Letting go of God | Julia Sweeney

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Ade Indarta

On September 10, the morning of my seventh birthday,

Pada pagi 10 September, hari ulang tahun saya yang ke-7,

I came downstairs to the kitchen, where my mother was washing the dishes

saya berjalan menuju dapur; ibu sedang mencuci piring

and my father was reading the paper or something,

dan ayah saya sedang membaca koran atau apapun itu,

and I sort of presented myself to them in the doorway, and they said,

dan saya sengaja berdiri di depan pintu, dan mereka berkata,

"Hey, happy birthday!" And I said, "I'm seven."

"Selamat ulang tahun." Saya menjawab, "Aku sudah 7 tahun."

And my father smiled and said,

Ayah saya tersenyum dan berkata,

"Well, you know what that means, don't you?"

"Kamu tahu artinya kan?"

And I said, "Yeah, that I'm going to have a party

Lalu saya mengatakan, "Ya, akan ada pesta, kue,

and a cake and get a lot of presents?"

dan banyak hadiah untukku?" Dan ayah menjawab, "Iya.

And my dad said, "Well, yes.

But more importantly,

Tapi yang lebih penting lagi, tujuh tahun berarti kamu sudah menginjak usia kebijaksanaan,

being seven means that you've reached the age of reason,

and you're now capable of committing any and all sins against God and man."

dan semua dosa yang kamu lakukan akan dicatat oleh Tuhan sebagai dosamu."

(Laughter)

(Suara tawa)

Now, I had heard this phrase, "age of reason," before.

Saya sudah pernah mendengar "usia kebijaksanaan" sebelumnya.

Sister Mary Kevin had been bandying it about

Suster Mary Kevin sudah mengajarkannya

my second-grade class at school.

saat kelas 2 di sekolah. Namun saat dia mengajarkan hal itu,

But when she said it,

the phrase seemed all caught up in the excitement of preparations

frasa itu lenyap ditelan keasyikan persiapan

for our first communion and our first confession,

pengakuan dosa dan komuni pertama kami,

dan semua hanya tahu itu berarti pakaian dan kerudung putih,

and everybody knew that was really all about the white dress

and the white veil.

And anyway, I hadn't really paid all that much attention

dan begitulah, saya tidak benar-benar memperhatikan frasa "usia kebijaksanaan" itu.

to that phrase, "age of reason."

So, I said, "Yeah, yeah, age of reason. What does that mean again?"

Sehingga saya mengatakan, "Ya, usia kebijaksanaan. Lalu apa artinya?"

And my dad said, "Well, we believe, in the Catholic Church,

Ayah menjawab, "Begini, dalam Gereja Katolik kita percaya

that God knows that little kids don't know the difference between right and wrong,

Tuhan tahu anak kecil tidak bisa membedakan benar dan salah,

but when you're seven, you're old enough to know better.

tapi setelah usia 7 tahun, kamu sudah cukup besar untuk tahu.

Jadi, kamu sudah dewasa dan mencapai usia kebijaksanaan,

So, you've grown up and reached the age of reason,

and now God will start keeping notes on you,

sekarang Tuhan akan mulai menulis dan menyimpan catatan kelakuanmu."

and begin your permanent record."

(Laughter)

(Suara tawa)

And I said, "Oh ...

Saya berkata, "Oh. Tunggu sebentar. Maksud ayah selama ini,

Wait a minute.

You mean all that time, up till today,

sampai sekarang, Tuhan tidak tahu kalau aku anak baik?"

all that time I was so good, God didn't notice it?"

And my mom said, "Well, I noticed it."

Ibu saya mengatakan, "Ibu tahu kok."

(Laughter)

(Suara tawa)

And I thought, "How could I not have known this before?

Saya berpikir, "Mengapa aku tidak tahu sebelumnya?

How could it not have sunk in when they'd been telling me?

Mengapa mereka tidak pernah mengatakan ini sebelumnya?

Menjadi anak baik dan tidak ada gunanya.

All that being good and no real credit for it.

And worst of all, how could I not have realized

Lebih buruk lagi, mengapa aku baru menyadari informasi penting ini

this very important information

saat sudah tidak berguna lagi untukku?"

until the very day that it was basically useless to me?"

So I said, "Well, Mom and Dad, what about Santa Claus?

Lalu saya berkata, "Lalu, ayah, ibu, bagaimana dengan Sinterklas?

I mean, Santa Claus knows if you're naughty or nice, right?"

Sinterklas tahu aku ini anak baik atau nakal, kan?"

And my dad said, "Yeah, but, honey,

Ayah saya berkata, "Ya, tapi sayang,

I think that's technically just between Thanksgiving and Christmas."

tapi hanya di saat antara Thanksgiving dan Natal."

And my mother said, "Oh, Bob, stop it. Let's just tell her. I mean, she's seven.

Ibu saya berkata, "Oh, Bob, hentikan. Kita katakan saja.

Dia sudah tujuh tahun. Julie, Sinterklas itu tidak ada."

Julie, there is no Santa Claus."

(Laughter)

(Suara tawa)

Now, this was actually not that upsetting to me.

Itu sebenarnya tidak begitu membuat saya kecewa.

My parents had this whole elaborate story about Santa Claus:

Orang tua saya pernah menjelaskan kisah ini tentang Sinterklas:

how they had talked to Santa Claus himself and agreed

bahwa mereka telah meminta Sinterklas

that instead of Santa delivering our presents

untuk tidak mengantarkan hadiah kami di malam Natal

over the night of Christmas Eve,

seperti keluarga-keluarga lainnya

like he did for every other family who got to open their surprises

yang akan mendapatkan kejutan mereka pada pagi harinya,

first thing Christmas morning,

our family would give Santa more time.

keluarga kami menyediakan lebih banyak waktu kepada Sinterklas.

Santa would come to our house while we were at nine o'clock high mass

Sinterklas akan datang ke rumah kami saat misa jam 9 pagi

on Christmas morning, but only if all of us kids did not make a fuss.

di hari Natal, tapi hanya jika kami semua, anak-anak, tidak bertengkar.

Which made me very suspicious.

Yang membuat saya curiga.

It was pretty obvious that it was really our parents giving us the presents.

Cukup kentara kalau orang tua kamilah yang memberi hadiah.

I mean, my dad had a very distinctive wrapping style,

Maksud saya, cara membungkus kado ayah saya sangat khas,

and my mother's handwriting was so close to Santa's.

dan tulisan ibu saya mirip sekali dengan Sinterklas.

(Laughter)

Plus, why would Santa save time by having to loop back

Terlebih lagi, bagaimana Sinterklas menghemat waktu kalau dia harus kembali

to our house after he'd gone to everybody else's?

ke rumah kami setelah ke rumah semua orang?

There was only one obvious conclusion to reach from this mountain of evidence:

Hanya ada satu kesimpulan jelas dari gunungan bukti ini:

our family was too strange and weird for even Santa Claus to come visit,

keluarga kami terlalu ganjil dan aneh

untuk dikunjungi Sinterklas,

and my poor parents were trying to protect us from the embarrassment,

dan orang tua saya yang malang mencoba melindungi kami dari rasa malu,

this humiliation of rejection by Santa, who was jolly --

dari penghinaan karena Sinterklas yang periang itu menolak kami.

but let's face it, he was also very judgmental.

Walau pun, Sinterklas juga suka menghakimi.

So to find out that there was no Santa Claus at all

Jadi saya merasa lega setelah tahu bahwa sebenarnya Sinterklas itu tidak ada.

was actually sort of a relief.

I left the kitchen not really in shock about Santa,

Saat pergi dari dapur, saya tidak terkejut karena Sinterklas

but rather, I was just dumbfounded

namun saya agak tercengang

about how I could have missed this whole age of reason thing.

tentang bagaimana saya melewatkan semua hal tentang usia kebijaksanaan ini.

It was too late for me, but maybe I could help someone else,

Sudah terlambat untuk saya, namun mungkin saya dapat menolong yang lain,

someone who could use the information.

seseorang yang dapat menggunakan informasi ini.

They had to fit two criteria:

Mereka harus memenuhi dua syarat:

they had to be old enough to be able to understand

cukup besar untuk dapat mengerti

the whole concept of the age of reason, and not yet seven.

konsep usia kebijaksanaan ini, dan belum berusia 7 tahun.

The answer was clear: my brother Bill. He was six.

Jawabannya jelas: adik saya Bill. Usianya 6 tahun.

Well, I finally found Bill

Akhirnya saya menemukan Bill sekitar satu blok dari rumah kami

about a block away from our house at this public school playground.

di tempat bermain sekolah. Saat itu hari Sabtu,

It was a Saturday, and he was all by himself,

dan dia sendirian, sedang menendang bola ke tembok.

just kicking a ball against the side of a wall.

I ran up to him and said, "Bill!

Saya mendatanginya dan berkata, "Bill,

I just realized that the age of reason starts when you turn seven,

aku baru tahu kalau usia kebijaksanaan dimulai pada usia 7 tahun,

and then you're capable of committing any and all sins

dan baru sesudah itu dosa-dosamu akan dicatat

against God and man."

oleh Tuhan." Dan Bill berkata, "Jadi?" Lalu saya menjawab,

And Bill said, "So?"

And I said, "So, you're six.

"Kamu baru 6 tahun. Masih tersisa setahun untuk melakukan apapun

You have a whole year to do anything you want to and God won't notice it."

dan Tuhan tidak akan tahu." Dan dia berkata, "Jadi?" Dan saya menjawab

And he said, "So?"

And I said, "So? So everything!"

"Jadi? Semuanya!" Dan saya hendak berlari. Saya sangat marah padanya.

And I turned to run. I was so angry with him.

But when I got to the top of the steps,

Namun setelah menaiki tangga, saya langsung berbalik

I turned around dramatically and said,

dan berkata, "Oh, Bill, Sinterklas itu tidak ada."

"Oh, by the way, Bill -- there is no Santa Claus."

(Laughter)

(Suara tawa)

Now, I didn't know it at the time,

Pada saat itu saya tidak tahu

but I really wasn't turning seven on September 10th.

bahwa saya tidak benar-benar berulang tahun pada tanggal 10 September.

For my 13th birthday,

Untuk ulang tahun ke-13, saya merencanakan pesta piyama dengan beberapa teman perempuan saya,

I planned a slumber party with all of my girlfriends,

but a couple of weeks beforehand my mother took me aside and said,

namun beberapa minggu sebelumnya, ibu saya datang dan mengatakan,

"I need to speak to you privately.

"Aku harus bicara pribadi denganmu.

September 10th is not your birthday. It's October 10th."

Ulang tahunmu bukan 10 September, tapi 10 Oktober." Dan saya berkata, "Apa?"

And I said, "What?"

(Laughter)

And she said ...

(Suara tawa)

Ibu mengatakan, "Dengar. Tanggal terakhir untuk bisa masuk TK adalah 15 September."

(Laughter)

"Listen. The cut-off date to start kindergarten was September 15th."

(Laughter)

(Suara tawa)

"So I told them that your birthday was September 10th,

"Jadi aku bilang kamu lahir tanggal 10 September,

and then I wasn't sure

dan ibu tidak yakin kalau kamu bisa merahasiakan ini,

that you weren't just going to go blab it all over the place,

so I started to tell you your birthday was September 10th.

jad ibu memberitahumu kalau kamu lahir tanggal 10 September.

But, Julie, you were so ready to start school, honey. You were so ready."

Tapi, Julie, kamu sudah siap bersekolah, sayang. Benar-benar sudah siap."

I thought about it, and when I was four,

Saya memikirkannya, saat saya berusia 4 tahun,

I was already the oldest of four children,

saya sudah menjadi anak sulung dari empat bersaudara,

and my mother even had another child to come,

dan ibu saya bahkan mengajak anak lainnya untuk datang

so what I think she -- understandably -- really meant

jadi saya rasa maksud sebenarnya adalah ibulah yang sangat siap,

was that she was so ready, she was so ready.

dia sudah sangat siap. Lalu ibu berkata,

Then she said, "Don't worry, Julie.

Every year on October 10th,

"Jangan takut, Julie, setiap tahun tanggal 10 Oktober saat hari ulang tahunmu

when it was your birthday but you didn't realize it,

kamu tidak menyadarinya, ibu selalu

I made sure that you ate a piece of cake that day."

memberimu sepotong kue saat itu."

(Laughter)

(Suara tawa)

Which was comforting, but troubling.

Yang cukup menghibur, namun mengganggu.

My mother had been celebrating my birthday with me, without me.

Ibu selalu merayakan ulang tahun saya, baik dengan saya atau pun tidak.

(Laughter)

What was so upsetting about this new piece of information

Yang sangat mengecewakan tentang informasi baru ini

was not that I had to change the date of my slumber party

bukanlah saya harus mengubah tanggal pesta piyama

with all of my girlfriends.

bersama teman-teman perempuan saya,

What was most upsetting was that this meant I was not a Virgo.

apa yang paling mengecewakan adalah berarti saya tidak berbintang Virgo.

I had a huge Virgo poster in my bedroom.

Saya punya poster Virgo besar di kamar,

And I read my horoscope every single day,

dan saya membaca ramalan bintang setiap hari, dan sangat cocok.

and it was so totally me.

(Laughter)

(Suara tawa)

And this meant that I was a Libra?

Artinya saya berbintang Libra?

So, I took the bus downtown to get the new Libra poster.

Jadi saya pergi ke kota untuk membeli poster Libra.

The Virgo poster is a picture of a beautiful woman with long hair,

Poster Virgo adalah gambar wanita cantik berambut panjang

sort of lounging by some water,

yang sedang duduk ditemani air,

but the Libra poster is just a huge scale.

namun poster Libra hanyalah timbangan besar.

This was around the time that I started filling out physically,

Saat itu badan saya mulai bertambah gemuk

and I was filling out a lot more than a lot of the other girls,

saya jauh lebih bertambah gemuk dibandingkan gadis-gadis lainnya,

and frankly, the whole idea that my astrological sign was a scale

dan sejujurnya, bintang saya yang berlambang timbangan

just seemed ominous and depressing.

tampak menakutkan dan menyedihkan.

(Laughter)

(Suara tawa)

But I got the new Libra poster,

Namun saya tetap membeli poster Libra

and I started to read my new Libra horoscope,

dan mulai membaca ramalan bintang Libra

and I was astonished to find that it was also totally me.

dan saya heran karena itu juga cocok dengan saya.

(Laughter)

It wasn't until years later, looking back

Namun bertahun-tahun kemudian, mengingat kembali

on this whole age-of-reason, change-of-birthday thing,

semua tentang usia kebijaksanaan dan hari ulang tahun,

that it dawned on me:

saya tersadar, saya belum berusia 7 tahun

I wasn't turning seven when I thought I turned seven.

saat saya berpikir sudah 7 tahun. Saya memiliki sebulan penuh

I had a whole other month

to do anything I wanted to before God started keeping tabs on me.

untuk melakukan apapun yang saya mau sebelum Tuhan mulai mengawasi saya.

Oh, life can be so cruel.

Oh, hidup ini sangat kejam.

One day, two Mormon missionaries came to my door.

Suatu hari, dua misionaris Mormon datang ke rumah saya.

Now, I just live off a main thoroughfare in Los Angeles,

Saya tinggal di dekat sebuah jalan utama di Los Angeles,

and my block is -- well, it's a natural beginning

dan blok saya -- yah, tidak aneh kalau menjadi awal

for people who are peddling things door to door.

dari orang yang berjualan dari rumah ke rumah.

Sometimes I get little old ladies from the Seventh Day Adventist Church

Pernah ada seorang wanita lanjut dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

showing me these cartoon pictures of heaven.

yang menunjukkan gambar-gambar kartun surga.

And sometimes I get teenagers who promise me

Pernah juga ada remaja yang berjanji mereka tidak akan bergabung dengan geng

that they won't join a gang and just start robbing people,

dan merampok hanya jika saya

if I only buy some magazine subscriptions from them.

berlangganan majalah dari mereka.

So normally, I just ignore the doorbell, but on this day, I answered.

Jadi biasanya saya tidak menghiraukan bunyi bel, namun hari itu saya menjawab.

And there stood two boys, each about 19, in white, starched short-sleeved shirts,

Di sana ada dua pemuda, kira-kira berusia 19 tahun

memakai kemeja lengan pendek dengan tanda pengenal kecil

and they had little name tags

that identified them as official representatives

yang menunjukkan mereka adalah perwakilan resmi

dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir

of the Church of Jesus Christ of Latter-day Saints,

and they said they had a message for me, from God.

mereka berkata mereka membawa pesan dari Tuhan untuk saya.

I said, "A message for me? From God?" And they said, "Yes."

Saya berkata, "Pesan untuk saya? Dari Tuhan?" Dan mereka menjawab, "Iya."

Now, I was raised in the Pacific Northwest,

Saya dibesarkan di bagian Barat Laut Pasifik

around a lot of Church of Latter-day Saints people and, you know,

di tengah banyak orang dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir.

I've worked with them and even dated them,

Saya bekerja bersama dan bahkan pernah mengencani salah satunya,

but I never really knew the doctrine,

namun saya tidak pernah tahu doktrin atau apa yang mereka wartakan

or what they said to people when they were out on a mission,

saat mereka dalam misinya, dan saya rasa saya agak penasaran,

and I guess I was sort of curious, so I said, "Well, please, come in."

jadi saya berkata, "Masuklah." Dan mereka terlihat sangat senang,

And they looked really happy,

karena saya rasa hal itu tidak begitu sering terjadi.

because I don't think this happens to them all that often.

(Suara tawa)

(Laughter)

And I sat them down, and I got them glasses of water --

Saya duduk dan menyuguhkan segelas air --

Ok, I got it, I got it.

Baik, tidak apa-apa, segelas air.

I got them glasses of water.

Don't touch my hair, that's the thing.

Jangan sentuh rambut saya, itu saja.

(Laughter)

(Suara tawa)

You can't put a video of myself in front of me

Anda tidak mungkin memvideokan saya

and expect me not to fix my hair.

dan berharap saya tidak menata rambut saya dulu.

Ok.

(Suara tawa)

(Laughter)

Baik. Jadi saya duduk dan menyuguhkan segelas air,

So I sat them down and I got them glasses of water,

and after niceties, they said,

setelah berbasa-basi mereka berkata, "Kamu percaya Tuhan mengasihimu dengan segenap hati-Nya?"

"Do you believe that God loves you with all his heart?"

And I thought, "Well, of course I believe in God,

Saya pikir, "Sudah pasti saya percaya pada Tuhan,

but you know, I don't like that word 'heart,'

namun saya tidak menyukai kata hati,

because it anthropomorphizes God,

karena itu memanusiakan Tuhan,

and I don't like the word, 'his,' either, because that sexualizes God."

dan saya tidak menyukai kata "nya" karena menganggap Tuhan punya jenis kelamin."

But I didn't want to argue semantics with these boys,

Namun saya tidak mau beradu kata-kata dengan orang ini

so after a very long, uncomfortable pause, I said,

sehingga setelah lama terdiam, saya berkata

"Yes, yes, I do. I feel very loved."

"Ya. Saya merasa sangat dikasihi."

And they looked at each other and smiled,

Mereka saling menatap dan tersenyum

like that was the right answer.

seperti itulah jawaban yang benar. Lalu mereka berkata,

And then they said, "Do you believe

"Apa kamu percaya bahwa kita semua di Bumi ini bersaudara?"

that we're all brothers and sisters on this planet?"

Saya berkata, "Ya, saya percaya." Dan saya sangat lega

And I said, "Yes, I do."

And I was so relieved that it was a question I could answer so quickly.

karena pertanyaan itu dapat saya jawab dengan cepat.

And they said, "Well, then we have a story to tell you."

Lalu mereka berkata, "Begini, kami ingin menceritakan sesuatu."

And they told me this story all about this guy named Lehi,

Dan mereka bercerita tentang seorang pria bernama Lehi,

who lived in Jerusalem in 600 BC.

yang tinggal di Yerusalem pada tahun 600 SM.

Now, apparently in Jerusalem in 600 BC, everyone was completely bad and evil.

Tampaknya di Yerusalem pada tahun 600 SM,

semua orang benar-benar jahat dan kejam. Semua orang:

Every single one of them: man, woman, child, infant, fetus.

pria, wanita, anak-anak, bayi, janin.

And God came to Lehi and said to him,

Dan Tuhan mendatangi Lehi dan bersabda, "Bawalah keluargamu menuju sebuah perahu

"Put your family on a boat and I will lead you out of here."

dan Aku akan memimpinmu keluar dari sini." Dan Tuhan memimpin mereka.

And God did lead them.

He led them to America.

Dia membawa mereka ke Amerika.

I said, "America?

Saya berkata, "Amerika? Dari Yerusalem ke Amerika dengan perahu pada tahun 600 SM?"

(Laughter)

From Jerusalem to America by boat in 600 BC?"

And they said, "Yes."

Dan mereka menjawab, "Iya."

(Laughter)

(Suara tawa)

Then they told me how Lehi and his descendants

Lalu mereka bercerita bagaimana Lehi dan keturunannya

reproduced and reproduced, and over the course of 600 years,

beranak cucu dan dalam waktu 600 tahun

there were two great races of them, the Nephites and the Lamanites,

muncullah dua ras yang hebat, bangsa Nefi dan bangsa Laman,

and the Nephites were totally good -- each and every one of them --

bangsa Nefi sangat-sangat baik -- semuanya --

and the Lamanites were totally bad and evil --

dan bangsa Laman sangat jahat dan kejam --

semuanya jahat hingga merasuk ke tulang.

every single one of them just bad to the bone.

(Suara tawa)

Then, after Jesus died on the cross for our sins,

Jadi, setelah Yesus wafat di kayu salib karena dosa-dosa kita,

on his way up to heaven,

saat Dia terangkat ke surga, Dia singgah di Amerika dan mengunjungi bangsa Nefi.

he stopped by America and visited the Nephites.

(Laughter)

(Suara tawa)

And he told them that if they all remained totally, totally good --

Dan Dia menyuruh mereka untuk tetap menjadi orang baik --

semuanya --

each and every one of them --

they would win the war against the evil Lamanites.

mereka akan memenangi pertempuran dengan bangsa Laman yang kejam.

But apparently somebody blew it,

Namun sepertinya ada yang mengacaukannya

because the Lamanites were able to kill all the Nephites.

karena bangsa Laman dapat membunuh semua bangsa Nefi.

All but one guy, this guy named Mormon,

Kecuali satu orang, yang bernama Mormon,

who managed to survive by hiding in the woods.

yang berhasil selamat dengan bersembunyi di hutan.

And he made sure this whole story was written down

Dan dia memastikan bahwa seluruh kisah ini tertulis

in reformed Egyptian hieroglyphics chiseled onto gold plates,

dalam huruf hieroglif Mesir baru yang diukir pada piringan emas

which he then buried near Palmyra, New York.

yang dia kuburkan di dekat Palmyra, New York.

(Laughter)

(Suara tawa)

Well, I was just on the edge of my seat.

Saya hampir terjatuh dari kursi.

(Laughter)

(Suara tawa)

I said, "What happened to the Lamanites?"

Saya berkata, "Lalu bagaimana dengan bangsa Laman?"

And they said, "Well, they became our Native Americans, here in the U.S."

Dan mereka mengatakan, "Mereka adalah orang pribumi di Amerika Serikat."

Dan saya berkata, "Jadi kamu percaya orang pribumi Amerika adalah keturunan

And I said, "So, you believe the Native Americans are descended

from a people who were totally evil?"

dari orang yang benar-benar jahat?" Dan mereka menjawab, "Iya."

And they said, "Yes."

Then they told me how this guy named Joseph Smith

Mereka lalu bercerita bagaimana pria bernama Joseph Smith

found those buried gold plates right in his backyard,

menemukan piringan emas yang terkubur itu di halaman belakang rumahnya,

and he also found this magic stone back there that he put into his hat

dan dia juga menemukan batu ajaib yang dia pasang di topinya

di mana dia bisa memasukkan kepalanya dan dia dapat

and then buried his face into,

and this allowed him to translate the gold plates

menerjemahkan piringan emas itu dari bahasa Mesir kuno ke Inggris.

from the reformed Egyptian into English.

Well, at this point I just wanted to give these two boys some advice

Pada saat itu saya hanya ingin menasihati kedua pemuda itu

tentang cara mereka berjualan.

about their pitch.

(Laughter)

(Suara tawa)

I wanted to say --

Saya ingin mengatakan, "Jangan mulai dengan cerita yang ini."

(Applause)

"Ok, don't start with this story."

(Laughter)

I mean, even the Scientologists

Maksud saya, bahkan ilmuwan juga tahu mereka harus melakukan tes kepribadian sebelum mulai --

know to start with a personality test before they start --

(Applause)

(Tepuk tangan)

telling people all about Xenu, the evil intergalactic overlord.

-- bercerita tentang Xenu, raja galaksi yang kejam.

Then, they said, "Do you believe that God speaks to us

Namun kemudian mereka berkata, "Kamu percaya bahwa Tuhan berbicara

through his righteous prophets?"

dengan perantara nabi yang tepat?" Dan saya menjawab, "Tidak."

And I said, "No, I don't,"

because I was sort of upset about this Lamanite story

Karena saya agak kecewa dengan cerita bangsa Laman

dan cerita gila tentang piringan emas ini, namun sebenarnya

and this crazy gold plate story,

but the truth was, I hadn't really thought this through,

saya belum memikirkan itu, jadi saya mundur sedikit dan berkata,

so I backpedaled a little and I said,

"Well, what exactly do you mean by 'righteous'?

"Sebenarnya apa maksudnya dengan tepat?

And what do you mean by prophets? Like, could the prophets be women?"

Dan apa maksudmu dengan nabi? Contohnya, mungkinkah nabi itu wanita?"

And they said, "No." And I said, "Why?"

Dan mereka berkata, "Tidak." Dan saya bertanya, "Mengapa?" Dan mereka menjawab,

And they said, "Well, it's because God gave women a gift

"Karena Tuhan telah memberi karunia yang sangat luar biasa kepada wanita

that is so spectacular,

it is so wonderful, that the only gift he had left over to give men

Sangat luar biasa, sehingga karunia yang tersisa untuk diberikan kepada pria

was the gift of prophecy."

adalah untuk bernubuat."

What is this wonderful gift God gave women, I wondered?

Apa karunia luar biasa dari Tuhan untuk wanita ini, saya penasaran.

Mungkin kemampuan untuk bekerja sama dan menyesuaikan diri?

Maybe their greater ability to cooperate and adapt?

(Laughter)

Women's longer lifespan?

Usia yang lebih panjang? Fakta di mana wanita cenderung

The fact that women tend to be much less violent than men?

lebih lembut daripada pria? Bukan, itu bukanlah karunia seperti itu.

But no -- it wasn't any of these gifts.

They said, "Well, it's her ability to bear children."

Mereka berkata, "Kemampuan wanita untuk melahirkan."

I said, "Oh, come on.

Saya menjawab, "Oh, ayolah, walaupun wanita mencoba melahirkan

I mean, even if women tried to have a baby every single year

setiap tahun dari usia 15 tahun sampai 45 tahun,

from the time they were 15 to the time they were 45,

assuming they didn't die from exhaustion,

dengan asumsi mereka tidak mati kelelahan,

it still seems like some women would have some time left over

tampaknya beberapa wanita masih memiliki waktu yang tersisa

to hear the word of God."

untuk mendengar sabda Tuhan. Dan mereka menjawab, "Tidak."

And they said, "No."

(Laughter)

(Suara tawa)

Well, then they didn't look so fresh-faced and cute to me any more,

Mereka tidak terlihat segar dan imut lagi bagi saya,

namun masih ada lagi yang mereka bicarakan,

but they had more to say.

They said, "Well, we also believe that if you're a Mormon,

Mereka berkata, "Kami juga percaya jika kamu adalah Mormon

and if you're in good standing with the church,

dan prestasimu di gereja bagus, saat kamu meninggal

when you die, you get to go to heaven

kamu akan pergi ke surga dan bersama keluargamu selamanya."

and be with your family for all eternity."

And I said, "Oh, dear.

Dan saya berkata, "Ya ampun --

(Laughter)

(Suara tawa)

That wouldn't be such a good incentive for me."

-- itu dorongan yang benar-benar bagus untuk saya."

(Laughter)

(Suara tawa)

And they said, "Oh.

Dan mereka mengatakan, "Oh -- kami juga percaya

(Laughter)

Hey! Well, we also believe that when you go to heaven,

saat kamu pergi ke surga, tubuhmu akan kembali

you get your body restored to you in its best original state.

seperti semula.

Like, if you'd lost a leg, well, you get it back.

Seperti, jika kakimu hilang, kamu akan mendapatkannya lagi.

Or, if you'd gone blind, you could see."

Jika kamu buta, kamu akan bisa melihat."

I said, "Oh. Now, I don't have a uterus,

Saya berkata, "Oh -- sekarang saya tidak punya rahim karena kanker

because I had cancer a few years ago.

beberapa tahun lalu. Jadi, apa itu artinya jika saya pergi ke surga

So does this mean that if I went to heaven,

I would get my old uterus back?"

rahim saya akan kembali?" Dan mereka menjawab, "Tentu saja."

And they said, "Sure."

And I said, "I don't want it back. I'm happy without it." Gosh.

Dan saya mengatakan, "Saya tidak mau. Saya senang rahim saya tidak ada." Astaga.

What if you had a nose job and you liked it?

Bagaimana orang yang hidungnya dioperasi plastik dan merasa senang?

(Laughter)

(Suara tawa)

Would God force you to get your old nose back?

Apa Tuhan akan memaksa hidung Anda kembali seperti semula?

Then they gave me this Book of Mormon,

Kemudian mereka memberikan Kitab Mormon ini

told me to read this chapter and that chapter,

dan menyuruh untuk membaca bab ini dan bab itu,

and said they'd come back and check in on me,

dan mereka berkata akan kembali suatu hari dan memeriksanya,

saya rasa saya mengatakan seperti, "Jangan cepat-cepat,"

and I think I said something like, "Please don't hurry,"

atau mungkin, "Tidak usah," dan merekapun pergi.

or maybe just, "Please don't," and they were gone.

Ok, so I initially felt really superior to these boys,

Baik, jadi awalnya saya merasa hebat dibandingkan pemuda ini

and smug in my more conventional faith.

dan puas akan iman saya yang lebih konvensional. Namun

But then the more I thought about it, the more I had to be honest with myself.

semakin saya memikirkannya, semakin saya harus jujur pada diri sendiri.

Jika seseorang mengetuk rumah saya dan saya mendengar teologi Katolik

If someone came to my door

and I was hearing Catholic theology and dogma for the very first time,

dan ajaran agama itu untuk pertama kalinya dan mereka berkata,

and they said, "We believe that God impregnated a very young girl

"Kami percaya Tuhan membuat seorang gadis muda mengandung

without the use of intercourse,

tanpa persetubuhan

and the fact that she was a virgin is maniacally important to us."

dan fakta bahwa dia adalah perawan sungguh penting bagi kita --

(Laughter)

(Suara tawa)

"And she had a baby, and that's the son of God,"

-- dan dia melahirkan, dan anak itu adalah Putra Allah,"

I mean, I would think that's equally ridiculous.

Maksud saya, saya akan merasa hal itu sama konyolnya.

I'm just so used to that story.

Saya hanya terbiasa dengan kisah itu.

(Laughter)

(Suara tawa)

So, I couldn't let myself feel condescending towards these boys.

Jadi saya tidak bisa membiarkan diri saya merendahkan pemuda ini.

But the question they asked me when they first arrived

Namun pertanyaan pertama mereka saat mereka datang

benar-benar teringat dalam kepala saya.

really stuck in my head:

Did I believe that God loved me with all his heart?

Apa saya percaya Tuhan mengasihi saya dengan segenap hati-Nya?

Because I wasn't exactly sure how I felt about that question.

Karena saya tidak yakin tentang perasaan saya akan pertanyaan itu.

Kalau mereka bertanya,

Now, if they had asked me,

"Do you feel that God loves you with all his heart?"

Apa kamu merasa Tuhan mengasihimu dengan segenap hati-Nya?

Well, that would have been much different, I think I would have instantly answered,

Itu akan benar-benar sangat berbeda. Saya rasa saya akan langsung menjawab,

"Ya, saya merasakannya setiap saat. Saya merasakan kasih Tuhan saat sedih dan bingung,

"Yes, yes, I feel it all the time.

I feel God's love when I'm hurt and confused,

and I feel consoled and cared for.

saya merasa dihibur dan dijaga. Saya berlindung dalam kasih Tuhan

I take shelter in God's love when I don't understand why tragedy hits,

saat saya tidak tahu mengapa tragedi itu terjadi,

and I feel God's love when I look with gratitude at all the beauty I see."

saya merasakan kasih Tuhan dengan penuh syukur pada semua keindahan yang saya lihat."

But since they asked me that question with the word "believe" in it,

Namun karena mereka bertanya dengan kata "percaya,"

somehow it was all different,

entah bagaimana terasa berbeda

because I wasn't exactly sure if I believed what I so clearly felt.

karena saya tidak yakin jika saya percaya apa yang sungguh saya rasakan.