Shirin Neshat: Art in exile

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Amir Sudjono

The story I wanted to share with you today

Kisah yang ingin saya bagikan hari ini

is my challenge as an Iranian artist,

adalah tantangan yang saya hadapi sebagai artis Iran,

as an Iranian woman artist,

sebagai artis perempuan dari Iran,

as an Iranian woman artist

sebagai artis perempuan dari Iran

living in exile.

yang hidup di pengasingan.

Well, it has its pluses and minuses.

Ada kelebihan dan kekurangannya.

On the dark side,

Pada sisi yang gelap,

politics doesn't seem to escape people like me.

politik tampak tidak mau melepas orang-orang seperti saya.

Every Iranian artist, in one form or another,

Setiap artis Iran, dalam bentuk apapun,

is political.

adalah politis.

Politics have defined our lives.

Politik telah menentukan hidup kami.

If you're living in Iran,

Jika Anda tinggal di Iran,

you're facing censorship, harassment,

Anda menghadapi sensor, ancaman,

arrest, torture --

penahanan, siksaan --

at times, execution.

pada waktunya, eksekusi.

If you're living outside like me,

Jika Anda tinggal di luar negeri seperti saya,

you're faced with life in exile --

Anda dihadapkan dengan pengasingan --

the pain of the longing

penderitaan karena kerinduan

and the separation from your loved ones

dan terpisah dari orang yang Anda cintai

and your family.

dan keluarga Anda.

Therefore, we don't find

Karena itu, kami tidak menemukan

the moral, emotional,

ruang moral, emosional,

psychological and political space

psikologis, dan politik

to distance ourselves from the reality

untuk memisahkan diri kita dari kenyataan

of social responsibility.

akan tanggung jawab sosial.

Oddly enough,

Namun anehnya,

an artist such as myself

artis seperti diri saya

finds herself also in the position of being the voice,

mendapati dirinya dalam posisi sebagai suara,

the speaker of my people,

pembicara dari bangsa saya.

even if I have, indeed,

walaupun saya tidak memiliki

no access to my own country.

akses ke negara saya sendiri.

Also, people like myself,

Juga, orang-orang seperti saya,

we're fighting two battles on different grounds.

kami berjuang dalam dua perang di medan yang berbeda.

We're being critical of the West,

Kami mengkritik dunia Barat,

the perception of the West

persepsi dunia Barat

about our identity --

tentang identitas kami --

about the image that is constructed about us,

tentang gambaran yang dibangun pada kami,

about our women, about our politics,

tentang kaum wanita dan politik kami,

about our religion.

tentang agama kami.

We are there to take pride

Kami di sana untuk menyatakan kebanggaan

and insist on respect.

dan mendesak pengakuan.

And at the same time,

Dan pada saat yang sama,

we're fighting another battle.

kami berjuang dalam perang lainnya.

That is our regime,

Yaitu rejim kami,

our government --

pemerintah kami,

our atrocious government,

pemerintahan kami yang kejam,

[that] has done every crime

yang telah melakukan segala bentuk kejahatan

in order to stay in power.

untuk tetap berkuasa.

Our artists are at risk.

Para artis kami terancam.

We are in a position of danger.

Kami berada dalam bahaya.

We pose a threat

Kami menjadi ancaman

to the order of the government.

bagi tatanan pemerintahan.

But ironically,

Namun ironisnya,

this situation

situasi ini

has empowered all of us,

telah memberikan kekuatan kepada kami,

because we are considered, as artists,

karena kami dianggap, sebagai artis,

central to the cultural, political,

pusat dari wacana budaya, politik,

social discourse in Iran.

dan sosial di Iran.

We are there to inspire, to provoke,

Kami ada untuk menginspirasi, mendorong,

to mobilize,

menggerakkan,

to bring hope to our people.

membawa harapan bagi bangsa kami.

We are the reporters of our people,

Kami adalah wartawan dari bangsa kami,

and are communicators

dan penghubung

to the outside world.

ke dunia luar.

Art is our weapon.

Seni adalah senjata kami.

Culture is a form of resistance.

Budaya adalah sebuah bentuk ketahanan.

I envy sometimes the artists of the West

Terkadang saya iri pada artis-artis Barat

for their freedom of expression.

karena mereka bebas berekspresi --

For the fact that they can distance themselves

karena kenyataan bahwa mereka dapat memisahkan diri

from the question of politics.

dari pertanyaan politis --

From the fact that they are only serving one audience,

karena kenyataan mereka hanya melayani satu penonton,

mainly the Western culture.

yang kebanyakan adalah budaya Barat.

But also, I worry about the West,

Namun, saya juga khawatir pada dunia Barat,

because often in this country,

karena sering terjadi di negara ini,

in this Western world that we have,

di dunia Barat yang kita miliki,

culture risks being a form of entertainment.

resiko budaya menjadi bentuk hiburan.

Our people depend on our artists,

Bangsa kami tergantung pada para artis

and culture is beyond communication.

dan budaya melampaui komunikasi.

My journey as an artist

Perjalanan saya sebagai artis

started from a very, very personal place.

dimulai dari tempat yang sangat pribadi.

I did not start

Saya tidak memulai

to make social commentary

membuat komentar sosial

about my country.

tentang negara saya.

The first one that you see in front of you

Gambar pertama yang Anda lihat di depan Anda

is actually when I first returned to Iran

sebenarnya adalah saat saya pertama kembali ke Iran

after being separated for a good 12 years.

setelah pergi selama 12 tahun.

It was after the Islamic Revolution

Itu adalah setelah Revolusi Islam

of 1979.

di tahun 1979.

While I was absent from Iran,

Saat saya tidak berada di Iran,

the Islamic Revolution had descended on Iran

terjadi Revolusi Islam di Iran

and had entirely transformed the country

yang benar-benar telah mengubah Iran secara menyeluruh

from Persian to the Islamic culture.

dari Persia ke budaya Islam.

I came mainly to be reunited with my family

Saya datang untuk berkumpul kembali dengan keluarga saya

and to reconnect in a way

dan menghubungkan diri kembali

that I found my place in the society.

dan mencari tempat saya dalam masyarakat.

But instead, I found a country

Namun, saya menemukan negara

that was totally ideological

yang benar-benar ideologis

and that I didn't recognize anymore.

negara yang tidak saya kenali lagi.

More so, I became very interested,

Terlebih lagi, saya menjadi sangat tertarik,

as I was facing

saat saya menghadapi

my own personal dilemmas and questions,

dilema dan pertanyaan pribadi saya,

I became immersed in the study

saya menjadi terbenam dalam mempelajari

of the Islamic Revolution --

Revolusi Islam --

how, indeed,

bagaimana,

it had incredibly transformed

hal itu telah mengubah

the lives of Iranian women.

kehidupan para wanita Iran.

I found the subject of Iranian women

Saya menemukan pelajaran tentang wanita Iran

immensely interesting,

sangat menarik,

in the way the women of Iran, historically,

dalam artian para wanita Iran, secara historis

seemed to embody the political transformation.

tampak menyiratkan perubahan politik.

So in a way, by studying a woman,

Jadi dalam hal tertentu, dengan mempelajari wanita

you can read the structure and the ideology of the country.

Anda dapat membaca struktur dan ideologi dari negara ini.

So I made a group of work

Jadi saya membuat kelompok kerja

that at once faced my own personal questions in life,

yang berhadapan dengan pertanyaan hidup pribadi saya

and yet it brought my work into a larger discourse --

namun ini membawa saya kepada sesuatu yang lebih besar --

the subject of martyrdom,

subjek tentang martir,

the question of those who willingly stand in that intersection

pertanyaan bagi mereka yang secara sukarela berdiri di persimpangan

of love of God, faith,

antara ketakwaan, iman,

but violence and crime and cruelty.

dan kekerasan, kejahatan, dan kekejaman.

For me, this became incredibly important.

Bagi saya, hal ini menjadi sangat penting.

And yet, I had an unusual position toward this.

Namun, saya memiliki posisi yang tidak biasa.

I was an outsider

Saya adalah orang luar

who had come back to Iran to find my place,

yang kembali ke Iran untuk menemukan tempat saya,

but I was not in a position

namun saya tidak berada dalam posisi

to be critical of the government

untuk mengkritik pemerintah

or the ideology of the Islamic Revolution.

atau ideologi dari Revolusi Islam.

This changed slowly

Hal ini perlahan-lahan berubah

as I found my voice

saat saya menemukan suara saya

and I discovered things

dan menemukan hal-hal

that I didn't know I would discover.

yang saya temukan tanpa saya duga.

So my art became slightly more critical.

Seni saya menjadi sedikit lebih kritis.

My knife became a little sharper.

Pisau saya mejadi sedikit lebih tajam.

And I fell into a life in exile.

Dan saya terjerumus pada hidup di pengasingan.

I am a nomadic artist.

Saya seorang artis nomaden.

I work in Morocco, in Turkey, in Mexico.

Saya bekerja di Maroko, Turki, Meksiko.

I go everywhere to make believe it's Iran.

Saya pergi ke mana pun dan mencoba percaya itu adalah Iran.

Now I am making films.

Kini saya membuat film.

Last year, I finished a film

Tahun lalu, saya menyelesaikan film

called "Women Without Men."

berjudul "Wanita Tanpa Pria."

"Women Without Men" returns to history,

"Wanita Tanpa Pria" kembali kepada sejarah,

but another part of our Iranian history.

bagian lain dari sejarah Iran.

It goes to 1953

Pada tahun 1953

when American CIA exercised a coup

saat CIA dari Amerika menjalankan kudeta

and removed a democratically elected leader,

dan menyingkirkan pemimpin yang terpilih secara demokratis,

Dr. Mossadegh.

Dr. Mossadegh

The book is written by an Iranian woman,

Buku ini ditulis oleh seorang wanita Iran,

Shahrnush Parsipur.

Shahrnush Parsipur.

It's a magical realist novel.

Ini adalah novel realis ajaib.

This book is banned,

Buku ini dicekal

and she spent five years in prison.

dan dia dipenjara selama lima tahun.

My obsession with this book,

Obsesi saya akan buku ini,

and the reason I made this into a film,

dan alasan saya memfilmkannya

is because it at once was addressing

adalah karena buku ini menyebutkan

the question of being a female --

pertanyaan tentang menjadi wanita --

traditionally, historically in Iran --

secara tradisi dan historis di Iran --

and the question of four women

dan pertanyaan dari empat wanita

who are all looking for an idea

yang mencari gagasan

of change, freedom and democracy --

untuk perubahan, kebebasan, dan demokrasi --

while the country of Iran, equally, as if another character,

sedangkan Iran, sama seperti itu, ibarat karakter yang lain

also struggled for an idea

juga berjuang untuk gagasan

of freedom and democracy

tentang kebebasan dan demokrasi

and independence from the foreign interventions.

dan kemerdekaan dari campur tangan pihak asing.

I made this film

Saya membuat film ini

because I felt it's important

karena saya merasa ini hal yang penting

for it to speak to the Westerners

untuk dibicarakan kepada dunia Barat

about our history as a country.

tentang sejarah kami sebagai sebuah negara.

That all of you seem to remember Iran

Citra itulah yang tampaknya Anda ingat

after the Islamic Revolution.

setelah Revolusi Islam.

That Iran was once a secular society,

Iran pernah menjadi negara sekuler

and we had democracy,

dengan demokrasi,

and this democracy was stolen from us

dan demokrasi itu dicuri dari kami

by the American government,

oleh pemerintah Amerika,

by the British government.

oleh pemerintah Inggris.

This film also speaks to the Iranian people

Film ini juga berbicara kepada rakyat Iran

in asking them to return to their history

untuk mengajak mereka mengembalikan sejarah

and look at themselves before they were so Islamicized --

dan melihat diri sendiri sebelum menjadi benar-benar terislamisasi --

in the way we looked, in the way we played music,

dalam cara kami melihat, bermain musik,

in the way we had intellectual life.

dalam kehidupan intelektual kita.

And most of all,

Dan yang paling penting,

in the way that we fought for democracy.

dalam cara kami berjuang bagi demokrasi.

These are some of the shots actually from my film.

Ini adalah beberapa cuplikan dari film saya.

These are some of the images of the coup.

Ini adalah beberapa gambar dari kudeta.

And we made this film in Casablanca,

Dan kami membuat film ini di Casablanca,

recreating all the shots.

dengan membuat kembali cuplikan gambar ini.

This film tried to find a balance

Film ini mencoba menemukan keseimbangan

between telling a political story,

antara menceritakan kisah politik,

but also a feminine story.

dan juga kisah feminis.

Being a visual artist, indeed,

Menjadi artis visual, benar-benar,

I am foremost interested to make art --

saya tertarik untuk membuat seni --

to make art that transcends

membuat seni yang melampaui

politics, religion,

politik, agama,

the question of feminism,

pertanyaan tentang feminisme,

and become an important, timeless,

dan menjadi karya seni yang penting,

universal work of art.

abadi dan universal.

The challenge I have

Tantangan yang saya miliki

is how to do that.

adalah bagaimana melakukannya --

How to tell a political story but an allegorical story.

bagaimana membuat kisah politis menjadi kiasan --

How to move you with your emotions,

bagaimana memancing emosi Anda

but also make your mind work.

dan juga membuat pikiran Anda bekerja.

These are some of the images

Ini adalah beberapa gambar

and the characters of the film.

dan karakter dari film ini.

Now comes the green movement --

Lalu ada pergerakan hijau --

the summer of 2009,

pada musim panas 2009,

as my film is released --

saat film ini mulai diputar --

the uprising begins in the streets of Tehran.

pemberontakan mulai terjadi di jalan-jalan Teheran.

What is unbelievably ironic

Apa yang benar-benar ironis

is the period that we tried to depict in the film,

adalah masa yang kami coba gambarkan di dalam film

the cry for democracy

seruan untuk demokrasi

and social justice,

dan keadilan sosial

repeats itself now

terulang kembali sekarang,

again in Tehran.

di Teheran.

The green movement

Pergerakan hijau

significantly inspired the world.

benar-benar mengilhami dunia.

It brought a lot of attention to all those Iranians

Hal ini menarik perhatian dari semua rakyat Iran

who stand for basic human rights

yang mendukung hak-hak asasi manusia

and struggle for democracy.

dan berjuang untuk demokrasi.

What was most significant for me

Apa yang paling penting bagi saya

was, once again,

adalah, sekali lagi,

the presence of the women.

keberadaan para wanita.

They're absolutely inspirational for me.

Mereka benar-benar mengilhami saya

If in the Islamic Revolution,

jika dalam Revolusi Islam

the images of the woman portrayed

para wanita digambarkan

were submissive

sangat penurut

and didn't have a voice,

dan tidak bersuara,

now we saw a new idea of feminism

kini kami melihat gagasan baru tentang feminisme

in the streets of Tehran --

di jalan-jalan kota Teheran --

women who were educated,

para wanita terpelajar

forward thinking, non-traditional,

yang berpikir ke depan, modern,

sexually open, fearless

terbuka terhadap jenis kelamin, tidak kenal takut,

and seriously feminist.

dan benar-benar feminim.

These women and those young men

Para wanita ini dan para pemuda itu

united Iranians

menyatukan bangsa Iran

across the world, inside and outside.

di seluruh dunia, di dalam dan di luar.

I then discovered

Saya menemukan

why I take so much inspiration

mengapa saya begitu terilhami

from Iranian women.

oleh para wanita Iran.

That, under all circumstances,

Karena dalam segala keadaan

they have pushed the boundary.

mereka telah mendorong batas-batas,

They have confronted the authority.

mereka telah menentang penguasa.

They have broken every rule

Mereka telah melanggar setiap aturan

in the smallest and the biggest way.

dari hal-hal paling kecil dan besar.

And once again, they proved themselves.

Dan sekali lagi, mereka membuktikan diri.

I stand here to say

Saya berdiri di sini untuk mengatakan

that Iranian women have found a new voice,

bahwa wanita Iran telah menemukan suara baru

and their voice is giving me my voice.

dan suara mereka memberikan saya suara.

And it's a great honor

Dan ini adalah kehormatan besar

to be an Iranian woman and an Iranian artist,

untuk menjadi wanita Iran dan artis Iran

even if I have to operate in the West only for now.

walaupun saya hanya dapat bekerja dari dunia Barat sekarang.

Thank you so much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)