Michael Sandel: The lost art of democratic debate

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Wahyu Perdana Yudistiawan

One thing the world needs,

Satu hal yang diperlukan dunia,

one thing this country desperately needs

Satu hal yang sangat diperlukan oleh negara ini

is a better way

adalah cara yang lebih baik

of conducting our political debates.

untuk melakukan perdebatan politik.

We need to rediscover

Kita perlu menemukan kembali

the lost art of democratic argument.

seni perdebatan demokratis yang hilang.

(Applause)

(Tepuk tangan)

If you think about the arguments we have,

Jika anda berpikir tentang adu argumen yang ada,

most of the time it's shouting matches

banyak waktu dihabiskan untuk saling berteriak

on cable television,

di televisi kabel

ideological food fights on the floor of Congress.

pertengkaran sengit tentang ideologi di dalam Kongres.

I have a suggestion.

Saya memiliki sebuah saran.

Look at all the arguments we have these days

Lihat pada semua argumen yang ada belakangan ini

over health care,

tentang kesehatan,

over bonuses and bailouts on Wall Street,

tentang bonus dan bailout di Wall Street.

over the gap between rich and poor,

tentang kesenjangan antara kaya dan miskin

over affirmative action and same-sex marriage.

tentang kebijakan hak minoritas dan pernikahan sesama jenis.

Lying just beneath the surface

Berada di balik semua

of those arguments,

argumen-argumen itu,

with passions raging on all sides,

dengan semangat dari segala penjuru,

are big questions

terdapat pertanyaan-pertanyaan besar

of moral philosophy,

tentang filsafat moral.

big questions of justice.

pertanyaan-pertanyaan besar tentang keadilan.

But we too rarely

Tapi kita terlalu jarang

articulate and defend

berbicara dan mempertahankan

and argue about

dan berdebat tentang

those big moral questions in our politics.

pertanyaan-pertanyaan besar tentang moral itu dalam politik kita.

So what I would like to do today

Jadi yang ingin saya lakukan hari ini

is have something of a discussion.

adalah mengadakan sebuah diskusi.

First, let me take

Pertama, saya akan mengutip

a famous philosopher

seorang filsuf terkenal

who wrote about those questions

yang menulis tentang pertanyaan-pertanyaan

of justice and morality,

tentang keadilan dan moralitas itu,

give you a very short lecture

dan memberikan kuliah singkat

on Aristotle of ancient Athens,

tentang Aristoteles dari Athena kuno,

Aristotle's theory of justice,

teori keadilan dari Aristoteles,

and then have a discussion here

dan lalu kita akan berdiskusi

to see whether Aristotle's ideas

untuk melihat apakah ide Aristoteles

actually inform

sebenarnya menerangkan

the way we think and argue

cara kita berpikir dan berdebat

about questions today.

tentang pertanyaan-pertanyaan masa kini.

So, are you ready for the lecture?

Jadi, apakah anda siap untuk kuliah ini?

According to Aristotle,

Menurut Aristoteles

justice means giving people what they deserve.

keadilan berarti memberi kepada semua orang apa yang pantas mereka terima.

That's it; that's the lecture.

Ya, itu saja; kuliahnya selesai.

(Laughter)

(Tawa)

Now, you may say, well, that's obvious enough.

Sekarang, kalian mungkin berkata, ya, itu cukup jelas.

The real questions begin

Pertanyaan yang sebenarnya muncul

when it comes to arguing about

saat kita memperdebatkan

who deserves what and why.

siapa pantas menerima apa dan mengapa.

Take the example of flutes.

Ambil contoh tentang seruling.

Suppose we're distributing flutes.

Andaikan kita membagi-bagikan seruling

Who should get the best ones?

Siapa yang layak mendapat seruling terbaik?

Let's see what people --

Mari kita lihat --

What would you say?

Bagaimana menurut kalian?

Who should get the best flute?

Siapa yang layak mendapat seruling terbaik?

You can just call it out.

Anda boleh langsung menjawab.

(Audience: Random.)

(Penonton: Acak.)

Michael Sandel: At random. You would do it by lottery.

Michael Sandel: Secara acak. Dilakkukan dengan mengundi.

Or by the first person to rush into the hall to get them.

Atau diberikan kepada orang pertama yang antri.

Who else?

Siapa lagi?

(Audience: The best flute players.)

(Penonton: Pemain seruling terbaik.)

MS: The best flute players. (Audience: The worst flute players.)

MS: Pemain seruling terbaik. (Penonton: Pemain seruling terburuk.)

MS: The worst flute players.

MS: Pemain seruling terburuk.

How many say the best flute players?

Siapa yang setuju dengan pemain seruling terbaik?

Why?

Mengapa?

Actually, that was Aristotle's answer too.

Sebenarnya, itu juga jawaban Aristoteles.

(Laughter)

(Tawa)

But here's a harder question.

Sekarang pertanyaannya lebih sulit.

Why do you think,

Mengapa kalian pikir,

those of you who voted this way,

kalian yang setuju barusan,

that the best flutes should go to the best flute players?

bahwa seruling terbaik seharusnya diberikan kepada pemain seruling terbaik?

Peter: The greatest benefit to all.

Peter: Memberi manfaat terbesar untuk semua orang.

MS: The greatest benefit to all.

MS: Manfaat terbesar untuk semua.

We'll hear better music

Kita akan mendengar musik yang lebih bagus

if the best flutes should go to the best flute players.

jika seruling terbaik diberikan kepada pemain seruling terbaik.

That's Peter? (Audience: Peter.)

Seperti itu Peter? (Penonton: Peter.)

MS: All right.

MS: Baiklah.

Well, it's a good reason.

Ya, itu alasan yang bagus.

We'll all be better off if good music is played

Kita akan merasa lebih baik jika mendengarkan musik yang bagus

rather than terrible music.

dibandingkan dengan musik yang buruk.

But Peter,

Namun Peter,

Aristotle doesn't agree with you that that's the reason.

Aristoteles tidak setuju dengan alasan anda.

That's all right.

Tidak apa-apa.

Aristotle had a different reason

Aristoteles memiliki alasan lain mengapa

for saying the best flutes should go to the best flute players.

seruling terbaik harus diberikan kepada pemain seruling terbaik.

He said,

Dia berkata,

that's what flutes are for --

itulah kegunaan seruling --

to be played well.

untuk dimainkan dengan baik.

He says that to reason about

Dia berkata demikian sebagai alasan

just distribution of a thing,

untuk membagi sesuatu.

we have to reason about,

Kita harus mencari alasan untuk,

and sometimes argue about,

dan terkadang berdebat tentang,

the purpose of the thing,

kegunaan benda itu,

or the social activity --

atau untuk kegiatan sosial terkait,

in this case, musical performance.

dalam hal ini, pertunjukan musik.

And the point, the essential nature,

Dan intinya, sifat dasar,

of musical performance

dari pertunjukan musik

is to produce excellent music.

adalah menghasilkan musik yang bagus.

It'll be a happy byproduct

Sebuah produk samping yang membahagiakan

that we'll all benefit.

yang menguntungkan kita semua.

But when we think about justice,

Namun saat kita berpikir tentang keadilan,

Aristotle says,

Aristoteles berkata,

what we really need to think about

apa yang benar-benar harus kita pikirkan

is the essential nature of the activity in question

adalah sifat dasar dari kegiatan tersebut

and the qualities that are worth

dan kualitas yang pantas untuk

honoring and admiring and recognizing.

dihormati dan dikagumi dan diakui.

One of the reasons

Salah satu alasan

that the best flute players should get the best flutes

pemain seruling terbaik layak mendapatkan seruling terbaik

is that musical performance

adalah pertunjukan musik

is not only to make the rest of us happy,

tidak hanya untuk membuat kita semua bahagia,

but to honor

tapi untuk menghormati

and recognize

dan mengakui

the excellence

keunggulan

of the best musicians.

dari musisi-musisi terbaik.

Now, flutes may seem ... the distribution of flutes

Sekarang, seruling bisa dibilang .. pembagian seruling

may seem a trivial case.

kasus yang sepele.

Let's take a contemporary example

Mari kita bicara contoh yang lebih modern

of the dispute about justice.

tentang perselisihan keadilan.

It had to do with golf.

Ini berhubungan dengan golf.

Casey Martin -- a few years ago,

Casey Martin -- beberapa tahun yang lalu,

Casey Martin --

Casey Martin --

did any of you hear about him?

apakah ada yang pernah mendengar tentang dia?

He was a very good golfer,

Dia pemain golf yang sangat hebat,

but he had a disability.

tapi dia memiliki cacat.

He had a bad leg, a circulatory problem,

Dia memiliki masalah sirkulasi pada kakinya,

that made it very painful

yang membuatnya sangat kesakitan

for him to walk the course.

jika berjalan sepanjang pertandingan.

In fact, it carried risk of injury.

Bahkan, itu membawa risiko cedera.

He asked the PGA,

Dia meminta PGA,

the Professional Golfers' Association,

Asosiasi Pemain Golf Professional,

for permission to use a golf cart

supaya diijinkan menggunakan mobil golf

in the PGA tournaments.

dalam pertandingan PGA.

They said, "No.

Mereka berkata "Tidak.

Now that would give you an unfair advantage."

Hal itu memberikan anda keuntungan yang tidak adil."

He sued,

Dia menuntut,

and his case went all the way

dan kasusnya terus melaju

to the Supreme Court, believe it or not,

sampai ke Mahkamah Agung, percaya atau tidak,

the case over the golf cart,

kasus tentang mobil golf ini.

because the law says

Karena hukum berkata

that the disabled

bahwa orang cacat

must be accommodated,

harus diakomodasikan

provided the accommodation does not

jika hal itu tidak

change the essential nature

mengubah sifat dasar yang penting

of the activity.

dari kegiatan itu.

He says, "I'm a great golfer.

Dia berkata, "Saya seorang pegolf yang hebat.

I want to compete.

Saya ingin bertanding.

But I need a golf cart

Tapi saya perlu mobil golf

to get from one hole to the next."

untuk pindah dari lubang satu ke lubang berikutnya."

Suppose you were

Andaikan kalian

on the Supreme Court.

berada di Mahkamah Agung.

Suppose you were deciding

Andaikan kalian memutuskan

the justice of this case.

keadilan untuk kasus ini.

How many here would say

Berapa banyak di sini yang akan berkata

that Casey Martin does have a right to use a golf cart?

bahwa Casey Martin berhak untuk mengunakan mobil golf?

And how many say, no, he doesn't?

Dan berapa banyak yang berkata, tidak?

All right, let's take a poll, show of hands.

Baik, mari kita adakan pemungutan suara, tunjukkan tangan kalian.

How many would rule in favor of Casey Martin?

Berapa banyak yang berpihak kepada Casey Martin?

And how many would not? How many would say he doesn't?

Berapa banyak yang tidak? Berapa banyak yang berkata dia tidak pantas?

All right, we have a good division of opinion here.

Baiklah, ada perbedaan pendapat yang bagus di sini.

Someone who would not

Bagi yang memutuskan untuk tidak

grant Casey Martin the right to a golf cart,

memberikan Casey Martin hak untuk mobil golfnya

what would be your reason?

apa yang menjadi alasan anda?

Raise your hand, and we'll try to get you a microphone.

Angkat tangan anda, dan kami akan memberikan mikrofon.

What would be your reason?

Apa yang menjadi alasan anda?

(Audience: It'd be an unfair advantage.)

(Penonton: Itu keuntungan yang tidak adil.)

MS: It would be an unfair advantage

MS: Keuntungan yang tidak adil

if he gets to ride in a golf cart.

jika dia dapat mengendarai mobil golf.

All right, those of you,

Baiklah, kalian semua,

I imagine most of you who would not give him the golf cart

Saya pikir sebagian besar kalian yang setuju untuk tidak memberikannya mobil golf

worry about an unfair advantage.

berpikir tentang keuntungan yang tidak adil.

What about those of you who say

Bagaimana dengan mereka yang berkata

he should be given a golf cart?

dia sebaiknya diberikan mobil golf?

How would you answer the objection?

Bagaimana anda menjawab keberatan itu?

Yes, all right.

Ya, anda.

Audience: The cart's not part of the game.

Penonton: Mobil golf bukanlah bagian dari pertandingan.

MS: What's your name? (Audience: Charlie.)

MS: Siapa nama anda? (Penonton: Charlie.)

MS: Charlie says --

MS: Charlie berkata --

We'll get Charlie a microphone in case someone wants to reply.

Kita akan memberikan Charlie mikrofon jika ada seseorang yang ingin membalas.

Tell us, Charlie,

Beritahu kita, Charlie,

why would you say he should be able to use a golf cart?

mengapa anda berkata kalau dia harus diperbolehkan menggunakan mobil golf?

Charlie: The cart's not part of the game.

Charlie: Mobil itu bukan bagian dari pertandingan.

MS: But what about walking from hole to hole?

MS: Namun, bagaimana tentang berjalan dari lubang ke lubang?

Charlie: It doesn't matter; it's not part of the game.

Charlie: Itu tidak masalah: itu juga bukan bagian dari pertandingan.

MS: Walking the course is not part of the game of golf?

MS: Berjalan di lapangan bukan bagian dari pertandingan golf?

Charlie: Not in my book, it isn't.

Charlie: Menurut saya tidak, itu bukan (bagian dari pertandingan).

MS: All right. Stay there, Charlie.

MS: Baik. Tunggu sebentar, Charlie.

(Laughter)

(Tawa)

Who has an answer for Charlie?

Siapa yang ingin menanggapi Charlie?

All right, who has an answer for Charlie?

Baiklah, siapa yang punya tanggapan untuk Charlie?

What would you say?

Apa yang ingin anda katakan?

Audience: The endurance element is a very important part of the game,

Penonton: Daya tahan adalah bagian yang paling penting dari pertandingan,

walking all those holes.

berjalan dari lubang ke lubang.

MS: Walking all those holes?

MS: Berjalan dari lubang ke lubang?

That's part of the game of golf? (Audience: Absolutely.)

Itu bagian dari pertandingan golf? (Penonton: Sudah pasti.)

MS: What's your name? (Audience: Warren.)

MS: Siapa namamu? (Penonton: Warren.)

MS: Warren.

MS: Warren.

Charlie, what do you say to Warren?

Charlie, apa yang hendak anda katakan kepada Warren?

Charley: I'll stick to my original thesis.

Charley: Saya tetap pada pendirian saya.

(Laughter)

(Tawa)

MS: Warren, are you a golfer?

MS: Warren, apakah anda seorang pegolf?

Warren: I am not a golfer.

Warren: Bukan.

Charley: And I am. (MS: Okay.)

Charley: Saya pemain golf. (MS: Baik.)

(Laughter)

(Tawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

You know,

Kalian tahu,

it's interesting.

ini menarik.

In the case, in the lower court,

Dalam kasus ini, di pengadilan rendah,

they brought in golfing greats

mereka membawa pemain golf hebat

to testify on this very issue.

untuk bersaksi tentang masalah ini.

Is walking the course essential to the game?

Apakah berjalan merupakan hal penting dari pertandingan?

And they brought in Jack Nicklaus and Arnold Palmer.

Dan mereka mendatangkan Jack Nicklaus dan Arnold Palmer.

And what do you suppose they all said?

Dan menurut kalian apa yang mereka semua katakan?

Yes. They agreed with Warren.

Ya. Mereka setuju dengan Warren.

They said, yes, walking the course

Mereka berkata, ya, berjalan di lapangan

is strenuous physical exercise.

adalah latihan fisik berat.

The fatigue factor is an important part of golf.

Faktor kelelahan adalah bagian penting dari golf.

And so it would change

Jadi hal itu akan mengubah

the fundamental nature of the game

sifat dasar yang penting dari pertandingan

to give him the golf cart.

jika ia diberikan mobil golf.

Now, notice,

Sekarang, perhatikan,

something interesting --

sesuatu yang menarik --

Well, I should tell you about the Supreme Court first.

Seharusnya, saya membahas tentang Mahkamah Agung terlebih dahulu.

The Supreme Court

Mahkamah Agung

decided.

memutuskan.

What do you suppose they said?

Menurut kalian apa yang mereka katakan?

They said yes,

Mereka berkata ya,

that Casey Martin must be provided a golf cart.

Casey Martin harus diberikan mobil golf.

Seven to two, they ruled.

Tujuh melawan dua.

What was interesting about their ruling

Apa yang menarik dari keputusan mereka

and about the discussion we've just had

dan dari diskusi yang baru saja kita lakukan

is that the discussion about

adalah diskusi tentang

the right, the justice, of the matter

hak dan keadilan tentang sesuatu

depended on

tergantung kepada

figuring out what is

mencari tahu apakah

the essential nature of golf.

sifat dasar yang penting dari pertandingan golf itu.

And the Supreme Court justices

Dan keputusan Mahkamah Agung

wrestled with that question.

bergumul tentang pertanyaan itu.

And Justice Stevens, writing for the majority,

Dan Hakim Stevens, menulis untuk mayoritas hakim,

said he had read all about the history of golf,

bahwa dia telah membaca semua sejarah golf,

and the essential point of the game

dan hal terpenting dari pertandingan

is to get very small ball from one place

adalah untuk memasukkan bola yang sangat kecil dari satu tempat

into a hole

ke dalam lubang

in as few strokes as possible,

dengan sesedikit mungkin pukulan,

and that walking was not essential, but incidental.

dan berjalan bukanlah hal yang penting, tapi insidental.

Now, there were two dissenters,

Sekarang, ada dua pembangkang,

one of whom was Justice Scalia.

salah satunya adalah Hakim Scalia.

He wouldn't have granted the cart,

Dia tidak akan memberikan mobil golf itu,

and he had a very interesting dissent.

dan dia memiliki pendapat yang sangat menarik.

It's interesting because

Hal ini menarik karena

he rejected the Aristotelian premise

dia menolak dasar pemikiran Aristoteles

underlying the majority's opinion.

yang mendasari pendapat dari mayoritas hakim.

He said it's not possible

Dia berkata tidak mungkin

to determine the essential nature

untuk menentukan sifat penting

of a game like golf.

dari sebuah pertandingan seperti golf

Here's how he put it.

Dia berkata seperti ini.

"To say that something is essential

"Untuk mengatakan bahwa sesuatu itu penting

is ordinarily to say that it is necessary

kita harus berkata bahwa hal itu diperlukan

to the achievement of a certain object.

untuk mencapai sesuatu.

But since it is the very nature of a game

Namun karena pada dasarnya sebuah pertandingan

to have no object except amusement,

tidak punya tujuan lain selain hiburan.

(Laughter)

(Tawa)

that is, what distinguishes games

itulah, yang membedakan pertandingan

from productive activity,

dari kegiatan produktif.

(Laughter)

(Tawa)

it is quite impossible to say

jadi tidak mungkin kita berkata

that any of a game's arbitrary rules

bahwa peraturan pertandingan apa pun itu

is essential."

penting."

So there you have Justice Scalia

Di sini kita punya Hakim Scalia

taking on the Aristotelian premise

yang menentang pemikiran Aristoteles

of the majority's opinion.

dan pendapat mayoritas.

Justice Scalia's opinion

Pendapat Hakim Scalia

is questionable

dapat dipertanyakan

for two reasons.

karena dua alasan.

First, no real sports fan would talk that way.

Pertama, tidak seorangpun penggemar olahraga yang akan berkata demikian.

(Laughter)

(Tawa)

If we had thought that the rules

Jika kita berpikir tentang peraturan

of the sports we care about

dari olahraga yang kita gemari

are merely arbitrary,

benar-benar asal,

rather than designed to call forth

dan bukan dirancang untuk menunjukkan

the virtues and the excellences

kebaikan dan keunggulan

that we think are worthy of admiring,

yang menurut kita layak untuk dikagumi,

we wouldn't care about the outcome of the game.

kita tidak akan peduli tentang hasil pertandingan itu.

It's also objectionable

Hal yang juga pantas dipertanyakan

on a second ground.

dari segi kedua.

On the face of it,

Pada kenyataannya,

it seemed to be -- this debate about the golf cart --

tampaknya -- debat tentang mobil golf ini --

an argument about fairness,

argumen tentang keadilan,

what's an unfair advantage.

sebuah keuntungan yang tidak adil.

But if fairness were the only thing at stake,

Namun jika keadilan adalah satu-satunya alasan

there would have been an easy and obvious solution.

ada jalan keluar yang mudah dan jelas.

What would it be? (Audience: Let everyone use the cart.)

Apakah itu? (Penonton: Ijinkan semua orang menggunakan mobil golf.)

Let everyone ride in a golf cart

Ijinkan semua orang mengendarai mobil golf

if they want to.

jika mereka mau.

Then the fairness objection goes away.

Dan semua masalah keadilan akan hilang.

But letting everyone ride in a cart

Namun mengijinkan semua orang mengendarai mobil golf

would have been, I suspect,

akan lebih menjadi, dugaan saya

more anathema

sebuah kutukan

to the golfing greats

bagi pemain-pemain golf hebat

and to the PGA,

dan bagi PGA,

even than making an exception for Casey Martin.

daripada membuat pengecualian kepada Casey Martin.

Why?

Mengapa?

Because what was at stake

Karena yang dipersoalkan

in the dispute over the golf cart

dalam sengketa mobil golf ini

was not only the essential nature of golf,

bukan hanya hal dasar yang penting dari golf,

but, relatedly, the question:

namun lebih berhubungan dengan pertanyaan lain,

What abilities

kemampuan apa

are worthy

yang berharga

of honor and recognition

untuk dihormati dan diakui

as athletic talents?

sebagai talenta atlet?

Let me put the point

Saya akan berkata

as delicately as possible:

sehalus mungkin:

Golfers are a little sensitive

Pemain golf agak kurang peka

about the athletic status of their game.

tentang status keatletan mereka.

(Laughter)

(Tawa)

After all, there's no running or jumping,

Bagaimanapun, mereka tidak perlu lari atau lompat.

and the ball stands still.

dan bola itu tetap diam.

(Laughter)

(Tawa)

So if golfing is the kind of game

Jadi jika golf adalah pertandingan

that can be played while riding around in a golf cart,

yang dapat dimainkan dengan mengendarai mobil golf,

it would be hard to confer

akan sulit menganugerahkan

on the golfing greats

pemain-pemain golf yang hebat

the status that we confer,

status yang kita telah anugerahkan,

the honor and recognition

penghormatan dan pengakuan

that goes to truly great athletes.

yang diberikan kepada atlet yang benar-benar hebat.

That illustrates

Hal ini menunjukkan

that with golf,

bahwa golf,

as with flutes,

sama seperti seruling,

it's hard to decide the question

sulit untuk menjawab pertanyaan

of what justice requires,

tentang keadilan yang diperlukan,

without grappling with the question,

tanpa bergulat dengan pertanyaan

"What is the essential nature

"Apakah hal dan sifat terpenting

of the activity in question,

dari kegiatan yang dipersoalkan,

and what qualities,

dan kualitas apa,

what excellences

keunggulan apa

connected with that activity,

yang berhubungan dengan kegiatan itu,

are worthy of honor and recognition?"

yang pantas untuk dihormati dan diakui?"

Let's take a final example

Mari kita ambil contoh terakhir

that's prominent in contemporary political debate:

yang menonjol dalam perdebatan politik modern:

same-sex marriage.

pernikahan sesama jenis.

There are those who favor state recognition

Ada yang mendukung jika negara mengakui

only of traditional marriage

pernikahan tradisional

between one man and one woman,

antara seorang pria dan wanita,

and there are those who favor state recognition

dan ada juga yang mendukung jika negara mengakui

of same-sex marriage.

pernikahan sesama jenis.

How many here

Berapa banyak di sini

favor the first policy:

yang mendukung peraturan pertama:

the state should recognize traditional marriage only?

bahwa negara harus mengakui pernikahan tradisional saja?

And how many favor the second, same-sex marriage?

Dan berapa banyak yang mendukung pernikahan sesama jenis?

Now, put it this way:

Sekarang, mari kita berpikir begini,

What ways of thinking

cara berpikir tentang keadilan dan moralitas

about justice and morality

yang seperti apakah yang kita miliki

underlie the arguments we have

yang mendasari pendapat kita

over marriage?

tentang pernikahan?

The opponents of same-sex marriage say

Penentang pernikahan sesama jenis berkata

that the purpose of marriage,

bahwa tujuan pernikahan

fundamentally, is procreation,

pada dasarnya, adalah untuk beranak cucu

and that's what's worthy of honoring

dan hal itulah yang pantas untuk dihargai

and recognizing and encouraging.

dan diakui dan dianjurkan.

And the defenders of same-sex marriage say no,

Dan pendukung pernikahan sesama jenis berkata tidak.

procreation is not the only purpose of marriage;

Beranak cucu bukanlah tujuan tunggal dari pernikahan.

what about a lifelong, mutual, loving commitment?

Bagaimana tentang komitmen untuk saling mencintai seumur hidup?

That's really what marriage is about.

Itulah tujuan utama dari pernikahan.

So with flutes, with golf carts,

Jadi baik seruling, mobil golf,

and even with a fiercely contested question

dan bahkan tentang pertanyaan yang lebih sengit diributkan

like same-sex marriage,

seperti pernikahan sesama jenis,

Aristotle has a point.

Aristoteles benar.

Very hard to argue about justice

Sangat sulit untuk berdebat tentang keadilan

without first arguing

tanpa memperdebatkan

about the purpose of social institutions

tentang manfaat lembaga-lembaga sosial

and about what qualities are worthy

dan tentang kualitas yang pantas

of honor and recognition.

untuk dihormati dan dihargai.

So let's step back from these cases

Jadi marilah kita bercermin pada kasus-kasus ini

and see how they shed light

dan lihat bagaimana mereka menyinari

on the way we might improve, elevate,

jalan kita untuk meningkatkan, mengangkat,

the terms of political discourse

wacana politik

in the United States,

di Amerika Serikat,

and for that matter, around the world.

dan juga di seluruh dunia.

There is a tendency to think

Ada kecenderungan untuk berpikir

that if we engage too directly

jika kita terlalu terlibat langsung

with moral questions in politics,

pada pertanyaan moral dalam politik,

that's a recipe for disagreement,

itu merupakan resep perselisihan,

and for that matter, a recipe for

dan untuk masalah ini, resep bagi

intolerance and coercion.

intoleransi dan pemaksaan.

So better to shy away from,

Jadi, lebih baik kita menghindar

to ignore,

mengingkari,

the moral and the religious convictions

moral dan keyakinan agama

that people bring to civic life.

yang dibawa ke kehidupan sehari-hari.

It seems to me that our discussion

Nampaknya diskusi kita

reflects the opposite,

menunjukkan sebaliknya,

that a better way

bahwa cara terbaik

to mutual respect

untuk saling menghormati

is to engage directly

adalah terlibat langsung

with the moral convictions

dengan keyakinan moral

citizens bring to public life,

yang dibawa dalam kehidupan sehari-hari

rather than to require

daripada meminta

that people leave their deepest moral convictions

orang-orang untuk meninggalkan keyakinan moral terdalam mereka

outside politics

di luar politik

before they enter.

sebelum mereka masuk ke dalamnya.

That, it seems to me, is a way

Bagi saya, inilah cara

to begin to restore

untuk mulai mengembalikan

the art of democratic argument.

seni perdebatan demokratis.

Thank you very much.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)

Thank you very much.

Terima kasih.

Thanks. Thank you.

Terima kasih.

Chris.

Chris.

Thanks, Chris.

Terima kasih, Chris.

Chris Anderson: From flutes to golf courses

Crhris Anderson: Dari seruling ke lapangan golf

to same-sex marriage --

hingga pernikahan sesama jenis.

that was a genius link.

Rantai hubungan yang jenius.

Now look, you're a pioneer of open education.

Baiklah, anda adalah perintis pendidikan terbuka.

Your lecture series was one of the first to do it big.

Kuliah-kuliah anda adalah salah satu perintis yang berhasil.

What's your vision for the next phase of this?

Apa visi anda untuk tahap berikutnya dari hal ini?

MS: Well, I think that it is possible.

MS: Saya rasa hal ini dapat dilakukan.

In the classroom, we have arguments

Di dalam kelas, kami beradu pendapat

on some of the most fiercely held

tentang hal yang paling seru

moral convictions that students have

keyakinan moral yang dimiliki oleh para mahasiswa

about big public questions.

tentang pertanyaan publik yang besar.

And I think we can do that in public life more generally.

Dan saya rasa kita juga dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

And so my real dream would be

Jadi mimpi saya adalah

to take the public television series

untuk menyiarkan perdebatan di televisi

that we've created of the course --

yang telah kita lakukan di dalam kuliah --

it's available now, online,

yang sudah tersedia sekarang, online,

free for everyone anywhere in the world --

gratis untuk semua orang di mana saja --

and to see whether we can partner with institutions,

dan agar kita dapat bekerjasama dengan lembaga,

at universities in China, in India,

dengan universitas di Cina, di India,

in Africa, around the world,

di Afrika, di seluruh dunia,

to try to promote

untuk mendorong

civic education

pendidikan sipil

and also a richer kind

dan juga memperkaya

of democratic debate.

debat demokratis.

CA: So you picture, at some point,

CA: Jadi di dalam gambaran anda, pada suatu hari,

live, in real time,

secara langsung,

you could have this kind of conversation, inviting questions,

anda dapat mengadakan percakapan, mengundang pertanyaan,

but with people from China and India joining in?

dengan orang-orang dari Cina dan India?

MS: Right. We did a little bit of it here

MS: Ya, kami melakukannya di sini

with 1,500 people in Long Beach,

dengan 1.500 orang di Long Beach,

and we do it in a classroom at Harvard

dan kita melakukannya dari ruang kelas di Harvard

with about 1,000 students.

dengan sekitar 1.000 mahasiswa.

Wouldn't it be interesting

Bukankah ini menarik

to take this way

mengambil cara

of thinking and arguing,

berpikir dan berdebat

engaging seriously with big moral questions,

terlibat serius dalam pertanyaan moral yang besar,

exploring cultural differences

menjelajahi perbedaan budaya

and connect through a live video hookup,

dalam sebuah percakapan video,

students in Beijing and Mumbai

siswa di Beijing dan Mumbai

and in Cambridge, Massachusetts

dan di Cambridge, Massachusetts

and create a global classroom.

dan menciptakan ruang kelas global.

That's what I would love to do.

Itulah yang saya ingin lakukan.

(Applause)

(Tepuk tangan)

CA: So, I would imagine

CA: Jadi, saya membayangkan

that there are a lot of people who would love to join you in that endeavor.

ada banyak orang yang ingin bergabung dengan usaha anda tersebut.

Michael Sandel. Thank you so much. (MS: Thanks so much.)

Michael Sandel. Terima kasih banyak. (MS: Terima kasih banyak.)