How do you know what's true? - Sheila Marie Orfano

Translator: Aldri Fajar Reviewer: Reno Kanti Riananda

A samurai is found dead in a quiet bamboo grove.

Seorang samurai ditemukan tewas di senyapnya hutan bambu.

One by one, the crime’s only known witnesses recount their version

Satu demi satu, para saksi menceritakan kembali

versi mereka tentang kejadian tersebut.

of the events that transpired.

But as they each tell their tale,

Seiring dengan mereka berkisah,

it becomes clear that every testimony is plausible, yet different.

tiap kesaksian masuk akal, tetapi semuanya berbeda.

And each witness implicates themselves.

Dan tiap saksi melibatkan diri mereka.

This is the premise of “In a Grove,” a short story published in the early 1920s

Premis tersebut berasal dari cerita pendek “In a Grove”, yang terbit di awal 1902-an,

by Japanese author Ryūnosuke Akutagawa.

karya penulis Jepang Ryūnosuke Akutagawa.

Though many know this tale of warring perspectives by a different name:

Kebanyakan mengenal cerita pertentangan ini dengan judul lain:

“Rashomon”.

“Rashomon.”

In 1950, Japanese filmmaker Akira Kurosawa adapted two of Akutagawa’s stories

Tahun 1950, sineas Jepang Akira Kurosawa mengadaptasi dua cerita Akutagawa

into one film.

ke dalam satu film.

This movie introduced the world to an enduring cultural metaphor

Film ini memperkenalkan dunia tentang metafora budaya yang telah lama ada,

that has transformed our understanding of truth, justice and human memory.

yang telah mengubah pemahaman kita akan kebenaran, keadilan, dan ingatan manusia.

The Rashomon effect describes a situation

Efek Rashomon menjelaskan situasi

in which individuals give significantly different but equally conceivable accounts

saat tiap orang memberikan kesaksian berbeda, tetapi sama-sama meyakinkan,

of the same event.

atas kejadian yang sama.

Often used to highlight the unreliability of eyewitnesses,

Seringkali digunakan untuk menyoroti ketidakandalan saksi mata,

the Rashomon effect usually occurs under two specific conditions.

efek Rashomon biasanya muncul saat dua kondisi terpenuhi:

The first: there’s no evidence to verify what really happened.

Pertama: tak ada bukti yang mampu membuktikan kejadian sebenarnya.

And the second: there’s pressure to achieve closure,

Dan kedua: ada tekanan untuk penyelesaian,

often provided by an authority figure trying to identify the definitive truth.

seringkali bersumber dari pihak berwajib yang berusaha mengungkap kebenarannya.

But the Rashomon effect undermines the very idea of a singular, objective truth.

Hanya saja, efek Rashomon mengacaukan gagasan akan kebenaran yang objektif.

In the source material,

Di dalam cerita,

Akutagawa and Kurosawa use the tools of their media

Akutagawa dan Kurosawa memanfaatkan media masing-masing

to give each character’s testimony equal weight,

untuk memberi tiap kesaksian bobot yang seimbang,

transforming each witness into an unreliable narrator.

mengubah tiap saksi menjadi narator yang tak dapat dipercaya.

Without any hints on who’s sharing the most accurate account,

Tanpa petunjuk soal siapa yang menyajikan cerita paling benar,

the audience can’t tell which character to trust.

penonton tak mampu menentukan karakter yang bisa dipercaya.

Instead, each testimony takes on a truthful quality,

Bahkan, tiap kesaksian mengandung unsur kebenaran,

and the audience is left doubting their convictions

dan penonton dibuat meragukan keyakinan masing-masing

as they guess who ended the samurai’s life.

selagi menebak siapa yang membunuh sang samurai.

Some might find this frustrating because the plot subverts expectations

Beberapa orang akan frustrasi karena plot ini jauh dari ekspektasi

of how mysteries usually end.

bagaimana cerita misteri berakhir.

But by refusing to provide a clear answer,

Namun, dengan tidak menyediakan jawaban jelas,

these two artists capture the messiness and complexity of truth and human memory.

kedua seniman menangkap keruwetan dan kompleksitas ingatan manusia.

Neuroscientists have found that when we form a memory,

Ahli saraf menemukan bahwa saat ingatan terbentuk,

our interpretation of visual information is influenced

interpretasi kita terhadap informasi visual dapat terpengaruh

by our previous experiences and internal biases.

oleh pengalaman dan bias internal.

Some of these biases are unique to individuals,

Beberapa bias dapat berbeda tergantung pada tiap individu,

but others are more universal.

tetapi bias lainnya cukup umum.

For example, egocentric bias can influence people

Contohnya, bias egosentris mampu membentuk

to subconsciously reshape their memories

ingatan seseorang secara tidak sadar

in ways that cast a positive light on their actions.

yang membuat segala perbuatannya punya dampak positif.

Even if we were able to encode a memory accurately,

Walaupun kita mampu menyusun sebuah ingatan dengan tepat,

recalling it incorporates new information that changes the memory.

akan ada pembauran dengan informasi baru yang mengubah memori selagi mengingatnya.

And when we later recall that event,

Dan saat mengingat kejadian tersebut,

we typically remember the embellished memory instead of the original experience.

kita cenderung mengingat memori baik dibanding pengalaman sebenarnya.

These underlying psychological phenomena mean that the Rashomon effect

Fenomena psikologis yang mendasarinya membuat efek Rashomon

can pop up anywhere.

dapat muncul di mana pun.

In biology, scientists starting from the same dataset

Dalam ilmu biologi, dua peneliti dengan basis data yang sama

and applying the same analytical methods, frequently publish different results.

dan menggunakan metode analisis yang sama seringkali menerbitkan hasil berlainan.

Anthropologists regularly grapple with the impact personal backgrounds can have

Antropolog umumnya bergulat dengan kemampuan latar belakang seseorang

on an expert's perception.

dalam mengubah persepsi ahli.

In one famous case, two anthropologists visited the Mexican village of Tepoztlan.

Pada satu kasus terkenal, dua antropolog mengunjungi desa Tepotzlan di Meksiko.

The first researcher described life in the town as happy and contented,

Peneliti pertama menggambarkan kehidupan kota yang senang dan memuaskan,

while the second recorded residents as paranoid and disgruntled.

sedangkan yang kedua mengingat penduduk yang paranoid dan tidak puas.

Experts aside, the Rashomon effect can also impact the general public,

Peneliti menyimpulkan, efek Rashomon dapat mempengaruhi opini publik,

particularly when it comes to the perception of complicated world events.

khususnya terkait pandangan umum mengenai kejadian global yang rumit.

For example, following a 2015 security summit

Contohnya, pada pertemuan pertahanan tahun 2015

between the United States and leaders from the Arab States,

antara Amerika Serikat dengan pemimpin dari tiap negara Timur Tengah,

media reports about the summit varied enormously.

laporan media tentang pertemuan tersebut sangat beragam.

Some stated that it had gone smoothly, while others called it a complete failure.

Beberapa negara menganggap pertemuan berlangsung sukses atau sebuah kegagalan.

It's tempting to fixate on why we have competing perceptions,

Sulit untuk memastikan alasan kita memiliki persepsi berlawanan,

but perhaps the more important question the Rashomon effect raises is,

pun pertanyaan lebih utama yang dimunculkan efek Rashomon adalah,

what is truth anyway?

apa artinya kebenaran?

Are there situations when an “objective truth” doesn’t exist?

Adakah situasi kala kebenaran objektif tidak nyata?

What can different versions of the same event tell us

Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari versi berbeda sebuah kejadian

about the time, place and people involved?

tentang waktu, tempat, dan pihak yang terlibat?

And how can we make group decisions if we’re all working

Bagaimana cara membuat keputusan bersama

jika tiap orang memiliki informasi, latar belakang, dan biasnya sendiri?

with different information, backgrounds, and biases?

Like most questions, these don’t have a definitive answer.

Seperti kebanyakan pertanyaan, tak ada jawaban pasti.

But the enduring importance of Akutagawa’s story

Namun hal penting yang tersisa dari kisah Akutagawa adalah

suggests there may be value in embracing the ambiguity.

mungkin ada hikmah dalam menerima ambiguitas.