What I learned from 2,000 obituaries | Lux Narayan

Translator: Made Pramana Reviewer: Ade Indarta

Joseph Keller used to jog around the Stanford campus,

Joseph Keller dulu biasa jogging di sekitar kampus Stanford,

and he was struck by all the women jogging there as well.

dan dia terpana dengan semua wanita yang juga jogging di sana.

Why did their ponytails swing from side to side like that?

Mengapa rambut kuncir kuda mereka berayun dari sisi ke sisi seperti itu?

Being a mathematician, he set out to understand why.

Sebagai seorang ahli matematika, dia mulai mengerti alasannya.

(Laughter)

(Suara tawa)

Professor Keller was curious about many things:

Profesor Keller penasaran dengan banyak hal:

why teapots dribble

Mengapa teko mengucurkan air

or how earthworms wriggle.

atau bagaimana cacing tanah menggeliat.

Until a few months ago, I hadn't heard of Joseph Keller.

Saya tidak tahu tentang Joseph Keller, sampai beberapa bulan lalu.

I read about him in the New York Times,

Saya membaca tentang dirinya di koran New York Times,

in the obituaries.

pada bagian berita kematian.

The Times had half a page of editorial dedicated to him,

Koran itu memuat setengah halaman editorial yang didekasikan untuk dirinya,

which you can imagine is premium space for a newspaper of their stature.

di mana Anda bisa bayangkan itu sebagai tempat spesial bagi sebuah koran bermutu.

I read the obituaries almost every day.

Saya membaca berita kematian hampir setiap hari.

My wife understandably thinks I'm rather morbid

Istri saya mengira saya agak tidak waras

to begin my day with scrambled eggs and a "Let's see who died today."

memulai hari dengan telur orak arik dan "Ayo lihat siapa yang meninggal hari ini."

(Laughter)

(Suara tawa)

But if you think about it,

Namun jika Anda coba pikir,

the front page of the newspaper is usually bad news,

halaman pertama pada koran biasanya selalu tentang berita buruk,

and cues man's failures.

dan mengisyaratkan kegagalan manusia.

An instance where bad news cues accomplishment

Sebuah contoh di mana berita buruk menandakan keberhasilan

is at the end of the paper, in the obituaries.

ada di halaman akhir koran, pada bagian berita kematian.

In my day job,

Dalam perkerjaan saya,

I run a company that focuses on future insights

saya mengelola perusahaan yang fokus pada wawasan masa depan

that marketers can derive from past data --

di mana para pemasar bisa ambil dari data masa lalu

a kind of rearview-mirror analysis.

seperti analisis yang melihat kebelakang.

And we began to think:

Dan kami mulai berpikir

What if we held a rearview mirror to obituaries from the New York Times?

Apa jadinya jika kami melihat ke belakang pada berita kematian di koran tersebut?

Were there lessons on how you could get your obituary featured --

Apakah ada cara yang baik untuk memajang berita kematian

even if you aren't around to enjoy it?

ketika Anda sudah meninggal?

(Laughter)

(Suara tawa)

Would this go better with scrambled eggs?

Apakah hal ini menjadi lebih baik dengan telur orak arik?

(Laughter)

(Suara tawa)

And so, we looked at the data.

Jadi, kami melihat data,

2,000 editorial, non-paid obituaries

2.000 editorial, berita kematian non-berbayar

over a 20-month period between 2015 and 2016.

dalam periode 20 bulan di antara 2015 dan 2016.

What did these 2,000 deaths -- rather, lives -- teach us?

Apa yang dapat 2.000 kematian -- kehidupan -- ajarkan untuk kita?

Well, first we looked at words.

Nah, pertama kami melihat kata-katanya.

This here is an obituary headline.

Ini adalah tajuk berita kematian.

This one is of the amazing Lee Kuan Yew.

Ini adalah berita Lee Kuan Yew yang hebat.

If you remove the beginning and the end,

Jika Anda hilangkan bagian awal dan akhir,

you're left with a beautifully worded descriptor

Anda akan punya kata-kata deskriptor yang indah.

that tries to, in just a few words, capture an achievement or a lifetime.

yang mencoba untuk, dalam beberapa kata, menggambarkan pencapaian-perjalanan hidup.

Just looking at these is fascinating.

Dengan melihat hal ini saja mengagumkan.

Here are a few famous ones, people who died in the last two years.

Ini adalah orang-orang terkenal yang meninggal dalam dua tahun terakhir.

Try and guess who they are.

Coba tebak siapa mereka.

[An Artist who Defied Genre]

[Seorang artis yang menolak genre]

That's Prince.

Itu adalah Prince.

[Titan of Boxing and the 20th Century]

[Bintang tinju dan abad ke 20]

Oh, yes.

Oh, ya.

[Muhammad Ali]

[Muhammad Ali]

[Groundbreaking Architect]

[Arsitek yang inovatif)

Zaha Hadid.

Zaha Hadid.

So we took these descriptors

Jadi kami ambil deskriptor-deskritor ini

and did what's called natural language processing,

dan melakukan pengolahan bahasa alamiah,

where you feed these into a program,

kamu memasukkan ini ke dalam program,

it throws out the superfluous words --

program mengeluarkan kata-kata yang tak berguna --

"the," "and," -- the kind of words you can mime easily in "Charades," --

"itu," "dan," -- kata-kata yang mudah ditiru di "Charades," --

and leaves you with the most significant words.

dan meninggalkan kata-kata yang paling penting.

And we did it not just for these four,

Kami tidak hanya memasukkan empat deskriptor ini

but for all 2,000 descriptors.

namun keseluruhan 2.000 deskriptor.

And this is what it looks like.

Dan seperti inilah rupanya.

Film, theatre, music, dance and of course, art, are huge.

Film, teater, musik, tari dan tentu saja, seni, sangat besar.

Over 40 percent.

Di atas 40 persen.

You have to wonder why in so many societies

Anda mungkin heran mengapa dalam kebanyakan masyarakat

we insist that our kids pursue engineering or medicine or business or law

kita menuntut anak kita untuk belajar teknik, kedokteran, bisnis atau hukum

to be construed as successful.

untuk dianggap sukses.

And while we're talking profession,

Dan saat berbicara tentang profesi,

let's look at age --

Mari kita lihat umurnya

the average age at which they achieved things.

rata-rata umur di mana mereka mencapai sesuatu.

That number is 37.

Angka itu adalah 37.

What that means is, you've got to wait 37 years ...

Artinya adalah, Anda harus menunggu 37 tahun ...

before your first significant achievement that you're remembered for --

sebelum pencapaian penting pertama Anda yang Anda ingat --

on average --

rata-ratanya --

44 years later, when you die at the age of 81 --

44 tahun kemudian, ketika Anda meninggal pada umur 81 --

on average.

rata-ratanya.

(Laughter)

(Suara tawa)

Talk about having to be patient.

Bicara soal perlu bersabar.

(Laughter)

(Suara tawa)

Of course, it varies by profession.

Tentu saja, itu tergantung dari profesi.

If you're a sports star,

Jika Anda bintang olahraga

you'll probably hit your stride in your 20s.

mungkin Anda sukses di umur 20-an.

And if you're in your 40s like me,

Dan jika Anda berumur 40-an seperti saya,

you can join the fun world of politics.

Anda bisa ikuti dunia politik yang seru.

(Laughter)

(Suara tawa)

Politicians do their first and sometimes only commendable act in their mid-40s.

Hal pertama politikus lakukan & biasanya satu-satunya hal terpuji pada umur 40-an.

(Laughter)

(Suara tawa)

If you're wondering what "others" are,

Jika Anda penasaran apakah hal lain itu,

here are some examples.

ini adalah beberapa contohnya.

Isn't it fascinating, the things people do

Bukankah ini menarik, hal yang orang lakukan

and the things they're remembered for?

dan hal-hal yang diingat dari mereka?

(Laughter)

(Suara tawa)

Our curiosity was in overdrive,

Keingintahuan kami bertambah,

and we desired to analyze more than just a descriptor.

dan kami berkeinginan untuk menganalisis lebih dari sekadar deskriptor.

So, we ingested the entire first paragraph of all 2,000 obituaries,

Jadi, kami pelajari paragraf pertama dari seluruh 2.000 berita kematian,

but we did this separately for two groups of people:

namun kami melakukan ini secara terpisah dalam 2 kelompok:

people that are famous and people that are not famous.

orang yang terkenal dan orang yang tidak terkenal.

Famous people -- Prince, Ali, Zaha Hadid --

Orang-orang terkenal -- Prince, Ali, Zaha Hadid --

people who are not famous are people like Jocelyn Cooper,

orang-orang yang tidak terkenal adalah orang-orang seperti Jocelyn Cooper,

Reverend Curry

Reverend Curry

or Lorna Kelly.

atau Lorna Kelly.

I'm willing to bet you haven't heard of most of their names.

Saya berani bertaruh Anda belum pernah mendengar nama-nama mereka.

Amazing people, fantastic achievements, but they're not famous.

Orang-orang hebat, prestasi-prestasi hebat namun mereka tidak terkenal.

So what if we analyze these two groups separately --

Apa jadinya jika kami meneliti dua kelompok ini secara terpisah --

the famous and the non-famous?

yang terkenal dan yang tidak?

What might that tell us?

Apa yang dapat kita ketahui?

Take a look.

Lihatlah.

Two things leap out at me.

Dua hal muncul pada saya.

First:

Pertama:

"John."

"John."

(Laughter)

(Suara tawa)

Anyone here named John should thank your parents --

Siapapun di sini yang bernama John perlu berterima kasih pada orang tua

(Laughter)

(Suara tawa)

and remind your kids to cut out your obituary when you're gone.

dan ingatkan anak untuk menyingkat berita kematian Anda

And second:

Dan yang kedua:

"help."

"tolong."

We uncovered, many lessons from lives well-led,

Kami menemukan, banyak pelajaran dari kehidupan yang dilalui dengan baik,

and what those people immortalized in print could teach us.

dan hal apa yang dapat diajarkan dari orang-orang itu,

The exercise was a fascinating testament to the kaleidoscope that is life,

Kegiatan ini adalah wasiat menarik untuk kaleidoskop hidup,

and even more fascinating

dan yang lebih menarik lagi

was the fact that the overwhelming majority of obituaries

adalah fakta bahwa kebanyakan berita kematian

featured people famous and non-famous,

menampilkan orang terkenal dan orang yang tidak terkenal,

who did seemingly extraordinary things.

yang rupanya melakukan hal-hal luar biasa.

They made a positive dent in the fabric of life.

Mereka membuat suatu hal yang positif dalam jalinan kehidupan.

They helped.

Mereka menolong.

So ask yourselves as you go back to your daily lives:

Jadi tanyakan diri Anda sendiri dalam hidup Anda:

How am I using my talents to help society?

Bagaimana saya menggunakan bakat saya untuk menolong orang?

Because the most powerful lesson here is,

Karena pelajaran terkuat di sini adalah,

if more people lived their lives trying to be famous in death,

jika banyak orang menjalani hidupnya dengan berusaha jadi terkenal saat mati,

the world would be a much better place.

dunia akan menjadi tempat yang lebih baik.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)