Easy DIY projects for kid engineers | Fawn Qiu

Translator: Prameswari Rahmanu Reviewer: Gita Arimanda

I design engineering projects

Saya mendesain proyek teknik

for middle school and high school students,

bagi pelajar SMP dan SMA,

often using materials that are pretty unexpected.

dan seringkali menggunakan material yang tidak biasa.

My inspiration comes from problems in my daily life.

Saya mendapat inspirasi dari permasalahan sehari-hari saya.

For example,

Contohnya,

one time I needed a costume to go to a comic convention,

suatu kali saya perlu kostum untuk ke konvensi komik,

tapi saya tidak ingin mengeluarkan banyak uang,

but I didn't want to spend too much money,

so I made my own ...

jadi saya membuat kostum sendiri ...

with a light-up crown and skirt.

dengan mahkota dan rok berkelap-kelip.

(Laughter)

(Tawa)

Another time,

Di lain waktu,

I was devastated because my favorite mobile game,

saya frustasi karena game favorit saya,

Flappy Bird,

Flappy Bird,

was being taken off the app store.

tak tersedia lagi di app store.

(Laughter)

(Tawa)

So I was faced with the dilemma

Jadi saya menghadapi dilema:

to either never update my phone or never play Flappy Bird again.

tidak meng-update ponsel saya lagi atau tidak bermain Flappy Bird lagi.

(Laughter)

(Tawa)

Unhappy with both options,

Saya tidak suka kedua pilihan itu,

I did the only thing that made sense to me.

jadi saya melakukan sesuatu yang menurut saya masuk akal.

I made a physical version of Flappy Bird

Saya membuat Flappy Bird betulan

that could never be taken off the app store.

yang tidak akan bisa dihilangkan app store.

(Laughter)

(Tawa)

(Musik)

(Music)

(Beeping)

beep

(Music)

(Musik)

(Laughter)

(Tawa)

So a few of my friends were also pretty addicted to the game,

Beberapa teman saya lumayan kecanduan game ini,

and I invited them to play as well.

dan saya mengundang mereka untuk bermain.

(Video) Friend: Ah!

(Video) Ah!

(Laughter)

(Video) Friend: What the heck?

(Video) Apa-apaan ini?

(Laughter)

(Tawa)

And they told me that it was just as infuriating as the original game.

Mereka bilang game ini sama menjengkelkannya seperti game aslinya.

(Laughter)

(Tawa)

So I uploaded a demo of this project online,

Ketika saya mengunggah demo proyek ini secara online,

and to my surprise it went viral.

saya tidak menyangka akan menjadi viral.

It had over two million views in just a few days.

Ditonton lebih dari dua juta kali hanya dalam beberapa hari.

(Laughter)

(Tawa)

And what's more interesting are people's comments.

Yang lebih menarik lagi adalah komentar orang-orang.

A lot of people wanted to make it their own,

Banyak yang ingin membuatnya sendiri,

or asked me how it was made.

atau bertanya bagaimana cara membuatnya.

So this kind of confirmed my idea that through a creative project,

Ini mengkonfirmasi pemikiran saya

bahwa kita bisa mengajarkan ilmu teknik melalui proyek kreatif.

we can teach people about engineering.

With the money made from the viral video,

Dengan uang yang didapat dari video viral itu,

we were able to let students in our classroom

siswa kami bisa membuat game mereka sendiri.

all make their own game in a box.

Although it was pretty challenging,

Meski lumayan menantang,

they learned a lot of new concepts in engineering and programming.

mereka belajar banyak konsep teknik dan pemrograman.

Mereka juga bersemangat untuk belajar agar mereka bisa menyelesaikan gamenya.

And they were all eager to learn so they could finish the game as well.

(Laughter)

(Tawa)

So before Flappy Bird Box,

Sebelum Kotak Flappy Bird,

I had the idea of using creative engineering projects to teach students.

saya punya ide untuk menggunakan proyek teknik kreatif untuk mengajar.

When I was teaching at a middle school,

Saat saya mengajar di SMP,

we asked our students to build a robot from a standard technology kit.

kami meminta siswa kami membuat robot dari perkakas teknologi standar.

And I noticed that a lot of them seemed bored.

Saya menyadari bahwa banyak siswa terlihat bosan.

Then a few of them started taking pieces of paper

Lalu beberapa siswa mulai mengambil potongan kertas

and decorating their robots.

dan mempercantik robot mereka.

And then more of them got into it,

Kemudian semakin banyak siswa yang ikutan,

and they became more interested in the project.

dan mereka jadi lebih tertarik mengerjakannya.

So I started looking for more creative ways

Jadi saya mulai mencari lebih banyak cara kreatif

to introduce technology to students.

untuk memperkenalkan teknologi pada siswa.

What I found was that most technology kits available in school

Yang saya dapati adalah bahwa

kebanyakan perangkat teknologi yang tersedia di sekolah

look a little intimidating.

terlihat agak menakutkan.

They're all made of plastic parts that you can't customize.

Semua terbuat dari kepingan plastik yang tidak bisa disesuaikan.

On top of that, they're all very expensive,

Selain itu, perangkat yang tersedia sangat mahal,

costing hundreds of dollars per kit.

sampai ratusan dolar per paket.

So that's certainly not very affordable for most classroom budgets.

Jadi tidak terjangkau bagi anggaran kelas umumnya.

Since I didn't find anything,

Karena tidak menemukan sesuatu yang bisa saya gunakan,

I decided to make something on my own.

saya memutuskan untuk membuatnya sendiri.

I started with paper and fabric.

Saya mulai dengan kertas dan kain,

After all, we all played with those since we were kids,

karena kita semua pernah menggunakannya untuk bermain semasa kecil,

and they are also pretty cheap

harganya juga cukup murah,

and can be found anywhere around the house.

dan pasti ada di rumah.

And I prototyped a project

Saya membuat satu prototipe proyek

where students can create a light-up creature

dimana para siswa dapat membuat makhluk bercahaya

using fabric and googly eyes.

dengan menggunakan kain dan mata boneka.

They were all helping each other in classrooms,

Mereka saling membantu di ruang kelas,

and were laughing and discussing the project.

tertawa dan mendiskusikan proyek ini.

And most importantly,

Dan yang paling penting,

they were able to insert their own creativity into the project.

mereka bisa menunjukkan kreativitas mereka dalam proyek ini.

So because of the success of this project,

Karena kesuksesan proyek ini,

I continued to create more engineering projects

saya terus membuat lebih banyak proyek teknik

to challenge my students.

untuk menantang murid-murid saya.

And I also started to take these workshops outside of school

Saya juga mulai mengisi workshop di luar sekolah

and into the community.

dan di komunitas masyarakat.

And something really interesting happened.

Sesuatu yang sangat menarik terjadi.

I noticed a lot of people from very diverse backgrounds

Saya memperhatikan ada banyak orang dari latar belakang berbeda

started coming to our workshops.

yang mulai datang ke workshop kami.

And specifically,

Dan terutama,

there were a lot more women and minorities than I expected,

ada lebih banyak perempuan dan kelompok minoritas,

and that you wouldn't usually see at a traditional engineering workshop.

yang biasanya jarang sekali datang ke workshop teknik biasa.

Now take a look at this employee report at a major technology company in 2016.

Ini adalah laporan karyawan di satu perusahaan teknologi besar di tahun 2016.

Women make up only 19 percent of the technology workforce.

Perempuan hanya menempati 19% karyawan di bidang teknik.

And underrepresented minorities make up only four percent.

Dan karyawan dari kelompok minoritas yang jarang terwakili hanyalah 4%.

This statistic might look familiar

Statistik ini mungkin terlihat familiar

if you walked into a high school robotics club,

kalau Anda mengunjungi klub robot SMA

or a college engineering class.

atau kelas teknik universitas.

Now, there's a wide variety of problems

Ada berbagai masalah yang menyebabkan

that contribute to the lack of diversity in the technology force.

minimnya keragaman di sektor teknologi.

Perhaps one solution could be

Mungkin salah satu solusinya adalah

to introduce technology to students through creative projects.

dengan memperkenalkan teknologi pada siswa melalui proyek-proyek kreatif.

I'm not saying that this could solve everything,

Saya tidak mengatakan bahwa ini akan menyelesaikan semua masalah,

but it could introduce technology

tapi ini dapat memperkenalkan teknologi

to people who originally wouldn't be interested in it

kepada orang-orang yang awalnya tidak tertarik,

because of how it has been portrayed and taught in school.

karena cara sekolah selama ini menjelaskan dan mengajarkan teknologi.

So how do we start to change the perception of technology?

Jadi, bagaimana kita mulai mengubah persepsi tentang teknologi?

Most students think that it's boring or unwelcoming,

Kebanyakan siswa berpikir bahwa teknologi membosankan dan tidak mengundang

so I have always designed projects following three principles.

jadi saya selalu menggunakan tiga prinsip dalam mendesain proyek teknik.

First is having a low floor,

Pertama adalah 'permulaan sederhana,'

and that means this project is easy to get started.

artinya proyek ini bisa dimulai dengan mudah.

So take a look at this tutorial.

Mari lihat tutorial ini.

The first project we asked students to learn

Pada proyek pertama, kami meminta siswa belajar

is to make a circuit on paper.

untuk membuat sirkuit di atas kertas.

As you can see, it doesn't take very long to learn,

Anda lihat, tidak makan waktu lama untuk mempelajarinya,

and it's pretty easy even for beginners.

dan ini mudah bagi pemula.

And having a low floor also means that we're removing the financial barrier

'Permulaan sederhana' juga berarti kami meniadakan masalah keuangan

that prevents people from completing a project.

yang menghalangi siswa menyelesaikan proyek.

So with paper, copper tape, lightbulb and a battery,

Dengan kertas, selotip tembaga, bola lampu, dan sebuah baterai,

people can complete this project for under a dollar.

mereka bisa melakukannya dengan uang kurang dari satu dolar.

So second principle is having a high ceiling.

Prinsip kedua adalah 'batasan tinggi.'

This means that there's a lot of room to grow,

Ini berarti siswa punya kesempatan luas untuk berkembang,

and students are constantly being challenged.

dan mereka terus-menerus ditantang.

At first it might just be a light-up creature,

Pertama mungkin hanya makhluk berkelap-kelip,

but then you can add sensors and microcontrollers,

tapi kita kemudian bisa menambahkan sensor dan pengontrol mikro

and start to program the creature to interact with its environment.

dan mulai memprogram makhluk ini untuk berinteraksi dengan lingkungan.

(Laughter)

(Tawa)

And finally,

Yang terakhir,

the third principle is customization.

prinsip ketiga adalah 'penyesuaian.'

This means that we can make this project relevant to anyone.

Ini artinya kita bisa membuat proyek ini relevan bagi siapa pun.

That's the beauty of using everyday materials;

Itulah bagusnya menggunakan material sehari-hari;

it's very easy to customize using paper and fabric.

sangat mudah menyesuaikan proyek hanya dengan kertas dan kain.

So even if you don't like Flappy Bird,

Jadi, meskipun Anda tidak suka Flappy Bird,

you can still make your own game.

Anda masih bisa membuat game sendiri.

(Video) Student: So our game is about Justin Bieber,

(Video) Murid: Game kami tentang Justin Bieber,

because he's been speeding,

karena dia mengebut,

and the object is to prevent him from getting caught by the LAPD --

dan tujuan game-nya adalah agar dia tidak tertangkap oleh polisi --

(Laughter)

(Tawa)

(Video) Student: Yeah, but he's changing so --

(Video) Siswa: Ya, tapi dia sudah berubah, jadi--

we're a part of his posse.

kami mendukungnya sekarang.

(Laughter)

(Tawa)

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)