Saki Mafundikwa: Ingenuity and elegance in ancient African alphabets

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Yustina Suryanti

I moved back home 15 years ago

Saya kembali 15 tahun yang lalu

after a 20-year stay in the United States,

setelah tinggal di Amerika Serikat selama 20 tahun

and Africa called me back.

dan terpanggil oleh Afrika.

And I founded my country's first

Lalu saya mendirikan sekolah desain grafis

graphic design and new media college.

dan media baru pertama di negara asal saya.

And I called it the Zimbabwe Institute of Vigital Arts.

saya menamainya "Institut Seni Vigital Zimbabwe."

The idea, the dream, was really for a sort of Bauhaus

Gagasan dan mimpinya benar-benar seperti Bauhaus,

sort of school where new ideas were interrogated

seperti sekolah di mana gagasan baru dipertanyakan

and investigated,

dan diselidiki,

the creation of a new visual language

penciptaan dari bahasa visual baru

based on the African creative heritage.

dari warisan budaya kreatif Afrika.

We offer a two-year diploma

Kami menawarkan pendidikan diploma 2 tahun

to talented students who have successfully completed

bagi siswa berbakat yang berhasil menyelesaikan

their high school education.

pendidikan sekolah menengah mereka.

And typography's a very important part of the curriculum

Dan tipografi menjadi bagian kurikulum yang sangat penting

and we encourage our students to look inward for influence.

di mana kami mendorong para siswa untuk mencari pengaruh di dalam.

Here's a poster designed by one of the students

Inilah poster yang dirancang oleh salah satu siswa kami

under the theme "Education is a right."

yang bertemakan, "Pendidikan adalah hak."

Some logos designed by my students.

Beberapa logo yang dirancang oleh para siswa saya.

Africa has had a long tradition of writing,

Afrika memiliki tradisi menulis yang panjang,

but this is not such a well-known fact,

namun hal ini tidak begitu banyak diketahui

and I wrote the book "Afrikan Alphabets" to address that.

sehingga saya menulis buku "Abjad Afrika" untuk membahas hal itu.

The different types of writing in Africa,

Ada berbagai jenis tulisan di Afrika,

first was proto-writing,

yang pertama adalah tulisan proto,

as illustrated by Nsibidi,

seperti yang digambarkan oleh Nsibidi,

which is the writing system of a secret society

yang merupakan sistem penulisan dari perkumpulan rahasia

of the Ejagham people in southern Nigeria.

orang-orang Ejagham di Nigeria Selatan.

So it's a special-interest writing system.

Jadi itu semacam sistem penulisan dengan tujuan khusus.

The Akan of people of Ghana and [Cote d'Ivoire]

Suku Akan di Ghana dan [Cote d'Ivoire]

developed Adinkra symbols some 400 years ago,

mengembangkan simbol Adinkra sekitar 400 tahun yang lalu,

and these are proverbs, historical sayings,

dan ini adalah ungkapan pepatah, sejarah,

objects, animals, plants,

objek, binatang, tumbuhan,

and my favorite Adinkra system

dan sistem Adinkra kesukaan saya

is the first one at the top on the left.

adalah huruf pertama di bagian kiri atas

It's called Sankofa.

yang disebut Sankola.

It means, "Return and get it." Learn from the past.

Itu berarti, "Kembali dan raihlah." Belajar dari masa lalu.

This pictograph by the Jokwe people of Angola

Piktograf dari suku Jokwe di Angola

tells the story of the creation of the world.

menceritakan kisah penciptaan dunia ini.

At the top is God, at the bottom is man, mankind,

Ada Tuhan di bagian atas dan umat manusia di bagian bawah,

and on the left is the sun, on the right is the moon.

di sebelah kiri ada matahari, dan di sebelah kanan ada bulan.

All the paths lead to and from God.

Semua jalan berasal dan menuju kepada Tuhan.

These secret societies of the Yoruba, Kongo

Perkumpulan rahasia dari agama Yoruba, Kongo,

and Palo religions

dan Palo

in Nigeria, Congo and Angola respectively,

di Nigeria, Kongo, dan Angola

developed this intricate writing system

mengembangkan sistem penulisan yang rumit ini

which is alive and well today in the New World

yang hidup dan berkembang di Dunia Baru saat ini,

in Cuba, Brazil and Trinidad and Haiti.

di Kuba, Brazil, Trinidad, dan Haiti.

In the rainforests of the Democratic Republic of Congo,

Di tengah hutan hujan dari Republik Demokrasi Kongo

in the Ituri society,

dalam masyarakat suku Ituri,

the men pound out a cloth out of a special tree,

para pria membuat pakaian dari tumbuhan tertentu,

and the women, who are also the praise singers,

dan para wanitanya, yang juga merupakan para penyanyi hebat

paint interweaving patterns

melukis pola-pola yang terjalin

that are the same in structure

yang memiliki struktur yang sama

as the polyphonic structures that they use in their singing --

dengan struktur nada polifonik yang mereka nyanyikan --

a sort of a musical score, if you may.

semacam notasi musik, kurang lebih.

In South Africa, Ndebele women

Di Afrika Selatan, para wanita suku Ndebele

use these symbols and other geometric patterns

menggunakan simbol-simbol ini dan pola geometris lainnya

to paint their homes in bright colors,

untuk melukis rumah mereka dengan warna-warna cerah,

and the Zulu women use the symbols

dan para wanita Zulu menggunakan simbol-simbol

in the beads that they weave

pada manik-manik yang mereka jalin

into bracelets and necklaces.

menjadi gelang dan kalung.

Ethiopia has had the longest tradition of writing,

Ethiopia memiliki tradisi penulisan yang paling lama,

with the Ethiopic script that was developed

dengan tulisan Ethiopic yang dikembangkan

in the fourth century A.D.

pada abad ke-4 Masehi

and is used to write Amharic,

dan digunakan untuk menulis Bahasa Amharic

which is spoken by over 24 million people.

yang digunakan oleh lebih dari 24 juta orang.

King Ibrahim Njoya of the Bamum Kingdom of Cameroon

Raja Ibrahim Njoya dari Kerajaan Bamun di Kamerun

developed Shü-mom at the age of 25.

mengembangkan Shu-mom saat berusia 25 tahun.

Shü-mom is a writing system.

Shu-mom adalah sebuah sistem penulisan.

It's a syllabary. It's not exactly an alphabet.

Bukan benar-benar abjad, namun sistem suku kata.

And here we see three stages of development

Dan di sini kita melihat tiga tahap perkembangan

that it went through in 30 years.

selama 30 tahun.

The Vai people of Liberia had a long tradition of literacy

Suku Vai di Liberia memiliki tradisi penulisan yang panjang

before their first contact with Europeans in the 1800s.

sebelum mereka pertama kali bertemu dengan orang Eropa pada tahun 1800-an.

It's a syllabary and reads from left to right.

Ini adalah sistem suku kata yang dibaca dari kiri ke kanan.

Next door, in Sierra Leone, the Mende

Di sebelahnya, di Sierra Leone, suku Mende

also developed a syllabary,

juga mengembangkan sistem suku kata,

but theirs reads from right to left.

namun dituliskan dari kanan ke kiri.

Africa has had a long tradition of design,

Afrika memiliki tradisi perancangan yang panjang

a well-defined design sensibility,

dengan ketepatan yang akurat,

but the problem in Africa has been that,

namun masalahnya, khususnya pada saat ini

especially today, designers in Africa

adalah para perancang di Afrika

struggle with all forms of design

berkutat dengan segala bentuk rancangan,

because they are more apt to look outward

karena mereka lebih cenderung mencari pengaruh

for influence and inspiration.

dan ilham dari luar.

The creative spirit in Africa, the creative tradition,

Semangat dan tradisi kreatif di Afrika

is as potent as it has always been,

masih sama ampuhnya seperti dulu,

if only designers could look within.

kalau saja para perancang mau melihat ke dalam.

This Ethiopic cross illustrates

Salib dari Ethiopia ini menggambarkan

what Dr. Ron Eglash has established:

apa yang telah dibangun oleh Dr. Ron Eglash

that Africa has a lot to contribute to computing

bahwa Afrika banyak memberikan sumbangan pada komputasi

and mathematics through their intuitive grasp of fractals.

dan matematika melalui penalaran mereka akan fraktal.

Africans of antiquity created civilization,

Afrika Kuno telah menciptakan peradaban

and their monuments, which still stand today,

dengan tugu-tugu yang masih berdiri hingga saat ini,

are a true testimony of their greatness.

sebagai kesaksian nyata dari kehebatan mereka.

Most probably, one of humanity's greatest achievements

Sangat mungkin bahwa pencapaian terbesar umat manusia

is the invention of the alphabet,

adalah penemuan abjad

and that has been attributed to Mesopotamia

yang telah dikaitkan dengan Mesopotamia

with their invention of cuneiform in 1600 BC,

dengan penemuan Kuneiform pada tahun 1600 SM,

followed by hieroglyphics in Egypt,

yang diikuti oleh huruf Hieroglyph di Mesir,

and that story has been cast in stone as historical fact.

dan kisah itu telah terukir di batu sebagai fakta sejarah.

That is, until 1998,

Hingga tahun 1998,

when one Yale professor John Coleman Darnell

di mana seorang profesor dari Yale, John Coleman Darnell

discovered these inscriptions in the Thebes desert

menemukan prasasti di gurun Thebes

on the limestone cliffs in western Egypt,

pada tebing kapur di bagian barat Mesir,

and these have been dated at between 1800 and 1900 B.C.,

yang diperkirakan berasal dari tahun 1800 hingga 1900 SM,

centuries before Mesopotamia.

beberapa abad sebelum Mesopotamia,

Called Wadi el-Hol

yang disebut Wadi el-Hol

because of the place that they were discovered,

dari tempat ditemukannya prasasti ini,

these inscriptions -- research is still going on,

prasasti ini masih diteliti

a few of them have been deciphered,

dan beberapa diantaranya telah diterjemahkan,

but there is consensus among scholars

namun ada kesepakatan di antara para ilmuwan

that this is really humanity's first alphabet.

bahwa ini adalah abjad pertama umat manusia.

Over here, you see a paleographic chart

Di sini ada grafik paleograf

that shows what has been deciphered so far,

yang menunjukkan apa yang telah diterjemahkan sejauh ini

starting with the letter A, "ālep," at the top,

dimulai dengan huruf A, "ālep," di bagian atas,

and "bêt," in the middle, and so forth.

dan "bêt," di bagian tengah, dan seterusnya.

It is time that students of design in Africa

Inilah saatnya para siswa disain di Afrika

read the works of titans like Cheikh Anta Diop,

membaca karya-karya orang hebat seperti

Senegal's Cheikh Anta Diop,

Cheikh Anta Diop dari Senegal,

whose seminal work on Egypt is vindicated

yang karya pendahuluannya di Mesir telah dibuktikan

by this discovery.

oleh penemuan ini.

The last word goes to the great Jamaican leader

Hal yang terakhir adalah tentang pemimpin Jamaika yang agung,

Marcus Mosiah Garvey

Marcus Mosiah Garvey

and the Akan people of Ghana

dan suku Akan di Ghana

with their Adinkra symbol Sankofa,

dengan simbol Adinkra-nya, Sankofa,

which encourages us to go to the past

yang mendorong kita untuk kembali ke masa lalu

so as to inform our present

dan memberi tahu keberadaan kita sekarang

and build on a future for us and our children.

serta membangun masa depan bagi kita dan anak cucu kita.

It is also time that designers in Africa

Ini juga waktunya bagi para perancang di Afrika

stop looking outside.

untuk berhenti melihat keluar.

They've been looking outward for a long time,

Mereka sudah lama melihat keluar

yet what they were looking for

namun apa yang mereka cari

has been right there within grasp, right within them.

sebenarnya ada di dalam genggaman mereka, ada di dalam diri mereka.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)