9/11 healing: The mothers who found forgiveness, friendship

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Irma Amelia

Phyllis Rodriguez: We are here today

Phyllis Rodriguez: Kami ada di sini sekarang

because of the fact

karena kenyataan

that we have what most people consider

bahwa kami memiliki apa yang dianggap kebanyakan orang

an unusual friendship.

sebagai persahabatan yang tidak biasa.

And it is.

Begitulah.

And yet, it feels natural to us now.

Namun, kini hal ini terasa alami bagi kami.

I first learned

Mulanya saya mengetahui

that my son had been in the World Trade Center

bahwa putra saya berada di World Trade Center

on the morning of September 11th, 2001.

pada pagi hari 11 September 2001.

We didn't know

Kami belum mengetahui

if he had perished yet

bahwa dia telah hilang

until 36 hours later.

sampai 36 jam kemudian.

At the time,

Saat itu,

we knew that it was political.

kami tahu bahwa itu adalah politik.

We were afraid of what our country was going to do

Kami takut pada apa yang akan dilakukan negara kami

in the name of our son --

dalam nama putra kami --

my husband, Orlando, and I and our family.

suami saya, Orlando, saya, dan keluarga kami.

And when I saw it --

Saat pertama kali saya melihatnya --

and yet, through the shock,

namun, selama melalui goncangan ini,

the terrible shock,

goncangan mengerikan ini,

and the terrible explosion in our lives, literally,

dan ledakan mengerikan dalam hidup kami, secara harfiah,

we were not vengeful.

kami tidak dendam.

And a couple of weeks later

Dan dua minggu kemudian

when Zacarias Moussaoui was indicted

saat Zacharias Moussaou didakwa

on six counts of conspiracy to commit terrorism,

dalam enam tuntutan konspirasi melakukan terorisme,

and the U.S. government called for a death penalty

dan pemerintah Amerika Serikat menyerukan pidana mati

for him, if convicted,

untuknya, jika terbukti,

my husband and I spoke out

saya dan suami saya berbicara

in opposition to that, publicly.

untuk menentangnya, secara publik.

Through that

Melalui hal itu

and through human rights groups,

dan melalui kelompok-kelompok hak asasi

we were brought together

kami dibawa menemui

with several other victims' families.

beberapa keluarga korban lainnya.

When I saw Aicha in the media,

Saat saya melihat Aicha di media

coming over when her son was indicted,

datang saat putranya dituntut di pengadilan,

and I thought, "What a brave woman.

saya berpikir, "Betapa beraninya perempuan itu.

Someday I want to meet that woman when I'm stronger."

Suatu hari saya ingin bertemu dengannya saat saya lebih kuat."

I was still in deep grief;

Saya masih sangat berduka.

I knew I didn't have the strength.

Saya tahu saya tidak memiliki kekuatan.

I knew I would find her someday,

Saya tahu saya akan menemukannya suatu hari nanti,

or we would find each other.

atau kita akan saling menemukan.

Because, when people heard that my son was a victim,

Karena, saat orang-orang mendengar putra saya menjadi korban,

I got immediate sympathy.

saya segera mendapat simpati.

But when people learned

Namun saat orang-orang tahu

what her son was accused of,

bahwa putranya sedang dituntut,

she didn't get that sympathy.

dia tidak mendapat simpati itu.

But her suffering is equal to mine.

Namun penderitaannya sama dengan saya.

So we met in November 2002,

Kami bertemu pada bulan November 2002.

and Aicha will now tell you

Dan sekarang Aicha akan memberi tahu Anda

how that came about.

tentang hal ini.

(Translator) Aicha el-Wafi: Good afternoon, ladies and gentlemen.

(Penerjemah) Aicha el-Wafi: Selamat sore, para hadirin.

I am the mother of Zacarias Moussaoui.

Saya adalah ibu dari Zacharias Moussaoui.

And I asked

Dan saya meminta

the Organization of Human Rights

Organisasi Hak-Hak Asasi manusia

to put me in touch with the parents of the victims.

untuk mempertemukan saya dengan orang tua dari para korban.

So they introduced me

Jadi mereka mengenalkan saya

to five families.

kepada lima keluarga.

And I saw Phyllis, and I watched her.

Dan saya melihat Phyllis, saya memperhatikannya.

She was the only mother in the group.

Dia adalah satu-satunya ibu dalam kelompok itu.

The others were brothers, sisters.

Yang lain adalah saudara.

And I saw in her eyes

Dan saya melihat di matanya

that she was a mother, just like me.

bahwa dia adalah ibu, seperti saya.

I suffered a lot as a mother.

Saya banyak mengalami penderitaan sebagai seorang ibu.

I was married when I was 14.

Saya menikah pada usia 14 tahun.

I lost a child when I was 15,

Saya kehilangan anak saya pada usia 15 tahun

a second child when I was 16.

anak kedua lahir saat saya berusia 16 tahun.

So the story with Zacarias was too much really.

Jadi kisah bersama Zacharias benar-benar terlalu banyak.

And I still suffer,

Dan saya masih menderita,

because my son

karena putra saya,

is like he's buried alive.

seperti terkubur hidup-hidup.

I know she really cried for her son.

Saya tahu dia benar-benar menangis untuk putranya.

But she knows where he is.

Namun dia tahu di mana putranya berada.

My son, I don't know where he is.

Putra saya, saya tidak tahu dia ada di mana.

I don't know if he's alive. I don't know if he's tortured.

Saya tidak tahu apakah dia masih hidup, apakah dia disiksa.

I don't know what happened to him.

Saya tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

So that's why I decided to tell my story,

Itulah mengapa saya memutuskan untuk menceritakan kisah saya

so that my suffering is something positive for other women.

sehingga penderitaan saya menjadi sesuatu yang positif untuk para perempuan.

For all the women, all the mothers that give life,

Bagi semua perempuan, semua ibu yang memberikan kehidupan,

you can give back,

Anda dapat mengembalikannya,

you can change.

Anda dapat mengubahnya.

It's up to us women,

Itu semua terserah pada kita

because we are women,

karena kita adalah perempuan,

because we love our children.

karena kita mencintai anak-anak kita.

We must be hand-in-hand

Kita harus bersatu

and do something together.

dan melakukan sesuatu bersama.

It's not against women,

Ini bukan melawan para perempuan,

it's for us, for us women,

ini untuk kita, para perempuan,

for our children.

untuk anak-anak kita.

I talk against violence, against terrorism.

Saya berbicara melawan kekerasan dan terorisme.

I go to schools

Saya pergi ke sekolah-sekolah

to talk to young, Muslim girls

untuk berbicara dengan gadis Muslim muda

so they don't accept to be married against their will very young.

sehingga mereka tidak mau dipaksa menikah muda.

So if I can save one of the young girls,

Sehingga jika saya dapat menyelamatkan satu gadis muda ini

and avoid that they get married and suffer as much as I did,

dan mencegah mereka dinikahkan dan menderita seperti yang saya rasakan

well this is something good.

itu hal yang baik.

This is why I'm here in front of you.

Itulah mengapa saya di sini, di depan Anda semua.

PR: I would like to say

PR: Saya ingin mengatakan

that I have learned so much from Aicha,

bahwa saya telah belajar banyak dari Aicha,

starting with that day we had our very first meeting

sejak hari pertama kami bertemu

with other family members --

dengan anggota keluarga lainnya --

which was a very private meeting with security,

yang merupakan pertemuan sangat rahasia dengan penjagaan,

because it was November 2002,

karena saat itu bulan November 2002,

and, frankly, we were afraid of the super-patriotism of that time in the country --

dan sejujurnya, kami takut dengan patriotisme berlebihan di negara ini pada saat itu --

those of us family members.

dari anggota keluarga kami.

But we were all so nervous.

Namun kita semua sangat gugup.

"Why does she want to meet us?"

"Mengapa dia mau menemui kami?"

And then she was nervous.

Lalu dia juga sangat gugup.

"Why did we want to meet her?"

"Mengapa kami mau menemuinya?"

What did we want from each other?

Apa yang kami inginkan satu sama lain?

Before we knew each others' names, or anything,

Sebelum kami saling mengetahui nama masing-masing

we had embraced and wept.

kami telah berpelukan dan menangis.

Then we sat in a circle

Lalu kami duduk di dalam lingkaran

with support, with help,

dengan dukungan, bantuan

from people experienced in this kind of reconciliation.

dari orang-orang yang berpengalaman dalam rekonsiliasi seperti ini.

And Aicha started,

Dan Aicha memulai,

and she said,

dan dia berkata,

"I don't know if my son

"Saya tidak tahu apakah putra saya

is guilty or innocent,

bersalah atau tidak,

but I want to tell you how sorry I am

namun saya ingin memberi tahu saya sangat menyesal

for what happened to your families.

pada apa yang terjadi pada keluargamu.

I know what it is to suffer,

Saya tahu arti penderitaan,

and I feel that if there is a crime,

dan saya merasa, jika itu akibat kejahatan,

a person should be tried fairly and punished."

orang itu harus dihakimi dengan adil dan dihukum."

But she reached out to us in that way,

Namun dia menjangkau kami dengan cara seperti itu.

and it was, I'd like to say, it was an ice-breaker.

Saya ingin mengatakan bahwa hal itu adalah penghancur kebekuan.

And what happened then is we all told our stories,

Dan apa yang terjadi adalah kami saling bercerita

and we all connected as human beings.

dan kami terhubung sebagai manusia.

By the end of the afternoon --

Pada sore harinya --

it was about three hours after lunch --

sekitar tiga jam setelah makan siang --

we'd felt as if we'd known each other forever.

kami merasa seperti kami telah lama saling mengenal.

Now what I learned from her,

Kini apa yang saya pelajari darinya,

is a woman, not only who could be so generous

adalah seorang perempuan, tidak hanya dapat menjadi sangat murah hati

under these present circumstances

dalam keadaan seperti sekarang ini

and what it was then,

dan keadaan sebelumnya,

and what was being done to her son,

apa yang dilakukan kepada putranya

but the life she's had.

namun kehidupan yang dia miliki.

I never had met

Saya tidak pernah bertemu

someone with such a hard life,

dengan seseorang yang memiliki kehidupan sesulit itu

from such a totally different culture and environment from my own.

dari budaya dan lingkungan yang benar-benar berbeda dengan saya.

And I feel

Dan saya merasa

that we have

bahwa kami memiliki

a special connection,

hubungan khusus

which I value very much.

yang sangat bernilai bagi saya.

And I think it's all about

Dan saya pikir semua ini adalah tentang

being afraid of the other,

ketakutan terhadap orang lain,

but making that step

namun membuat langkah itu

and then realizing, "Hey, this wasn't so hard.

kemudian menyadari, "Hey, ini tidak sulit.

Who else can I meet that I don't know,

Siapa lagi orang asing yang saya dapat temui

or that I'm so different from?"

atau orang yang berbeda dengan saya?"

So, Aicha,

Jadi Aicha,

do you have a couple of words

apakah ada yang ingin dikatakan

for conclusion?

sebagai penutup?

Because our time is up.

Karena waktu kita sudah habis.

(Laughter)

(Tawa)

(Translator) AW: I wanted to say

(Penerjemah) AW: Saya ingin mengatakan

that we have to try to know other people, the other.

bahwa kita harus mencoba mengetahui tentang orang lain.

You have to be generous,

Anda harus murah hati,

and your hearts must be generous,

hati Anda harus murah hati,

your mind must be generous.

pikiran Anda harus murah hati.

You must be tolerant.

Anda harus toleran.

You have to fight against violence.

Anda harus menentang kekerasan.

And I hope that someday we'll all live together

Dan saya harap suatu hari kita akan hidup bersama

in peace and respecting each other.

dengan damai dan saling menghormati.

This is what I wanted to say.

Inilah yang ingin saya katakan.

(Applause)

(Tepuk tangan)