My journey to yo-yo mastery | BLACK

Translator: Joseph Geni Reviewer: Morton Bast

Translator: Abdi Christia Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

Ketika berumur 14 tahun,

When I was 14 years old,

I had low self-esteem.

saya merasa rendah diri.

I felt I was not talented at anything.

Saya merasa tidak memiliki bakat apapun.

One day, I bought a yo-yo.

Suatu hari, saya membeli sebuah yo-yo.

Ketika saya mencoba gerakan pertama, saya terlihat seperti ini.

When I tried my first trick, it looked like this:

(Laughter)

I couldn't even do the simplest trick,

Saya bahkan tak dapat melakukan trik paling sederhana,

but it was very natural for me,

tapi rasanya sangat nyaman untuk saya,

because I was not dextrous, and hated all sports.

sebab saya kidal, dan tidak suka semua olahraga.

But after one week of practicing,

Tapi setelah satu minggu berlatih,

my throws became more like this:

lemparan saya jadi mirip seperti ini.

A bit better.

Sedikit lebih baik.

I thought, the yo-yo is something for me to be good at.

Saya pikir, yo-yo adalah peluang saya untuk bisa mahir dalam sesuatu

For the first time in my life,

untuk pertama kalinya dalam hidup saya.

I found my passion.

Saya menemukan gairah saya.

I was spending all my time practicing.

Saya menghabiskan hari-hari saya berlatih.

It took me hours and hours a day to build my skills up to the next level.

Tiap hari saya berlatih berjam-jam

untuk meningkatkan kemampuan saya ke tahap selanjutnya.

Lalu, empat tahun kemudian, ketika berumur 18 tahun,

And then, four years later, when I was 18 years old,

saya berdiri di panggung Kontes Yo-Yo Dunia.

I was standing onstage at the World YoYo Contest.

And I won.

Dan saya menang.

I was so excited.

Saya sangat bahagia. "Ya, saya berhasil! Saya jadi seorang pahlawan.

"Yes, I did it! I became a hero.

I may get many sponsors, a lot of money,

Saya bisa mendapatkan banyak sponsor, banyak uang,

tons of interviews, and be on TV!" I thought.

banyak wawancara, dan masuk TV!" pikir saya. (Tawa)

(Laughter)

But after coming back to Japan,

Tapi setelah kembali ke Jepang,

totally nothing changed in my life.

tak ada perubahan apapun dalam hidup saya.

(Laughter)

Saya menyadari bahwa masyarakat tidak menghargai gairah saya.

I realized society didn't value my passion.

Lalu saya kembali ke kampus

So I went back to my college

and became a typical Japanese worker as a systems engineer.

dan menjadi karyawan Jepang pada umumnya

sebagai seorang insinyur sistem.

I felt my passion, heart and soul, had left my body.

Saya meninggalkan gairah saya, hati dan jiwa, juga tubuh saya.

I felt I was not alive anymore.

Saya merasa tak punya kehidupan lagi.

So I started to consider what I should do,

Lalu saya mulai memikirkan apa yang harus saya lakukan,

and I thought, I wanted to make my performance better,

dan saya pikir saya ingin membuat penampilan saya lebih baik,

and to show onstage how spectacular the yo-yo could be

dan menunjukkan di atas panggung bagaimana yo-yo dapat menjadi begitu spektakuler

to change the public's image of the yo-yo.

untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap yo-yo.

So I quit my company

Maka saya keluar dari perusahaan

dan memulai karir sebagai penampil profesional.

and started a career as a professional performer.

Saya mulai belajar balet klasik, tarian jazz,

I started to learn classic ballet, jazz dance, acrobatics and other things

akrobat, dan hal-hal lainnya

to make my performance better.

untuk membuat penampilan saya lebih baik.

As a result of these efforts, and the help of many others,

Hasil dari usaha itu, dan bantuan dari banyak orang lain,

it happened.

saya berhasil.

I won the World YoYo Contest again in the artistic performance division.

Saya memenangkan Kontes Yo-Yo Dunia lagi

di divisi penampilan artistik.

I passed an audition for Cirque Du Soleil.

Saya lolos sebuah audisi untuk Cirque du Soleil.

Today, I am standing on the TED stage

Sekarang, saya berdiri di panggung TED

with the yo-yo in front of you.

dengan yo-yo di hadapan Anda.

(Applause)

(Tepuk tangan)

What I learned from the yo-yo is,

Apa yang saya pelajari dari yo-yo adalah,

if I make enough effort with huge passion,

bila saya melakukan cukup usaha dengan gairah yang besar,

there is no impossible.

tidak ada yang mustahil.

Bisakah Anda mengizinkan saya berbagi gairah saya di sini

Could you let me share my passion with you

through my performance?

melalui penampilan saya?

(Applause)

(Tepuk tangan)

(Water sound)

(Suara air)

(Music)

(Musik)

(Music ends)

(Applause)

(Tepuk tangan)

(Music)

(Musik)

(Musik) (Tepuk tangan)

(Music ends)

(Applause)

(Tepuk tangan)

(Musik) (Tepuk tangan)

(Tepuk tangan)

(Applause ends)

(Music)

(Musik)

(Applause)

(Tepuk tangan)