Abraham Verghese: A doctor's touch

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: handarmin -

A few months ago,

Beberapa bulan lalu,

a 40 year-old woman came to an emergency room

seorang wanita berusia 40 tahun masuk ke ruang gawat darurat

in a hospital close to where I live,

di rumah sakit dekat tempat tinggal saya

and she was brought in confused.

dalam keadaan kacau.

Her blood pressure was an alarming

Tekanan darahnya sangat mengkhawatirkan

230 over 170.

230 - 170.

Within a few minutes, she went into cardiac collapse.

Dalam beberapa menit, dia mengalami gagal jantung.

She was resuscitated, stabilized,

Dia disadarkan dan distabilkan

whisked over to a CAT scan suite

dan dibawa ke ruang pemindaian CAT

right next to the emergency room,

tepat di sebelah ruang gawat darurat

because they were concerned about blood clots in the lung.

karena mereka khawatir ada pembekuan darah di paru-parunya

And the CAT scan revealed

Dan pemindaian CAT menunjukkan

no blood clots in the lung,

tidak ada pembekuan darah di paru-paru

but it showed bilateral, visible, palpable breast masses,

namun menunjukkan gumpalan yang jelas terlihat

breast tumors,

dari kanker payudara

that had metastasized widely

yang telah menyebar luas

all over the body.

ke seluruh tubuhnya

And the real tragedy was, if you look through her records,

Dan tragedi sebenarnya adalah, jika Anda melihat rekaman medisnya,

she had been seen

dia telah menemui

in four or five other health care institutions

empat atau lima pusat layanan kesehatan

in the preceding two years.

dalam setahun terakhir.

Four or five opportunities

Empat atau lima kesempatan

to see the breast masses, touch the breast mass,

untuk melihat, untuk meraba gumpalan itu

intervene at a much earlier stage

dan mengobatinya pada tahap yang lebih awal

than when we saw her.

daripada saat kami melihatnya.

Ladies and gentlemen,

Para hadirin,

that is not an unusual story.

ini bukanlah kisah luar biasa.

Unfortunately, it happens all the time.

Sayangnya, hal ini terjadi setiap saat.

I joke, but I only half joke,

Saya bercanda, namun setengah bercanda,

that if you come to one of our hospitals missing a limb,

namun jika Anda datang ke rumah sakit saat kaki atau tangan Anda hilang,

no one will believe you till they get a CAT scan, MRI

tidak ada yang akan percaya sebelum melakukan pemindaian CAT, MRI,

or orthopedic consult.

atau nasehat dari ahli bedah tulang.

I am not a Luddite.

Saya bukan kaum Luddite,

I teach at Stanford.

saya mengajar di Stanford.

I'm a physician practicing with cutting-edge technology.

Saya adalah dokter yang menggunakan teknologi mutakhir.

But I'd like to make the case to you

Namun saya ingin mengajukan

in the next 17 minutes

dalam 17 menit ke depan

that when we shortcut the physical exam,

bahwa saat kita menghilangkan pemeriksaan fisik,

when we lean towards ordering tests

saat kita mengandalkan berbagai tes

instead of talking to and examining the patient,

ketimbang berbicara dan memeriksa pasien,

we not only overlook simple diagnoses

kita tidak hanya melewatkan diagnosa sederhana

that can be diagnosed at a treatable, early stage,

yang dapat diketahui pada awal, saat masih bisa dirawat,

but we're losing much more than that.

namun kita kehilangan lebih banyak lagi.

We're losing a ritual.

Kita kehilangan ritual.

We're losing a ritual that I believe is transformative, transcendent,

Kita kehilangan ritual yang saya yakini adalah transformatif dan menurun,

and is at the heart

yaitu pada pusat

of the patient-physician relationship.

dari hubungan pasien dan dokter.

This may actually be heresy to say this at TED,

Ini mungkin tidak pantas disampaikan di TED,

but I'd like to introduce you

namun saya ingin memperkenalkan

to the most important innovation,

penemuan yang saya pikir

I think, in medicine

paling penting, dalam kedokteran

to come in the next 10 years,

yang akan muncul dalam 10 tahun ke depan,

and that is the power of the human hand --

yaitu kekuatan dari tangan manusia --

to touch, to comfort, to diagnose

untuk menyentuh, menghibur, mendiagnosa,

and to bring about treatment.

dan memberikan perawatan.

I'd like to introduce you first to this person

Saya ingin terlebih dahulu mengenalkan Anda pada orang ini

whose image you may or may not recognize.

mungkin Anda kenal dengan gambarnya.

This is Sir Arthur Conan Doyle.

Dia adalah Sir Arthur Conan Doyle.

Since we're in Edinburgh, I'm a big fan of Conan Doyle.

Karena saya tinggal di Edinburgh, saya penggembar beratnya.

You might not know that Conan Doyle went to medical school

Anda mungkin tidak tahu kalau Conan Doyle mengambil kuliah kedokteran

here in Edinburgh,

di Edinburgh,

and his character, Sherlock Holmes,

dan tokonya, Sherlock Holmes,

was inspired by Sir Joseph Bell.

diilhami oleh Sir Joseph Bell.

Joseph Bell was an extraordinary teacher by all accounts.

Joseph Bell adalah guru yang luar biasa dalam segala hal.

And Conan Doyle, writing about Bell,

Dan Conan Doyle, menulis tentang Bell,

described the following exchange

tentang percakapan berikut

between Bell and his students.

antara Bell dengan para siswanya.

So picture Bell sitting in the outpatient department,

Jadi bayangkan Bell duduk di bagian rawat jalan

students all around him,

para siswanya berkumpul di sekelilingnya,

patients signing up in the emergency room

dan pasien datang ke ruang gawat darurat

and being registered and being brought in.

mendaftarkan diri dan masuk.

And a woman comes in with a child,

Seorang wanita datang bersama anaknya

and Conan Doyle describes the following exchange.

dan Conan Doyle menulis percakapan berikut.

The woman says, "Good Morning."

Wanita itu berkata, "Selamat pagi."

Bell says, "What sort of crossing did you have

Bell menjawab, "Bagaimana perjalananmu

on the ferry from Burntisland?"

di atas kapal feri dari Burntisland?"

She says, "It was good."

Dia menjawab, "Baik."

And he says, "What did you do with the other child?"

Dan dia berkata, "Bagaimana dengan anakmu yang lain?"

She says, "I left him with my sister at Leith."

Dia menjawab, "Saya menitipkannya di rumah saudara saya di Leith."

And he says,

Dan dia berkata,

"And did you take the shortcut down Inverleith Row

"Dan apa kau mengambil jalan pintas melewati Inverleith Row

to get here to the infirmary?"

menuju rumah sakit ini?

She says, "I did."

Dia menjawab, "Iya."

And he says, "Would you still be working at the linoleum factory?"

Dan dia berkata, "Kau masih bekerja di pabrik linolium?"

And she says, "I am."

Dan dia menjawab, "Iya."

And Bell then goes on to explain to the students.

Kemudian Bell menjelaskan kepada para siswanya.

He says, "You see, when she said, 'Good morning,'

Dia berkata, "Kau tahu, saat dia berkata, 'Selamat pagi.'

I picked up her Fife accent.

saya mendengar logat Fife.

And the nearest ferry crossing from Fife is from Burntisland.

Dan pelabuhan feri terdekat dari Fife adalah Burntisland.

And so she must have taken the ferry over.

Jadi dia pasti telah naik feri.

You notice that the coat she's carrying

Kau lihat pada mantel yang dia bawa

is too small for the child who is with her,

itu terlalu kecil untuk anak yang dibawanya,

and therefore, she started out the journey with two children,

sehingga, dia mulai perjalanan dengan dua anak,

but dropped one off along the way.

namun menitipkan seorang anak di jalan.

You notice the clay on the soles of her feet.

Kau lihat tanah liat pada tapak kakinya.

Such red clay is not found within a hundred miles of Edinburgh,

Tanah liat merah semacam itu tidak ada dalam jarak 100 mil dari Edinburgh,

except in the botanical gardens.

kecuali di kebun raya.

And therefore, she took a short cut down Inverleith Row

Sehingga dia mengambil jalan pintas melalui Inverleith Row

to arrive here.

untuk sampai kemari.

And finally, she has a dermatitis

Dan terakhir, dia menderita infeksi kulit

on the fingers of her right hand,

pada jari tangan kanannya,

a dermatitis that is unique

infeksi kulit yang unik

to the linoleum factory workers in Burntisland."

yang hanya diderita oleh buruh pabrik di Burntisland."

And when Bell actually strips the patient,

Dan saat Bell membuka pakaian pasien itu

begins to examine the patient,

dan mulai memeriksanya,

you can only imagine how much more he would discern.

Anda dapat membayangkan betapa dia memahami hal itu.

And as a teacher of medicine, as a student myself,

Dan sebagai guru di sekolah kedokteran, dan juga siswa,

I was so inspired by that story.

saya sangat terilhami oleh kisah ini.

But you might not realize

Namun Anda mungkin tidak menyadari

that our ability to look into the body

bahwa kemampuan kita untuk melihat ke dalam tubuh

in this simple way, using our senses,

dengan cara sederhana, dengan indera kita,

is quite recent.

cukup baru.

The picture I'm showing you is of Leopold Auenbrugger

Gambar yang saya tunjukkan adalah Leopold Auenbrugger

who, in the late 1700s,

yang pada akhir 1700-an

discovered percussion.

menemukan perkusi.

And the story is that Leopold Auenbrugger

Dan Leopold Auenbrugger

was the son of an innkeeper.

adalah putra pengurus penginapan.

And his father used to go down into the basement

Awalnya ayahnya harus turun ke ruang bawah tanah

to tap on the sides of casks of wine

untuk mengetuk sisi tong anggur

to determine how much wine was left

untuk mengetahui berapa banyak anggur yang tersisa

and whether to reorder.

dan apakah harus memesan kembali.

And so when Auenbrugger became a physician,

Sehingga saat Auenbrugger menjadi dokter,

he began to do the same thing.

dia mulai melakukan hal yang sama.

He began to tap on the chests of his patients,

Dia mengetuk dada pasiennya

on their abdomens.

di daerah perutnya.

And basically everything we know about percussion,

Dan semua yang Anda bisa pikirkan tentang perkusi

which you can think of as an ultrasound of its day --

yang bisa Anda anggap sebagai USG saat itu --

organ enlargement, fluid around the heart, fluid in the lungs,

perbesaran organ, cairan di sekitar jantung, cairan di paru-paru,

abdominal changes --

perubahan perut --

all of this he described in this wonderful manuscript

semua hal ini digambarkannya dalam naskah luar biasa ini

"Inventum Novum," "New Invention,"

"Inventum Novum," "Penemuan Baru,"

which would have disappeared into obscurity,

yang kemudian menghilang

except for the fact that this physician, Corvisart,

kecuali fakta bahwa dokter ini, Corvisart,

a famous French physician --

seorang dokter Perancis terkenal --

famous only because he was physician to this gentleman --

hanya karena dia adalah dokter orang ini --

Corvisart repopularized and reintroduced the work.

Corvisart mempopulerkan dan mengenalkan kembali hal itu.

And it was followed a year or two later

Kemudian satu atau dua tahun berikutnya

by Laennec discovering the stethoscope.

Laennac menemukan stetoskop.

Laennec, it is said, was walking in the streets of Paris

Laennac, menurut cerita, berjalan di jalanan kota Paris

and saw two children playing with a stick.

dan melihat dua anak bermain dengan tongkat.

One was scratching at the end of the stick,

Yang satu menggores ujung tongkat itu

another child listened at the other end.

dan anak lain mendengar pada ujung satunya.

And Laennec thought this would be a wonderful way

Dan Laennac berpikir ini akan menjadi cara yang bagus

to listen to the chest or listen to the abdomen

untuk mendengarkan dada atau perut

using what he called "the cylinder."

menggunakan apa yang disebutnya "silinder."

Later he renamed it the stethoscope.

Dia kemudian mengubah namanya menjadi stetoskop.

And that is how stethoscope and auscultation was born.

Begitulah stetoskop dan auskultasi ditemukan.

So within a few years,

Dalam beberapa tahun,

in the late 1800s, early 1900s,

di akhir 1800-an, awal 1900-an,

all of a sudden,

tiba-tiba saja

the barber surgeon had given way

"Tukang cukur bedah" tersingkirkan

to the physician who was trying to make a diagnosis.

oleh dokter yang mencoba membuat diagnosis.

If you'll recall, prior to that time,

Jika Anda ingat, sebelum saat itu

no matter what ailed you, you went to see the barber surgeon

tidak peduli Anda sakit apa, Anda pergi ke tukang cukur bedah

who wound up cupping you,

yang meliukkan Anda,

bleeding you, purging you.

mengambil darah dan membersihkan Anda.

And, oh yes, if you wanted,

Dan, jika Anda mau

he would give you a haircut -- short on the sides, long in the back --

dia bisa memangkas rambut Anda -- di samping pendek, di belakang panjang --

and pull your tooth while he was at it.

sekaligus mencabut gigi Anda.

He made no attempt at diagnosis.

Dia tidak mencoba membuat diagnosis.

In fact, some of you might well know

Sebenarnya, mungkin ada yang tahu

that the barber pole, the red and white stripes,

bahwa papan nama tukang cukur, garis merah dan putih

represents the blood bandages of the barber surgeon,

mewakili perban dari tukang cukur berdah

and the receptacles on either end

dan wadah di ujung satunya

represent the pots in which the blood was collected.

mewakili periuk tempat darah itu dikumpulkan.

But the arrival of auscultation and percussion

Namun penemuan auskultasi dan perkusi

represented a sea change,

menyebabkan perubahan besar,

a moment when physicians were beginning to look inside the body.

saat di mana dokter mulai melihat ke dalam tubuh.

And this particular painting, I think,

Dan lukisan ini, saya rasa

represents the pinnacle, the peak, of that clinical era.

menggambarkan puncak dari jaman ini.

This is a very famous painting:

Ini adalah lukisan yang sangat terkenal:

"The Doctor" by Luke Fildes.

"The Doctor" karya Luke Fildes.

Luke Fildes was commissioned to paint this by Tate,

Luke Fildes ditugaskan untuk menggambar ini oleh Tate,

who then established the Tate Gallery.

yang kemudian mendirikan Galeri Tate.

And Tate asked Fildes to paint a painting

Dan Tate meminta Fildes untuk menggambar

of social importance.

tentang arti penting sosial.

And it's interesting that Fildes picked this topic.

Dan sangat menarik bahwa Fildes memilih topik ini.

Fildes' oldest son, Philip,

Putra sulungnya, Philip

died at the age of nine on Christmas Eve

meninggal di malam Natal pada usia 9 tahun

after a brief illness.

setelah sempat sakit.

And Fildes was so taken by the physician

Dan Fildes sangat terkesan akan dokter

who held vigil at the bedside for two, three nights,

yang terus menjaganya selama dua, tiga malam

that he decided that he would try and depict

sehingga dia memutuskan untuk mencoba menggambarkan

the physician in our time --

dokter pada jaman kita --

almost a tribute to this physician.

hampir seperti penghormatan kepada dokter itu.

And hence the painting "The Doctor," a very famous painting.

Sehingga lukisan "The Doctor," lukisan yang sangat terkenal

It's been on calendars, postage stamps in many different countries.

telah digunakan pada kalender, perangko di berbagai negara.

I've often wondered, what would Fildes have done

Saya sering berpikir, apa yang akan dilakukan Fildes

had he been asked to paint this painting

jika dia diminta menggambar lukisan ini

in the modern era,

pada jaman modern

in the year 2011?

di tahun 2011?

Would he have substituted a computer screen

Apakah dia akan mengganti tempat pasien

for where he had the patient?

dengan layar komputer?

I've gotten into some trouble in Silicon Valley

Saya pernah mendapat masalah di Silicon Valley

for saying that the patient in the bed

karena mengatakan bahwa pasien di ranjang itu

has almost become an icon

hampir seperti ikon

for the real patient who's in the computer.

bagi pasien sesungguhnya yang ada dalam komputer.

I've actually coined a term for that entity in the computer.

Saya sebenarnya membuat ungkapan bagi hal itu.

I call it the iPatient.

Saya menyebutnya "iPatient."

The iPatient is getting wonderful care all across America.

iPatient mendapat pelayanan menakjubkan di seluruh Amerika.

The real patient often wonders,

Pasien yang sesungguhnya sering bertanya-tanya

where is everyone?

di mana semua orang?

When are they going to come by and explain things to me?

Kapan mereka akan datang dan menjelaskannya kepada saya?

Who's in charge?

Siapa yang bertugas?

There's a real disjunction between the patient's perception

Ada pemisahan antara gambaran dari pasien

and our own perceptions as physicians of the best medical care.

dengan gambaran kita sebagai dokter tentang layanan kesehatan terbaik.

I want to show you a picture

Saya ingin menunjukkan gambar

of what rounds looked like

tentang bagaimana diskusi itu

when I was in training.

saat saya masih menjadi siswa.

The focus was around the patient.

Fokusnya adalah di sekitar pasien.

We went from bed to bed. The attending physician was in charge.

Kami pergi dari ranjang ke ranjang dengan dokter jaga sebagai penanggung jawabnya.

Too often these days,

Terlalu sering pada hari-hari ini

rounds look very much like this,

diskusi itu terlihat seperti ini,

where the discussion is taking place

saat diskusi itu berlangsung

in a room far away from the patient.

di ruangan yang jauh dari pasien.

The discussion is all about images on the computer, data.

Diskusi itu adalah tentang semua gambar di komputer dan data.

And the one critical piece missing

Dan ada satu potongan penting yang hilang

is that of the patient.

yaitu pasiennya.

Now I've been influenced in this thinking

Kini saya telah dipengaruhi akan pemikiran

by two anecdotes that I want to share with you.

tentang dua anekdot yang ingin saya bagikan.

One had to do with a friend of mine who had a breast cancer,

Yang satu berhubungan dengan seorang teman yang menderita kanker payudara,

had a small breast cancer detected --

ada kanker payudara kecil terdeteksi --

had her lumpectomy in the town in which I lived.

menjalani lumpektomi di kota kecil tempat saya tinggal.

This is when I was in Texas.

Ini saat saya berada di Texas.

And she then spent a lot of time researching

Lalu dia menghabiskan banyak waktu untuk mencari

to find the best cancer center in the world

pusat perawatan kanker terbaik di dunia

to get her subsequent care.

untuk mendapat perawatan lanjutan.

And she found the place and decided to go there, went there.

dan dia menemukan tempat itu dan pergi ke sana.

Which is why I was surprised a few months later

Itulah mengapa saya terkejut beberapa bulan kemudian

to see her back in our own town,

karena dia kembali ke kota kami

getting her subsequent care with her private oncologist.

dan melakukan perawatan lanjutan dengan spesialis kankernya sendiri.

And I pressed her, and I asked her,

Saya bertanya dan mendesaknya,

"Why did you come back and get your care here?"

"Mengapa kau kembali dan mendapat perawatan di sini?"

And she was reluctant to tell me.

Dan dia segan untuk menjawabnya.

She said, "The cancer center was wonderful.

dia berkata, "Pusat perawatan kanker itu hebat.

It had a beautiful facility,

Fasilitasnya mengagumkan,

giant atrium, valet parking,

atrium raksasa, petugas valet,

a piano that played itself,

piano yang bermain sendiri,

a concierge that took you around from here to there.

pesuruh yang membawamu dari satu tempat ke tempat lain.

But," she said,

Namun," katanya,

"but they did not touch my breasts."

"mereka tidak menyentuh payudara saya."

Now you and I could argue

Kini, mungkin kita dapat berpendapat

that they probably did not need to touch her breasts.

bahwa mereka tidak perlu menyentuh payudaranya.

They had her scanned inside out.

Mereka sudah memindainya.

They understood her breast cancer at the molecular level;

Mereka memahami kanker payudaranya hingga tingkat moelkul,

they had no need to touch her breasts.

mereka tidak perlu menyentuh payudaranya.

But to her, it mattered deeply.

Namun baginya, itu sangat berarti.

It was enough for her to make the decision

Hal itu cukup baginya untuk memutuskan

to get her subsequent care with her private oncologist

untuk melanjutkan perawatannya dengan spesialis kankernya

who, every time she went,

yang, setiap kali dia berkunjung

examined both breasts including the axillary tail,

memeriksa kedua payudaranya termasuk di dekat ketiak,

examined her axilla carefully,

memeriksa ketiaknya,

examined her cervical region, her inguinal region,

bagian rahimnya, saluran kelaminnya,

did a thorough exam.

melakukan pemeriksaan menyeluruh.

And to her, that spoke of a kind of attentiveness that she needed.

Dan baginya, hal itu menyuarakan perhatian yang dia perlukan.

I was very influenced by that anecdote.

Saya sangat terpengaruh oleh anekdot itu.

I was also influenced by another experience that I had,

Saya juga terpengaruh oleh pengalaman lainnya,

again, when I was in Texas, before I moved to Stanford.

kembali saat saya di Texas, sebelum pindah ke Stanford.

I had a reputation

Saya terkenal sebagai

as being interested in patients

dokter yang tertarik pada pasien

with chronic fatigue.

dengan kelelahan kronis.

This is not a reputation you would wish on your worst enemy.

Ini bukan reputasi yang Anda akan dapatkan dari musuh terbesar Anda.

I say that because these are difficult patients.

Saya mengatakannya karena ini adalah pasien yang berat.

They have often been rejected by their families,

Mereka sering disisihkan oleh keluarga mereka

have had bad experiences with medical care

memiliki pengalaman buruk dengan layanan kesehatan

and they come to you fully prepared

dan mereka datang penuh persiapan

for you to join the long list of people

untuk menambah nama Anda pada daftar panjang orang

who's about to disappoint them.

yang akan mengecewakan mereka.

And I learned very early on with my first patient

Dan saya langsung belajar dari pasien pertama saya

that I could not do justice

bahwa saya tidak dapat menghakimi

to this very complicated patient

pasien yang sangat rumit ini

with all the records they were bringing

dengan semua data yang mereka bawa

in a new patient visit of 45 minutes.

dan kunjungan pasien baru perlu waktu 45 menit.

There was just no way.

Tidak ada cara lain.

And if I tried, I'd disappoint them.

Dan jika saya mencoba, saya akan mengecewakan mereka.

And so I hit on this method

Jadi saya menggunakan metode ini,

where I invited the patient

saya mengajak pasien

to tell me the story for their entire first visit,

untuk memberi tahu kisah hidup mereka,

and I tried not to interrupt them.

dan saya mencoba tidak menyelanya.

We know the average American physician

Kita tahu rata-rata dokter di Amerika

interrupts their patient in 14 seconds.

menyela pasien dalam 14 detik.

And if I ever get to heaven,

Dan jika saya masuk ke surga,

it will be because I held my piece for 45 minutes

itu adalah berkat saya menyimpan omongan saya selama 45 menit

and did not interrupt my patient.

dan tidak menyela pasien saya.

I then scheduled the physical exam for two weeks hence,

Lalu saya menjadwalkan pemeriksaan fisik 2 minggu sesudahnya,

and when the patient came for the physical,

dan saat pasien itu datang

I was able to do a thorough physical,

saya dapat melakukan pemeriksaan menyeluruh

because I had nothing else to do.

karena tidak ada lagi yang perlu saya lakukan.

I like to think that I do a thorough physical exam,

Saya senang berpikir saya melakukan pemeriksaan menyeluruh

but because the whole visit was now about the physical,

karena kini kunjungan hanyalah tentang fisik,

I could do an extraordinarily thorough exam.

Saya dapat melakukan pemeriksaan dengan baik.

And I remember my very first patient in that series

Dan saya ingat pasien pertama saya

continued to tell me more history

yang terus menceritakan kisah yang lain

during what was meant to be the physical exam visit.

dalam apa yang seharusnya adalah kunjungan untuk pemeriksaan fisik.

And I began my ritual.

Lalu saya memulai ritual saya.

I always begin with the pulse,

Saya selalu mulai dengan detak jantung,

then I examine the hands, then I look at the nail beds,

lalu saya memeriksa tangannya, jari-jari kukunya,

then I slide my hand up to the epitrochlear node,

lalu saya naik ke titik epitroclearnya,

and I was into my ritual.

dan saya memulai ritual saya.

And when my ritual began,

Saat ritual saya dimulai

this very voluble patient

pasien yang cerewet itu

began to quiet down.

mulai diam.

And I remember having a very eerie sense

Dan saya ingat akan perasaan takut

that the patient and I

karena saya dan pasien

had slipped back into a primitive ritual

telah kembali kepada ritual primitif

in which I had a role

di mana saya memiliki peranan

and the patient had a role.

dan pasien juga memiliki peranan.

And when I was done,

Dan saat saya selesai,

the patient said to me with some awe,

pasien itu berkata dengan kekaguman,

"I have never been examined like this before."

"Saya tidak pernah diperiksa seperti ini sebelumnya."

Now if that were true,

Lalu jika itu benar

it's a true condemnation of our health care system,

itu sungguh merupakan kutukan bagi sistem layanan kesehatan kita

because they had been seen in other places.

karena hal itu telah dilihat di tempat-tempat lain.

I then proceeded to tell the patient,

Lalu saya mengatakan kepada pasien itu,

once the patient was dressed,

setelah dia selesai berpakaian

the standard things that the person must have heard in other institutions,

hal-hal standar yang harus didengar oleh pasien itu di lembaga lainnya,

which is, "This is not in your head.

yaitu, "Ini bukan hanya ada di dalam kepalamu.

This is real.

Ini sungguhan.

The good news, it's not cancer, it's not tuberculosis,

Kabar baiknya, itu bukan kanker, bukan TBC,

it's not coccidioidomycosis or some obscure fungal infection.

bukan coccidioidomycosis atau jenis infeksi jamur lainnya.

The bad news is we don't know exactly what's causing this,

Kabar buruknya adalah kami tidak benar-benar tahu apa penyebabnya,

but here's what you should do, here's what we should do."

tapi kau sebaiknya begini, inilah yang sebaiknya kau lakukan."

And I would lay out all the standard treatment options

Dan saya akan memberikan beberapa pilihan perawatan standar

that the patient had heard elsewhere.

yang telah didengar pasien itu di tempat lain.

And I always felt

Dan saya selalu merasa

that if my patient gave up the quest

bahwa jika pasien saya menyerahkan petualangan

for the magic doctor, the magic treatment

akan dokter atau perawatan ajaib

and began with me on a course towards wellness,

yang dimulai dengan saya dalam perjalanan menuju kesembuhan.

it was because I had earned the right

itu karena saya memiliki hak

to tell them these things

untuk mengatakan hal-hal ini

by virtue of the examination.

berkat pemeriksaan.

Something of importance had transpired in the exchange.

Ada hal penting yang berlangsung dalam perubahan ini.

I took this to my colleagues

Saya menceritakannya kepada rekan-rekan saya

at Stanford in anthropology

di Stanford di sekolah antropologi

and told them the same story.

dengan cerita yang sama.

And they immediately said to me,

Dan mereka langsung mengatakan,

"Well you are describing a classic ritual."

"Kau menggambarkan ritual klasik."

And they helped me understand

Dan mereka membantu saya memahami

that rituals are all about transformation.

bahwa ritual itu adalah tentang pengubahan.

We marry, for example,

Sebagai contoh, kita menikah,

with great pomp and ceremony and expense

dengan berbagai kemegahan, upacara, dan biaya

to signal our departure

untuk mengisyaratkan kepergian kita

from a life of solitude and misery and loneliness

dari hidup yang sunyi, sedih, dan kesepian

to one of eternal bliss.

menuju ke kebahagiaan abadi.

I'm not sure why you're laughing.

Saya tidak yakin mengapa Anda tertawa.

That was the original intent, was it not?

Namun itu maksud aslinya bukan?

We signal transitions of power

Kita mengisyaratkan pergantian kekuatan

with rituals.

dengan ritual.

We signal the passage of a life with rituals.

Kita mengisyaratkan jalan kehidupan dengan ritual.

Rituals are terribly important.

Ritual itu sangat penting.

They're all about transformation.

Semuanya tentang perubahan.

Well I would submit to you

Begini, saya ingin mengajukan

that the ritual

bahwa ritual

of one individual coming to another

dari satu orang yang datang kepada orang lain

and telling them things

dan menceritakan hal-hal

that they would not tell their preacher or rabbi,

yang tidak akan mereka ceritakan kepada guru agama atau rabi mereka,

and then, incredibly on top of that,

kemudian, diatas semua itu,

disrobing and allowing touch --

menanggalkan pakaian dan mengijinkan sentuhan --

I would submit to you that that is a ritual of exceeding importance.

itu adalah ritual yang sangat penting.

And if you shortchange that ritual

Dan jika Anda melewatkan ritual itu

by not undressing the patient,

dengan tidak membuka baju pasien

by listening with your stethoscope on top of the nightgown,

dengan mendengarkan stetoskop Anda di atas gaun malam

by not doing a complete exam,

dengan tidak melakukan pemeriksaan menyeluruh

you have bypassed on the opportunity

Anda telah melewatkan kesempatan

to seal the patient-physician relationship.

untuk mengunci hubungan dokter dengan pasien.

I am a writer,

Saya seorang penulis,

and I want to close by reading you a short passage that I wrote

dan saya ingin menutup dengan membacakan bagian singkat yang saya tulis

that has to do very much with this scene.

yang berhubungan erat dengan gambaran ini.

I'm an infectious disease physician,

saya adalah dokter penyakit menular,

and in the early days of HIV, before we had our medications,

dan pada masa awal HIV, sebelum kami memiliki obat,

I presided over so many scenes like this.

Saya mengawasi begitu banyak hal seperti ini.

I remember, every time I went to a patient's deathbed,

Saya ingat, setiap kali saya pergi ke ranjang pasien yang akan meninggal,

whether in the hospital or at home,

baik di rumah sakit maupun di rumah,

I remember my sense of failure --

saya merasakan kegagalan --

the feeling of I don't know what I have to say;

perasaan saya tidak tahu harus berkata apa;

I don't know what I can say;

saya tidak tahu apa yang dapat saya katakan;

I don't know what I'm supposed to do.

saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.

And out of that sense of failure,

Dan dari perasaan kegagalan itu

I remember, I would always examine the patient.

saya ingat, saya akan selalu memeriksa pasien.

I would pull down the eyelids.

Saya akan membuka kelopak matanya.

I would look at the tongue.

Saya akan melihat lidahnya.

I would percuss the chest. I would listen to the heart.

Saya akan mengetuk dadanya, mendengarkan jantungnya.

I would feel the abdomen.

Saya akan merasakan perutnya.

I remember so many patients,

Saya ingat ada banyak pasien

their names still vivid on my tongue,

yang namanya masih teringat jelas

their faces still so clear.

wajahnya masih jelas

I remember so many huge, hollowed out, haunted eyes

Saya ingat begitu banyak mata besar yang membelalak

staring up at me as I performed this ritual.

yang melihat saya saat saya melakukan ritual ini.

And then the next day,

Dan kemudian esok harinya

I would come, and I would do it again.

saya akan datang dan melakukannya lagi.

And I wanted to read you this one closing passage

Dan saya ingin membacakan satu bagian penutup

about one patient.

tentang seorang pasien.

"I recall one patient

"Saya ingat satu pasien

who was at that point

yang pada saat itu

no more than a skeleton

tidak lebih dari tengkorak

encased in shrinking skin,

yang terbungkus kulit yang mengkerut,

unable to speak,

tidak mampu berbicara,

his mouth crusted with candida

mulutnya dipenuhi candida

that was resistant to the usual medications.

yang sudah kebal dengan obat-obatan biasa.

When he saw me

Saat dia melihat saya

on what turned out to be his last hours on this earth,

yang ternyata adalah 1 jam terakhirnya di Bumi,

his hands moved as if in slow motion.

tangannya bergerak perlahan.

And as I wondered what he was up to,

Saat saya penasaran tentang apa yang ingin dia lakukan,

his stick fingers made their way

jarinya menuju

up to his pajama shirt,

kepada baju piyamanya

fumbling with his buttons.

meraba-raba kancingnya.

I realized that he was wanting

Saya sadar dia ingin

to expose his wicker-basket chest to me.

menunjukkan dadanya yang sudah seperti keranjang rotan itu.

It was an offering, an invitation.

Itu adalah tawaran, undangan.

I did not decline.

Saya tidak menolak.

I percussed. I palpated. I listened to the chest.

Saya mengetuk, meraba, mendengarkan dadanya.

I think he surely must have known by then

Saya pikir saat itu dia sudah pasti tahu

that it was vital for me

bahwa itu penting bagi saya

just as it was necessary for him.

sama pentingnya baginya.

Neither of us could skip this ritual,

Tidak ada dari kita yang dapat melewatkan ritual itu

which had nothing to do with detecting rales in the lung,

yang tidak ada hubungannya dengan suara tidak normal di paru-paru

or finding the gallop rhythm of heart failure.

atau menemukan ritme kencang dari kegagalan jantung.

No, this ritual was about the one message

Bukan. Ritual ini adalah tentang satu hal

that physicians have needed to convey to their patients.

yang harus dibawakan para dokter kepada pasiennya.

Although, God knows, of late, in our hubris,

Walaupun, Tuhan tahu, dalam keangkuhan kita,

we seem to have drifted away.

kita tampak telah bergerak.

We seem to have forgotten --

Kita tampak telah melupakan --

as though, with the explosion of knowledge,

seperti, dengan ledakan pengetahuan

the whole human genome mapped out at our feet,

keseluruhan genom manusia dapat dipetakan,

we are lulled into inattention,

kita terbuai pada kekurangperhatian,

forgetting that the ritual is cathartic to the physician,

melupakan bahwa ritual ini adalah obat pencahar bagi dokter

necessary for the patient --

dan diperlukan oleh pasien --

forgetting that the ritual has meaning

melupakan bahwa ritual ini memiliki makna

and a singular message to convey to the patient.

dan pesan untuk disampaikan kepada pasien.

And the message, which I didn't fully understand then,

Dan pesannya, yang saat itu saya tidak begitu paham

even as I delivered it,

walaupun saya menyampaikannya

and which I understand better now is this:

dan yang saya pahami lebih baik sekarang adalah:

I will always, always, always be there.

Saya akan selalu ada di sana.

I will see you through this.

Saya akan menemanimu melalui hal ini.

I will never abandon you.

Saya tidak akan pernah meninggalkanmu.

I will be with you through the end."

Saya akan bersamamu hingga akhir."

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)