Mohamed Ali: The link between unemployment and terrorism

Translator: Maria Bianca Vega Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

I would like to talk to you about a story

Saya ingin menceritakan suatu kisah

about a small town kid.

tentang seorang anak kecil.

I don't know his name, but I do know his story.

Saya tidak tahu namanya, tetapi saya tahu kisahnya.

He lives in a small village in southern Somalia.

Dia tinggal di sebuah desa kecil di Somalia Selatan.

His village is near Mogadishu.

Sebuah desa dekat Mogadishu.

Drought drives the small village into poverty

Kekeringan menjadikan desa tersebut sangat miskin

and to the brink of starvation.

hingga penduduk desa menderita kelaparan.

With nothing left for him there,

Karena tidak ada apa-apa lagi di sana,

he leaves for the big city,

dia pergi ke kota besar,

in this case, Mogadishu, the capital of Somalia.

yaitu, Mogadishu ibukota Somalia.

When he arrives, there are no opportunities,

Setiba di sana, dia juga tidak menemukan kesempatan,

no jobs, no way forward.

tidak ada pekerjaan, tidak ada arah ke depan.

He ends up living in a tent city

Alhasil, dia tinggal di sebuah 'kota tenda'

on the outskirts of Mogadishu.

di daerah pinggiran Mogadishu.

Maybe a year passes, nothing.

Sekitar setahun berlalu, tidak ada apa-apa.

One day, he's approached by a gentleman

Suatu hari, dia didatangi seorang pria

who offers to take him to lunch,

yang menawarkannya makan siang,

then to dinner, to breakfast.

kemudian makan malam, dan juga sarapan.

He meets this dynamic group of people,

Dia bertemu dengan sekelompok orang,

and they give him a break.

baik dan terbuka.

He's given a bit of money

Dia diberi uang

to buy himself some new clothes,

untuk membeli baju baru,

money to send back home to his family.

uang untuk diberikan kepada keluarganya.

He is introduced to this young woman.

Dia diperkenalkan kepada wanita muda.

He eventually gets married.

Akhirnya dia menikahinya.

He starts this new life.

Dia memulai hidup barunya.

He has a purpose in life.

DIa mempunyai tujuan hidup.

One beautiful day in Mogadishu,

Suatu hari di Mogadishu,

under an azure blue sky,

dibawa langit yang biru,

a car bomb goes off.

sebuah bom mobil meledak.

That small town kid with the big city dreams

Bocah desa dengan cita-cita besar di kota itu

was the suicide bomber,

adalah pelaku bom bunuh diri tersebut,

and that dynamic group of people

dan kelompok dinamis dia temui

were al Shabaab, a terrorist organization

adalah al Shabaab, organisasi teroris

linked to al Qaeda.

yang berhubungan dengan al Qaeda.

So how does the story of a small town kid

Jadi, bagaimana kisah tentang seorang bocah desa

just trying to make it big in the city

yang hanya bercita-cita tinggi di kota

end up with him blowing himself up?

berakhir dengan bunuh diri?

He was waiting.

Dia menunggu,

He was waiting for an opportunity,

sebuah kesempatan,

waiting to begin his future,

menunggu untuk memulai masa depannya,

waiting for a way forward,

menunggu pengarahan

and this was the first thing that came along.

dan inilah kesempatan pertama yang datang.

This was the first thing that pulled him out

Inilah kesempatan pertama yang menariknya

of what we call waithood.

keluar dari masa penantian.

And his story repeats itself

Dan kisahnya seringkali terulang sendiri

in urban centers around the world.

di kota-kota padat di seluruh pelosok dunia.

It is the story of the disenfranchised,

Inilah cerita tentang para

unemployed urban youth

pengangguran muda

who sparks riots in Johannesburg,

yang membuat kerusuhan di Johannesburg,

sparks riots in London,

membuat kerusuhuan di London,

who reaches out for something other than waithood.

yang menggapai sesuatu selain dari menunggu.

For young people, the promise of the city,

Bagi para pemuda, janji dari kota,

the big city dream is that of opportunity,

adalah bahwa ada banyak sekali kesempatan,

of jobs, of wealth,

pekerjaan, kekayaan,

but young people are not sharing in the prosperity of their cities.

tetapi para pemuda tidak mendapat bagian kekayaan dari kota mereka.

Often it's youth who suffer from the highest unemployment rates.

Sering kali pemudalah yang tingkat penganggurannya paling tinggi

By 2030, three out of five people living in cities

Di tahun 2030, 3 dari 5 penduduk kota

will be under the age of 18.

akan berusia dibawah 18 tahun.

If we do not include young people

Jika kita tidak bertindak untuk melibatkan para pemuda

in the growth of our cities,

dalam pertumbuhan kota kita,

if we do not provide them opportunities,

jika kita tidak memberi mereka kesempatan

the story of waithood,

cerita tentang penantian,

the gateway to terrorism, to violence, to gangs,

pintu masuk dunia terorisme, kekerasan, kejahatan,

will be the story of cities 2.0.

akan menjadi cerita kota-kota 2.0.

And in my city of birth, Mogadishu,

Dan di kota kelahiran saya, Mogadishu,

70 percent of young people suffer from unemployment.

70 persen pemuda adalah pengangguran.

70 percent don't work,

70 persen pemuda tidak punya pekerjaan,

don't go to school.

tidak berpendidikan.

They pretty much do nothing.

Mereka sama sekali tidak melakukan apa-apa.

I went back to Mogadishu last month,

Saya kembali ke Mogadishu bulan lalu,

and I went to visit Madina Hospital,

dan saya menghampiri RS Madina,

the hospital I was born in.

dimana saya dilahirkan.

I remember standing in front of that

Saya ingat berdiri di depan

bullet-ridden hospital thinking,

gedung yang penuh dengan bekas tembakan peluru itu,

what if I had never left?

dan berpikir, bagaimana jika saya dulu tidak meninggalkan tempat ini?

What if I had been forced

Bagaimana jika saya dipaksa

into that same state of waithood?

untuk hidup dalam cerita 'masa penantian' yang sama?

Would I have become a terrorist?

Akankah saya menjadi teroris?

I'm not really sure about the answer.

Saya tidak yakin dengan jawabannya.

My reason for being in Mogadishu that month

Alasan saya berada di Mogadishu saat itu

was actually to host

adalah untuk menyelenggarakan

a youth leadership and entrepreneurship summit.

konferensi kepemimpinan dan kewirausahaan para pemuda.

I brought together about 90 young Somali leaders.

Saya membawa sekitar 90 pemimpin Somalia muda.

We sat down and brainstormed on solutions

Kami duduk dan mencoba mencari solusi

to the biggest challenges facing their city.

untuk masalah terbesar yang dihadapi kota mereka.

One of the young men in the room was Aden.

Salah satu dari pemuda itu bernama Aden.

He went to university in Mogadishu, graduated.

Dia lulusan sebuah universitas di Mogadishu.

There were no jobs, no opportunities.

Tidak ada pekerjaan, tidak ada kesempatan.

I remember him telling me,

Saya ingat dia memberi tahu saya,

because he was a college graduate,

karena dia sudah wisuda,

unemployed, frustrated,

tanpa pekerjaan dan muak dengan keadaan,

that he was the perfect target for al Shabaab

dialah target yang pas untuk al Shabaab

and other terrorist organizations, to be recruited.

dan organisasi teroris yang lainnya.

They sought people like him out.

Mereka mencari orang-orang seperti dirinya.

But his story takes a different route.

Tetapi kisahnya mendapatkan jalan yang berbeda.

In Mogadishu, the biggest barrier

Di Mogadishu, halangan terbesar

to getting from point A to point B are the roads.

untuk beranjak dari sisi A ke sisi B adalah jalanan.

Twenty-three years of civil war

Dua puluh tiga tahun perang saudara

have completely destroyed the road system,

telah merusak total sistem jalan,

and a motorbike can be the easiest way

dan motor adalah kendaraan yang terbaik

to get around.

untuk digunakan.

Aden saw an opportunity and seized it.

Aden melihat peluang dan dengan cepat menggapainya.

He started a motorbike company.

Dia mendirikan perusahaan motor.

He began renting out motorbikes

Dia mulai menyewakan motor

to local residents who couldn't normally afford them.

kepada penduduk setempat yang tidak mampu.

He bought 10 bikes, with the help

Dia membeli 10 motor, dengan bantuan

of family and friends,

keluarga dan teman-temannya,

and his dream is to eventually expand

dan impiannya sekarang adalah untuk

to several hundred within the next three years.

membeli beberapa ratus dalam kurun waktu tiga tahun.

How is this story different?

Apa beda cerita ini dengan yang sebelumnya?

What makes his story different?

Apa perbedaan terbesar di antara mereka?

I believe it is his ability to identify

Saya kira jawabannya adalah kemampuan dia untuk

and seize a new opportunity.

melihat sebuat peluang dan menggapainya.

It's entrepreneurship,

Inilah kewirausahaan,

and I believe entrepreneurship can be

dan saya percaya kewirausahaan dapat

the most powerful tool against waithood.

menjadi alat untuk melawan 'masa penantian'

It empowers young people

Kewirausahaan memberi wewenang para pemuda

to be the creators of the very economic opportunities

untuk menjadi pencipta peluang-peluang pekerjaan

they are so desperately seeking.

yang mereka tunggu dan cari.

And you can train young people to be entrepreneurs.

Dan kita mendidik para pemuda untuk menjadi pengusaha.

I want to talk to you about a young man

Saya ingin menceritakan tentang seorang pemuda

who attended one of my meetings,

yang menghadiri salah satu pertemuan saya,

Mohamed Mohamoud, a florist.

Mohamed Mohamoud, seorang penjual bunga.

He was helping me train some of the young people

Dia membantu saya mendidik beberapa pemuda

at the summit in entrepreneurship

dalam konferensi kewirausahaan

and how to be innovative

dalam bagaimana cara menjadi inovatif

and how to create a culture of entrepreneurship.

dan bagaimana cara menciptakan budaya kewirausahaan.

He's actually the first florist Mogadishu has seen

Dia sebetulnya adalah penjual bunga pertama di Mogadishu

in over 22 years,

dalam lebih dari 22 tahun,

and until recently, until Mohamed came along,

dan baru-baru ini, sampai munculnya Mohamed,

if you wanted flowers at your wedding,

jika anda mau bunga untuk sebuah pesta pernikahan,

you used plastic bouquets

hanya ada rangkaian bunga plastik

shipped from abroad.

yang dikirim dari luar negeri.

If you asked someone,

Jika anda bertanya

"When was the last time you saw fresh flowers?"

"Kapan terakhir kali anda lihat sebuah rangkaian bunga asli?"

for many who grew up under civil war,

bagi pemuda yang hidup dalam kondisi perang,

the answer would be, "Never."

jawabannya adalah, "Tidak pernah."

So Mohamed saw an opportunity.

Jadi, Mohamed menemukan sebuah kesempatan.

He started a landscaping and design floral company.

Dia membuat sebuah perusahaan bunga dan pertamanan.

He created a farm right outside of Mogadishu,

Dia membuat pertanian di luar Mogadishu,

and started growing tulips and lilies,

dan menanam bunga tulip dan bunga bakung,

which he said could survive

yang menurutnya dapat menahan

the harsh Mogadishu climate.

cuaca Mogadishu yang keras.

And he began delivering flowers to weddings,

Dia mengirim bunga ke pesta-pesta pernikahan,

creating gardens at homes

membuat taman di rumah-rumah

and businesses around the city,

dan membuka bisnis di kota,

and he's now working on creating

dan sekarang dia sedang membuat

Mogadishu's first public park in 22 years.

taman rakyat di kota yang pertama di Mogadishu dalam 22 tahun.

There's no public park in Mogadishu.

Tidak ada taman rakyat di Mogadishu sekarang.

He wants to create a space where families,

Dia mau membuat tempat dimana keluarga,

young people, can come together,

para pemuda, dapat berkumpul bersama,

and, as he says, smell the proverbial roses.

dan, seperti yang dia bilang, dapat mencium bau mawar.

And he doesn't grow roses because

Dan dia tidak menanam bunga mawar karena

they use too much water, by the way.

mawar memerlukan terlalu banyak air.

So the first step is to inspire young people,

Jadi langkah pertama adalah untuk memberi inspirasi para pemuda,

and in that room, Mohamed's presence

di dalam ruang itu adalah keberadaan Mohamed

had a really profound impact on the youth in that room.

yang sangat berdampak kepada para pemuda di ruang yang sama.

They had never really thought about starting up a business.

Mereka belum pernah berpikir tentang mendirikan bisnis mereka masing-masing.

They've thought about working for an NGO,

Mereka telah berpikir untuk bekerja dalam sebuah LSM,

working for the government,

bekerja di pemerintahan,

but his story, his innovation,

tetapi kisahnya, inovasinya

really had a strong impact on them.

sangat berdampak kepada mereka.

He forced them to look at their city

Dia memaksa mereka untuk melihat kepada kotanya

as a place of opportunity.

sebagai tempat penuh kesempatan.

He empowered them to believe that they could be entrepreneurs,

Dia menginspirasikan mereka untuk percaya bahwa mereka dapat menjadi pengusaha,

that they could be change makers.

supaya mereka dapat menjadi orang-orang berpengaruh.

By the end of the day, they were coming up

Pada akhirnya, mereka mencari ide

with innovative solutions

yang penuh dengan solusi

to some of the biggest challenges facing their city.

bagi masalah-masalah terbesar yang dihadapi kotanya.

They came up with entrepreneurial solutions

Mereka mendapat solusi dengan kewirausahaan

to local problems.

untuk masalah-masalah setempat.

So inspiring young people

Jadi menginspirasikan para pemuda

and creating a culture of entrepreneurship

dan menciptakan budaya kewirausahaan

is a really great step,

adalah langkah yang besar,

but young people need capital

tetapi para pemuda memerlukan modal

to make their ideas a reality.

untuk mewujudkan ide-ide mereka.

They need expertise and mentorship

Mereka memerlukan keahlian dan kepakaran

to guide them in developing and launching their businesses.

untuk memberi pengarahan dalam mengembangkan bisnis mereka.

Connect young people with the resources they need,

Hubungkan para pemuda dengan keperluan yang mereka perlukan,

provide them the support they need to go from ideation to creation,

berilah mereka dukungan yang mereka perlukan supaya mereka dapat beralih dari ide ke kreasi,

and you will create catalysts for urban growth.

dan anda akan membuat katalis dalam pembangunan kota.

For me, entrepreneurship is more than just

Bagi saya, kewirausahaan tidak sekedar

starting up a business.

membangun sebuah bisnis.

It's about creating a social impact.

Ini adalah tentang membuat pengaruh dalam sisi sosial.

Mohamed is not simply selling flowers.

Mohamed tidak hanya menjual bunga.

I believe he is selling hope.

Menurut saya dia juga memberi harapan.

His Peace Park, and that's what he calls it,

Tamannya yang bernama "Taman Perdamaian"

when it's created, will actually transform

saat taman itu selesai diciptakan, taman itu akan mengubah

the way people see their city.

cara penduduk kota melihat kotanya sendiri.

Aden hired street kids to help rent out

Aden merekrut anak jalanan untuk membantu sewa

and maintain those bikes for him.

dan merawat motor-motornya.

He gave them the opportunity to escape

Dia juga memberi mereka peluang untuk menjauh

the paralysis of waithood.

dari 'masa penantian'.

These young entrepreneurs are having

Para wirausaha muda tentu memberi

a tremendous impact in their cities.

pengaruh yang besar dan baik di kota mereka.

So my suggestion is,

Jadi, saran saya adalah,

turn youth into entrepreneurs,

untuk mengubah para pemuda kota menjadi pengusaha,

incubate and nurture their inherent innovation,

pertahankan dan kembangkan kreasi mereka,

and you will have more stories of flowers and Peace Parks

dan kita akan mendapati lebih banyak lagi cerita tentang bunga dan Taman Perdamaian,

than of car bombs and waithood.

bukan bom dan pengangguran.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)