Gabriel Barcia-Colombo: Capturing memories in video art

Translator: Thu-Huong Ha Reviewer: Morton Bast

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Ian Adiwibowo

I love to collect things.

Saya senang mengumpulkan barang.

Ever since I was a kid, I've had massive collections

Sejak kecil saya punya banyak koleksi

of random stuff, everything from bizarre hot sauces

berbagai barang, mulai dari saus pedas yang aneh

from all around the world to insects

dari seluruh dunia hingga serangga

that I've captured and put in jars.

yang saya tangkap dan saya masukkan ke dalam toples.

Now, it's no secret, because I like collecting things,

Sehingga bukan rahasia lagi karena saya senang mengumpulkan barang

that I love the Natural History Museum

maka saya suka Natural History Museum

and the collections of animals

dan koleksi berbagai binatang

at the Natural History Museum in dioramas.

dalam diorama di sana.

These, to me, are like living sculptures, right,

Bagi saya, ini seperti karya seni yang hidup

that you can go and look at,

yang dapat Anda dekati dan lihat,

and they memorialize a specific point of time

dan karya itu menjadi kenangan akan masa tertentu

in this animal's life.

dari kehidupan binatang ini.

So I was thinking about my own life,

Jadi saya berpikir tentang hidup saya sendiri,

and how I'd like to memorialize my life, you know,

bagaimana untuk mengenang hidup saya,

for the ages, and also — (Laughter) —

sepanjang masa, dan juga -- (Tawa) --

the lives of my friends, but

kehidupan teman-teman saya,

the problem with this is that my friends aren't quite keen

namun masalahnya adalah teman-teman saya tidak terlalu bersemangat

on the idea of me taxidermy-ing them. (Laughter)

akan ide "pengawetan tubuh" mereka. (Tawa)

So instead, I turned to video,

Jadi saya beralih ke video

and video is the next best way to preserve and memorialize

dan video adalah cara terbaik kedua untuk mengawetkan dan mengenang

someone and to capture a specific moment in time.

seseorang di masa tertentu.

So what I did was, I filmed six of my friends

Jadi yang saya lakukan adalah memfilmkan enam orang teman saya

and then, using video mapping and video projection,

lalu, menggunakan pemetaan dan proyeksi video,

I created a video sculpture, which was these six friends

saya membuat karya seni video, yaitu dari keenam teman saya ini

projected into jars. (Laughter)

yang diproyeksikan ke dalam toples. (Tawa)

So now I have this collection of my friends

Jadi saya memiliki koleksi dari teman-teman saya

I can take around with me whenever I go,

yang dapat saya bawa ke mana-mana,

and this is called Animalia Chordata,

dan karya ini saya beri nama Animalia Chordata,

from the Latin nomenclature for

dari ungkapan Bahasa Latin untuk

human being, classification system.

sistem klasifikasi manusia.

So this piece memorializes my friends in these jars,

Karya seni ini mengenang teman-teman saya di toples

and they actually move around. (Laughter)

dan di sini mereka benar-benar bergerak. (Tawa)

So, this is interesting to me,

Hal ini menarik bagi saya

but it lacked a certain human element. (Laughter)

namun masih kurang unsur kemanusiaan tertentu. (Tawa)

It's a digital sculpture, so I wanted to add

Ini adalah karya seni digital, jadi saya ingin menambahkan

an interaction system. So what I did was,

sistem interaktif. Jadi yang saya lakukan adalah

I added a proximity sensor, so that when you get close

menambahkan sensor gerak sehingga saat Anda mendekat

to the people in jars, they react to you in different ways.

ke orang-orang ini, mereka menanggapinya dengan berbeda.

You know, just like people on the street

Sama seperti orang di jalanan

when you get too close to them.

saat Anda terlalu dekat dengan mereka.

Some people reacted in terror. (Laughter)

Beberapa orang ketakutan. (Tawa)

Others reacted in asking you for help,

Yang lainnya meminta bantuan Anda,

and some people hide from you.

dan beberapa orang bersembunyi.

So this was really interesting to me, this idea of

Jadi ide untuk membawa video keluar dari layar dan

taking video off the screen and putting it in real life,

membawanya ke kehidupan nyata sangat menarik bagi saya,

and also adding interactivity to sculpture.

dan juga menambahkan sesuatu yang interaktif.

So over the next year, I documented 40 of my other friends

Dan selama setahun ke depan, saya merekam 40 teman saya yang lain

and trapped them in jars as well

dan memasukkan mereka ke dalam toples juga

and created a piece known as Garden,

dan membuat karya seni yang saya beri nama Kebun,

which is literally a garden of humanity.

yang secara harafiah merupakan kebun manusia.

But something about the first piece,

Namun ada hal mengenai karya pertama,

the Animali Chordata piece, kept coming back to me,

karya Animalia Chordata ini, yang terus saya pikirkan,

this idea of interaction with art,

ide tentang interaksi dengan seni,

and I really liked the idea of people being able to interact,

dan saya sangat menyukai ide bahwa orang-orang dapat berinteraksi

and also being challenged by interacting with art.

dan juga tertantang untuk berinteraksi dengan seni.

So I wanted to create a new piece that actually

Jadi saya ingin membuat karya baru yang

forced people to come and interact with something,

memaksa orang untuk datang dan berinteraksi dengan sesuatu

and the way I did this was actually by projecting

dan cara saya melakukannya adalah memproyeksikan

a 1950s housewife into a blender. (Laughter)

seorang ibu rumah tangga tahun 1950-an ke blender. (Tawa)

This is a piece called Blend, and what it does is

Ini adalah karya yang saya namakan Blend, dan yang dilakukan karya ini

it actually makes you implicit in the work of art.

adalah membuat Anda menjadi bagian dari karya seni ini.

You may never experience the entire thing yourself.

Anda tidak akan mengalami semua hal ini sendirian.

You can walk away, you can just watch as this character

Anda dapat menjauh atau menyaksikan tokoh-tokoh ini

stands there in the blender and looks at you,

saat mereka berdiri di blender dan melihat Anda,

or you can actually choose to interact with it.

atau Anda dapat berinteraksi dengan mereka.

So if you do choose to interact with the piece,

Jika Anda memilih untuk berinteraksi dengan karya seni ini,

and you press the blender button, it actually sends

saat Anda menekan tombol blendernya, Anda

this character into this dizzying disarray of dishevelment.

membuat tokoh-tokoh ini menjadi kacau balau.

By doing that, you are now part of my piece.

Dengan melakukannya, Anda menjadi bagian dari karya seni saya.

You, like the people that are trapped in my work

Anda sama seperti mereka yang terperangkap dalam karya seni saya

— (Blender noises, laughter) —

-- (Suara blender, Tawa) --

have become part of my work as well. (Laughter)

juga telah menjadi bagian dari karya saya. (Tawa)

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

But, but this seems a bit unfair, right?

Namun semua ini tampak sedikit itdak adil, bukan?

I put my friends in jars, I put this character,

Saya memasukkan teman-teman saya ke toples,

this sort of endangered species character in a blender.

memasukkan spesies langka ini ke dalam blender.

But I'd never done anything about myself.

Namun saya tidak melakukan apa-apa pada diri saya sendiri.

I'd never really memorialized myself.

Saya tidak pernah mengenang diri saya sendiri.

So I decided to create a piece which is a self-portrait piece.

Jadi saya memutuskan untuk membuat karya seni yang merupakan foto diri.

This is sort of a self-portrait taxidermy time capsule piece

Ini semacam karya seni mesin waktu dari foto diri sendiri

called A Point Just Passed,

yang saya beri nama A Point Just Passed,

in which I project myself on top of a time card punch clock,

di mana saya memproyeksikan diri saya ke atas jam absensi,

and it's up to you.

dan sekarang terserah Anda.

If you want to choose to punch that punch card clock,

Jika Anda memilih untuk memasukkan kartu absen Anda,

you actually age me.

Anda membuat saya bertambah tua.

So I start as a baby, and then if you punch the clock,

Jadi mula-mula saya seorang bayi, dan jika Anda mengabsen

you'll actually transform the baby into a toddler,

Anda mengubah bayi itu menjadi anak kecil

and then from a toddler I'm transformed into a teenager.

lalu dari anak kecil saya berubah menjadi remaja.

From a teenager, I'm transformed into my current self.

Dari remaja, saya berubah menjadi diri saya sekarang.

From my current self, I'm turned into a middle-aged man,

Dari diri saya sekarang, saya berubah menjadi manusia paruh baya,

and then, from there, into an elderly man.

lalu, dari sana menjadi orang tua.

And if you punch the punch card clock a hundred times

Dan jika Anda memasukkan kartu absennya 100 kali,

in one day, the piece goes black

suatu saat karya seni itu menjadi hitam

and is not to be reset until the next day.

dan tidak dapat diulang lagi hingga keesokan harinya.

So, in doing so, you're erasing time.

Dengan melakukan hal itu, Anda menghapus waktu.

You're actually implicit in this work

Secara tersirat dalam karya seni ini

and you're erasing my life.

Anda menghapus hidup saya.

So I like this about interactive video sculpture,

Jadi saya menyukai karya seni video interaktif

that you can actually interact with it,

di mana Anda dapat berinteraksi dengan karya seni ini

that all of you can actually touch an artwork

di mana Anda dapat menyentuh karya seni

and be part of the artwork yourselves,

dan menjadi bagian dari karya seni itu sendiri,

and hopefully, one day, I'll have each and every one of you

dan mudah-mudahan, suatu hari, saya dapat memerangkap Anda semua yang ada di sini

trapped in one of my jars. (Laughter)

ke dalam toples-toples saya. (Tawa)

Thank you. (Applause)

Terima kasih. (Tepuk tangan)