Why Brexit happened -- and what to do next | Alexander Betts

Translator: Zitta Arlivia Reviewer: Qomariah Najmi

Saya warga negara Inggris.

(Suara tawa)

(Tepuk tangan)

Baru kali ini ucapan “Saya warga negara Inggris” mengundang rasa kasihan.

I am British.

(Laughter)

(Suara tawa)

(Applause)

Saya berasal dari pulau yang orang-orangnya percaya bahwa

Never before has the phrase "I am British" elicited so much pity.

selalu ada kesinambungan sejak beberapa ribu tahun lamanya.

(Laughter)

Kami cenderung memaksa perubahan kepada bangsa lain

I come from an island where many of us like to believe

namun jarang melakukannya untuk kami sendiri.

there's been a lot of continuity over the last thousand years.

Sebab itu, saya sangat kaget ketika

We tend to have historically imposed change on others

terbangun di pagi hari pada 24 Juni

but done much less of it ourselves.

dan menemukan bahwa negara saya memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa,

So it came as an immense shock to me

Perdana Menteri saya mengundurkan diri,

when I woke up on the morning of June 24

dan Skotlandia sedang mempertimbangkan referendum

to discover that my country had voted to leave the European Union,

yang dapat mengakhiri keberadaan Inggris Raya.

my Prime Minister had resigned,

and Scotland was considering a referendum

Hal tersebut sangat mengagetkan bagi saya,

that could bring to an end the very existence of the United Kingdom.

begitu pula bagi banyak orang,

yang beberapa hari kemudian juga diikuti dengan

So that was an immense shock for me,

kemelut politik di negara saya.

and it was an immense shock for many people,

Referendum kedua didesak untuk diadakan,

but it was also something that, over the following several days,

seolah ini adalah pertandingan olahraga,

created a complete political meltdown

dimana kita dapat meminta untuk bertanding ulang.

in my country.

There were calls for a second referendum,

Semua orang menyalahkan satu sama lain.

Perdana Menteri disalahkan

almost as if, following a sports match,

karena ia yang memulai referendum.

we could ask the opposition for a replay.

Pemimpin partai oposisi disalahkan karena tidak berjuang cukup keras.

Everybody was blaming everybody else.

Yang muda menyalahkan yang tua.

People blamed the Prime Minister

Yang berpendidikan menyalahkan yang kurang berpendidikan.

for calling the referendum in the first place.

Kemelut itu menjadi tambah parah

They blamed the leader of the opposition for not fighting it hard enough.

The young accused the old.

karena elemen yang paling tragis:

The educated blamed the less well-educated.

xenofobia dan rasisme di jalanan Inggris

That complete meltdown was made even worse

di tingkat yang lebih parah dari yang pernah saya lihat seumur hidup.

by the most tragic element of it:

levels of xenophobia and racist abuse in the streets of Britain

Orang-orang bicara bagaimana negara saya akan menjadi Inggris Kecil,

at a level that I have never seen before

atau, sebagaimana teman saya bilang,

in my lifetime.

akan menjadi taman ria nostalgia era 1950-an

People are now talking about whether my country is becoming a Little England,

yang mengambang di Laut Atlantik.

or, as one of my colleagues put it,

(Suara tawa)

whether we're about to become a 1950s nostalgia theme park

Namun yang ingin saya tanyakan adalah,

haruskah kita menunjukkan kekagetan separah itu?

floating in the Atlantic Ocean.

(Laughter)

Apakah hal tersebut terjadi hanya dalam semalam?

But my question is really,

Atau adakah faktor struktural lebih dalam yang mengantarkan kita pada titik ini?

should we have the degree of shock that we've experienced since?

Maka dari itu saya ingin berhenti sejenak dan menanyakan dua hal sederhana.

Was it something that took place overnight?

Or are there deeper structural factors that have led us to where we are today?

Pertama, apa makna dari Brexit,

tidak hanya untuk negara saya,

So I want to take a step back and ask two very basic questions.

namun untuk kita semua di seluruh dunia?

Dan kedua, apa yang harus kita lakukan?

First, what does Brexit represent,

Bagaimana seharusnya kita merespon?

not just for my country,

but for all of us around the world?

Pertama, apa makna dari Brexit?

And second, what can we do about it?

Melihat kebelakang adalah hal yang menakjubkan.

How should we all respond?

Brexit mengajarkan kita banyak hal tentang masyarakat kita

So first, what does Brexit represent?

dan masyarakat di seluruh dunia.

Hindsight is a wonderful thing.

Brexit menekankan seberapa terpecah belah masyarakat kita,

Brexit teaches us many things about our society

yang sebelumnya tidak kita sadari.

and about societies around the world.

Hasil referendum terbelah sesuai usia, tingkat pendidikan, kelas, dan geografi.

It highlights in ways that we seem embarrassingly unaware of

how divided our societies are.

Tidak banyak jumlah pemuda yang memilih,

The vote split along lines of age, education, class and geography.

namun mereka memilih untuk tetap.

Orang tua menginginkan untuk keluar dari Uni Eropa.

Young people didn't turn out to vote in great numbers,

Secara geografis, daerah yang paling bersikeras untuk menjadi anggota

but those that did wanted to remain.

Uni Eropa adalah London dan Skotlandia,

Older people really wanted to leave the European Union.

sedangkan di daerah lain, terdapat ambivalensi yang sangat kuat.

Geographically, it was London and Scotland that most strongly committed

Pembelahan tersebut merupakan hal yang perlu kita sadari dan anggap serius.

to being part of the European Union,

while in other parts of the country there was very strong ambivalence.

Namun secara lebih dalam, pemilihan itu mengajarkan kita

tentang naluri dari politik kontemporer hari ini.

Those divisions are things we really need to recognize and take seriously.

Politik kontemporer tidak lagi sekadar tentang kanan dan kiri.

But more profoundly, the vote teaches us something

TIdak hanya tentang pajak dan pengeluaran.

about the nature of politics today.

Tetapi tentang globalisasi.

Contemporary politics is no longer just about right and left.

Perpecahan dari politik kontemporer adalah dari mereka yang mendukung globalisasi

It's no longer just about tax and spend.

dan yang takut akan globalisasi.

It's about globalization.

The fault line of contemporary politics is between those that embrace globalization

(Tepuk tangan)

and those that fear globalization.

Jika diamati, alasan mereka yang ingin meninggalkan —

kita sebut saja “peninggal”, dan sebaliknya “penetap”—

(Applause)

bisa kita lihat dua faktor dalam pemilihan

yang sangat krusial.

If we look at why those who wanted to leave --

Yang pertama adalah imigrasi, dan kedua yaitu kedaulatan,

we call them "Leavers," as opposed to "Remainers" --

dan keduanya menyiratkan keinginan rakyat untuk mengambil alih kendali hidup mereka

we see two factors in the opinion polls

that really mattered.

The first was immigration, and the second sovereignty,

dan perasaan bahwa mereka tidak diwakilkan oleh para politisi.

and these represent a desire for people to take back control of their own lives

Tapi ide-ide tersebut menandakan ketakutan dan alienasi.

and the feeling that they are unrepresented by politicians.

Mereka melambangkan langkah mundur menuju nasionalisme dan perbatasan dengan

But those ideas are ones that signify fear and alienation.

cara yang mayoritas dari kami akan menolak.

They represent a retreat back towards nationalism and borders

Saya ingin mengusulkan bahwa gambaran situasinya jauh lebih rumit,

bahwa internasionalis liberal

seperti saya, dan saya menegaskan diri saya sebagai bagian dari itu,

in ways that many of us would reject.

What I want to suggest is the picture is more complicated than that,

harus memasukkan diri kita kembali dalam gambaran itu

untuk memahami bagaimana kita sampai di titik ini.

that liberal internationalists,

like myself, and I firmly include myself in that picture,

Jika kita lihat pola pemilihan di seluruh Inggris Raya,

need to write ourselves back into the picture

pembagiannya sangat jelas terlihat.

in order to understand how we've got to where we are today.

Daerah berwarna biru menunjukkan Penetap

When we look at the voting patterns across the United Kingdom,

sedangkan yang merah adalah Peninggal.

Ketika saya melihat ini,

we can visibly see the divisions.

yang terbesit di pikiran saya adalah betapa sedikitnya waktu yang pernah

The blue areas show Remain

saya habiskan di daerah-daerah merah seumur hidup saya.

and the red areas Leave.

When I looked at this,

Saya lalu tersadar bahwa, dilihat dari 50 daerah teratas di Inggris

what personally struck me was the very little time in my life

I've actually spent in many of the red areas.

yang memilih meninggalkan,

total waktu yang pernah saya habiskan di daerah tersebut hanya empat hari.

I suddenly realized that, looking at the top 50 areas in the UK

that have the strongest Leave vote,

Di beberapa daerah tersebut,

saya bahkan tidak tau nama daerah pemilihannya.

I've spent a combined total of four days of my life in those areas.

Hal itu sangat mengejutkan saya,

dan menandakan bahwa orang seperti saya

In some of those places,

yang berpikir dirinya sebagai pribadi yang inklusif, terbuka, dan toleran,

I didn't even know the names of the voting districts.

It was a real shock to me,

tidak tahu negara dan masyarakatnya sendiri

and it suggested that people like me

sebanyak yang kita percaya.

who think of ourselves as inclusive, open and tolerant,

(Tepuk tangan)

perhaps don't know our own countries and societies

nearly as well as we like to believe.

(Applause)

Dan dari situ muncullah tantangan dimana kita harus menemukan cara baru

untuk menyerukan globalisasi terhadap mereka,

untuk mengakui bahwa mereka yang mungkin belum pernah mengenyam pendidikan tinggi,

And the challenge that comes from that is we need to find a new way

yang mungkin dibesarkan tanpa akses internet,

to narrate globalization to those people,

yang tidak berkesempatan untuk berpergian,

to recognize that for those people who have not necessarily been to university,

mereka mungkin tidak terbujuk dengan narasi yang kita anggap menjanjikan

who haven't necessarily grown up with the Internet,

dalam gelembung liberal kita.

that don't get opportunities to travel,

(Tepuk tangan)

they may be unpersuaded by the narrative that we find persuasive

in our often liberal bubbles.

Artinya kita perlu menggapai lebih luas dan memahami.

(Applause)

Beberapa telah mencampuri politik berdasar ketakutan dan kebencian,

It means that we need to reach out more broadly and understand.

menciptakan kebohongan dan kecurigaan

In the Leave vote, a minority have peddled the politics of fear and hatred,

dimana-mana, contohnya, ide bahwa memilih meninggalkan

akan mengurangi jumlah pengungsi dan pencari suaka ke Eropa,

creating lies and mistrust

meskipun meninggalkan Uni Eropa tidak mempengaruhi imigrasi

around, for instance, the idea that the vote on Europe

dari luar Uni Eropa sama sekali.

could reduce the number of refugees and asylum-seekers coming to Europe,

Namun bagi mayoritas Peninggal,

when the vote on leaving had nothing to do with immigration

kekhawatirannya terletak di kekecewaan terhadap lembaga politik.

from outside the European Union.

Untuk mereka, ini merupakan bentuk protes,

But for a significant majority of the Leave voters

bahwa mereka tidak diwakilkan oleh siapapun,

the concern was disillusionment with the political establishment.

bahwa mereka gagal menemukan partai politik yang mengadvokasi mereka,

This was a protest vote for many,

sehingga mereka menolak lembaga politik tersebut.

a sense that nobody represented them,

Hal ini terulang di sekitar Eropa dan sebagian dari dunia liberal demokratis.

that they couldn't find a political party that spoke for them,

and so they rejected that political establishment.

Tercermin dari meningkatnya popularitas Donald Trump di Amerika Serikat,

This replicates around Europe and much of the liberal democratic world.

dengan bertumbuhnya nasionalisme Viktor Orbán di Hungaria,

We see it with the rise in popularity of Donald Trump in the United States,

dan meningginya popularitas Marine Le Pen di Perancis.

with the growing nationalism of Viktor Orbán in Hungary,

Brexit menghantui seluruh lapisan masyarakat kita.

with the increase in popularity of Marine Le Pen in France.

Hal lain yang perlu dipertanyakan adalah pertanyaan kedua saya,

yaitu bagaimana seharusnya kita merespon?

The specter of Brexit is in all of our societies.

Bagi kita yang peduli membangun masyarakat yang liberal, terbuka, dan toleran,

So the question I think we need to ask is my second question,

which is how should we collectively respond?

kita sangat perlu visi baru,

For all of us who care about creating liberal, open, tolerant societies,

visi globalisasi yang lebih toleran, inklusif,

yang mengayomi banyak orang, bukannya meninggalkan mereka.

we urgently need a new vision,

a vision of a more tolerant, inclusive globalization,

Visi globalisasi itu harus dimulai

dengan mengakui keuntungan positif dari globalisasi.

one that brings people with us rather than leaving them behind.

Konsensus di antara ahli ekonomi yaitu

That vision of globalization

perdagangan bebas, perpindahan kapital,

is one that has to start by a recognition of the positive benefits of globalization.

perpindahan penduduk lintas perbatasan

menguntungkan banyak pihak secara keseluruhan.

The consensus amongst economists

Konsensus di antara ahli hubungan internasional yaitu

is that free trade, the movement of capital,

globalisasi memunculkan keadaan saling tergantung,

the movement of people across borders

benefit everyone on aggregate.

yang menciptakan kooperasi dan perdamaian.

The consensus amongst international relations scholars

Namun, globalisasi juga menimbulkan efek redistributif.

is that globalization brings interdependence,

Globalisasi menciptakan pemenang dan pecundang.

which brings cooperation and peace.

Ambil migrasi sebagai contohnya,

But globalization also has redistributive effects.

kita tahu jika imigrasi berdampak positif bersih bagi ekonomi secara keseluruhan

It creates winners and losers.

di hampir semua keadaan.

To take the example of migration,

Tapi kita juga harus sadar bahwa

we know that immigration is a net positive for the economy as a whole

terdapat beberapa konsekuensi redistributif,

under almost all circumstances.

bahwa imigrasi penduduk berkeahlian rendah

But we also have to be very aware

dapat menimbulkan pengurangan pendapatan bagi masyarakat kelas bawah

that there are redistributive consequences,

dan juga mengancam harga pasar rumah.

that importantly, low-skilled immigration

Itu tidak menampik bahwa imigrasi berdampak positif,

can lead to a reduction in wages for the most impoverished in our societies

namun artinya lebih banyak orang harus berbagi keuntungan itu

dan mengakuinya.

and also put pressure on house prices.

That doesn't detract from the fact that it's positive,

Pada tahun 2002, mantan Sekretaris Jendral PBB, Kofi Annan,

but it means more people have to share in those benefits

and recognize them.

memberikan pidato di Universitas Yale,

dan pidato tersebut membahas tentang globalisasi inklusif.

In 2002, the former Secretary-General of the United Nations, Kofi Annan,

Dalam pidato itulah, istilah tersebut dipopulerkan.

gave a speech at Yale University,

Ia berkata demikian,

and that speech was on the topic of inclusive globalization.

“Rumah kaca globalisasi harus terbuka bagi semua kalangan

That was the speech in which he coined that term.

jika hendak tetap aman.

And he said, and I paraphrase,

"The glass house of globalization has to be open to all

Kefanatikan dan tindakan apatis

adalah rupa jelek dari globalisasi eksklusif dan antagonistik.”

if it is to remain secure.

Bigotry and ignorance

Konsep globalisasi inklusif sempat dihidupkan kembali pada tahun 2008

are the ugly face of exclusionary and antagonistic globalization."

dalam konferensi mengenai pemerintahan progresif

yang melibatkan banyak pemimpin dari negara-negara Eropa.

That idea of inclusive globalization was briefly revived in 2008

Tetapi di tengah ketegangan dan krisis moneter pada tahun 2008,

in a conference on progressive governance

involving many of the leaders of European countries.

konsep itu menghilang, hampir tanpa jejak.

Globalisasi telah diambil alih untuk mendukung agenda neoliberalisme.

But amid austerity and the financial crisis of 2008,

Ide tersebut dianggap sebagai bagian dari agenda elit

the concept disappeared almost without a trace.

alih-alih sesuatu yang menguntungkan semua pihak.

Globalization has been taken to support a neoliberal agenda.

Dan globalisasi perlu diambil alih dengan pendekatan yang lebih inklusif

It's perceived to be part of an elite agenda

dari yang ada saat ini.

rather than something that benefits all.

Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mencapai tujuan itu?

And it needs to be reclaimed on a far more inclusive basis

Bagaimana kita bisa mengimbangi isu ketakutan dan alienasi

than it is today.

So the question is, how can we achieve that goal?

dan di waktu yang sama menolak untuk tunduk

How can we balance on the one hand addressing fear and alienation

terhadap xenofobia dan nasionalisme?

Pertanyaan itu untuk kita semua.

while on the other hand refusing vehemently

Dan saya pikir, sebagai ahli sosial,

to give in to xenophobia and nationalism?

ilmu sosial menawarkan beberapa titik untuk memulai.

Transformasi kita harus tentang kedua ide tersebut dan perubahan material,

That is the question for all of us.

And I think, as a social scientist,

that social science offers some places to start.

dan saya ingin memberikan empat ide sebagai titik pangkal.

Our transformation has to be about both ideas and about material change,

Yang pertama berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan.

Brexit menonjolkan adanya

and I want to give you four ideas as a starting point.

celah antara persepsi publik dan realita empiris.

The first relates to the idea of civic education.

Sulit dipungkiri bahwa kita telah memasuki era pasca kebenaran

What stands out from Brexit

dimana bukti dan kenyataan sudah tidak penting,

is the gap between public perception and empirical reality.

dan kebohongan mencapai status yang sama dengan kejelasan bukti.

It's been suggested that we've moved to a postfactual society,

Lalu bagaimana —

(Tepuk tangan)

where evidence and truth no longer matter,

and lies have equal status to the clarity of evidence.

Bagaimana kita bisa membangun kembali hormat terhadap

kebenaran dan bukti dalam demokrasi liberal kita?

So how can we --

Hal ini harus dimulai dari pendidikan,

(Applause)

namun juga pengakuan bahwa terdapat celah yang besar.

How can we rebuild respect for truth and evidence into our liberal democracies?

Pada tahun 2014, lembaga survei Ipsos MORI

It has to begin with education,

but it has to start with the recognition that there are huge gaps.

menerbitkan survei tentang sikap terhadap imigrasi,

dan menunjukkan bahwa semakin meningkatnya angka imigran,

In 2014, the pollster Ipsos MORI

semakin meninggi pula kekhawatiran publik mengenai imigrasi,

published a survey on attitudes to immigration,

meskipun hubungan sebab-akibatnya tidak dijelaskan

and it showed that as numbers of immigrants increase,

karena hal ini bisa menjadi tidak terlalu berkaitan dengan angka

so public concern with immigration also increases,

melainkan narasi politik dan media seputarnya.

although it obviously didn't unpack causality,

Survei yang sama juga menunjukkan

because this could equally be to do not so much with numbers

disinformasi publik besar

but the political and media narrative around it.

dan kesalahpahaman tentang naluri dari imigrasi.

But the same survey also revealed

Sebagai contoh dari sikap ini, masyarakat di Inggris percaya

huge public misinformation

bahwa tingkatan dari suaka yang diberikan

and misunderstanding about the nature of immigration.

lebih banyak dari jumlah imigran,

For example, in these attitudes in the United Kingdom,

dan mereka juga percaya kalau jumlah imigran terdidik

the public believed that levels of asylum

jauh lebih rendah daripada jumlah migrasi keseluruhan

were a greater proportion of immigration than they were,

yang nyatanya ada.

but they also believed the levels of educational migration

Maka dari itu kita perlu meluruskan kesalahpahaman ini,

celah antara persepsi dan realita mengenai aspek penting dari globalisasi.

were far lower as a proportion of overall migration

than they actually are.

Dan ini bukan hal yang hanya perlu diajarkan di sekolah,

So we have to address this misinformation,

meskipun juga perlu ditempa sejak usia dini.

the gap between perception and reality on key aspects of globalization.

Ini tentang partisipasi kewarganegaraan seumur hidup

And that can't just be something that's left to our schools,

dan keterlibatan publik yang kita semua dukung sebagai masyarakat.

although that's important to begin at an early age.

It has to be about lifelong civic participation

Hal kedua yang menurut saya berpotensi adalah

and public engagement that we all encourage as societies.

ide untuk mendukung lebih banyak interaksi antar komunitas beragam.

(Tepuk tangan)

The second thing that I think is an opportunity

is the idea to encourage more interaction across diverse communities.

Melihat sikap terhadap imigrasi di Inggris,

sesuatu yang menurut saya menonjol adalah,

(Applause)

ironisnya, daerah di negara saya yang paling toleran terhadap imigran,

One of the things that stands out for me very strikingly,

memiliki angka imigran yang paling tinggi.

looking at immigration attitudes in the United Kingdom,

Contohnya, London dan daerah Tenggara memiliki angka imigran paling tinggi,

is that ironically, the regions of my country

that are the most tolerant of immigrants

dan sejauh ini merekalah daerah yang paling toleran.

have the highest numbers of immigrants.

Daerah yang memiliki angka imigran paling rendahlah

So for instance, London and the Southeast have the highest numbers of immigrants,

yang paling tidak toleran terhadap imigran.

and they are also by far the most tolerant areas.

It's those areas of the country that have the lowest levels of immigration

Jadi kita perlu mendukung program pertukaran.

Kita harus memastikan generasi tua yang mungkin tidak bisa bepergian

that actually are the most exclusionary and intolerant towards migrants.

mendapatkan akses internet.

Kita bahkan harus mendukung di skala lokal dan nasional,

So we need to encourage exchange programs.

We need to ensure that older generations who maybe can't travel

lebih banyak perpindahan, partisipasi,

dan interaksi dengan orang yang tidak dikenal sebelumnya

get access to the Internet.

dan pandangannya mungkin tidak sejalan dengan kita.

We need to encourage, even on a local and national level,

more movement, more participation,

Hal penting ketiga yang menurut saya krusial,

more interaction with people who we don't know

dan sangat mendasar,

and whose views we might not necessarily agree with.

adalah kita harus memastikan bahwa semua mendapatkan

keuntungan yang sama dari globalisasi.

The third thing that I think is crucial, though,

Illustrasi pasca-Brexit oleh Financial Times ini sangat mencolok.

and this is really fundamental,

is we have to ensure that everybody shares

Betapa tragisnya bagaimana mereka yang memilih untuk meninggalkan Uni Eropa

in the benefits of globalization.

This illustration from the Financial Times post-Brexit is really striking.

adalah yang paling diuntungkan secara material

dari perdagangan dengan Uni Eropa.

It shows tragically that those people who voted to leave the European Union

Namun masalahnya, orang-orang di daerah Peninggal

were those who actually benefited the most materially

tidak menganggap dirinya sebagai pihak yang diuntungkan.

from trade with the European Union.

Mereka tidak percaya bahwa mereka mendapat akses terhadap

keuntungan material dari peningkatan perdagangan dan mobilitas seluruh dunia.

But the problem is that those people in those areas

didn't perceive themselves to be beneficiaries.

They didn't believe that they were actually getting access

Pekerjaan saya fokus terhadap isu terkait pengungsi,

to material benefits of increased trade and increased mobility around the world.

dan salah satu pemikiran yang sering saya sebarkan,

terutama untuk negara berkembang di seluruh dunia,

I work on questions predominantly to do with refugees,

adalah dalam upaya untuk mendukung integrasi dari pengungsi,

and one of the ideas I spent a lot of my time preaching,

kita tidak bisa hanya menguntungkan pengungsi,

mainly to developing countries around the world,

kita juga harus mengatasi kekhawatiran warga lokal sebagai tuan rumah.

is that in order to encourage the integration of refugees,

we can't just benefit the refugee populations,

Namun dalam pelaksanaannya,

salah satu saran kebijakan adalah kita harus menyediakan

we also have to address the concerns of the host communities in local areas.

fasilitas pendidikan, kesehatan, dan akses pelayanan kemasyarakatan

But in looking at that,

yang jauh lebih baik

one of the policy prescriptions is that we have to provide

di daerah dengan angka imigrasi tinggi

disproportionately better education facilities, health facilities,

untuk mengatasi kekhawatiran warga lokal.

Terlepas dari dukungan kiat itu di negara berkembang,

access to social services

baiknya ilmu itu tidak dibawa

in those regions of high immigration

pulang dan dijalankan di masyarakat kita sendiri.

to address the concerns of those local populations.

But while we encourage that around the developing world,

Terlebih lagi, jika kita ingin menganggap secara serius

we don't take those lessons home

pentingnya memastikan pembagian keuntungan material tersebut,

and incorporate them in our own societies.

bisnis dan perusahaan membutuhkan model globalisasi

Furthermore, if we're going to really take seriously

yang mengakui bahwa mereka juga harus mengutamakan masyarakat.

the need to ensure people share in the economic benefits,

our businesses and corporations need a model of globalization

Ide keempat dan terakhir yang saya ingin sampaikan

that recognizes that they, too, have to take people with them.

adalah bahwa kita perlu politik yang bertanggung jawab.

Masih sedikit studi ilmu sosial

The fourth and final idea I want to put forward

yang membandingkan sikap terhadap globalisasi.

is an idea that we need more responsible politics.

Namun dari survei yang ada,

There's very little social science evidence

yang bisa kita lihat adalah terdapat banyak variasi di seluruh dunia

that compares attitudes on globalization.

serta periode waktu di negara-negara tersebut

But from the surveys that do exist,

dalam sikap dan toleransi

what we can see is there's huge variation across different countries

mengenai isu seperti migrasi dan mobilitas di satu sisi

dan perdagangan bebas di sisi lain.

and time periods in those countries

Namun sebuah hipotesis yang muncul dari tampilan sepintas data tersebut

for attitudes and tolerance

of questions like migration and mobility on the one hand

yaitu bahwa masyarakat yang terpecah belah kurang toleran terhadap globalisasi.

and free trade on the other.

But one hypothesis that I think emerges from a cursory look at that data

Negara seperti Swedia dahulu kala,

is the idea that polarized societies are far less tolerant of globalization.

seperti Kanada yang sekarang,

dimana terdapat politik sentris,

dimana sayap kanan dan kiri bekerja sama,

It's the societies like Sweden in the past,

di situlah terdapat masyarakat yang bersikap positif terhadap globalisasi.

like Canada today,

where there is a centrist politics,

Dan yang kita lihat di seluruh dunia saat ini adalah perpecahan yang tragis,

where right and left work together,

kegagalan dua ekstrim berbeda dalam politik untuk berdialog,

that we encourage supportive attitudes towards globalization.

dan celah di antaranya yaitu ranah liberal tengah

And what we see around the world today is a tragic polarization,

yang mendorong komunikasi dan pemahaman bersama.

a failure to have dialogue between the extremes in politics,

Mungkin kita sulit mencapainya sekarang

and a gap in terms of that liberal center ground

tapi setidaknya kita harus mendorong politisi dan media kita

that can encourage communication and a shared understanding.

untuk meninggalkan bahasa ketakutan dan menjadi lebih toleran satu sama lain.

We might not achieve that today,

(Tepuk tangan)

but at the very least we have to call upon our politicians and our media

to drop a language of fear and be far more tolerant of one another.

(Applause)

Ide-ide ini sangat tentatif,

karena dalam pelaksanaannya, ini harus menjadi sebuah proyek inklusif bersama.

These ideas are very tentative,

Saya masih warga negara Inggris.

and that's in part because this needs to be an inclusive and shared project.

Saya masih orang Eropa.

Saya masih warga negara global.

I am still British.

Bagi kita yang masih percaya

I am still European.

bahwa identitas kita tidak saling meniadakan,

I am still a global citizen.

kita harus bekerja sama

For those of us who believe

untuk memastikan bahwa globalisasi mencakupi semua orang

that our identities are not mutually exclusive,

dan tidak meninggalkan siapa pun.

we have to all work together

Hanya demikianlah, kita bisa berdamai dengan demokrasi dan globalisasi.

to ensure that globalization takes everyone with us

Terima kasih.

and doesn't leave people behind.

(Tepuk tangan)

Only then will we truly reconcile democracy and globalization.

Thank you.

(Applause)