The fight against sex slavery | Sunitha Krishnan

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Irma Amelia

I'm talking to you about

Saya akan berbicara tentang

the worst form of human rights violation,

bentuk pelanggaran hak asasi manusia terburuk,

the third-largest organized crime,

kejahatan terorganisasi terbesar ketiga,

a $10 billion industry.

industri 10 miliar dolar.

I'm talking to you about modern-day slavery.

Saya berbicara tentang perbudakan di jaman modern.

I'd like to tell you the story

Saya ingin bercerita

of these three children,

tentang ketiga anak ini,

Pranitha, Shaheen and Anjali.

Pranitha, Shaheen, dan Anjali.

Pranitha's mother was a woman in prostitution,

Ibu Pranitha adalah seorang pelacur,

a prostituted person.

yang dijerumuskan.

She got infected with HIV,

Dia terkena HIV,

and towards the end of her life,

dan menjelang akhir hidupnya,

when she was in the final stages of AIDS,

saat dia berada pada tahap terakhir AIDS,

she could not prostitute,

dia tidak dapat melacur,

so she sold four-year-old Pranitha to a broker.

sehingga dia menjual Pranitha yang berusia 4 tahun kepada makelar.

By the time we got the information, we reached there,

Saat kami menerima informasi itu, kami datang ke sana,

Pranitha was already raped by three men.

Pranitha telah diperkosa oleh tiga orang.

Shaheen's background I don't even know.

Saya bahkan tidak tahu latar belakang Shaheen.

We found her in a railway track,

Kami menemukannya di rel kereta api,

raped by many, many men, I don't know many.

sudah diperkosa oleh banyak pria. Saya tidak tahu berapa banyak.

But the indications of that on her body was

Namun indikasi dari hal itu pada tubuhnya adalah

that her intestine was outside her body.

ususnya berada di luar tubuh.

And when we took her to the hospital

Dan saat kami membawanya ke rumah sakit

she needed 32 stitches to put back her intestine into her body.

dia memerlukan 32 jahitan untuk mengembalikan ususnya ke dalam.

We still don't know who her parents are, who she is.

Kami masih tidak tahu siapa orang tuanya, siapa dia.

All that we know that hundreds of men

Yang kita tahu adalah ratusan pria

had used her brutally.

telah menyiksanya secara brutal.

Anjali's father, a drunkard,

Ayah Anjali, seorang pemabuk,

sold his child for pornography.

menjual anaknya untuk pornografi.

You're seeing here images of

Di sini anda melihat gambar

three years, four-year-olds, and five-year-old children

anak-anak berusia tiga, empat, dan lima tahun

who have been trafficked for commercial sexual exploitation.

yang telah diperdagangkan untuk eksploitasi seksual komersil.

In this country, and across the globe,

Di negara ini, dan di seluruh dunia,

hundreds and thousands of children,

ratusan dan ribuan anak-anak,

as young as three, as young as four,

sejak umur tiga, empat tahun

are sold into sexual slavery.

dijual untuk perbudakan seks.

But that's not the only purpose that human beings are sold for.

Namun itu bukan tujuan tunggal dari penjualan manusia.

They are sold in the name of adoption.

Mereka dijual untuk diadopsi.

They are sold in the name of organ trade.

Mereka dijual untuk perdagangan organ.

They are sold in the name of forced labor,

Mereka dijual untuk kerja paksa,

camel jockeying, anything, everything.

mengendarai balapan unta, dan lain-lain.

I work on the issue of commercial sexual exploitation.

Saya bekerja pada isu-isu eksploitasi seksual komersil.

And I tell you stories from there.

Dan saya menceritakan hal-hal dari sana.

My own journey to work with these children

Perjalanan saya bekerja bersama anak-anak ini

started as a teenager.

dimulai pada saat remaja.

I was 15 when I was gang-raped by eight men.

Saya berusia 15 tahun saat diperkosa oleh delapan pria.

I don't remember the rape part of it so much

Saya tidak terlalu ingat bagian pemerkosaan itu

as much as the anger part of it.

sebanyak mengingat bagian kemarahannya.

Yes, there were eight men who defiled me, raped me,

Ya, ada delapan pria yang menodai saya, memperkosa saya

but that didn't go into my consciousness.

namun hal itu tidak mempengaruhi kesadaran saya.

I never felt like a victim, then or now.

Saya tidak pernah merasa menjadi korban, saat itu ataupun sekarang.

But what lingered from then till now -- I am 40 today --

Namun apa yang akan tetap hidup sejak saat itu hingga sekarang -- saya 40 tahun sekarang --

is this huge outrageous anger.

adalah kemarahan besar.

Two years, I was ostracized, I was stigmatized, I was isolated,

Dua tahun saya terkucil, terstigma, dan terkurung,

because I was a victim.

karena saya adalah korban.

And that's what we do to all traffic survivors.

Dan itulah yang kita lakukan pada orang-orang yang selamat.

We, as a society, we have PhDs

Kita, sebagai masyarakat, memiliki gelar S3

in victimizing a victim.

dalam menjadikan korban sebagai korban.

Right from the age of 15,

Sejak usia 15 tahun

when I started looking around me,

saat saya mulai melihat ke sekitar saya,

I started seeing hundreds and thousands of women and children

saya mulai melihat ratusan dan ribuan wanita dan anak-anak

who are left in sexual slavery-like practices,

yang ada dalam praktek-praktek menyerupai perbudakan seks,

but have absolutely no respite,

namun benar-benar tidak ada waktu diperhatikan

because we don't allow them to come in.

karena kita tidak mengijinkan mereka masuk.

Where does their journey begin?

Di mana perjalanan mereka dimulai?

Most of them come from very optionless families,

Sebagian besar dari mereka memiliki pilihan lain,

not just poor.

tidak hanya karena miskin.

You have even the middle class sometimes getting trafficked.

Anda akan menemukan kalangan kelas menengah terkadang diperjualbelikan.

I had this I.S. officer's daughter,

Ada juga putri dari pegawai I.S.

who is 14 years old, studying in ninth standard,

berusia 14 tahun, belajar di tingkat sembilan,

who was raped chatting with one individual,

yang diperkosa akibat chatting dengan seseorang,

and ran away from home because she wanted to become a heroine,

dan lari dari rumah karena dia ingin menjadi srikandi,

who was trafficked.

yang diperdagangkan.

I have hundreds and thousands of stories of very very well-to-do families,

Saya memiliki ratusan dan ribuan cerita dari keluarga baik-baik,

and children from well-to-do families,

dan anak-anak dari keluarga baik-baik

who are getting trafficked.

yang diperdagangkan.

These people are deceived, forced.

Orang-orang ini ditipu, dipaksa.

99.9 percent of them

99,9 persen dari mereka

resist being inducted into prostitution.

menolak digolongkan menjadi pelacur.

Some pay the price for it.

Beberapa harus menanggung akibatnya.

They're killed; we don't even hear about them.

Mereka terbunuh, kita bahkan tidak mendengar tentang mereka.

They are voiceless, [unclear],

Mereka tidak dapat bersuara, [tidak jelas],

nameless people.

orang-orang tak bernama.

But the rest, who succumb into it,

Namun sisanya, yang telah pasrah

go through everyday torture.

melalui hari-hari penuh siksaan.

Because the men who come to them are not men who want to make you your girlfriends,

Karena pria yang datang pada mereka bukanlah pria yang mau menjadikan mereka kekasihnya

or who want to have a family with you.

atau ingin berkeluarga dengan mereka.

These are men who buy you for an hour, for a day,

Ini adalah pria yang membeli anda untuk satu jam, untuk satu hari,

and use you, throw you.

dan menggunakan anda, melempar anda.

Each of the girls that I have rescued --

Setiap gadis yang telah saya selamatkan --

I have rescued more than 3,200 girls --

Saya telah menyelamatkan lebih dari 3.200 gadis --

each of them tell me one story in common ...

setiap orang menceritakan satu kisah yang sama ...

(Applause)

(Tepuk tangan)

one story about one man, at least,

satu kisah tentang seorang pria, paling tidak,

putting chili powder in her vagina,

menaruk bubuk cabai di kemaluannya.

one man taking a cigarette and burning her,

Seorang pria yang mengambil rokok dan membakarnya,

one man whipping her.

seorang pria yang mencambuknya.

We are living among those men: they're our brothers, fathers,

Kita hidup di antara pria-pria itu, mereka saudara kita, ayah kita,

uncles, cousins, all around us.

paman, sepupu, semua orang di sekitar kita.

And we are silent about them.

Dan kita hanya diam saja.

We think it is easy money.

Kita berpikir itu adalah cara mudah mendapatkan uang.

We think it is shortcut.

Kita berpikir itu adalah jalan pintas.

We think the person likes to do what she's doing.

Kita berpikir orang-orang itu menyukai apa yang mereka lakukan.

But the extra bonuses that she gets

Namun bonus tambahan yang dia dapatkan

is various infections, sexually transmitted infections,

adalah berbagai macam infeksi menular seksual,

HIV, AIDS, syphilis, gonorrhea, you name it,

HIV, AIDS, sifilis, raja singa, apa saja,

substance abuse, drugs, everything under the sun.

penyalahgunaan bahan, obat-obatan, semua di bawah sinar matahari.

And one day she gives up on you and me,

Dan suatu hari dia menyerah

because we have no options for her.

karena kita tidak memiliki pilihan untuknya.

And therefore she starts normalizing this exploitation.

Kemudian dia mulai menganggap eksploitasi ini normal.

She believes, "Yes, this is it, this is what my destiny is about."

Dia percaya, "Ya, beginilah, beginilah nasib saya."

And this is normal, to get raped by 100 men a day.

Dan hal ini normal, diperkosa oleh 100 pria setiap hari.

And it's abnormal to live in a shelter.

Dan hidup di bawah perlindungan itu tidak normal.

It's abnormal to get rehabilitated.

Mendapat rehabilitasi itu tidak normal.

It's in that context that I work.

Inilah konteks di mana saya bekerja.

It's in that context that I rescue children.

Dalam konteks inilah saya menyelamatkan anak-anak.

I've rescued children as young as three years,

Saya telah menyelamatkan anak semuda 3 tahun,

and I've rescued women as old as 40 years.

dan menyelamatkan wanita setua 40 tahun.

When I rescued them, one of the biggest challenges I had

Saat saya menyelamatkan mereka, salah satu tantangan terbesar yang saya miliki

was where do I begin.

adalah di mana saya harus memulai.

Because I had lots of them

Karena ada banyak di antara mereka

who were already HIV infected.

yang telah terinfeksi HIV.

One third of the people I rescue

Sepertiga dari orang yang saya selamatkan

are HIV positive.

positif menderita HIV.

And therefore my challenge was to

Maka tantangan saya adalah untuk

understand how can I get out

mengerti bagaimana saya dapat mengeluarkan

the power from this pain.

kekuatan dari luka ini.

And for me, I was my greatest experience.

Dan untuk saya, diri saya adalah pengalaman yang paling baik.

Understanding my own self,

Mengerti diri saya sendiri,

understanding my own pain,

mengerti luka saya sendiri,

my own isolation,

keterkucilan saya,

was my greatest teacher.

adalah guru saya yang paling hebat.

Because what we did with these girls

Karena apa yang kami lakukan pada gadis-gadis ini

is to understand their potential.

adalah untuk mengerti potensi mereka.

You see a girl here who is trained as a welder.

Di sini anda melihat wanita yang dilatih menjadi tukang las.

She works for a very big company,

Dia bekerja pada perusahaan besar,

a workshop in Hyderabad,

sebuah bengkel di Hyderabad,

making furnitures.

membuat mebel.

She earns around 12,000 rupees.

Dia mendapatkan sekitar 12.000 rupee.

She is an illiterate girl,

Dia seorang buta huruf,

trained, skilled as a welder.

namun terlatih, terampil sebagai tukang las.

Why welding and why not computers?

Mengapa las dan bukan komputer?

We felt, one of the things that these girls had

Kami merasa, salah satu hal yang dimiliki oleh para gadis ini

is immense amount of courage.

adalah semangat yang besar sekali.

They did not have any pardas inside their body,

Mereka tidak memiliki pardas di dalam tubuh mereka,

hijabs inside themselves;

hijab di dalam diri mereka;

they've crossed the barrier of it.

mereka telah melintasi penghalang itu.

And therefore they could fight in a male-dominated world,

Maka mereka dapat bertarung di dunia yang dikuasai pria,

very easily, and not feel very shy about it.

dengan mudah, dan tidak merasa malu.

We have trained girls as carpenters,

Kami telah melatih para wanita menjadi tukang kayu,

as masons,

sebagai tukang batu,

as security guards, as cab drivers.

sebagai penjaga keamanan, sebagai supir taksi.

And each one of them are excelling

Dan mereka semua unggul

in their chosen field,

di bidang yang mereka pilih,

gaining confidence, restoring dignity,

menambah rasa percaya diri, mengembalikan martabat,

and building hopes in their own lives.

dan membangun harapan dalam hidup mereka sendiri.

These girls are also working in big construction companies

Para wanita ini juga bekerja di perusahaan konstruksi besar

like Ram-ki construction, as masons, full-time masons.

seperti Ram-ki sebagai tukang batu, bekerja penuh.

What has been my challenge?

Apa yang menjadi tantangan saya?

My challenge has not been the traffickers who beat me up.

Tantangan saya bukanlah para pedagang manusia yang memukul saya.

I've been beaten up more than 14 times in my life.

Saya telah dipukul lebih dari 14 kali selama hidup saya.

I can't hear from my right ear.

Saya tidak dapat mendengar dengan telinga kanan.

I've lost a staff of mine who was murdered

Saya kehilangan seorang pegawai yang terbunuh

while on a rescue.

saat sedang menyelamatkan orang.

My biggest challenge

Tantangan terbesar saya

is society.

adalah masyarakat

It's you and me.

Kalian dan saya.

My biggest challenge is your blocks to accept these victims

Tantangan terbesar saya adalah pemblokiran anda untuk menerima para korban ini

as our own.

sebagai masyarakat.

A very supportive friend of mine,

Seorang teman yang sangat mendukung saya

a well-wisher of mine,

seorang pemberi selamat

used to give me every month, 2,000 rupees for vegetables.

pernah memberikan saya 2.000 rupee per bulan untuk membeli sayuran.

When her mother fell sick she said,

Saat ibunya sedang sakit dia berkata,

"Sunitha, you have so much of contacts.

"Sumitha, anda memiliki banyak kenalan.

Can you get somebody in my house to work,

Dapatkah anda mencari seseorang untuk bekerja di rumah saya,

so that she can look after my mother?"

sehingga dia bisa menjaga ibu saya?"

And there is a long pause.

Lalu dia berhenti berbicara cukup lama.

And then she says, "Not one of our girls."

Lalu dia berkata, "Bukan salah satu dari para gadis anda."

It's very fashionable to talk about human trafficking,

Sangatlah bergaya untuk berbicara tentang perdagangan manusia

in this fantastic A-C hall.

di aula berAC yang luar biasa ini.

It's very nice for discussion, discourse,

Sangat bagus untuk diskusi, ceramah,

making films and everything.

membuat film, dan hal lainnya.

But it is not nice to bring them to our homes.

Namun tidak baik untuk membawa mereka ke rumah kita.

It's not nice to give them employment in our factories, our companies.

Tidak baik untuk memberikan mereka pekerjaan di pabrik kita, perusahaan kita.

It's not nice for our children to study with their children.

Tidak bagus bagi anak-anak kita untuk belajar bersama anak-anak mereka.

There it ends.

Lalu semuanya berakhir.

That's my biggest challenge.

Itulah tantangan terbesar saya.

If I'm here today, I'm here not only as Sunitha Krishnan.

Jika saya berada di sini sekarang. Saya di sini bukan hanya sebagai Sunitha Krishnan.

I'm here as a voice of the victims and survivors of human trafficking.

Saya di sini sebagai suara dari korban dan orang yang selamat dari perdagangan manusia.

They need your compassion.

Mereka memerlukan belas kasihan anda.

They need your empathy.

Mereka memerlukan empati anda.

They need, much more than anything else,

Mereka memerlukan, lebih dari yang lain,

your acceptance.

penerimaan anda.

Many times when I talk to people,

Sering kali saat saya berbicara kepada orang-orang

I keep telling them one thing:

saya tetap memberitahukan mereka satu hal:

don't tell me hundred ways

jangan beritahu saya ratusan cara

how you cannot respond to this problem.

mengapa anda tidak dapat menanggapi masalah ini.

Can you ply your mind for that one way

Dapatkah anda menutup pikiran anda dengan satu cara

that you can respond to the problem?

agar dapat menanggapi masalah ini?

And that's what I'm here for,

Itulah tujuan saya berada di sini,

asking for your support,

memohon dukungan anda,

demanding for your support,

meminta dukungan anda,

requesting for your support.

memohon dukungan anda.

Can you break your culture of silence?

Dapatkah anda menghancurkan budaya diam?

Can you speak to at least two persons about this story?

Dapatkah anda berbicara kepada setidaknya dua orang tentang cerita ini?

Tell them this story. Convince them to tell the story to another two persons.

Beritahu mereka cerita ini. Yakinkan mereka untuk menceritakannya kepada dua orang lainnya.

I'm not asking you all to become Mahatma Gandhis

saya tidak meminta anda menjadi Mahatma Gandhi

or Martin Luther Kings, or Medha Patkars,

atau Martin Luther King atau Medha Patkar,

or something like that.

atau sejenisnya.

I'm asking you, in your limited world,

Saya meminta anda, di dunia anda yang terbatas,

can you open your minds? Can you open your hearts?

dapatkah anda membuka pikiran anda? Dapatkah anda membuka hati anda?

Can you just encompass these people too?

Dapatkah anda menjaring orang-orang ini juga?

Because they are also a part of us.

Karena mereka juga bagian dari kita.

They are also part of this world.

Mereka juga bagian dari dunia ini.

I'm asking you, for these children,

Saya meminta kepada anda, untuk anak-anak ini,

whose faces you see, they're no more.

yang wajahnya anda lihat, mereka tidak lagi di sini.

They died of AIDS last year.

Mereka meninggal karena AIDS tahun lalu.

I'm asking you to help them,

Saya meminta anda untuk menolong mereka,

accept as human beings --

menerima sebagai manusia,

not as philanthropy, not as charity,

bukan untuk berderma, bukan untuk beramal,

but as human beings who deserve all our support.

namun sebagai manusia yang pantas mendapatkan semua dukungan kita.

I'm asking you this because no child, no human being,

Saya meminta kepada anda karena tidak ada anak, tidak ada manusia

deserves what these children have gone through.

yang layak mendapatkan apa yang anak-anak ini telah alami.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)