Optical illusions show how we see | Beau Lotto

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Ade Indarta

I want to start with a game. Okay?

Saya ingin mulai dengan sebuah permainan.

And to win this game,

Untuk menang,

all you have to do is see the reality that's in front of you

Anda harus melihat kenyataan di depan Anda

as it really is, all right?

apa adanya. Jelas?

So we have two panels here, of colored dots.

Di sini ada dua papan dengan

lingkaran berwarna

And one of those dots is the same in the two panels.

Salah satu warna lingkaran ini

sama pada kedua papan.

And you have to tell me which one.

Anda harus menemukan warna itu.

Now, I narrowed it down

Kita persempit menjadi

to the gray one, the green one, and, say, the orange one.

abu-abu, hijau, dan katakanlah, oranye.

So by a show of hands, we'll start with the easiest one.

Silakan angkat tangan -- kita mulai dengan yang paling mudah --

Show of hands: how many people think it's the gray one?

Angkat tangan: berapa banyak yang menjawab abu-abu?

Really? Okay.

Sungguh? Baik.

How many people think it's the green one?

Berapa banyak yang menjawab hijau?

And how many people think it's the orange one?

Dan berapa banyak yang menjawab oranye?

Pretty even split.

Tampaknya cukup merata.

Let's find out what the reality is.

Mari kita cari tahu yang sebenarnya.

Here is the orange one.

Inilah yang oranye.

(Laughter)

(Suara tawa)

Here is the green one.

Inilah yang hijau.

And here is the gray one.

Dan inilah yang abu-abu.

(Laughter)

(Suara tawa)

So for all of you who saw that, you're complete realists.

Jadi, bagi Anda yang dapat melihatnya, Anda benar-benar seorang realis, bukan?

All right?

(Laughter)

(Suara tawa)

So this is pretty amazing, isn't it?

Jadi, ini cukup menarik, bukan?

Because nearly every living system

Karena hampir semua makhluk hidup

has evolved the ability to detect light in one way or another.

telah mengembangkan kemampuan untuk mendeteksi cahaya dengan cara tertentu.

So for us, seeing color

Bagi kita, melihat warna adalah salah satu hal paling sederhana yang dilakukan otak.

is one of the simplest things the brain does.

And yet, even at this most fundamental level,

Tapi, bahkan pada tingkat yang paling dasar ini,

context is everything.

konteks adalah segalanya.

What I'm going to talk about is not that context is everything,

Yang akan saya bicarakan bukan bahwa konteks adalah segalanya,

but why context is everything.

tapi mengapa konteks adalah segalanya.

Because it's answering that question

Karena dengan menjawab pertanyaan itu kita dapat mengerti tidak hanya

that tells us not only why we see what we do,

mengapa kita melihat apa yang kita lakukan,

but who we are as individuals,

tapi juga siapa diri kita,

and who we are as a society.

dan siapa kita dalam masyarakat.

But first, we have to ask another question,

Tapi sebelumnya, kita harus bertanya hal lain,

which is, "What is color for?"

yaitu, "Apa manfaat warna?"

And instead of telling you, I'll just show you.

Saya tidak akan memberitahu Anda. Saya hanya akan menunjukkan saja.

What you see here is a jungle scene,

Yang Anda lihat di sini adalah pemandangan hutan,

and you see the surfaces according to the amount of light

dan Anda melihat suatu permukaan menurut jumlah

that those surfaces reflect.

cahaya yang dipantulkan oleh permukaan itu.

Now, can any of you see the predator that's about to jump out at you?

Apakah Anda melihat hewan buas yang akan menyerang Anda?

And if you haven't seen it yet, you're dead, right?

Jika Anda belum dapat melihatnya, Anda mati, bukan?

(Suara tawa)

(Laughter)

Can anyone see it? Anyone? No?

Adakah yang dapat melihatnya? Ada? Tidak?

Now let's see the surfaces

Mari kita lihat menurut kualitas cahaya yang dipantulkannya.

according to the quality of light that they reflect.

And now you see it.

Sekarang Anda dapat melihatnya.

So, color enables us to see

Jadi, warna memungkinkan kita melihat

the similarities and differences between surfaces,

persamaan dan perbedaan dari berbagai permukaan

according to the full spectrum of light that they reflect.

menurut spektrum cahaya yang dipantulkan.

But what you've just done

Tapi apa yang baru saja Anda lakukan tidak mungkin secara matematis.

is in many respects mathematically impossible.

Why?

Mengapa? Karena, seperti yang diberitahukan oleh Berkeley,

Because, as Berkeley tells us,

we have no direct access to our physical world,

kita tidak memiliki akses langsung ke dunia fisik

other than through our senses.

selain melalui indera kita.

And the light that falls onto our eyes

Dan cahaya yang masuk ke mata kita

is determined by multiple things in the world,

ditentukan oleh bermacam-macam hal di dunia --

not only the color of objects,

tidak hanya warna benda itu,

but also the color of their illumination,

tapi juga warna sumber cahayanya,

and the color of the space between us and those objects.

dan warna daerah antara benda itu dan kita.

You vary any one of those parameters,

Satu saja parameter tersebut kita ubah,

and you'll change the color of the light that falls onto your eye.

maka warna yang masuk ke dalam mata kita ikut berubah.

This is a huge problem,

Ini adalah masalah besar karena berarti

because it means that the same image

gambar yang sama dapat memiliki kemungkinan sumber

could have an infinite number of possible real-world sources.

yang jumlahnya tidak terhingga.

Let me show you what I mean.

Saya akan menunjukkan maksudnya. Bayangkan ini bagian belakang dari mata Anda.

Imagine that this is the back of your eye, okay?

Dan ini adalah dua proyeksi dari luar.

And these are two projections from the world.

They're identical in every single way.

Keduanya sama persis.

Identical in shape, size, spectral content.

bentuk, ukuran, dan warnanya.

They are the same, as far as your eye is concerned.

Keduanya sama, sejauh yang diketahui oleh mata Anda.

And yet they come from completely different sources.

Tapi sesungguhnya mereka berasal dari sumber yang berbeda.

The one on the right comes from a yellow surface,

Gambar di sebelah kanan

berasal dari permukaan kuning,

in shadow, oriented facing the left,

di dalam bayangan, menghadap ke kiri,

viewed through a pinkish medium.

terlihat melalui medium jingga.

The one on the left comes from an orange surface,

Gambar di sebelah kiri berasal dari medium oranye

under direct light, facing to the right,

di bawah cahaya langsung, menghadap ke kanan

viewed through sort of a bluish medium.

terlihat melalui medium biru.

Completely different meanings,

Sama sekali berbeda maknanya,

giving rise to the exact same retinal information.

dan memberikan informasi yang sama persis ke dalam retina.

And yet it's only the retinal information that we get.

Tapi hanya informasi dari retina itulah

yang kita terima.

So how on Earth do we even see?

Jadi bagaimana mungkin kita dapat melihat?

So if you remember anything in this next 18 minutes,

Jika Anda mengingat apapun dalam 18 menit ke depan,

remember this:

ingat ini: cahaya yang masuk ke mata Anda,

that the light that falls onto your eye,

sensory information, is meaningless,

informasi dari indera ini, ttidak bermakna.

because it could mean literally anything.

Karena itu dapat berarti apa saja.

And what's true for sensory information is true for information generally.

Dan apa yang benar bagi informasi indera sebenarnya benar secara umum.

There's no inherent meaning in information.

Tidak ada arti baku dalam informasi.

It's what we do with that information that matters.

Apa yang kita lakukan dengan informasi itulah yang bermakna.

So, how do we see? Well, we see by learning to see.

Jadi, bagaimana kita melihat? Ya, dengan belajar melihat.

The brain evolved the mechanisms for finding patterns,

Otak mengembangkan cara untuk menemukan pola,

finding relationships in information,

menemukan hubungan dalam informasi

and associating those relationships with a behavioral meaning,

dan menyatukan hubungan tersebut

dengan tindakan yang berarti.

a significance, by interacting with the world.

sesuatu yang berarti, melalui interaksi dengan dunia

We're very aware of this

Kita sangat menyadari hal ini

in the form of more cognitive attributes, like language.

dalam bentuk yang lebih bersifat kognitif, seperti bahasa.

I'm going to give you some letter strings,

Saya akan memberikan rangkaian kata dan saya ingin Anda membacanya untuk saya

and I want you to read them out for me, if you can.

jika bisa.

Audience: "Can you read this?"

Penonton: "Can you read this?" ("Bisakah Anda membaca ini?")

"You are not reading this."

"You are not reading this." ("Anda tidak membaca ini")

"What are you reading?"

"Apa yang Anda baca?"

Beau Lotto: "What are you reading?" Half the letters are missing, right?

Beau Lotto: Apa yang Anda baca? Separuh dari hurufnya hilang, bukan?

There's no a priori reason

Tidak ada alasan mengapa ada "H" yang hilang

why an "H" has to go between that "W" and "A."

di antara "W" dan "A" itu.

But you put one there. Why?

Tapi Anda memasukkannya. Mengapa?

Because in the statistics of your past experience,

Karena berdasarkan statistik pengalaman Anda di masa lalu

it would have been useful to do so.

hal itu berguna. Jadi Anda melakukannya lagi.

So you do so again.

And yet you don't put a letter after that first "T."

Tapi, Anda tidak menaruh huruf setelah huruf "T" pertama itu

Why? Because it wouldn't have been useful in the past.

Mengapa? Karena di masa lalu hal itu tidak berguna.

So you don't do it again.

Jadi Anda tidak melakukannya lagi.

So, let me show you how quickly our brains can redefine normality,

Saya akan menunjukkan betapa cepatnya otak kita mengartikan kenormalan,

even at the simplest thing the brain does, which is color.

bahkan pada hal paling sederhana yang dilakukannya, yaitu warna.

So if I could have the lights down up here.

Jadi, tolong padamkan lampu di sini.

I want you to first notice that those two desert scenes are physically the same.

Saya ingin Anda perhatikan terlebih dahulu bahwa kedua gambar gurun di atas ini sama.

Gambar yang satu adalah cerminan dari yang lain. Benar?

One is simply the flipping of the other.

Now I want you to look at that dot

Saya ingin Anda melihat pada titik itu

between the green and the red.

antara latar hijau dan merah, baik?

And I want you to stare at that dot. Don't look anywhere else.

Saya ingin Anda memandang pada titik itu. Jangan melihat ke tempat lain

We're going to look at it for about 30 seconds,

dan kita akan melihatnya selama 30 detik

yang sebenarnya terlalu lama untuk jatah kita yang hanya 18 menit.

which is a bit of a killer in an 18-minute talk.

(Laughter)

(Suara tawa)

Tapi saya benar-benar ingin Anda belajar.

But I really want you to learn.

And I'll tell you -- don't look anywhere else --

Dan saya akan beri tahu-- jangan melihat ke tempat lain --

I'll tell you what's happening in your head.

saya akan beri tahu apa yang terjadi di dalam kepala Anda.

Your brain is learning,

Otak Anda belajar. Otak belajar bahwa bagian kanan gambar

and it's learning that the right side of its visual field

disinari cahaya merah;

is under red illumination;

the left side of its visual field is under green illumination.

sedangkan bagian kiri disinari cahaya hijau.

That's what it's learning. Okay?

Itulah yang dipelajari otak.

Now, when I tell you, I want you to look at the dot between the two desert scenes.

Saya ingin, saat saya perintahkan, Anda melihat titik di antara kedua gambar gurun itu.

So why don't you do that now?

Bagaimana kalau sekarang?

(Laughter)

(Suara tawa)

Can I have the lights up again?

Tolong lampunya dinyalakan kembali.

I take it from your response they don't look the same anymore, right?

Dari tanggapan Anda saya anggap keduanya tidak terlihat sama lagi, bukan?

(Applause)

(Tepuk tangan)

Why? Because your brain is seeing that same information

Mengapa? Karena otak Anda melihat informasi yang sama

as if the right one is still under red light,

seperti jika bagian kanan masih disinari cahaya merah

and the left one is still under green light.

dan bagian kiri masih disinari cahaya hijau.

Itulah kenormalan Anda yang baru.

That's your new normal.

Okay? So, what does this mean for context?

Jadi, apa makna semua ini?

It means I can take two identical squares,

Saya dapat mengambil kedua persegi yang sama ini

put them in light and dark surrounds,

dan meletakkannya di lingkungan terang dan gelap.

and the one on the dark surround looks lighter than on the light surround.

Persegi di lingkungan gelap terlihat lebih terang daripada persegi di lingkungan terang.

Yang penting bukan sekadar lingkungan gelap dan terang di sekeliling benda itu.

What's significant is not simply the light and dark surrounds that matter.

It's what those light and dark surrounds meant for your behavior in the past.

Itulah makna lingkungan terang dan gelap bagi perilaku Anda di masa lalu.

So I'll show you what I mean.

Saya akan menunjukkan maksud saya. Di sini ada

Here we have that exact same illusion.

ilusi yang sama.

We have two identical tiles on the left,

Kita memiliki dua ubin yang sama, di sebelah kiri,

one in a dark surround, one in a light surround.

yang satu di lingkungan gelap dan lainnya di lingkungan terang.

And the same thing over on the right.

Juga benda yang sama di sebelah kanan.

Now, I'll reveal those two scenes,

Saya akan memperterang kedua gambar ini.

but I'm not going to change anything within those boxes,

Tapi saya tidak akan mengubah apapun di dalamnya,

kecuali maknanya.

except their meaning.

And see what happens to your perception.

Dan kita lihat apa yang terjadi pada persepsi Anda.

Notice that on the left

Lihatlah di sebelah kiri

the two tiles look nearly completely opposite:

kedua ubin terlihat benar-benar berbeda

one very white and one very dark, right?

yang satu berwarna sangat putih dan yang satu sangat gelap.

Baik? Sedangkan yang di sebelah kanan,

Whereas on the right, the two tiles look nearly the same.

kedua ubin terlihat benar-benar sama

And yet there is still one on a dark surround,

Tapi keduanya juga ada di lingkungan gelap dan terang.

and one on a light surround.

Why?

Mengapa? Karena jika ubin di dalam bayangan itu

Because if the tile in that shadow were in fact in shadow,

benar-benar dalam bayangan

and reflecting the same amount of light to your eye

dan memantulkan jumlah cahaya yang sama ke mata Anda

as the one outside the shadow,

seperti ubin di luar bayangan itu,

it would have to be more reflective -- just the laws of physics.

ubin akan memantulkan cahaya lebih -- fisika dasar.

So you see it that way.

Jadi Anda melihatnya seperti itu.

Whereas on the right, the information is consistent

Sedangkan di sebelah kanan, informasi itu tetap

with those two tiles being under the same light.

kedua ubin disinari oleh cahaya yang sama.

If they're under the same light reflecting the same amount of light to your eye,

Jika mereka disinari cahaya yang sama, memantulkan jumlah cahaya yang sama

ke mata Anda

then they must be equally reflective.

daya pantul keduanya harus sama.

So you see it that way.

Sehingga Anda melihatnya seperti itu

Which means we can bring all this information together

yang berarti kita dapat menggunakan semua informasi ini

to create some incredibly strong illusions.

untu menciptakan ilusi hebat yang kuat.

This is one I made a few years ago.

Inilah yang saya buat beberapa tahun lalu

And you'll notice you see a dark brown tile at the top,

dan Anda akan menyadari jika Anda melihat ubin coklat tua di bagian atas

and a bright orange tile at the side.

dan ubin oranye terang di bagian sisi.

That is your perceptual reality.

Ini adalah persepsi dari kenyataan. Realitas fisiknya

The physical reality is that those two tiles are the same.

adalah kedua ubin ini sama.

Here you see four gray tiles on your left,

Di sini Anda melihat empat ubin abu-abu di sebelah kiri

seven gray tiles on the right.

tujuh ubin abu-abu di sebelah kanan.

I'm not going to change those tiles at all,

Saya tidak akan mengubah ubin itu sama sekali.

but I'm going to reveal the rest of the scene.

Tapi saya akan menunjukkan seluruh gambar.

And see what happens to your perception.

Dan lihatlah apa yang terjadi pada persepsi Anda.

The four blue tiles on the left are gray.

Empat ubin biru di sebelah kiri adalah abu-abu.

The seven yellow tiles on the right are also gray.

Tujuh ubin biru di sebelah kanan juga abu-abu.

They are the same. Okay?

Mereka sama, bukan?

Don't believe me? Let's watch it again.

Tidak percaya? Mari kita saksikan sekali lagi.

What's true for color is also true for complex perceptions of motion.

Apa yang benar untuk warna juga benar untuk kerumitan persepsi gerakan.

So, here we have --

Jadi di sini kita punya --

let's turn this around -- a diamond.

mari kita putar -- wajik.

And what I'm going to do is, I'm going to hold it here,

yang akan saya lakukan, saya akan menahannya di sini

and I'm going to spin it.

dan memutarnya.

And for all of you, you'll see it probably spinning this direction.

Dan bagi sebagian besar dari Anda, Anda mungkin melihatnya berputar ke arah ini.

Now I want you to keep looking at it.

Saya ingin Anda terus melihatnya.

Move your eyes around, blink, maybe close one eye.

Gerakkan mata Anda, mungkin tutup satu mata.

And suddenly it will flip, and start spinning the opposite direction.

Dan tiba-tiba gerakan akan berbalik arah, berputar pada arah sebaliknya.

Yes? Raise your hand if you got that. Yes?

Benar? Angkat tangan jika Anda mendapatkannya. Benar?

Keep blinking.

Tetaplah berkedip. Setiap kali Anda berkedip arah putaran akan berubah bukan?

Every time you blink, it will switch.

So I can ask you, which direction is it rotating?

Saya dapat bertanya, ke arah mana wajik ini berputar?

How do you know?

Bagaimana Anda tahu?

Your brain doesn't know, because both are equally likely.

Otak Anda tidak tahu. Karena keduanya memiliki kemungkinan yang sama.

So depending on where it looks,

Jadi tergantung bagaimana hal itu terlihat, terus berganti

it flips between the two possibilities.

di antara dua kemungkinan ini.

Are we the only ones that see illusions?

Apakah kita satu-satunya yang melihat ilusi ini?

The answer to this question is no.

Jawaban pertanyaan ini adalah tidak.

Even the beautiful bumblebee,

Bahkan lebah yang cantik

with its mere one million brain cells,

dengan hanya satu juta sel otak lebih,

which is 250 times fewer cells than you have in one retina,

250 kali lebih sedikit dari yang Anda miliki di satu retina,

sees illusions, does the most complicated things

melihat ilusi, melakukan hal yang paling rumit

that even our most sophisticated computers can't do.

yang bahkan komputer kita yang paling canggih tidak dapat lakukan.

So in my lab we work on bumblebees,

Jadi di lab saya, kami tentu saja meneliti lebah

because we can completely control their experience,

karena kami dapat mengendalikan pengalaman mereka seutuhnya

and see how it alters the architecture of their brain.

dan melihat bagaimana hal itu mengubah arsitektur otak mereka.

dan kita menyebutnya Bee Matrix (matriks lebah).

We do this in what we call the Bee Matrix.

Here you have the hive.

Dan inilah sarang mereka. Anda dapat melihat sang ratu lebah,

You can see the queen bee, the large bee in the middle.

lebah besar di bagian tengah. Itu semua adalah putrinya, telurnya.

Those are her daughters, the eggs.

dan mereka keluar masuk sarang ini

They go back and forth between this hive and the arena, via this tube.

dan arena ini melalui tabung ini.

You'll see one of the bees come out here.

dan lihatlah salah satu lebah yang keluar di sini.

You see how she has a little number on her?

Anda melihat ada nomor kecil pada lebah ini.

There's another one coming out, she also has a number on her.

Ya, ada lagi yang keluar. Dia memiliki nomor juga.

Now, they're not born that way, right?

Mereka tidak terlahir seperti itu, bukan?

We pull them out, put them in the fridge, and they fall asleep.

Kami mengambilnya, menaruh mereka di dalam lemari es, dan mereka tertidur

Then you can superglue little numbers on them.

lalu Anda dapat menempelkan nomor kecil pada mereka.

(Suara tawa)

(Laughter)

And now, in this experiment they get a reward if they go to the blue flowers.

Dan dalam penelitian ini mereka mendapat hadiah jika pergi ke bunga biru

They land on the flower,

dan mendarat di atasnya. Mereka melekatkan lidahnya di sana,

stick their tongue in there, called a proboscis, and drink sugar water.

lidah yang disebut proboscis, dan minum air gula.

She's drinking a glass of water that's about that big to you and I,

Dia minum segelas air yang berukuran kira-kira sebesar itu bagi kita,

will do that about three times, then fly.

dia akan melakukannya tiga kali, lalu terbang.

And sometimes they learn not to go to the blue,

Kadang-kadang, mereka belajar untuk tidak pergi ke yang biru

but to go where the other bees go.

tapi ke tempat di mana lebah yang lain pergi.

So they copy each other.

Jadi mereka saling meniru, dapat berhitung hingga lima, dapat mengenali wajah.

They can count to five. They can recognize faces.

And here she comes down the ladder.

Dan kini dia menuruni tangga

And she'll come into the hive, find an empty honey pot,

lalu menuju ke sarang dan mencari wadah madu yang kosong

and throw up, and that's honey.

dan muntah, dan itulah madu.

(Laughter)

(Suara tawa)

Now remember, she's supposed to be going to the blue flowers,

Sekarang ingat -- (Suara tawa)

-- dia seharusnya pergi ke bunga berwarna biru

but what are these bees doing in the upper right corner?

Tapi apa yang dilakukan oleh lebah di sudut kanan atas itu?

It looks like they're going to green flowers.

Sepertinya mereka pergi ke bunga berwarna hijau.

Now, are they getting it wrong?

Apakah mereka salah?

And the answer to the question is no. Those are actually blue flowers.

Dan jawaban pertanyaan ini adalah tidak. Sebenarnya itu bunga biru.

But those are blue flowers under green light.

Bunga biru disinari oleh cahaya hijau.

So they're using the relationships between the colors to solve the puzzle,

Jadi mereka menggunakan hubungan antara warna untuk memecahkan teka-teki.

which is exactly what we do.

Sesuatu yang sama dengan yang kita lakukan.

So, illusions are often used,

Jadi, ilusi sering digunakan,

especially in art, in the words of a more contemporary artist,

terutama dalam kesenian, dalam istilah artis yang lebih kontemporer,

"to demonstrate the fragility of our senses."

"untuk menunjukkan kerapuhan indera kita."

Okay, this is complete rubbish.

Baik, ini sama sekali salah.

The senses aren't fragile. And if they were, we wouldn't be here.

Indera kita tidak rapuh. Jika ya, tidak mungkin kita ada di sini.

Sebaliknya, warna memberitahu kita sesuatu yang sangat berbeda,

Instead, color tells us something completely different,

that the brain didn't actually evolve to see the world the way it is.

yaitu otak tidak benar-benar berkembang untuk melihat dunia yang sebenarnya.

We can't.

Kita tidak dapat. Otak berkembang untuk melihat dunia

Instead, the brain evolved to see the world

the way it was useful to see in the past.

yang berguna untuk dilihat di masa lalu.

And how we see is by continually redefining normality.

Cara kita melihat adalah dengan terus menerus mendefinisikan kembali kenormalan.

So, how can we take this incredible capacity of plasticity of the brain

Jadi, bagaimana kita dapat menerimanya

daya tampung otak yang luar biasa plastis

and get people to experience their world differently?

dan membuat orang merasakan dunia mereka secara berbeda?

Well, one of the ways we do it in my lab and studio

Baik, salah satu cara yang kami lakukan di lab dan studio

is we translate the light into sound,

adalah menerjemahkan cahaya menjadi suara

and we enable people to hear their visual world.

kami memungkinkan orang untuk mendengar dunia visual mereka.

And they can navigate the world using their ears.

Dan mereka dapat melayari dunia dengan telinga mereka.

Here's David on the right, and he's holding a camera.

Ini adalah David, di sebelah kanan. Dan dia memegang kamera.

On the left is what his camera sees.

Di sebelah kiri adalah apa yang dilihat kameranya.

And you'll see there's a faint line going across that image.

Dan Anda akan melihat sebuah garis, garis tipis yang melalui gambar itu.

That line is broken up into 32 squares.

Garis ini dibagi menjadi 32 persegi.

In each square, we calculate the average color.

Pada setiap persegi kami menghitung warna rata-ratanya.

And then we just simply translate that into sound.

Lalu menerjemahkannya menjadi suara.

And now he's going to turn around,

Sekarang dia akan

berbalik, menutup matanya

close his eyes,

and find a plate on the ground with his eyes closed.

dan mencari piring di lantai, dengan mata tertutup.

(Continuous sound)

(Sound changes momentarily)

(Sound changes momentarily)

(Sound changes momentarily)

(Sound changes momentarily)

(Sound changes momentarily)

Beau Lotto: He finds it. Amazing, right?

Dia menemukannya. Luar biasa kan?

So not only can we create a prosthetic for the visually impaired,

Jadi tidak hanya kita dapat menciptakan alat bantu bagi penderita gangguan penglihatan

but we can also investigate

tapi kita juga dapat meneliti bagaimana manusia

how people literally make sense of the world.

merasakan dunia mereka.

But we can also do something else.

Kita juga dapat melakukan sesuatu yang lain. Kita dapat membuat musik dari warna,

We can also make music with color.

So, working with kids,

Bekerja bersama anak-anak

they created images,

mereka menggambar

thinking about what might the images you see

berpikir tentang gambar apa yang akan Anda lihat

sound like if we could listen to them.

terdengar seperti jika kita dapat mendengar mereka.

And then we translated these images.

Lalu kami menerjemahkan gambar ini.

And this is one of those images.

dan inilah salah satu gambar itu.

And this is a six-year-old child composing a piece of music

Ini anak enam tahun yang menggubah lagu

for a 32-piece orchestra.

untuk orkestra dengan 32 instrumen.

And this is what it sounds like.

Dan inilah lagu yang terdengar.

(Electronic representation of orchestral music)

So, a six-year-old child. Okay?

Seorang anak enam tahun, benar?

Now, what does all this mean?

Apa makna dari semua ini?

What this suggests is that no one is an outside observer of nature, okay?

Sebenarnya tidak ada orang yang merupakan pengamat luar

dari alam, benar?

We're not defined by our central properties,

Kita tidak didefinisikan oleh sifat dasar kita,

by the bits that make us up.

dengan bagian-bagian penyusun kita.

We're defined by our environment and our interaction with that environment,

Kita didefinisikan oleh lingkungan kita dan hubungan kita dengan lingkungan itu --

by our ecology.

oleh ekologi kita,

And that ecology is necessarily relative, historical and empirical.

dan ekologi itu tentu saja relatif,

historis dan empiris.

Jadi, saya akan menutup dengan hal ini

So, what I'd like to finish with is this over here.

Because what I've been trying to do is really celebrate uncertainty.

Karena apa yang saya coba lakukan adalah merayakan ketidakpastian.

Because I think only through uncertainty is there potential for understanding.

Karena saya berpikir hanya melalui ketidakpastian ada potensi untuk mengerti.

So, if some of you are still feeling a bit too certain,

Jadi, jika ada di antara Anda yang masih merasa terlalu yakin.

I'd like to do this one.

Saya ingin melakukan hal ini.

So, if we have the lights down.

Tolong lampu dipadamkan.

And what we have here --

Dan di sini kita memiliki --

Can everyone see 25 purple surfaces on your left,

Adakah yang dapat melihat 25 latar ungu

di sebelah kiri,

and 25, call it yellowish, surfaces on your right?

dan 25, sebut saja kuning, di sebelah kanan?

So now, what I want to do,

Jadi sekarang, yang akan saya lakukan:

I'm going to put the middle nine surfaces here

Saya akan menyinari sembilan permukaan di tengah

under yellow illumination,

dengan cahaya kuning

by simply putting a filter behind them.

dengan menaruh filter di belakangnya.

Baiklah. Sekarang Anda dapat melihat cahaya yang

Now you can see that changes the light that's coming through there, right?

melaluinya berubah, bukan?

Because now the light is going through a yellowish filter

Karena sekarang cahaya melalui sebuah filter kuning

lalu filter ungu.

and then a purplish filter.

I'm going to do the opposite on the left here.

Saya akan melakukan hal sebaliknya di sebelah kiri.

I'm going to put the middle nine under a purplish light.

Saya akan menyinari sembilan permukaan di tengah dengan cahaya ungu.

Now, some of you will have noticed that the consequence

Beberapa dari Anda akan menyadari bahwa akibatnya adalah

is that the light coming through those middle nine on the right,

cahaya menuju kesembilan permukaan di sebelah kanan,

or your left, is exactly the same as the light

di sebelah kiri Anda

sebenarnya sama dengan cahaya yang melalui

coming through the middle nine on your right.

kesembilan latar di sebelah kanan Anda.

Agreed? Yes?

Setuju? Ya?

Okay. So they are physically the same.

Baik. Jadi mereka sebenarnya sama.

Let's pull the covers off.

Mari kita buka selubungnya.

Now remember --

Sekarang ingat,

you know that the middle nine are exactly the same.

Anda tahu kalau kesembilan latar di tengah sebenarnya sama.

Do they look the same?

Apakah mereka terlihat sama? Tidak.

No.

The question is, "Is that an illusion?"

Pertanyaannya adalah, "Apakah ini ilusi?"

And I'll leave you with that.

Saya akan meninggalkan pertanyaan itu untuk Anda.

So, thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Laughter)

(Applause)

(Tepuk tangan)