Jason Pontin: Can technology solve our big problems?

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Alia Makki

So, we used to solve big problems.

Jadi, kita biasa mengatasi masalah-masalah besar.

On July 21st, 1969,

Pada tanggal 21 Juli 1969

Buzz Aldrin climbed out of Apollo 11's lunar module

Buzz Aldrin menuruni modul lunar dari Apollo 11

and descended onto the Sea of Tranquility.

dan turun ke Lautan Ketenteraman.

Armstrong and Aldrin were alone,

Armstrong dan Aldrin memang sendirian,

but their presence on the moon's gray surface

namun kehadiran mereka di permukaan bulan kelabu

was the culmination of a convulsive, collective effort.

adalah puncak dari upaya keras bersama.

The Apollo program was the greatest

Program Apollo adalah mobilisasi

peacetime mobilization

pada masa damai terbesar

in the history of the United States.

dalam sejarah Amerika Serikat.

To get to the moon, NASA spent

Untuk dapat pergi ke bulan, NASA menghabiskan

around 180 billion dollars in today's money,

sekitar 180 miliar dolar dalam nilai uang sekarang,

or four percent of the federal budget.

atau 4 persen dari anggaran federal.

Apollo employed around 400,000 people

Apollo mempekerjakan sekitar 400.000 orang

and demanded the collaboration of 20,000

dan mengharuskan kerjasama dari sekitar 20.000

companies, universities and government agencies.

perusahaan, universitas, dan badan pemerintah.

Ada yang meninggal, termasuk awak Apollo 1.

People died, including the crew of Apollo 1.

But before the Apollo program ended,

Namun sebelum program Apollo berakhir,

24 men flew to the moon.

24 orang berhasil terbang ke bulan.

Twelve walked on its surface, of whom Aldrin,

12 orang berjalan di permukaannya di mana Aldrin,

following the death of Armstrong last year,

setelah meninggalnya Armstrong tahun lalu,

is now the most senior.

kini adalah orang yang paling senior.

So why did they go?

Lalu mengapa mereka pergi ke sana?

They didn't bring much back:

Mereka tidak membawa banyak benda:

841 pounds of old rocks,

841 pon dari batuan tua

and something all 24 later emphasized --

dan apa yang ditekankan ke-24-orang itu --

a new sense of the smallness

rasa kerdil yang baru

and the fragility of our common home.

dan kerapuhan dari rumah kita bersama.

Why did they go? The cynical answer is they went

Mengapa mereka pergi? Jawaban yang sinis adalah

because President Kennedy wanted to show

karena Presiden Kennedy ingin menunjukkan kepada Uni Soviet

the Soviets that his nation had the better rockets.

bahwa roket Amerika Serikat lebih baik.

But Kennedy's own words at Rice University in 1962

Namun ucapan Kennedy di Universitas Rice pada tahun 1962

provide a better clue.

memberikan petunjuk yang lebih baik.

(Video) John F. Kennedy: Kata beberapa orang: Mengapa bulan?

(Video) John F. Kennedy: But why, some say, the moon?

Why choose this as our goal?

Mengapa memilih bulan sebagai tujuan kita?

And they may well ask,

Lalu mereka mungkin juga bertanya,

why climb the highest mountain?

mengapa mendaki gunung yang paling tinggi?

Why, 35 years ago, fly the Atlantic?

Mengapa, 35 tahun yang lalu, kita menyeberangi Atlantik?

Why does Rice play Texas?

Mengapa Rice bermain Texas?

We choose to go to the moon.

Kami memilih untuk pergi ke bulan.

We choose to go to the moon.

Kami memilih untuk pergi ke bulan.

(Applause)

(Tepuk tangan)

We choose to go to the moon in this decade,

Kami memilih untuk pergi ke bulan dalam dasawarsa ini

and do the other things,

dan juga hal-hal lainnya

not because they are easy, but because they are hard.

bukan karena hal itu mudah, namun karena itu hal yang sulit.

Jason Pontin: To contemporaries,

Jason Pontin: Bagi kaum modern,

Apollo wasn't only a victory of West over East

Apollo bukan sekedar kemenangan dunia Barat dari dunia Timur

in the Cold War.

dalam Perang Dingin.

At the time, the strongest emotion

Saat itu, emosi yang paling kuat

was of wonder

adalah kekaguman

at the transcendent powers of technology.

akan kekuatan teknologi yang tidak terjangkau.

They went because it was a big thing to do.

Mereka pergi karena itu adalah hal yang besar.

Landing on the moon occurred in the context

Mendarat di bulan terjadi pada konteks dari

of a long series of technological triumphs.

rangkaian kemenangan teknologi yang panjang.

The first half of the 20th century produced

Paruh pertama dari abad ke-20 menghasilkan

the assembly line and the airplane,

jalur perakitan dan pesawat terbang,

penicillin and a vaccine for tuberculosis.

penisilin dan vaksin TBC.

In the middle years of the century,

Pada pertengahan abad ke-20

polio was eradicated and smallpox eliminated.

polio dan cacar berhasil diberantas

Technology itself seemed to possess

Teknologi sendiri tampaknya memiliki

what Alvin Toffler in 1970

apa yang dikatakan Alvin Toffler di tahun 1970

called "accelerative thrust."

yaitu "dorongan yang mempercepat."

For most of human history,

Di sebagian besar sejarah manusia,

we could go no faster than a horse

kita tidak pernah bepergian lebih cepat daripada kuda

or a boat with a sail,

atau kapal layar,

but in 1969, the crew of Apollo 10

namun di tahun 1969, awak Apollo 10

flew at 25,000 miles an hour.

terbang dengan kecepatan 25.000 mil per jam.

Since 1970, no human beings

Sejak tahun 1970, tidak ada manusia

have been back to the moon.

yang pernah kembali ke bulan.

No one has traveled faster than the crew

Tidak ada manusia yang terbang lebih cepat

of Apollo 10,

dibandingkan awak Apollo 10,

and blithe optimism about technology's powers

dan optimisme tentang kekuatan teknologi

has evaporated

telah menguap

as big problems we had imagined technology would solve,

bersama masalah besar yang kita harap mampu diatasi oleh teknologi

such as going to Mars,

seperti pergi ke Mars,

creating clean energy, curing cancer,

menciptakan energi bersih, menyembuhkan kanker,

or feeding the world have come to seem

atau menyediakan cukup pangan bagi dunia yang tampaknya

intractably hard.

sungguh sangat sulit.

I remember watching the liftoff of Apollo 17.

Saya ingat saat menyaksikan keberangkatan Apollo 17

I was five years old,

saat berusia 5 tahun,

and my mother told me not to stare

dan ibu saya melarang saya untuk melihat

at the fiery exhaust of a Saturn V rocket.

pada pipa pembuangan roket Saturn V yang membara.

I vaguely knew this was to be the last

Saya agak menyadari bahwa ini adalah misi terakhir ke bulan,

of the moon missions,

but I was absolutely certain there would be

namun saya sangat yakin bahwa sebelum saya meninggal

Mars colonies in my lifetime.

akan ada koloni di Mars.

So "Something happened

Namun, "Ada sesuatu terjadi

to our capacity to solve big problems with technology"

pada kemampuan kita untuk mengatasi masalah-masalah besar dengan teknologi."

has become a commonplace.

telah menjadi hal umum.

You hear it all the time.

Anda mendengarnya setiap saat.

We've heard it over the last two days here at TED.

Kita mendengarnya selama dua hari terakhir di TED.

It feels as if technologists have diverted us

Tampaknya teknologi telah membelokkan kita

and enriched themselves with trivial toys,

dan memperkaya teknologi itu sendiri dengan mainan sepele

with things like iPhones and apps and social media,

seperti iPhone, berbagai aplikasi, dan media sosial,

or algorithms that speed automated trading.

atau algorithma untuk mempercepat jual beli otomatis.

There's nothing wrong with most of these things.

Tidak ada yang salah dengan kebanyakan hal tersebut.

They've expanded and enriched our lives.

Semua telah berkembang dan memperkaya hidup kita.

But they don't solve humanity's big problems.

Namun hal-hal itu tidak menyelesaikan masalah-masalah besar manusia.

What happened?

Apa yang terjadi?

So there is a parochial explanation in Silicon Valley,

Ada penjelasan sempit di Lembah Silikon

which admits that it has been funding less ambitious companies

yang mengakui pendanaan perusahaan berambisi kecil

than it did in the years when it financed

dibandingkan tahun-tahun saat mereka mendanai

Intel, Microsoft, Apple and Genentech.

Intel, Microsoft, Apple, dan Genentech.

Silicon Valley says the markets are to blame,

Lembah Silikon berkata bahwa kesalahan ada di pasar,

in particular the incentives that venture capitalists

terutama dorongan yang ditawarkan para pemilik modal

offer to entrepreneurs.

kepada para wirausaha.

Silicon Valley says that venture investing

Lembah Silikon bahwa para pemodal

shifted away from funding transformational ideas

beralih dari mendanai gagasan-gagasan transformatif

and towards funding incremental problems

ke masalah-masalah yang bertahap

or even fake problems.

bahkan masalah-masalah palsu.

But I don't think that explanation is good enough.

Namun saya rasa penjelasan itu kurang bagus.

It mostly explains what's wrong with Silicon Valley.

Hal itu menjelaskan masalah apa yang ada di Lembah Silikon.

Even when venture capitalists were at their most

Walaupun pemodal sebagian besar berani mengambil resiko,

risk-happy, they preferred small investments,

mereka lebih menyukai penanaman modal dalam jumlah kecil

tiny investments that offered an exit within 10 years.

yang dapat kembali dalam waktu 10 tahun.

V.C.s have always struggled

Para pemodal selalu kesulitan

to invest profitably in technologies such as energy

untuk menanam modal pada teknologi seperti energi

whose capital requirements are huge

yang memerlukan modal besar

and whose development is long and lengthy,

dan membutuhkan pengembangan yang lama,

and V.C.s have never, never funded the development

dan para pemodal tidak pernah mendanai pengembangan teknologi

of technologies meant to solve big problems

yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah besar

that possess no immediate commercial value.

yang tidak memiliki nilai jual dalam jangka pendek.

No, the reasons we can't solve big problems

Bukan, alasan kita tidak dapat menyelesaikan masalah besar

are more complicated and more profound.

lebih rumit dan mendalam.

Terkadang, kita memilih untuk tidak menyelesaikannya.

Sometimes we choose not to solve big problems.

We could go to Mars if we want.

Kita dapat pergi ke Mars jika mau.

NASA even has the outline of a plan.

NASA bahkan telah memiliki kerangka rencana.

But going to Mars would follow a political decision

Namun pergi ke Mars akan memerlukan keputusan politik

with popular appeal, and that will never happen.

yang menarik orang banyak, dan itu tidak akan pernah terjadi.

We won't go to Mars, because everyone thinks

Kita tidak akan pergi ke Mars, karena semua orang berpikir

there are more important things

ada hal yang lebih penting

to do here on Earth.

untuk dilakukan di Bumi.

Sometimes, we can't solve big problems

Terkadang, kita tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah besar

because our political systems fail.

karena kerusakan sistem politik kita.

Today, less than two percent

Saat ini, kurang dari 2 persen

of the world's energy consumption

dari konsumsi energi dunia

derives from advanced, renewable sources

berasal dari sumber daya terbarukan yang canggih

such as solar, wind and biofuels,

seperti tenaga surya, angin, atau bahan bakar bio,

less than two percent,

kurang dari 2 persen,

and the reason is purely economic.

dan alasannya murni karena masalah ekonomi

Coal and natural gas are cheaper

Batu bara dan gas alam lebih murah

than solar and wind,

dibandingkan tenaga surya dan angin,

and petroleum is cheaper than biofuels.

dan minyak bumi lebih murah daripada bahan bakar bio.

We want alternative energy sources

Kita ingin sumber energi alternatif

that can compete on price. None exist.

dengan harga bersaing. Namun tidak ada.

Now, technologists, business leaders

Kini, teknologi, para pimpinan bisnis,

and economists all basically agree

dan ekonom pada dasarnya setuju

on what national policies and international treaties

bahwa peraturan nasional dan perjanjian internasional

would spur the development of alternative energy:

akan memacu perkembangan energi alternatif:

mostly, a significant increase in energy

khususnya, peningkatan yang besar dalam

penelitian dan pengembangan energi

research and development,

and some kind of price on carbon.

dan semacam pajak karbon.

But there's no hope in the present political climate

Namun tidak ada harapan di dalam iklim politik saat ini

that we will see U.S. energy policy

untuk melihat peraturan energi di Amerika Serikat

or international treaties that reflect that consensus.

atau perjanjian internasional yang mencerminkan persetujuan itu.

Sometimes, big problems that had seemed technological

Terkadang, masalah besar yang tampak ada pada teknologi

turn out not to be so.

ternyata tidak demikian.

Famines were long understood to be caused

Kelaparan telah lama dianggap sebagai akibat

by failures in food supply.

dari kesalahan pasokan pangan.

But 30 years of research have taught us

Namun penelitian selama 30 tahun telah mengajarkan

that famines are political crises

bahwa kelaparan adalah krisis politik

that catastrophically affect food distribution.

yang mempengaruhi dan merusak jalur pasokan pangan.

Technology can improve things like crop yields

Teknologi dapat meningkatkan hasil panen

or systems for storing and transporting food,

atau sistem dalam menyimpan dan menyalurkan makanan,

but there will be famines so long as there are bad governments.

namun kelaparan akan tetap ada selama masih ada pemerintahan yang buruk.

Finally, big problems sometimes elude solution

Akhirnya, masalah-masalah besar terkadang tidak teratasi

karena kita tidak mengerti permasalahannya.

because we don't really understand the problem.

President Nixon declared war on cancer in 1971,

Presiden Nixon menyatakan perang melawan kanker di tahun 1971,

but we soon discovered

namun kita segera menyadari

there are many kinds of cancer,

ada banyak jenis kanker,

most of them fiendishly resistant to therapy,

sebagian besar kanker itu kebal terhadap terapi,

and it is only in the last 10 years

dan baru dalam 10 tahun terakhir

that effective, viable therapies

terapi yang efektif dan ampuh

have come to seem real.

tampak nyata.

Hard problems are hard.

Masalah yang besar itu sulit.

It's not true that we can't solve big problems through technology.

Tidak benar bahwa kita tidak dapat mengatasi masalah besar dengan teknologi.

We can, we must, but these four elements

Kita bisa, kita harus, namun ada empat hal

must all be present:

yang harus ada:

Political leaders and the public

Para pemimpin politik dan masyarakat

must care to solve a problem;

harus peduli akan penyelesaian masalah;

institutions must support its solution;

Lembaga harus mendukung jalan keluarnya;

It must really be a technological problem;

Masalah itu harus merupakan masalah teknologi;

and we must understand it.

dan kita harus memahaminya.

The Apollo mission,

Misi Apollo

which has become a kind of metaphor

yang telah menjadi semacam metafora

for technology's capacity to solve big problems,

dalam kemampuan teknologi untuk mengatasi masalah besar

met these criteria.

memenuhi semua persyaratan ini.

But it is an irreproducible model for the future.

Namun model ini tidak dapat diulang kembali di masa depan.

It is not 1961.

Sekarang bukan tahun 1961.

There is no galvanizing contest like the Cold War,

Tidak ada persaingan sengit seperti Perang Dingin,

no politician like John Kennedy

tidak ada politikus seperti John Kennedy

who can heroize the difficult and the dangerous,

yang dapat mengidolakan hal yang sulit dan berbahaya

and no popular science fictional mythology

dan tidak ada mitologi fiksi ilmiah popuer

such as exploring the solar system.

seperti menjelajahi tata surya.

Most of all, going to the moon

Dan yang paling penting, pergi ke bulan

turned out to be easy.

ternyata merupakan hal yang mudah.

It was just three days away.

Jaraknya hanya 3 hari perjalanan.

And arguably it wasn't even solving

Dan pergi ke bulan tidaklah menyelesaikan

much of a problem.

sebagian besar masalah.

We are left alone with our day,

Kita tetap ditinggalkan dalam keseharian kita

and the solutions of the future will be harder won.

dan solusi bagi masa depan akan lebih sulit didapatkan.

God knows, we don't lack for the challenges.

Tuhan tahu, bahwa kita tidak kekurangan tantangan.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)