John Hunter: Teaching with the World Peace Game

Translator: Irma Amelia Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

I'm very fortunate to be here.

Saya sangat beruntung berada di sini.

I feel so fortunate.

Saya merasa sangat beruntung.

I've been so impressed by the kindness expressed to me.

Saya kagum dengan kebaikan yang diberikan kepada saya.

I called my wife Leslie,

Saya memanggil istri saya Leslie,

and I said, "You know, there's so many good people

dan saya mengatakan, "Kau tahu, begitu banyak orang baik

trying to do so much good.

mencoba melakukan banyak hal yang baik.

It feels like I've landed in a colony of angels."

Rasanya saya berada di perkumpulan malaikat."

It's a true feeling.

Ini perasaan yang sebenarnya.

But let me get to the talk -- I see the clock is running.

Tapi saya akan memulai pembicaraan ini -- saya melihat jam terus berjalan.

I'm a public school teacher,

Saya seorang guru sekolah negeri,

and I just want to share a story of my superintendent.

dan saya ingin berbagi cerita tentang atasan saya.

Her name is Pam Moran

Namanya Pam Moran

in Albemarle County, Virginia,

tinggal di Albemarle County, Virginia,

the foothills of the Blue Ridge Mountains.

di kaki pegunungan Blue Ridge.

And she's a very high-tech superintendent.

Dia adalah atasan yang sangat mengerti teknologi.

She uses smart boards, she blogs,

Dia menggunakan papan cerdas, dia menulis blog,

she Tweets, she does Facebook,

dia menggunakan Twitter dan Facebook,

she does all this sort of high-tech stuff.

dia melakukan semua hal berteknologi tinggi.

She's a technology leader and instructional leader.

Dia adalah pemimpin teknologi dan pemimpin instruksional.

But in her office,

Namun di kantornya

there's this old wooden, weather-worn table, kitchen table --

ada meja dapur yang sudah tua dan usang termakan usia --

peeling green paint, it's kind of rickety.

dengan cat hijau yang terkelupas, agak reyot.

And I said, "Pam, you're such a modern, cutting-edge person.

Saya mengatakan, "Pam, kau sangat modern, orang yang terdepan.

Why is this old table in your office?"

Mengapa meja tua ini ada di kantormu?

And she told me, she said,

Dan dia mengatakan,

"You know, I grew up in Southwestern Virginia,

"Kau tahu, saya tumbuh di Virginia Barat Daya,

in the coal mines and the farmlands of rural Virginia,

di tambang batubara dan ladang daerah pedesaan Virginia,

and this table was in my grandfather's kitchen.

dan meja ini dulu ada di dapur kakek saya.

And we'd come in from playing, he'd come in from plowing and working,

Kami pulang dari bermain, dia pulang setelah membajak dan bekerja,

and we'd sit around that table every night.

dan kami akan duduk mengelilingi meja itu setiap malam.

And as I grew up, I heard so much knowledge

Saat saya tumbuh dewasa, saya mendengar begitu banyak pengetahuan

and so many insights and so much wisdom

dan begitu banyak wawasan dan kebijaksanaan

come out around this table,

datang dari sekeliling meja ini.

I began to call it the wisdom table.

Saya menyebutnya meja kebijaksanaan.

And when he passed on, I took this table with me and brought it to my office,

Ketika dia wafat, saya mengambil dan membawa meja ini ke kantor saya,

and it reminds me of him.

dan meja ini mengingatkan saya padanya.

It reminds me of what goes on around an empty space sometimes."

Mengingatkan saya tentang apa yang kadang-kadang terjadi di ruangan kosong."

The project I'm going to tell you about

Proyek yang saya akan ceritakan pada anda

is called the World Peace Game,

disebut Permainan Perdamaian Dunia,

and essentially it is also an empty space.

dan pada dasarnya ini juga merupakan ruang kosong.

And I'd like to think of it

Saya ingin menganggapnya

as a 21st century wisdom table, really.

sebagai meja kebijaksanaan abad ke-21.

It all started back in 1977.

Semua berawal di tahun 1977.

I was a young man,

Saya masih muda,

and I had been dropping in and out of college.

dan saya telah keluar masuk kampus.

And my parents were very patient,

Orangtua saya sangat penyabar,

but I had been doing intermittent sojourns to India

saya telah menetap sementara di India

on a mystical quest.

dalam sebuah pencarian mistis.

And I remember the last time I came back from India --

Saya ingat terakhir kali saya kembali dari India --

in my long white flowing robes

memakai jubah putih panjang saya

and my big beard and my John Lennon glasses --

dengan janggut besar dan kacamata John Lennon saya,

and I said to my father,

saya mengatakan pada ayah saya,

"Dad, I think I've just about found spiritual enlightenment."

"Ayah, sepertinya saya menemukan pencerahan spiritual."

He said, "Well there's one more thing you need to find."

Dia mengatakan, "Masih ada satu hal yang harus kau temukan."

I said, "What is that, dad?" "A job."

Saya bertanya, "Apa itu?" "Sebuah pekerjaan."

(Laughter)

(Tawa)

And so they pleaded with me to get a degree in something.

Sehingga mereka meminta saya untuk mendapatkan gelar dalam sesuatu.

So I got a degree

Jadi saya mendapatkan gelar

and it turned out to be education.

yang ternyata adalah gelar pendidikan.

It was an experimental education program.

Ini adalah program pendidikan eksperimental.

It could have been dentistry, but the word "experimental" was in it,

Bisa saja kedokteran gigi, namun kata "eksperimental" ada di dalamnya,

and so that's what I had to go for.

jadi itu yang harus saya jalani.

And I went in for a job interview

Saya pergi untuk wawancara pekerjaan

in the Richmond Public Schools in Virginia, the capital city,

di sekolah negeri Richmond di Virginia, di ibukota negara bagian,

bought a three-piece suit -- my concession to convention --

membeli tiga potong setelan jas -- pengakuan saya terhadap tradisi,

kept my long beard and my afro

mempertahankan janggut panjang dan rambut afro saya

and my platform shoes -- at the time it was the '70s --

dan sepatu berhak tebal saya -- waktu itu tahun 70-an --

and I walked in, and I sat down and had an interview.

saya masuk, duduk dan menjalani wawancara.

And I guess they were hard up for teachers

Saya kira sulit untuk menjadi seorang guru,

because the supervisor, her name was Anna Aro,

karena supervisor saya, namanya Anna Aro,

said I had the job teaching gifted children.

berkata bahwa pekerjaan saya adalah mengajar anak-anak berbakat

And I was so shocked, so stunned,

Saya begitu terkejut, begitu tercengang,

I got up and said, "Well, thank you, but what do I do?"

Saya bangun dan mengatakan, "Terima kasih, tapi apa yang harus saya lakukan?"

(Laughter)

(Tawa)

Gifted education hadn't really taken hold too much.

Pendidikan bagi anak berbakat tidak banyak mendapat perhatian.

There weren't really many materials or things to use.

Saat itu tidak banyak bahan atau benda untuk digunakan.

And I said, "What do I do?"

Saya bertanya, "Apa yang harus saya lakukan?"

And her answer shocked me. It stunned me.

Jawabannya mengagetkan saya. Saya tercengang.

Her answer set the template

Jawabannya menjadi cetakan

for the entire career I was to have after that.

untuk seluruh karir saya setelah itu.

She said, "What do you want to do?"

Dia mengatakan, "Apa yang ingin kamu lakukan?"

And that question cleared the space.

Pertanyaan itu mengosongkan seluruh ruangan.

There was no program directive, no manual to follow,

Tidak ada arahan program, tidak ada petunjuk untuk diikuti,

no standards in gifted education

tidak ada standar dalam pendidikan anak berbakat

in that way.

dengan cara seperti itu.

And she cleared such a space

Dia mengosongkan ruangan,

that I endeavored from then on

sehingga saya berupaya sejak saat itu

to clear a space for my students, an empty space,

untuk menyediakan sebuah ruangan untuk murid saya, ruang kosong,

whereby they could create and make meaning

di mana mereka bisa menciptakan dan membuat makna

out of their own understanding.

dari pemahaman mereka sendiri.

So this happened in 1978,

Jadi ini terjadi di tahun 1978,

and I was teaching many years later,

dan tahun-tahun selanjutnya saya terus mengajar,

and a friend of mine introduced me to a young filmmaker.

dan seorang teman saya mengenalkan saya pada seorang pembuat film.

His name is Chris Farina.

Namanya Chris Farina.

Chris Farina is here today at his own cost.

Chris Farina ada di sini dengan menggunakan biaya sendiri.

Chris, could you stand up and let them see you --

Chris, bisakah kau berdiri agar mereka melihatmu --

a young, visionary filmmaker who's made a film.

seorang pemuda pembuat film visioner.

(Applause)

(Tepuk tangan)

This film is called "World Peace and Other 4th Grade Achievements."

Fillm ini berjudul " Perdamaian Dunia dan Prestasi Lain dari Kelas 4."

He proposed the film to me -- it's a great title.

Dia menawarkan film kepada saya -- judul yang bagus.

He proposed the film to me,

Dia menawarkan film kepada saya,

and I said, "Yeah, maybe it'll be on local TV,

dan saya mengatakan, "Ya, mungkin ini akan ditayangkan di TV lokal,

and we can say hi to our friends."

dan kami bisa menyapa teman-teman kami."

But the film has really gone places.

Namun film ini telah tersebar luas.

Now it's still in debt, but Chris has managed, through his own sacrifice,

Sekarang kami masih berhutang, tapi Chris telah berhasil dengan pengorbanan sendiri,

to get this film out.

untuk membuat film ini keluar.

So we made a film

Jadi kami membuat sebuah film

and it turns out to be more than a story about me,

dan film ini menjadi lebih dari sebuah cerita mengenai diri saya,

more than a story about one teacher.

lebih dari sebuah cerita mengenai satu guru.

It's a story that's a testament to teaching and teachers.

Ini adalah cerita yang merupakan bukti dari pengajaran dan guru.

And it's a beautiful thing.

Dan itu adalah hal yang indah.

And the strange thing is, when I watch the film --

Hal yang aneh adalah ketika saya menonton film ini --

I have the eerie sensation of seeing it --

saya mendapat sensasi menakutkan melihatnya --

I saw myself literally disappear.

saya melihat diri saya benar-benar menghilang.

What I saw

Apa yang saya lihat

was my teachers coming through me.

adalah guru-guru saya datang melalui saya.

I saw my geometry teacher in high school, Mr. Rucell's

Saya melihat guru geometri saya di SMA,

wry smile under his handlebar mustache.

senyuman Pak Rucell di bawah kumis lengkungnya.

That's the smile I use -- that's his smile.

Itulah senyumnya.

I saw Jan Polo's flashing eyes.

Saya melihat sorot mata Jan Polo.

And they weren't flashing in anger,

Sorotan mata itu bukanlah amarah,

they were flashing in love, intense love for her students.

sorotan mata penuh cinta, cinta yang kuat untuk murid-muridnya.

And I have that kind of flash sometimes.

Kadang-kadang saya terbayang hal seperti itu.

And I saw Miss Ethel J. Banks

Saya melihat Nona Ethel J. Banks

who wore pearls and high-heels to elementary school every day.

menggunakan mutiara dan sepatu hak tinggi ke SD setiap hari.

And you know, she had that old-school teacher stare.

Dia memiliki tatapan seorang guru jaman dulu.

You know the one.

Anda pasti tahu.

(Laughter)

(Tawa)

"And I'm not even talking about you behind me,

"Saya tidak akan membiarkan kamu membicarakan saya di belakang

because I've got eyes in the back of my head."

karena saya memiliki mata di balik kepala saya."

(Laughter)

(Tawa)

You know that teacher?

Anda tahu guru seperti itu?

I didn't use that stare very often,

Saya tidak sering menggunakan tatapan semacam itu

but I do have it in my repertoire.

tapi saya memilikinya di repertoar saya.

And Miss Banks was there as a great mentor for me.

Nona Banks menjadi mentor yang hebat bagi saya.

And then I saw

Lalu saya melihat

my own parents, my first teachers.

orangtua saya, guru-guru pertama saya.

My father, very inventive, spatial thinker.

Ayah saya, sangat inventif, dengan pemikiran luas.

That's my brother Malcolm there on the right.

Itu saudara laki-laki saya, Malcolm, di sebelah kanan.

And my mother,

Dan ibu saya,

who taught me in fourth grade

yang mengajar saya di kelas empat

in segregated schools in Virginia,

di sekolah khusus di Virginia,

who was my inspiration.

dia adalah inspirasi saya.

And really, I feel as though,

Saya merasa,

when I see the film --

ketika saya melihat film ini,

I have a gesture she does, like this --

saya memiliki gerak geriknya, seperti ini --

I feel like I am a continuation of her gesture.

saya merasa seperti saya merupakan lanjutan dari gerakannya.

I am one of her teaching gestures.

Saya adalah salah satu dari gerakan pengajarannya.

And the beautiful thing was,

Hal yang indah adalah,

I got to teach my daughter in elementary school, Madeline.

Saya harus mengajar putri saya di SD, Madeline.

And so that gesture of my mother's

Sehingga gerak tubuh ibu saya

continues through many generations.

terus berlanjut melewati banyak generasi.

It's an amazing feeling

Ini perasaan yang menakjubkan

to have that lineage.

untuk memiliki garis keturunan itu.

And so I'm here standing on the shoulders of many people.

Jadi saya berdiri di sini karena dukungan banyak orang.

I'm not here alone.

Saya tidak sendirian di sini.

There are many people on this stage right now.

Ada banyak orang di panggung ini sekarang.

And so this World Peace Game I'd like to tell you about.

Jadi inilah Permainan Perdamaian Dunia yang ingin saya ceritakan pada Anda.

It started out like this:

Berawal seperti ini:

it's just a four-foot by five-foot plywood board

papan kayu lapis berukuran 4 kali 5 kaki.

in an inner-city urban school, 1978.

di sebuah sekolah di tengah kota, 1978.

I was creating a lesson for students on Africa.

Saya merancang pelajaran bagi siswa di Afrika.

We put all the problems of the world there,

Kami meletakkan semua masalah di dunia sana,

and I thought, let's let them solve it.

dan saya pikir, mari kita biarkan mereka mengatasinya

I didn't want to lecture or have just book reading.

Saya tidak ingin berceramah atau hanya membaca buku.

I wanted to have them be immersed

Saya ingin mereka menyatu

and learn the feeling of learning through their bodies.

dan merasakan pelajaran itu melalui tubuh mereka.

So I thought, well they like to play games.

Jadi saya pikir, mereka suka bermain.

I'll make something -- I didn't say interactive;

Saya akan membuat sesuatu -- saya tidak mengatakan interaktif.

we didn't have that term in 1978 --

Kami tidak memiliki istilah itu pada tahun 1978 --

but something interactive.

tetapi sesuatu yang interaktif.

And so we made the game,

Jadi kami membuat permainan ini,

and it has since evolved

dan sejak itu telah berkembang

to a four-foot by four-foot by four-foot

menjadi 4 kaki x 4 kaki x 4 kaki

Plexiglass structure.

dengan struktur Plexiglass.

And it has four Plexiglass layers.

memiliki empat lapisan plexiglass.

There's an outer space layer

Ada lapisan luar angkasa

with black holes and satellites

dengan lubang hitam dan satelit

and research satellites and asteroid mining.

dan satelit penelitian dan pertambangan asteroid.

There's an air and space level

Ada udara dan tingkatan angkasa

with clouds that are big puffs of cotton we push around

dengan awan besar dari gumpalan kapas

and territorial air spaces and air forces,

dan teritori ruang udara dan angkatan udara,

a ground and sea level with thousands of game pieces on it --

tanah dan laut dengan ribuan potongan permainan di atasnya --

even an undersea level

bahkan di bawah laut

with submarines and undersea mining.

dengan kapal selam dan pertambangan bawah laut.

There are four countries around the board.

Ada empat negara di sekitar papan.

The kids make up the names of the countries -- some are rich; some are poor.

Anak-anak membuat nama-nama negara -- ada yang kaya ada yang miskin.

They have different assets, commercial and military.

Mereka memiliki aset yang berbeda secara komersial dan militer.

And each country has a cabinet.

Dan setiap negara memiliki kabinet.

There's a Prime Minister, Secretary of State, Minister of Defense

Ada perdana menteri, sekretaris negara, menteri pertahanan

and a CFO, or Comptroller.

dan CFO, atau pengawas.

I choose the Prime Minister based on my relationship with them.

Saya memilih perdana menteri berdasarkan hubungan saya dengan mereka.

I offer them the job, they can turn it down,

Saya menawarkan mereka pekerjaan, mereka bisa menolaknya,

and then they choose their own cabinet.

kemudian mereka memilih kabinet sendiri.

There's a World Bank, arms dealers and a United Nations.

Ada Bank Dunia, pedagang senjata, dan PBB.

There's also a weather goddess

Ada juga dewi cuaca

who controls a random stock market and random weather.

yang mengendalikan pasar saham dan cuaca secara acak.

(Laughter)

(Tawa)

That's not all.

Itu belum semuanya.

And then there's a 13-page crisis document

Dan kemudian ada dokumen krisis 13 halaman

with 50 interlocking problems.

dengan 50 masalah yang saling berkaitan.

So that, if one thing changes, everything else changes.

Sehingga jiika satu hal berubah, semuanya berubah.

I throw them into this complex matrix,

Saya melemparkan mereka ke dalam susunan yang rumit,

and they trust me because we have a deep, rich relationship together.

dan mereka percaya saya karena kami memiliki hubungan dekat dan mendalam.

And so with all these crises,

Jadi dengan semua krisis ini,

we have -- let's see -- ethnic and minority tensions;

kami mempunyai - mari kita lihat - ketegangan etnis dan minoritas;

we have chemical and nuclear spills,

ada tumpahan bahan kimia dan nuklir,

nuclear proliferation.

penyebaran nuklir.

There's oil spills, environmental disasters,

Ada tumpahan minyak, bencana lingkungan,

water rights disputes, breakaway republics,

Sengketa hak air, republik yang ingin memisahkan diri,

famine, endangered species and global warming.

kelaparan, spesies langka dan pemanasan global.

If Al Gore is here,

Jika Al Gore ada di sini,

I'm going to send my fourth-graders from Agnor-Hurt and Venable schools to you

Saya akan mengirim murid saya dari sekolah Agnor-Hurt dan Venable kepada Anda

because they solved global warming in a week.

karena mereka memecahkan pemanasan global dalam seminggu.

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

And they've done it several times too.

Dan mereka juga telah melakukannya beberapa kali.

(Laughter)

(Tawa)

So I also have in the game a saboteur --

Ada juga seorang penyabotase di dalam permainan --

some child -- it's basically a troublemaker --

seorang anak -- yang bertugas sebagai pengacau --

and I have my troublemaker put to use

dan saya menggunakannya

because they, on the surface,

karena mereka di permukaan

are trying to save the world and their position in the game.

mencoba menyelamatkan dunia dan posisi mereka dalam permainan.

But they're also trying to undermine everything in the game.

Tapi mereka juga mencoba merusak segala sesuatu dalam permainan.

And they do it secretly through misinformation

Dan mereka melakukannya diam-diam dengan memberi informasi yang salah

and ambiguities and irrelevancies,

ambigu dan tidak relevan,

trying to cause everyone to think more deeply.

mencoba untuk membuat semua orang untuk berpikir lebih mendalam.

The saboteur is there,

Penyabotase itu ada di sana,

and we also read from Sun Tzu's "The Art of War."

dan kami juga membaca "Seni Berperang" Sun Tzu.

Fourth-graders understand it -- nine years old --

Murid kelas 4 mengerti itu -- usia 9 tahun --

and they handle that and use that

dan mereka mengatasi dan menggunakan itu

to understand how to, not follow --

untuk memahami bagaimana, bukan mengikuti --

at first they do --

pada awalnya begitu --

the paths to power and destruction,

jalan menuju kekuasaan dan kehancuran,

the path to war.

jalan menuju perang.

They learn to overlook short-sighted reactions

Mereka belajar untuk mengabaikan reaksi yang berpandangan dangkal

and impulsive thinking,

dan pemikiran impulsif,

to think in a long-term, more consequential way.

untuk berpikir jangka panjang, dengan cara yang lebih penting.

Stewart Brand is here, and one of the ideas for this game came from him

Stewart Brand ada di sini, dan salah satu ide untuk permainan ini berasal darinya

with a CoEvolution Quarterly article

dengan sebuah artikel Koevolusi Triwulanan

on a peace force.

mengenai sebuah kekuatan perdamaian.

And in the game, sometimes students actually form a peace force.

Dan dalam permainan, kadang-kadang para siswa benar-benar membentuk tentara perdamaian.

I'm just a clock watcher.

Saya hanya memantau waktunya.

I'm just a clarifier. I'm just a facilitator.

Saya hanya membantu menjelaskan. Saya hanya fasilitator.

The students run the game.

Para murid yang bermain.

I have no chance to make any policy whatsoever

Saya tidak boleh membuat kebijakan atau semacamnya

once they start playing.

sejak mereka mulai bermain.

So I'll just share with you ...

Jadi saya hanya akan berbagi dengan Anda ...

(Video) Boy: The World Peace Game is serious.

(Video) Anak laki-laki: Permainan Perdamaian Dunia ini serius.

You're actually getting taught something like how to take care of the world.

Kamu benar-benar diajarkan sesuatu seperti bagaimana mengurus dunia.

See, Mr. Hunter is doing that

Lihat, Pak Hunter melakukan hal itu

because he says his time has messed up a lot,

karena ia mengatakan waktunya sudah sangat kacau,

and he's trying to tell us

dan dia berusaha untuk memberi tahu kami

how to fix that problem.

bagaimana memperbaiki masalah itu.

John Hunter: I offered them a --

John Hunter: Saya menawarkan mereka --

(Applause)

(Tepuk tangan)

Actually, I can't tell them anything because I don't know the answer.

Sebenarnya saya tidak bisa memberi tahu mereka apa-apa, karena saya tidak tahu jawabannya.

And I admit the truth to them right up front: I don't know.

Saya mengakui kebenarannya kepada mereka secara gamblang: saya tidak tahu.

And because I don't know, they've got to dig up the answer.

Karena saya tidak tahu, mereka harus mencari tahu jawabannya.

And so I apologize to them as well.

Dan saya juga minta maaf kepada mereka.

I say, "I'm so sorry, boys and girls,

Saya mengatakan, "Maafkan saya, anak-anak,

but the truth is

tapi kenyataannya

we have left this world to you in such a sad and terrible shape,

kami mewariskan dunia ini kepada kalian dalam keadaan buruk dan menyedihkan,

and we hope you can fix it for us,

dan kami harap kalian bisa memperbaikinya untuk kita,

and maybe this game will help you learn how to do it."

dan mungkin permainan ini akan membantu kalian untuk melakukannya."

It's a sincere apology,

Itu permintaan maaf yang tulus,

and they take it very seriously.

dan mereka menanggapinya dengan sangat serius.

Now you may be wondering what all this complexity looks like.

Sekarang Anda mungkin bertanya-tanya semua kompleksitas ini tampak seperti apa.

Well when we have the game start, here's what you see.

Ketika kita memulai permainan, inilah yang Anda lihat.

(Video) JH: All right, we're going into negotiations as of now. Go.

(Video) JH: Baiklah kita akan memulai negosiasi sekarang. Mulai.

(Chatter)

(Mengobrol)

JH: My question to you is, who's in charge of that classroom?

JH: Pertanyaan saya untuk Anda, siapa yang berkuasa di ruang kelas itu?

It's a serious question: who is really in charge?

Ini pertanyaan yang serius: siapa yang benar-benar berkuasa?

I've learned to cede control of the classroom

Seiring waktu saya belajar untuk menyerahkan kontrol kelas

over to the students over time.

kepada para murid.

There's a trust and an understanding

Ada kepercayaan dan pemahaman

and a dedication to an ideal

dan dedikasi pada sebuah konsep

that I simply don't have to do

yang tidak perlu saya lakukan,

what I thought I had to do as a beginning teacher:

apa yang pada awalnya saya pikir harus dilakukan sebagai guru:

control every conversation and response in the classroom.

menguasai setiap percakapan dan respon di ruang kelas.

It's impossible. Their collective wisdom

Itu mustahil. Kebijaksanaan kolektif mereka

is much greater than mine,

lebih hebat dibandingkan saya,

and I admit it to them openly.

dan saya mengakuinya secara terbuka.

So I'll just share with you some stories very quickly

Jadi saya akan segera berbagi cerita dengan Anda

of some magical things that have happened.

mengenai hal-hal ajaib yang telah terjadi.

In this game we had a little girl,

Di permainan ini ada gadis kecil,

and she was the Defense Minister of the poorest nation.

dan dia adalah menteri pertahanan dari negara termiskin.

And the Defense Minister -- she had the tank corps and Air Force and so forth.

Menteri pertahanan ini memiliki pasukan tank, angkatan udara, dan sebagainya.

And she was next door to a very wealthy, oil-rich neighbor.

Dia bertetangga dengan negara yang makmur dan kaya minyak.

Without provocation,

Tanpa provokasi,

suddenly she attacked, against her Prime Minister's orders,

tiba-tiba dia menyerang ladang minyak negara tetangganya,

the next-door neighbor's oil fields.

melawan perintah perdana menterinya.

She marched into the oil field reserves,

Dia bergegas menuju ladang minyak,

surrounded it, without firing a shot,

mengepungnya, tanpa melepaskan tembakan,

and secured it and held it.

mengamankan dan menahannya.

And that neighbor was unable to conduct any military operations

Dan tetangganya tidak bisa melakukan operasi militer

because their fuel supply was locked up.

karena semua bahan bakar mereka terkunci.

We were all upset with her, "Why are you doing this?

Kami kesal dengannya, "Mengapa kamu melakukan ini?

This is the World Peace Game. What is wrong with you?"

Ini Permainan Perdamaian Dunia. Ada apa denganmu?"

(Laughter)

(Tawa)

This was a little girl and, at nine years old,

Ini seorang gadis kecil berumur 9 tahun,

she held her pieces and said, "I know what I'm doing."

dia memegang barang-barangnya dan mengatakan, "Aku tahu apa yang kulakukan."

To her girlfriends she said that.

dia berkata demikian kepada teman-temannya.

That's a breach there.

Itu adalah pelanggaran.

And we learned in this, you don't really ever want to cross

Kami belajar di sini, Anda tidak ingin pernah berurusan dengan

a nine year-old girl with tanks.

gadis kecil berumur 9 tahun dengan tank.

(Laughter)

(Tawa)

They are the toughest opponents.

Mereka adalah lawan terberat.

And we were very upset.

Dan kami sangat kesal.

I thought I was failing as a teacher. Why would she do this?

Saya kira saya gagal sebagai guru. Mengapa dia melakukan ini?

But come to find out, a few game days later --

Namun saya berhasil mengatasinya beberapa waktu kemudian --

and there are turns where we take negotiation from a team --

dan ada bagian di saat kita bernegosiasi dengan satu tim --

actually there's a negotiation period with all teams,

sebenarnya ada waktu negosiasi dengan seluruh tim,

and each team takes a turn,

dan tiap tim mengambil bagian,

then we go back in negotiation, around and around,

lalu kami kembali bernegosiasi, lalu berputar terus,

so each turn around is one game day.

jadi setiap putaran dihitung satu hari di dalam permainan.

So a few game days later it came to light

Jadi setelah beberapa waktu akhirnya menjadi jelas

that we found out this major country

kami menemukan negara besar ini

was planning a military offensive

merencanakan serangan militer

to dominate the entire world.

untuk menguasai dunia.

Had they had their fuel supplies, they would have done it.

Jika mereka memiliki persediaan bahan bakar, mereka sudah akan berhasil.

She was able to see the vectors and trend lines and intentions

Dia mampu melihat arah, kecenderungan, dan niat

long before any of us

jauh sebelum kami

and understand what was going to happen

memahami apa yang akan terjadi

and made a philosophical decision

dan membuat keputusan filosofis

to attack in a peace game.

untuk menyerang dalam permainan perdamaian.

Now she used a small war to avert a larger war,

Dia menggunakan perang kecil untuk mencegah perang yang lebih besar,

so we stopped and had a very good philosophical discussion

jadi kami berhenti dan berdiskusi secara filosofis dengan sangat baik

about whether that was right,

mengenai apakah hal itu benar,

conditional good, or not right.

benar dalam kondisi tertentu, atau tidak benar.

That's the kind of thinking that we put them in, the situations.

Itulah pemikiran dan situasi yang kami tanamkan kepada mereka.

I could not have designed that in teaching it.

Saya tidak bisa merancang hal tersebut dengan mengajar saja.

It came about spontaneously through their collective wisdom.

Ini muncul secara spontan melalui kebijaksanaan kolektif mereka.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Another example, a beautiful thing happened.

Contoh lain, suatu hal yang indah terjadi.

We have a letter in the game.

Kami memiliki surat dalam permainan.

If you're a military commander and you wage troops --

Jika Anda seorang komandan militer dan memimpin pasukan --

the little plastic toys on the board -- and you lose them,

mainan plastik kecil di papan -- dan Anda kehilangan mereka,

I put in a letter.

saya menuliskan surat.

You have to write a letter to their parents --

Anda harus menulis surat untuk orangtua mereka --

the fictional parents of your fictional troops --

orangtua fiktif dari pasukan anda yang fiktif --

explaining what happened and offering your condolences.

menjelaskan apa yang terjadi dan mengungkapkan belasungkawa anda.

So you have a little bit more thought

Jadi Anda memiliki lebih banyak pertimbangan

before you commit to combat.

sebelum Anda berperang.

And so we had this situation come up --

Lalu kami mengalami kejadian ini --

last summer actually,

musim panas yang lalu,

at Agnor-Hurt School in Albemarle County --

di Sekolah Agnor-Hurt di Albemarle County --

and one of our military commanders got up to read that letter

dan salah satu pemimpin militer kami membaca surat itu

and one of the other kids said, "Mr. Hunter,

dan murid yang lain bilang, "Pak Hunter,

let's ask -- there's a parent over there."

Mari kita minta -- ada orangtua di sana."

There was a parent visiting that day, just sitting in the back of the room.

Ada orangtua yang berkunjung hari itu, duduk di bagian belakang ruangan.

"Let's ask that mom to read the letter.

"Mintalah ibu itu untuk membaca surat itu.

It'll be more realer if she reads it."

Akan terasa lebih nyata apabila dia membacanya."

So we did, we asked her, and she gamely picked up the letter.

Jadi kami meminta ibu itu kemudian dia mengambil surat itu,

"Sure." She started reading. She read one sentence.

"Baiklah." Dia mulai membaca. Dia membaca satu kalimat.

She read two sentences.

Dia membaca dua kalimat.

By the third sentence, she was in tears.

Sampai di kalimat ketiga, dia menangis.

I was in tears.

Saya menangis.

Everybody understood

Semua orang mengerti

that when we lose somebody, the winners are not gloating.

ketika kita kehilangan seseorang, pemenangnya tidak berjaya.

We all lose.

Kita semua kehilangan.

And it was an amazing occurrence and an amazing understanding.

Dan itu adalah kejadian yang menakjubkan dan pemahaman yang luar biasa.

I'll show you what my friend David says about this.

Saya tunjukkan apa yang dikatakan teman saya, David, mengenai ini.

He's been in many battles.

Dia telah ikut banyak pertempuran.

(Video) David: We've really had enough of people attacking.

(Video) David: Kami telah banyak mengalami serangan.

I mean, we've been lucky [most of] the time.

Kami seringkali beruntung.

But now I'm feeling really weird

Namun sekarang aku merasa sangat aneh

because I'm living what Sun Tzu said one week.

karena aku mengalami apa yang dikatakan Sun Tzu, satu minggu.

One week he said,

satu minggu,

"Those who go into battle and win

"Mereka yang bertempur dan menang

will want to go back,

akan ingin kembali lagi,

and those who lose in battle

dan mereka yang kalah bertempur

will want to go back and win."

akan ingin kembali lagi untuk memenangkannya."

And so I've been winning battles,

Jadi aku telah banyak memenangkan pertempuran,

so I'm going into battles, more battles.

lalu aku pergi ke pertempuran lagi, lebih banyak lagi.

And I think it's sort of weird to be living

Dan saya pikir agak aneh untuk hidup

what Sun Tzu said.

seperti apa yang dikatakan Sun Tzu.

JH: I get chills every time I see that.

JH: Saya merinding setiap kali melihatnya.

That's the kind of engagement you want to have happen.

Itu jenis keterlibatan yang Anda inginkan untuk terjadi.

And I can't design that, I can't plan that,

Dan saya tidak bisa merancang dan merencanakan itu,

and I can't even test that.

bahkan saya tidak bisa mengujinya.

But it's self-evident assessment.

Namun itu adalah penilaian yang nyata.

We know that's an authentic assessment of learning.

Kita tahu itu adalah penilaian otentik dari pembelajaran.

We have a lot of data, but I think sometimes we go beyond data

Kita memiliki banyak data namun terkadang kita melampauinya

with the real truth of what's going on.

dengan keadaan yang sebenarnya terjadi.

So I'll just share a third story.

Saya akan menceritakan cerita ketiga.

This is about my friend Brennan.

Ini mengenai teman saya Brennan.

We had played the game one session after school

Kami memainkan satu sesi permainan setelah sekolah usai

for many weeks, about seven weeks,

selama berminggu-minggu, sekitar tujuh minggu,

and we had essentially solved all 50 of the interlocking crises.

dan kami menyelesaikan semua 50 masalah yang saling terkait.

The way the game is won is all 50 problems have to be solved

Arti menang dalam permainan ini, semua 50 masalah harus diselesaikan

and every country's asset value

dan nilai dari aset setiap negara

has to be increased above its starting point.

harus meningkat dari nilai awalnya.

Some are poor, some are wealthy. There are billions.

Ada yang miskin, ada yang kaya. Ada milyaran.

The World Bank president was a third-grader one time.

Presiden Bank Dunia pernah dipegang oleh murid kelas tiga.

He says, "How many zeros in a trillion? I've got to calculate that right away."

Dia mengatakan. "Ada berapa nol di satu trilyun? Aku harus segera menghitungnya."

But he was setting fiscal policy in that game

Namun dia menetapkan kebijakan fiskal dalam permainan itu

for high school players who were playing with him.

untuk pemain SMA yang sedang bermain dengannya.

So the team that was the poorest

Jadi tim yang paling miskin

had gotten even poorer.

menjadi makin miskin.

There was no way they could win.

Tidak mungkin mereka bisa menang.

And we were approaching four o'clock, our cut-off time --

Waktu hampir jam empat, batas waktu permainan kami --

there was about a minute left --

tinggal satu menit lagi --

and despair just settled over the room.

dan keputusasaan mulai melanda ruangan.

I thought, I'm failing as a teacher.

Saya kira saya mulai gagal sebagai guru.

I should have gotten it so they could have won.

Saya seharusnya bisa mengatasinya sehingga mereka bisa menang.

They shouldn't be failing like this.

Mereka tidak seharusnya gagal seperti ini.

I've failed them.

Saya membuat mereka gagal.

And I was just feeling so sad and dejected.

Saya merasa sangat sedih dan kesal.

And suddenly, Brennan walked over to my chair

Tiba-tiba Brennan mendekati kursi saya

and he grabbed the bell, the bell I ring

dan dia mengambil lonceng, lonceng yang saya bunyikan

to signal a change or a reconvening of cabinets,

sebagai tanda sebuah pergantian atau perombakan kabinet,

and he ran back to his seat, rang the bell.

lalu dia kembali ke tempat duduknya, membunyikan lonceng.

Everybody ran to his chair: there was screaming;

Semua anak berlarian ke kursi mereka, ada jeritan,

there was yelling, waving of their dossiers.

ada teriakan, melambaikan berkas mereka.

They get these dossiers full of secret documents.

Mereka mempunyai berkas penuh dengan dokumen rahasia.

They were gesticulating; they were running around.

Mereka menggerak-gerak tangan mereka dan berlarian.

I didn't know what they were doing. I'd lost control of my classroom.

Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan, Saya kehilangan kontrol atas kelas saya.

Principal walks in, I'm out of a job.

Kepala sekolah masuk, saya akan dipecat.

The parents were looking in the window.

Para orangtua melihat lewat jendela.

And Brennan runs back to his seat. Everybody runs back to their seat.

Brennan kembali ke kursinya. Semua murid kembali ke kursi mereka.

He rings the bell again. He says, "We have" --

Dia membunyikan bel lagi. Dia mengatakan, "Kita mempunyainya" --

and there's 12 seconds left on the clock --

dan masih ada 12 detik tersisa --

"we have, all nations, pooled all our funds together.

"semua negara mengumpulkan seluruh dana bersama.

And we've got 600 billion dollars.

Dan kita punya 600 milyar dolar.

We're going to offer it as a donation to this poor country.

Kita akan tawarkan sebagai donasi untuk negara miskin ini.

And if they accept it, it'll raise their asset value and we can win the game.

Ini akan menaikkan nilai aset mereka dan kita bisa menang jika mereka mau menerima.

Will you accept it?"

Apa kamu mau menerima?"

And there are three seconds left on the clock.

Dan ada 3 detik tersisa.

Everybody looks at this prime minister of that country,

Semuanya melihat perdana menteri negara miskin itu,

and he says, "Yes."

dan dia menjawab, "Ya."

And the game is won.

Permainan dimenangkan.

Spontaneous compassion

Rasa kasih sayang spontan

that could not be planned for,

yang tidak bisa direncanakan,

that was unexpected and unpredictable.

yang tidak bisa disangka dan prediksi.

Every game we play is different.

Setiap permainan yang kita mainkan berbeda.

Some games are more about social issues,

Terkadang lebih kepada masalah sosial,

some are more about economic issues.

terkadang lebih kepada masalah ekonomi.

Some games are more about warfare.

Terkadang lebih kepada masalah kesejahteraan.

But I don't try to deny them that reality of being human.

Tapi saya tidak mencoba untuk menyangkal sebuah realita menjadi manusia.

I allow them to go there

Saya mengizinkan mereka untuk merasakannya

and, through their own experience, learn, in a bloodless way,

dan melalui pengalaman mereka, belajar tanpa pertumpahan darah

how not to do what they consider to be the wrong thing.

bagaimana untuk tidak melakukan apa yang mereka sadari sebagai kesalahan.

And they find out what is right

Dan mereka menemukan apa yang benar

their own way, their own selves.

dengan cara mereka dan oleh mereka sendiri.

And so in this game,

Jadi di dalam permainan ini,

I've learned so much from it,

saya belajar banyak,

but I would say

tapi menurut saya itu bisa terjadi

that if only

bahwa seandainya

they could pick up a critical thinking tool

mereka bisa berpikir kritis

or creative thinking tool

atau berpikir kreatif

from this game

dari permainan ini

and leverage something good for the world,

dan memberikan hal yang baik bagi dunia,

they may save us all.

mereka mungkin bisa menyelamatkan kita semua.

If only.

Seandainya.

And on behalf of all of my teachers

Dan mewakili semua guru

on whose shoulders I'm standing,

yang berpengaruh bagi saya,

thank you. Thank you. Thank you.

terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)