidup.

I started to realize, begging would not be the solution.

Saya mulai menyadari, mengemis tidak akan menyelesaikan masalah.

So I started to steal from food carts in illegal markets.

Jadi saya mulai mencuri dari gerobak makanan di pasar gelap.

Sometimes, I found small jobs

Terkadang, saya mendapat pekerjaan kecil-kecilan

in exchange for food.

untuk mendapatkan makanan.

Once, I even spent two months in the winter

Sekali waktu, saya bahkan bekerja selama dua bulan di musim dingin

working in a coal mine,

bekerja di tambang batu bara,

33 meters underground without any protection

33 meter di bawah tanah tanpa alat pelindung apapun

for up to 16 hours a day.

sampai 16 jam sehari.

I was not uncommon.

Yang saya lakukan adalah hal yang lumrah.

Many other orphans survived this way, or worse.

Banyak anak yatim lainnya yang bertahan hidup seperti ini, atau melakukan hal yang lebih berat.

When I could not fall asleep from bitter cold

Ketika saya tidak bisa tidur karena dingin yang menggigit

or hunger pains,

atau sakit kelaparan,

I hoped that, the next morning,

saya berharap bahwa esok pagi,

my sister would come back to wake me up

kakak saya akan kembali dan membangunkan saya

with my favorite food.

dengan makanan kesukaan saya.

That hope kept me alive.

Harapan itu menjaga saya tetap hidup.

I don't mean big, grand hope.

Yang saya maksud bukan harapan, impian besar.

I mean the kind of hope that made me believe

Tapi secercah harapan yang memberi saya keyakinan

that the next trash can had bread,

bahwa dalam sampah berikutnya, mungkin akan ada roti,

even though it usually didn't.

walaupun biasanya tidak.

But if I didn't believe it, I wouldn't even try,

Tapi kalau saya tidak mempercayainya, saya tidak akan mencoba,

and then I would die.

dan lalu saya akan mati.

Hope kept me alive.

Harapan membuat saya tetap hidup.

Every day, I told myself,

Setiap hari, saya berkata pada diri saya,

no matter how hard things got,

tak peduli seberapa sulit keadaannya,

still I must live.

saya harus tetap hidup.

After three years of waiting for my sister's return,

Setelah tiga tahun menunggu kakak saya kembali,

I decided to go to China to look for her myself.

saya memutuskan untuk pergi ke China dan mencarinya sendiri.

I realized

Saya menyadari

I couldn't survive much longer this way.

saya tidak dapat bertahan hidup seperti ini lebih lama lagi.

I knew the journey would be risky,

Saya tahu perjalanannya akan penuh resiko,

but I would be risking my life either way.

akan tetapi hidup saya sudah penuh resiko meski tidak melakukannya.

I could die of starvation like my father in North Korea,

Saya bisa mati kelaparan seperti Ayah saya di Korea Utara,

or at least I could try for a better life

atau setidaknya saya dapat mencoba mencari kehidupan yang lebih baik

by escaping to China.

dengan melarikan diri ke China.

I had learned that many people tried to cross

Saya tahu banyak orang mencoba menyeberang

the border to China in the nighttime to avoid being seen.

perbatasan ke China pada malam hari agar tidak terlihat.

North Korean border guards often shoot and kill people

Penjaga perbatasan Korea Utara sering menembak dan membunuh orang-orang

trying to cross the border without permission.

yang mencoba menyeberang perbatasan tanpa izin.

Chinese soldiers will catch

Tentara-tentara China akan menangkap

and send back North Koreans,

dan memulangkan kembali orang Korea Utara yang tertangkap,

where they face severe punishment.

di mana mereka akan menghadapi hukuman berat.

I decided to cross during the day,

Saya memutuskan untuk menyeberang di siang hari,

first because I was still a kid and scared of the dark,

pertama karena ketika itu saya masih kecil dan takut gelap,

second because I knew I was already taking a risk,

kedua karena saya tahu bahwa resikonya selalu ada,

and since not many people tried to cross during the day,

dan karena tidak banyak orang yang mencoba menyeberang di siang hari,

I thought I might be able to cross

saya pikir saya mungkin akan berhasil menyeberang

without being seen by anyone.

tanpa dilihat oleh siapa pun.

I made it to China on February 15, 2006.

Saya berhasil sampai ke China pada 15 Februari 2006.

I was 16 years old.

Usia saya 16 tahun.

I thought things in China would be easier,

Tadinya saya pikir semuanya akan lebih mudah di China,

since there was more food.

karena ada lebih banyak makanan.

I thought more people would help me.

Saya pikir akan ada lebih banyak orang yang akan membantu saya.

But it was harder than living in North Korea,

Namun ternyata di sana lebih sulit dibanding ketika tinggal di Korea Utara,

because I was not free.

karena saya tidak bebas.

I was always worried about being caught

Saya selalu merasa takut akan tertangkap

and sent back.

dan dipulangkan.

By a miracle, some months later,

Entah karena mukjizat, beberapa bulan kemudian

I met someone who was running

saya bertemu seseorang yang mengoperasikan

an underground shelter for North Koreans,

sebuah tempat perlindungan untuk orang Korea Utara,

and was allowed to live there

dan saya diizinkan untuk tinggal di sana

and eat regular meals for the first time in many years.

dan dapat makan dengan teratur untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun.

Later that year, an activist helped me escape China

Di akhir tahun itu, seorang aktivis membantu saya keluar dari China

and go to the United States as a refugee.

dan pergi ke Amerika Serikat sebagai pengungsi.

I went to America without knowing a word of English,

Saya pergi ke Amerika tanpa tahu satu kata pun dalam Bahasa Inggris,

yet my social worker told me that I had to go to high school.

namun saya diberi tahu bahwa saya harus masuk SMA.

Even in North Korea, I was an F student.

Di Korea Utara sekalipun, saya adalah siswa yang bodoh.

(Laughter)

(Tertawa)

And I barely finished elementary school.

Dan saya hampir tidak lulus sekolah dasar.

And I remember I fought in school more than once a day.

Dan saya ingat saya berkelahi lebih dari sekali sehari di sekolah.

Textbooks and the library were not my playground.

Buku bacaan dan perpustakaan bukanlah tempat bermain saya.

My father tried very hard to motivate me into studying,

Ayah saya berusaha keras mendorong saya untuk belajar,

but it didn't work.

tapi Ia tidak berhasil.

At one point, my father gave up on me.

Pada suatu ketika, Ayah saya menyerah.

He said, "You're not my son anymore."

Ia berkata, "Kamu bukan anakku lagi."

I was only 11 or 12, but it hurt me deeply.

Ketika itu saya baru berusia 11 atau 12 tahun, namun kata-kata itu melukai saya sangat dalam.

But nevertheless, my level of motivation

Meskipun demikian, motivasi belajar saya

still didn't change before he died.

masih tidak berubah hingga sebelum Ayah meninggal.

So in America, it was kind of ridiculous

Jadi menurut saya konyol juga mereka menyuruh

that they said I should go to high school.

saya masuk SMA di Amerika.

I didn't even go to middle school.

Saya bahkan tidak masuk ke SMP.

I decided to go, just because they told me to,

Saya memutuskan untuk masuk SMA, hanya karena mereka menyuruh saya

without trying much.

tapi tidak berusaha untuk belajar.

But one day, I came home and my foster mother

Namun suatu hari, saya pulang ke rumah dan ibu angkat saya

had made chicken wings for dinner.

memasak ayam goreng untuk makan malam.

And during dinner, I wanted to have one more wing,

Waktu makan malam, saya ingin makan sepotong ayam lagi,

but I realized there were not enough for everyone,

namun saya menyadari jumlahnya tidak cukup untuk semua orang,

so I decided against it.

jadi saya membatalkannya.

When I looked down at my plate,

Saat saya melihat piring saya,

I saw the last chicken wing, that my foster father had given me his.

saya melihat sepotong ayam yang terakhir, Ayah angkat saya memberikan ayam goreng miliknya.

I was so happy.

Saya sangat gembira.

I looked at him sitting next to me.

Saya menatapnya yang duduk di sebelah saya.

He just looked back at me very warmly,

Dia hanya menatap balik pada saya dengan hangat,

but said no words.

namun tidak berkata apa-apa.

Suddenly I remembered my biological father.

Tiba-tiba saya teringat Ayah kandung saya.

My foster father's small act of love

Tindakan kecil penuh kasih sayang oleh Ayah angkat saya

reminded me of my father,

mengingatkan saya akan Ayah saya,

who would love to share his food with me

yang akan membagi makanannya dengan saya dengan senang hati,

when he was hungry, even if he was starving.

ketika Ia sendiri lapar, bahkan ketika Ia sedang kelaparan.

I felt so suffocated that I had so much food in America,

Saya merasa sangat tercekik karena saya memiliki banyak makanan di Amerika,

yet my father died of starvation.

namun Ayah saya mati kelaparan.

My only wish that night was to cook a meal for him,

Satu-satunya harapan saya pada malam itu adalah untuk memasak makanan untuk Ayah,

and that night I also thought of what else I could do

dan malam itu saya juga memikirkan apa lagi yang dapat saya lakukan

to honor him.

untuk menghormatinya.

And my answer was to promise to myself

Dan jawaban saya adalah dengan berjanji pada diri saya sendiri

that I would study hard and get the best education

bahwa saya akan belajar dengan giat dan mendapat pendidikan yang terbaik di Amerika

in America to honor his sacrifice.

untuk menghormati pengorbanan Ayah saya.

I took school seriously,

Saya bersekolah dengan sungguh-sungguh,

and for the first time ever in my life,

dan untuk pertama kalinya dalam hidup saya,

I received an academic award for excellence,

saya menerima penghargaan akademik,

and made dean's list from the first semester in high school.

dan masuk ke daftar murid-murid dengan nilai tertinggi sejak semester pertama di SMA.

(Applause)

(Tepuk tangan)

That chicken wing changed my life.

Ayam goreng itu mengubah hidup saya.

(Laughter)

(Tertawa)

Hope is personal. Hope is something

Harapan adalah sesuatu yang sifatnya personal. Harapan adalah sesuatu

that no one can give to you.

yang tidak dapat diberikan siapa pun kepada Anda.

You have to choose to believe in hope.

Anda harus memilih untuk meyakini sebuah harapan.

You have to make it yourself.

Anda harus membuatnya sendiri.

In North Korea, I made it myself.

Di Korea Utara, saya membuatnya sendiri.

Hope brought me to America.

Harapan membawa saya ke Amerika.

But in America, I didn't know what to do,

Tapi di Amerika, saya tidak tahu harus berbuat apa,

because I had this overwhelming freedom.

karena saya kewalahan akan kebebasan ini.

My foster father at that dinner gave me a direction,

Saat makan malam itu, Ayah angkat saya menunjukkan sebuah arah,

and he motivated me and gave me a purpose

dan Ia mendorong serta memberikan tujuan kepada saya

to live in America.

untuk hidup di Amerika.

I did not come here by myself.

Saya tidak datang ke Amerika sendirian.

I had hope, but hope by itself is not enough.

Saya memiliki harapan, namun harapan saja tidak cukup.

Many people helped me along the way to get here.

Banyak orang membantu saya hingga saya sampai ke sini.

North Koreans are fighting hard to survive.

Orang-orang Korea Utara berjuang dengan keras untuk bertahan hidup.

They have to force themselves to survive,

Mereka harus memaksa diri mereka untuk bertahan,

have hope to survive,

memiliki harapan untuk bertahan hidup,

but they cannot make it without help.

namun mereka tidak akan berhasil tanpa bantuan.

This is my message to you.

Inilah pesan saya kepada Anda.

Have hope for yourself,

Anda harus memiliki harapan untuk diri Anda sendiri,

but also help each other.

tapi juga untuk membantu satu sama lain.

Life can be hard for everyone, wherever you live.

Hidup mungkin sulit bagi semua orang, di mana pun Anda tinggal.

My foster father didn't intend to change my life.

Ayah angkat saya tidak bermaksud mengubah hidup saya.

In the same way, you may also change someone's life

Dengan cara yang sama, Anda mungkin juga mengubah kehidupan seseorang

with even the smallest act of love.

bahkan dengan tindakan kasih yang kecil.

A piece of bread can satisfy your hunger,

Sepotong roti dapat memuaskan rasa lapar Anda,

and having the hope will bring you bread

dan harapan akan membawakan roti itu

to keep you alive.

agar Anda tetap hidup.

But I confidently believe that

Namun saya sangat yakin bahwa

your act of love and caring

tindakan kasih sayang dan kepedulian Anda

can also save another Joseph's life

juga dapat menyelamatkan hidup Joseph lainnya

and change thousands of other Josephs

dan mengubah kehidupan ribuan Joseph

who are still having hope to survive.

yang masih memiliki harapan untuk bertahan hidup.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Adrian Hong: Joseph, thank you for sharing

Adrian Hong: Joseph, terima kasih telah berbagi

that very personal and special story with us.

kisah istimewa dan sangat pribadi bersama kita.

I know you haven't seen your sister for, you said,

Saya tahu kamu belum bertemu dengan kakakmu,

it was almost exactly a decade,

selama hampir sepuluh tahun,

and in the off chance that she may be able to see this,

dan seandainya dia mungkin dapat melihat ini,

we wanted to give you an opportunity

kami ingin memberikan kesempatan

to send her a message.

untuk mengirimkan pesan kepadanya.

Joseph Kim: In Korean?

Joseph Kim: Dalam Bahasa Korea?

AH: You can do English, then Korean as well.

AH: Kamu bisa bilang dalam bahasa Inggris, lalu Bahasa Korea juga.

(Laughter)

(Tertawa)

JK: Okay, I'm not going to make it any longer in Korean

JK: Baiklah, saya tidak akan berbicara dalam Bahasa Korea

because I don't think I can make it

karena saya tidak yakin apa saya bisa melakukannya

without tearing up.

tanpa menangis.

Nuna, it has been already 10 years

Nuna, sudah 10 tahun

that I haven’t seen you.

aku tidak bertemu denganmu.

I just wanted to say

Aku hanya ingin mengatakan

that I miss you, and I love you,

bahwa aku merindukanmu, dan aku mencintaimu

and please come back to me and stay alive.

tetaplah hidup dan mari kita hidup bersama lagi.

And I -- oh, gosh.

Dan aku -- astaga.

I still haven't given up my hope to see you.

Aku masih belum putus harapan untuk bertemu denganmu.

I will live my life happily

Aku akan hidup dengan gembira

and study hard

dan belajar dengan giat

until I see you,

hingga aku bertemu denganmu,

and I promise I will not cry again.

dan aku berjanji aku tidak akan menangis lagi.

(Laughter)

(Tertawa)

Yes, I'm just looking forward to seeing you,

Ya, aku akan menunggu untuk dapat kembali melihatmu,

and if you can't find me,

dan kalau kakak tidak dapat menemukanku,

I will also look for you,

aku juga akan mencarimu,

and I hope to see you one day.

dan aku berharap akan dapat bertemu denganmu suatu hari nanti.

And can I also make a small message to my mom?

Dan bolehkah saya mengirimkan pesan singkat kepada Ibu saya?

AH: Sure, please.

AH: Tentu saja, silahkan.

JK: I haven't spent much time with you,

JK: Kita tidak banyak menghabiskan waktu bersama,

but I know that you still love me,

namun saya tahu Ibu masih mencintai saya

and you probably still pray for me

dan mungkin masih mendoakan saya

and think about me.

dan memikirkan saya.

I just wanted to say thank you

Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih

for letting me be in this world.

karena telah mengizinkan saya untuk lahir ke dunia.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)