Your body is my canvas | Alexa Meade

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Ade Indarta

You may want to take a closer look.

Anda mungkin ingin melihat lebih dekat.

There's more to this painting than meets the eye.

Lukisan ini jauh lebih bermakna daripada yang terlihat.

And yes, it's an acrylic painting of a man,

Benar, ini adalah lukisan dari seorang pria,

but I didn't paint it on canvas.

namun saya tidak melukisnya di kanvas.

I painted it directly on top of the man.

Saya melukisnya langsung pada pria itu.

What I do in my art is I skip the canvas altogether,

Di dalam karya saya, saya tidak menggunakan kanvas,

and if I want to paint your portrait,

dan jika saya ingin melukis wajah Anda,

I'm painting it on you, physically on you.

saya akan melukisnya langsung di tubuh Anda.

That also means you're probably going to end up

Itu artinya telinga Anda akan penuh

with an earful of paint,

dengan cat

because I need to paint your ear on your ear.

karena saya perlu melukis telinga di telinga Anda.

Everything in this scene, the person, the clothes,

Semua yang ada di layar ini, orang, pakaian,

chairs, wall, gets covered in a mask of paint

kursi, dinding, semua tertutup oleh cat

that mimics what's directly below it,

yang menirukan apa yang ada di bawahnya,

and in this way, I'm able to take a three-dimensional scene

dan dengan cara ini, saya dapat mengambil objek tiga dimensi

and make it look like a two-dimensional painting.

dan menjadikannya tampak seperti lukisan dua dimensi.

I can photograph it from any angle,

Saya bisa memotretnya dari sudut manapun,

and it will still look 2D.

dan akan tetap terlihat 2 dimensi.

There's no Photoshop here.

Tidak ada Photoshop di sini.

This is just a photo

Ini hanyalah sebuah foto

of one of my three-dimensional paintings.

dari salah satu lukisan tiga dimensi saya.

You might be wondering how I came up with this idea

Anda mungkin bertanya bagaimana saya memiliki gagasan

of turning people into paintings.

untuk mengubah orang menjadi lukisan.

But originally, this had nothing to do

Tapi pada awalnya, hal ini tidak ada hubungannya

with either people or paint.

dengan orang-orang atau cat.

It was about shadows.

Hal ini adalah tentang bayangan.

I was fascinated with the absence of light,

Saya sungguh terpesona dengan ketiadaan cahaya,

and I wanted to find a way that I could give it materiality

dan saya ingin menemukan cara untuk memberinya wujud

and pin it down before it changed.

dan mengabadikannya sebelum berubah.

I came up with the idea of painting shadows.

Saya mendapat gagasan untuk melukis bayangan.

I loved that I could hide within this shadow

Saya senang bisa menyembunyikan versi lukisan saya

my own painted version,

di dalam bayangan ini

and it would be almost invisible

yang nyaris tidak kelihatan

until the light changed, and all of a sudden

sampai cahayanya berubah, dan seketika itu juga

my shadow would be brought to the light.

bayangan saya akan menjadi terang.

I wanted to think about what else I could put shadows on,

Saya berpikir tentang di mana lagi saya bisa melukis bayangan.

and I thought of my friend Bernie.

dan saya terpikir tentang teman saya Bernie.

But I didn't just want to paint the shadows.

Tapi saya tidak hanya ingin melukis bayangan saja.

I also wanted to paint the highlights

Saya juga ingin melukis bagian yang terang

and create a mapping on his body in greyscale.

dan membuat sebuah pemetaan hitam putih pada tubuhnya.

I had a very specific vision of what this would look like,

Saya memiliki gambaran khusus tentang bagaimana hal ini akan terlihat,

and as I was painting him,

dan saat saya sedang melukis dia,

I made sure to follow that very closely.

saya pastikan saya mengikuti gambaran tersebut.

But something kept on flickering before my eyes.

Namun ada yang terus berkedip di depan mata saya.

I wasn't quite sure what I was looking at.

Saya tidak yakin apa yang saya lihat.

And then when I took that moment to take a step back,

Dan saat saya mundur selangkah ke belakang,

magic.

ajaib.

I had turned my friend into a painting.

Saya telah mengubah teman saya menjadi sebuah lukisan.

I couldn't have foreseen that

Saya tidak menyangka

when I wanted to paint a shadow,

ketika saya ingin melukis sebuah bayangan,

I would pull out this whole other dimension,

saya mengeluarkan dimensi yang berbeda,

that I would collapse it,

bahwa saya akan meleburnya,

that I would take a painting and make it my friend

bahwa saya akan mengambil lukisan dan mewujudkannya pada teman saya

and then bring him back to a painting.

lalu menjadikan teman saya kembali sebagai sebuah lukisan.

I was a little conflicted though,

Namun saya merasakan sedikit konflik,

because I was so excited about what I'd found,

karena saya sangat senang dengan apa yang saya temukan,

but I was just about to graduate from college

namun saya baru saja akan lulus dari universitas

with a degree in political science,

dengan gelar sarjana ilmu politik,

and I'd always had this dream

dan saya selalu bermimpi

of going to Washington, D.C.,

dapat pergi ke Washington D.C.,

and sitting at a desk

duduk di belakang meja

and working in government.

dan bekerja di pemerintahan.

(Laughter)

(Tawa)

Why did this have to get in the way of all that?

Mengapa hal ini harus menghalangi jalan saya?

I made the tough decision

Saya membuat keputusan sulit

of going home after graduation

untuk pulang setelah lulus

and not going up to Capitol Hill,

dan tidak pergi ke Gedung Parlemen

but going down to my parents' basement

namun kembali ke ruang bawah tanah di rumah orang tua saya

and making it my job to learn how to paint.

dan menjadikan melukis sebagai pekerjaan.

I had no idea where to begin.

Saya tidak tahu dari mana harus mulai.

The last time I'd painted,

Terakhir kali saya menggambar

I was 16 years old at summer camp,

di perkemahan musim panas saat usia saya 16 tahun

and I didn't want to teach myself how to paint

dan saya tidak ingin belajar cara melukis

by copying the old masters

dengan meniru para ahli-ahli tua

or stretching a canvas

atau merentangkan kanvas

and practicing over and over again on that surface,

dan berlatih berulang kali di atas permukaan itu

because that's not what this project was about for me.

karena bagi saya proyek ini tidaklah seperti itu.

It was about space and light.

Proyek ini adalah tentang ruang dan cahaya.

My early canvases ended up being

Akhirnya, kanvas-kanvas pertama saya

things that you wouldn't expect to be used as canvas,

adalah hal-hal yang tidak akan Anda duga bisa menjadi kanvas

like fried food.

seperti gorengan.

It's nearly impossible

Hampir tidak mungkin

to get paint to stick to the grease in an egg.

untuk membuat lukisan di atas telur goreng berminyak.

(Laughter)

(Tawa)

Even harder was getting paint to stick

Lebih sulit lagi untk membuat lukisan

to the acid in a grapefruit.

pada buah jeruk yang memiliki asam.

It just would erase my brush strokes

Asam itu akan membuat sentuhan kuas saya

like invisible ink.

seperti tinta yang tidak terlihat.

I'd put something down, and instantly it would be gone.

Jika saya menaruh sesuatu, lukisan itu akan langsung hilang.

And if I wanted to paint on people,

Jika saya ingin melukis pada tubuh manusia,

well, I was a little bit embarrassed

saya merasa agak malu

to bring people down into my studio

untuk mengajak orang ke studio saya

and show them that I spent my days in a basement

menunjukkan saya menghabiskan hari saya di ruang bawah tanah

putting paint on toast.

melukis di atas roti.

It just seemed like it made more sense

Nampaknya akan lebih masuk akal

to practice by painting on myself.

untuk berlatih dengan tubuh saya sendiri.

One of my favorite models actually ended up being

Akhirnya salah satu model favorit saya adalah

a retired old man

seorang pria tua pensiunan

who not only didn't mind sitting still

yang bukan hanya tidak keberatan duduk diam

and getting the paint in his ears,

dengan telinga berlumuran cat

but he also didn't really have much embarrassment

namn juga tidak begitu merasa malu

about being taken out into very public places

untuk dibawa keluar ke tempat-tempat umum

for exhibition,

untuk pameran,

like the Metro.

seperti di kereta bawah tanah.

I was having so much fun with this process.

Saya sangat menikmati proses ini.

I was teaching myself how to paint in all these different styles,

Saya mengajarkan diri saya sendiri cara menggambar dengan semua gaya ini

and I wanted to see what else I could do with it.

dan saya ingin melihat apa lagi yang dapat saya lakukan.

I came together with a collaborator, Sheila Vand,

Saya menemukan rekan kerja, Sheila Vand,

and we had the idea of creating paintings

dan kami mendapat gagasan untuk membuat lukisan

in a more unusual surface,

pada permukaan yang lebih aneh,

and that was milk.

yaitu susu.

We got a pool. We filled it with milk.

Kami mencari kolam dan mengisinya dengan susu.

We filled it with Sheila. And I began painting.

Lalu Sheila masuk ke kolam itu dan saya mulai melukis.

And the images were always

dan pada akhirnya hasil karya ini

completely unexpected in the end,

selalu tidak terduga

because I could have a very specific image

karena saya bisa saja memiliki gambaran yang jelas

about how it would turn out,

tentang hasil karya ini,

I could paint it to match that,

saya dapat menggambarnya seperti itu

but the moment that Sheila laid back into the milk,

namun saat Sheila berbaring di kolam susu itu

everything would change.

segalanya akan berubah.

It was in constant flux,

Kolam itu terus mengalir

and we had to, rather than fight it, embrace it,

dan kami, alih-alih melawan, harus mensyukurinya,

see where the milk would take us

melihat ke mana susu itu membawa kami

and compensate to make it even better.

dan mengimbanginya untuk membuatnya lebih baik.

Sometimes, when Sheila would lay down in the milk,

Terkadang, saat Sheila berbaring di kolam susu itu

it would wash all the paint off of her arms,

semua cat akan terhapus dari lengannya

and it might seem a little bit clumsy,

dan lukisan itu terlihat janggal,

but our solution would be, okay, hide your arms.

lalu kami mengatasinya dengan menyembunyikan lengannya.

And one time, she got so much milk in her hair

Dan suatu ketika, rambutnya penuh dengan susu

that it just smeared all the paint off of her face.

hingga susu itu membuat wajahnya menjadi berlumuran cat.

All right, well, hide your face.

Baiklah, sembunyikan wajahnya.

And we ended up with something far more elegant

Dan akhirnya kami memperoleh sesuatu yang jauh lebih anggun

than we could have imagined,

daripada yang pernah kami bayangkan,

even though this is essentially the same solution

walaupun ini pada dasarnya merupakan hal yang sama

that a frustrated kid uses when he can't draw hands,

yang dilakukan anak kecil yang frustrasi karena tidak dapat menggambar tangan,

just hiding them in the pockets.

sembunyikan saja di dalam saku.

When we started out on the milk project,

Saat kami memulai proyek susu kami,

and when I started out,

saat saya memulainya,

I couldn't have foreseen that I would go

saya tidak mengira bahwa saya akan beralih

from pursuing my dream in politics

dari mengejar mimpi saya di dunia politik

and working at a desk

dan bekerja di belakang meja

to tripping over a shadow

menjadi menyandungkan bayangan

and then turning people into paintings

dan mengubah orang menjadi lukisan

and painting on people in a pool of milk.

dan melukis di atas tubuh orang di dalam kolam susu.

But then again, I guess it's also not unforeseeable

Namun saya rasa kita juga tidak dapat mengira

that you can find the strange in the familiar,

bahwa Anda dapat menemukan keanehan pada hal yang biasa

as long as you're willing to look beyond

selama Anda mau melihat melampaui

what's already been brought to light,

apa yang telah terlihat jelas,

that you can see what's below the surface,

bahwa Anda dapat melihat apa yang ada di bawah permukaan,

hiding in the shadows,

tersembunyi di dalam bayangan,

and recognize that there can be more there

dan mengenali bahwa ada lebih banyak hal daripada

than meets the eye.

yang terlihat oleh mata.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)