The clues to a great story | Andrew Stanton | TED

Translator: Nadia Liandi Putri Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

A tourist is backpacking

Seorang turis sedang berpetualang

through the highlands of Scotland,

melewati pegunungan Skotlandia,

and he stops at a pub to get a drink.

dan dia berhenti di sebuah bar untuk membeli minuman.

And the only people in there is a bartender

Dan di sana hanya ada seorang bartender

and an old man nursing a beer.

dan laki-laki tua yang meminum birnya perlahan-lahan.

And he orders a pint, and they sit in silence for a while.

Dia memesan satu gelas bir dan mereka duduk diam untuk beberapa waktu.

And suddenly the old man turns to him and goes,

Dan tiba-tiba sang laki-laki tua menoleh dan berkata,

"You see this bar?

"Kamu lihat bar ini?

I built this bar with my bare hands

Aku membangunnya dengan tangan kosong

from the finest wood in the county.

dari kayu terbaik di daerah ini.

Gave it more love and care than my own child.

Memberi cinta dan kasih sayang melebihi anakku sendiri.

But do they call me MacGregor the bar builder? No."

Tapi apa mereka memanggilku MacGregor si pembuat bar? Tidak."

Points out the window.

Dia menunjuk ke luar jendela.

"You see that stone wall out there?

"Kamu lihat tembok batu di luar sana?

I built that stone wall with my bare hands.

Aku membangun tembok batu itu dengan tangan kosong.

Found every stone, placed them just so through the rain and the cold.

Mencari setiap batu, menaruhnya sesempurna mungkin bahkan saat dingin dan hujan.

But do they call me MacGregor the stone wall builder? No."

Tapi apa mereka memanggilku MacGregor si pembuat tembok batu? Tidak."

Points out the window.

Dia menunjuk ke luar jendela.

"You see that pier on the lake out there?

"Kamu lihat dermaga di tepi danau di luar sana?

I built that pier with my bare hands.

Aku membangun dermaga itu dengan tangan kosong.

Drove the pilings against the tide of the sand, plank by plank.

Membawa tumpukan kayu melawan pasir dan lumpur, lembar demi lembar.

But do they call me MacGregor the pier builder? No.

Tapi apa mereka memanggilku MacGregor si pembuat dermaga? Tidak.

But you fuck one goat ... "

Tapi kalau kamu meniduri seekor kambing ... "

(Laughter)

(Tawa)

Storytelling --

Bercerita --

(Laughter)

(Tawa)

is joke telling.

adalah memberitahukan lelucon.

It's knowing your punchline,

Mengetahui lelucon yang tepat,

your ending,

akhir ceritanya,

knowing that everything you're saying, from the first sentence to the last,

mengetahui apa yang Anda katakan, dari kalimat pertama sampai terakhir,

is leading to a singular goal,

menuju pada satu tujuan tunggal,

and ideally confirming some truth

dan idealnya membuktikan fakta-fakta

that deepens our understandings

yang memperdalam pengertian kita

of who we are as human beings.

tentang siapa kita sebenarnya sebagai manusia.

We all love stories.

Kita semua suka cerita.

We're born for them.

Kita dilahirkan untuk cerita itu.

Stories affirm who we are.

Cerita menegaskan siapa kita.

We all want affirmations that our lives have meaning.

Kita semua mau kepastian bahwa hidup kita punya arti.

And nothing does a greater affirmation

Dan tidak ada yang memberikan kepastian lebih

than when we connect through stories.

daripada ketika kita berhubungan melalui cerita.

It can cross the barriers of time,

Cerita bisa melewati penghalang waktu,

past, present and future,

masa lalu, sekarang dan masa depan,

and allow us to experience

dan memungkinkan kita untuk merasakan

the similarities between ourselves

persamaan di antara kita

and through others, real and imagined.

dan dengan orang lain, nyata ataupun tidak.

The children's television host Mr. Rogers

Pembawa acara televisi anak-anak, Pak Rogers

always carried in his wallet

selalu membawa sebuah kutipan

a quote from a social worker

dari seorang pekerja sosial di dalam dompetnya

that said, "Frankly, there isn't anyone you couldn't learn to love

yang berkata, "Sejujurnya, tidak ada seorang pun yang tidak bisa kau coba cintai

once you've heard their story."

setelah kau mendengar cerita mereka."

And the way I like to interpret that

Dan cara saya menafsirkan hal itu adalah

is probably the greatest story commandment,

itu mungkin perintah dari cerita yang terhebat,

which is "Make me care" --

yaitu "Buatlah saya peduli" --

please, emotionally,

saya mohon, baik secara emosional,

intellectually, aesthetically,

intelektual, maupun estetis,

just make me care.

buatlah saya peduli.

We all know what it's like to not care.

Kita semua tahu bagaimana untuk tidak peduli.

You've gone through hundreds of TV channels,

Anda pasti pernah melihat ratusan siaran TV,

just switching channel after channel,

mengganti saluran demi saluran,

and then suddenly you actually stop on one.

dan tiba-tiba Anda berhenti pada satu saluran.

It's already halfway over,

Acaranya sudah lewat setengah,

but something's caught you and you're drawn in and you care.

tapi ada sesuatu yang menarik perhatian Anda dan Anda ttertarik dan peduli.

That's not by chance,

Itu bukan karena kebetulan,

that's by design.

tapi karena desain.

So it got me thinking, what if I told you my history was story,

Itu membuat saya berpikir, bagaimana kalau saya memberitahukan Anda sejarah saya,

how I was born for it,

bagaimana saya dilahirkan untuk itu,

how I learned along the way this subject matter?

bagaimana saya belajar bahwa hal ini penting?

And to make it more interesting,

Dan untuk membuatnya lebih menarik,

we'll start from the ending

kita akan mulai dari akhir cerita

and we'll go to the beginning.

menuju ke awal ceritanya.

And so if I were going to give you the ending of this story,

Jadi jika saya memberitahukan Anda akhir dari cerita ini,

it would go something like this:

cerita itu akan menjadi seperti ini:

And that's what ultimately led me

Dan itulah apa yang membuat saya

to speaking to you here at TED

berbicara kepada Anda di TED hari ini

about story.

tentang cerita.

And the most current story lesson that I've had

Dan pelajaran paling baru tentang cerita yang saya alami

was completing the film I've just done

adalah dalam menyelesaikan film yang baru saja saya buat

this year in 2012.

di tahun 2012 ini.

The film is "John Carter." It's based on a book called "The Princess of Mars,"

Film ini disebut "John Carter" ini diangkat dari sebuah buku berjudul "Putri Mars,"

which was written by Edgar Rice Burroughs.

karya Edgar Rice Burroughs.

And Edgar Rice Burroughs actually put himself

Dan Edgar Rice Burroughs benar-benar menaruh dirinya sendiri

as a character inside this movie, and as the narrator.

sebagai karakter di dalam film ini, dan juga sebagai narator.

And he's summoned by his rich uncle, John Carter, to his mansion

Dia dipanggil oleh pamannya yang kaya, John Carter, ke rumahnya yang besar

with a telegram saying, "See me at once."

dengan telegram yang berkata, "Temui aku sesegera mungkin."

But once he gets there,

Tapi ketika dia sampai di situ,

he's found out that his uncle has mysteriously passed away

dia mendapati pamannya telah meninggal secara misterius

and been entombed in a mausoleum on the property.

dan telah dikubur di sebuah makam di atas lahan miliknya.

(Video) Butler: You won't find a keyhole.

(Video) Kepala Pelayan: Kamu tidak akan menemui lubang kunci.

Thing only opens from the inside.

Pintu itu hanya bisa dibuka dari dalam.

He insisted,

Dia bersikeras,

no embalming, no open coffin,

tanpa pembalseman, tanpa peti terbuka,

no funeral.

tanpa pemakaman.

You don't acquire the kind of wealth your uncle commanded

Kamu tidak mendapat kekayaan yang pamanmu punya

by being like the rest of us, huh?

dengan cara menjadi seperti kita, huh?

Come, let's go inside.

Ayo, kita ke dalam.

AS: What this scene is doing, and it did in the book,

AS: Apa yang terjadi dalam adegan ini, dan sama seperti di bukunya

is it's fundamentally making a promise.

adalah pada dasarnya membuat janji.

It's making a promise to you

Adegan ini menjanjikan Anda

that this story will lead somewhere that's worth your time.

bahwa cerita ini akan membawa pada sesuatu yang layak untuk ditunggu.

And that's what all good stories should do at the beginning, is they should give you a promise.

Itulah yang harus dilakukan semua cerita bagus di awal, memberikan sebuah janji.

You could do it an infinite amount of ways.

Anda bisa melakukan itu dengan berbagai cara.

Sometimes it's as simple as "Once upon a time ... "

Kadang-kadang caranya sederhana seperti "Pada suatu hari ... "

These Carter books always had Edgar Rice Burroughs as a narrator in it.

Buku-buku Carter ini selalu mempunyai Edgar Rice Burroughs sebagai narator di dalamnya.

And I always thought it was such a fantastic device.

Dan saya selalu berpikir itu merupakan sebuah perangkat yang hebat.

It's like a guy inviting you around the campfire,

Seperti seorang laki-laki mengajakmu ke sekitar api unggun,

or somebody in a bar saying, "Here, let me tell you a story.

atau seseorang di bar mengatakan, "Kemari, aku akan menceritakan sebuah cerita.

It didn't happen to me, it happened to somebody else,

Ini tidak terjadi pada saya, tapi pada orang lain,

but it's going to be worth your time."

tapi cerita ini layak disimak."

A well told promise

Sebuah janji yang diberitahukan dengan baik

is like a pebble being pulled back in a slingshot

seperti sebuah batu kerikil yang ditarik dengan ketapel

and propels you forward through the story

dan mendorong Anda maju melewati ceritanya

to the end.

hingga akhir cerita.

In 2008,

Pada tahun 2008,

I pushed all the theories that I had on story at the time

saya mendorong semua teori yang saya punya tentang cerita pada saat itu

to the limits of my understanding on this project.

hingga batas pengertian saya akan proyek ini.

(Video) (Mechanical Sounds)

(Video) (Suara Mekanis)

♫ And that is all ♫

♫ Dan itulah ♫

♫ that love's about ♫

♫ arti cinta ♫

♫ And we'll recall ♫

♫ Dan kita akan mengenang ♫

♫ when time runs out ♫

♫ ketika waktunya telah habis ♫

♫ That it only ♫

♫ Bahwa itu hanyalah ♫

(Laughter)

(Tawa)

AS: Storytelling without dialogue.

AS: Bercerita tanpa dialog.

It's the purest form of cinematic storytelling.

Itu adalah bentuk paling murni dari bercerita dalam layar lebar.

It's the most inclusive approach you can take.

Itu adalah cara pendekatan paling terbuka yang bisa Anda ambil.

It confirmed something I really had a hunch on,

Ini membuktikan firasat saya yang kuat,

is that the audience

adalah bahwa para penonton

actually wants to work for their meal.

sebenarnya mau bekerja untuk kepuasan mereka.

They just don't want to know that they're doing that.

Mereka hanya tidak mau tahu bahwa mereka melakukannya.

That's your job as a storyteller,

Itu adalah pekerjaan Anda sebagai pencerita,

is to hide the fact

untuk menyembunyikan kenyataan

that you're making them work for their meal.

bahwa Anda membuat mereka bekerja untuk kepuasan mereka.

We're born problem solvers.

Kita dilahirkan sebagai pemecah masalah.

We're compelled to deduce

Kita diajak untuk menduga-duga

and to deduct,

dan untuk menarik kesimpulan

because that's what we do in real life.

karena itulah yang kita lakukan dalam kehidupan nyata.

It's this well-organized absence of information

Ketidakhadiran informasi yang telah diatur dengan baik inilah

that draws us in.

yang menarik kita.

There's a reason that we're all attracted to an infant or a puppy.

Ada alasan mengapa kita semua tertarik pada seorang bayi atau seekor anjing.

It's not just that they're damn cute;

Ini bukan hanya karena mereka benar-benar lucu;

it's because they can't completely express

tapi juga karena mereka tidak bisa sepenuhnya mengungkapkan

what they're thinking and what their intentions are.

pikiran dan keinginan mereka.

And it's like a magnet.

Dan itu seperti sebuah magnet.

We can't stop ourselves

Kita tidak bisa menghentikan diri kita

from wanting to complete the sentence and fill it in.

dari keinginan untuk menyelesaikan dan mengisi kalimat yang kosong.

I first started

Saya pertama mulai

really understanding this storytelling device

benar-benar mengerti perangkat bercerita ini

when I was writing with Bob Peterson on "Finding Nemo."

ketika saya menulis "Finding Nemo" bersama Bob Peterson.

And we would call this the unifying theory of two plus two.

Kami menyebut hal ini teori perpaduan dua tambah dua.

Make the audience put things together.

Buatlah penonton menyatukannya.

Don't give them four,

Jangan berikan empat,

give them two plus two.

berikan dua tambah dua.

The elements you provide and the order you place them in

Unsur-unsur yang Anda sediakan dan urutannya

is crucial to whether you succeed or fail at engaging the audience.

sangat penting dalam menentukan Anda berhasil atau gagal dalam menarik perhatian penonton.

Editors and screenwriters have known this all along.

Penyunting dan penulis film sudah mengetahui hal ini sejak dulu.

It's the invisible application

Ini adalah aplikasi tidak terlihat

that holds our attention to story.

yang memegang perhatian kita pada cerita.

I don't mean to make it sound

Saya tidak bermaksud untuk membuat ini seperti

like this is an actual exact science, it's not.

seakan-akan ini adalah ilmu pasti, karena bukan.

That's what's so special about stories,

Itulah yang membuat cerita sangat istimewa,

they're not a widget, they aren't exact.

cerita bukanlah sebuah benda, cerita tidak pasti.

Stories are inevitable, if they're good,

Cerita, jika bagus, tidak akan bisa dihindari,

but they're not predictable.

tapi cerita tidak bisa ditebak.

I took a seminar in this year

Saya menghadiri sebuah seminar tahun ini

with an acting teacher named Judith Weston.

dengan seorang guru akting bernama Judith Weston.

And I learned a key insight to character.

Dan saya belajar kunci untuk pemahaman karakter.

She believed that all well-drawn characters

Dia percaya bahwa semua karakter yang telah digambarkan dengan baik

have a spine.

mempunyai suatu motivasi.

And the idea is that the character has an inner motor,

Dan idenya adalah bahwa si karakter mempunyai suatu motivasi,

a dominant, unconscious goal that they're striving for,

sebuah tujuan utama yang mereka coba raih secara tidak sadar,

an itch that they can't scratch.

seperti rasa gatal yang tidak bisa mereka garuk.

She gave a wonderful example of Michael Corleone,

Dia memberikan contoh yang hebat dari Michael Corleone,

Al Pacino's character in "The Godfather,"

karakter Al Pacino dalam "The Godfather."

and that probably his spine

yaitu bahwa mungkin motivasinya

was to please his father.

adalah untuk menyenangkan ayahnya.

And it's something that always drove all his choices.

Dan itu merupakan sesuatu yang mengendalikan semua keputusannya.

Even after his father died,

Bahkan setelah ayahnya meninggal,

he was still trying to scratch that itch.

dia masih mencoba untuk menggaruk tempat gatal itu.

I took to this like a duck to water.

Ketertarikan saya pada teori ini membuat saya mengikutinya.

Wall-E's was to find the beauty.

Motivasi Wall-E adalah untuk menemukan keindahan.

Marlin's, the father in "Finding Nemo,"

Motivasi Marlin, sang ayah dalam "Finding Nemo,"

was to prevent harm.

adalah untuk menghindari bahaya.

And Woody's was to do what was best for his child.

Dan motivasi Woody adalah untuk melakukan apa yang terbaik untuk anaknya.

And these spines don't always drive you to make the best choices.

Dan motivasi-motivasi ini tidak selalu mendorong Anda untuk membuat pilihan terbaik.

Sometimes you can make some horrible choices with them.

Terkadang Anda bisa membuat pilihan yang buruk karena itu.

I'm really blessed to be a parent,

Saya sangat diberkati bisa menjadi orang tua,

and watching my children grow, I really firmly believe

dan melihat anak-anak saya tumbuh, saya sangat peraya

that you're born with a temperament and you're wired a certain way,

bahwa Anda lahir dengan watak tertentu dan Anda dirancang secara khusus,

and you don't have any say about it,

dan Anda tidak bisa berkomentar

and there's no changing it.

maupun mengubahnya.

All you can do is learn to recognize it

Yang bisa Anda lakukan hanyalah belajar mengenal

and own it.

dan memilikinya.

And some of us are born with temperaments that are positive,

Dan beberapa di antara kita lahir dengan watak yang positif,

some are negative.

dan beberapa dengan watak negatif.

But a major threshold is passed

Tapi suatu ambang pintu yang utama telah dilewati

when you mature enough

ketika Anda cukup dewasa

to acknowledge what drives you

untuk mengakui apa yang memotivasi Anda

and to take the wheel and steer it.

dan untuk mengambil kendali dan mulai menyetir.

As parents, you're always learning who your children are.

Sebagai orang tua, Anda selalu belajar siapa anak-anak Anda.

They're learning who they are.

Mereka sendiri juga belajar siapakah mereka.

And you're still learning who you are.

Dan Anda pun masih belajar siapakah Anda.

So we're all learning all the time.

Jadi kita semua belajar setiap waktu.

And that's why change is fundamental in story.

Dan itulah mengapa perubahan sangat penting dalam cerita.

If things go static, stories die,

Jika hal-hal menjadi statis, cerita pun mati,

because life is never static.

karena hidup ini tidak pernah diam.

In 1998,

Pada tahun 1998,

I had finished writing "Toy Story" and "A Bug's Life"

saya baru selesai menulis "Toy Story" dan "A Bug's Life"

and I was completely hooked on screenwriting.

dan saya benar-benar ketagihan dalam menulis skenario.

So I wanted to become much better at it and learn anything I could.

Saya ingin menjadi jauh lebih baik di bidang itu dan belajar apapun yang saya bisa.

So I researched everything I possibly could.

Jadi saya mencari tahu sebanyak mungkin tentang hal itu.

And I finally came across this fantastic quote

Dan akhirnya saya menemukan satu kutipan luar biasa ini

by a British playwright, William Archer:

dari pengarang sandiwara Inggris, William Archer:

"Drama is anticipation

"Drama adalah antisipasi

mingled with uncertainty."

dicampur dengan ketidakpastian."

It's an incredibly insightful definition.

Itu adalah pengertian yang sangat mendalam.

When you're telling a story,

Ketika Anda bercerita,

have you constructed anticipation?

pernahkah Anda membangun antisipasi?

In the short-term, have you made me want to know

Dalam jangka pendek, pernahkah Anda membuat saya ingin tahu

what will happen next?

apa yang akan terjadi selanjutnya?

But more importantly,

Tapi yang lebih penting lagi,

have you made me want to know

pernahkah Anda membuat saya ingin tahu

how it will all conclude in the long-term?

bagaimana semuanya akan berakhir dalam jangka panjang?

Have you constructed honest conflicts

Pernahkah Anda membangun konflik

with truth that creates doubt

dengan kebenaran yang akan menimbulkan keraguan

in what the outcome might be?

tentang apa yang akan terjadi dalam hasilnya?

An example would be in "Finding Nemo,"

Contohnya, di "Finding Nemo,"

in the short tension, you were always worried,

dalam ketegangan jangka pendek, Anda selalu khawatir,

would Dory's short-term memory

apakah memori jangka pendek Dory

make her forget whatever she was being told by Marlin.

akan membuatnya lupa apa yang dikatakan Marlin kepadanya.

But under that was this global tension

Tapi di bawahnya adalah ketegangan yang terus menerus

of will we ever find Nemo

tentang apakah kita akan menemukan Nemo

in this huge, vast ocean?

di laut yang luas dan lebar ini?

In our earliest days at Pixar,

Pada hari-hari awal kami di Pixar,

before we truly understood the invisible workings of story,

sebelum kami sepenuhnya mengerti cara kerja cerita yang tidak terlihat,

we were simply a group of guys just going on our gut, going on our instincts.

kami hanyalah sekelompok pria yang bekerja sesuai perasaan kita, insting kita.

And it's interesting to see

Dan hal yang menarik untuk dilihat adalah

how that led us places

bagaimana hal itu membawa kita ke tempat-tempat

that were actually pretty good.

yang sebenarnya lumayan bagus.

You've got to remember that in this time of year,

Anda harus ingat bahwa pada saat itu,

1993,

1993,

what was considered a successful animated picture

apa yang dianggap sebagai animasi yang sukses

was "The Little Mermaid," "Beauty and the Beast,"

adalah "The Little Mermaid," "Beauty and the Beast,"

"Aladdin," "Lion King."

"Aladdin," "Lion King."

So when we pitched "Toy Story" to Tom Hanks for the first time,

Jadi ketika kita melontarkan ide "Toy Story" ke Tom Hanks untuk pertama kalinya,

he walked in and he said,

dia masuk dan berkata,

"You don't want me to sing, do you?"

"Kamu tidak berharap aku bernyanyi, kan?"

And I thought that epitomized perfectly

Dan saya pikir itu melambangkan dengan sempurna

what everybody thought animation had to be at the time.

apa yang dipikirkan semua orang tentang animasi saat itu.

But we really wanted to prove

Tapi kami ingin membuktikan

that you could tell stories completely different in animation.

bahwa Anda bisa bercerita dengan cara yang benar-benar berbeda dalam animasi.

We didn't have any influence then,

Kami tidak mempunyai pengaruh apa-apa pada saat itu,

so we had a little secret list of rules

jadi kami punya daftar rahasia yang berisi peraturan-peraturan

that we kept to ourselves.

yang kita simpan dalam diri kita sendiri.

And they were: No songs,

Pertauran itu adalah: Tidak ada lagu,

no "I want" moment,

tidak ada saat-saat "Aku ingin",

no happy village,

tidak ada desa yang bahagia,

no love story.

tidak ada cerita cinta.

And the irony is that, in the first year,

Ironisnya, di tahun pertama,

our story was not working at all

cerita kami benar-benar tidak berhasil

and Disney was panicking.

dan Disney pun panik.

So they privately got advice

Jadi mereka diam-diam mencari nasihat

from a famous lyricist, who I won't name,

dari penulis lirik terkenal, yang tidak akan saya sebut namanya,

and he faxed them some suggestions.

dan dia mengirim mereka beberapa saran melewati faks.

And we got a hold of that fax.

Dan kami ambil faks itu.

And the fax said,

Dan di faksnya tertulis,

there should be songs,

harus ada lagu,

there should be an "I want" song,

harus ada lagu tentang "Aku ingin",

there should be a happy village song,

harus ada lagu tentang desa yang bahagia,

there should be a love story

harus ada cerita cinta

and there should be a villain.

dan harus ada penjahat.

And thank goodness

Dan untungnya

we were just too young, rebellious and contrarian at the time.

pada waktu itu, kami terlalu muda, suka memberontak dan melawan.

That just gave us more determination

Itu hanya memberi kami tekad lebih

to prove that you could build a better story.

untuk membuktikan bahwa Anda bisa membangun cerita yang lebih baik.

And a year after that, we did conquer it.

Dan setahun setelah itu, kami berhasil menaklukkannya.

And it just went to prove

Dan itu hanyalah membuktikan

that storytelling has guidelines,

bahwa bercerita mempunyai pedoman tertentu,

not hard, fast rules.

bukan peraturan yang harus diikuti dengan keras.

Another fundamental thing we learned

Hal penting lainnya yang telah kami pelajari

was about liking your main character.

adalah tentang menyukai tokoh utama Anda.

And we had naively thought,

Dan kita secara naif berpikir,

well Woody in "Toy Story" has to become selfless at the end,

Woody di "Toy Story" harus tidak mementingkan diri sendiri pada akhirnya,

so you've got to start from someplace.

jadi Anda harus mulai dari suatu tempat.

So let's make him selfish. And this is what you get.

Ayo buat dia egois. Dan inilah yang Anda dapatkan.

(Voice Over) Woody: What do you think you're doing?

(Voice Over) Woody: Kau pikir kau sedang apa?

Off the bed.

Turun dari ranjang.

Hey, off the bed!

Hey, turun dari ranjang!

Mr. Potato Head: You going to make us, Woody?

Mr. Potato Head: Kau akan membuat kami melakukan itu, Woody?

Woody: No, he is.

Woody: Bukan aku, tapi dia.

Slinky? Slink ... Slinky!

Slinky? Slink ... Slinky!

Get up here and do your job.

Naiklah ke sini dan lakukan tugasmu.

Are you deaf?

Apa kau tuli?

I said, take care of them.

Kubilang, usir mereka.

Slinky: I'm sorry, Woody,

Slinky: Maaf, Woody,

but I have to agree with them.

tapi aku setuju dengan mereka.

I don't think what you did was right.

Aku pikir apa yang kau lakukan tidak benar.

Woody: What? Am I hearing correctly?

Woody: Apa? Apa aku mendengar dengan benar ?

You don't think I was right?

Kamu pikir apa yang aku lakukan tidak benar?

Who said your job was to think, Spring Wiener?

Kata siapa pekerjaanmu itu berpikir, Spring Wiener?

AS: So how do you make a selfish character likable?

AS: Jadi bagaimana Anda membuat karakter yang egois menjadi mudah disukai?

We realized, you can make him kind,

Kami sadar, Anda bisa membuatnya baik,

generous, funny, considerate,

murah hari, lucu, penuh perhatian,

as long as one condition is met for him,

selama ada satu kondisi yang dipenuhi,

is that he stays the top toy.

dia akan tetap menjadi mainan yang statusnya paling tinggi.

And that's what it really is,

Dan itulah sebenarnya,

is that we all live life conditionally.

bahwa kita semua hidup dengan syarat.

We're all willing to play by the rules and follow things along,

Kita semua mau bermain sesuai aturan dan mengikuti apa yang terjadi,

as long as certain conditions are met.

selama syarat-syarat tertentu dipenuhi.

After that, all bets are off.

Setelah itu, segala sesuatunya bisa terjadi.

And before I'd even decided to make storytelling my career,

Dan bahkan sebelum saya memutuskan untuk menjadikan bercerita sebagai karir saya,

I can now see key things that happened in my youth

saya bisa melihat hal-hal penting yang terjadi di masa muda saya

that really sort of opened my eyes

yang benar-benar membuka mata saya

to certain things about story.

ke hal-hal tertentu tentang cerita.

In 1986, I truly understood the notion

Pada tahun 1986, saya benar-benar mengerti pemikiran

of story having a theme.

tentang cerita mempunyai tema.

And that was the year that they restored and re-released

Itu adalah tahun dimana mereka memperbaiki dan merilis ulang

"Lawrence of Arabia."

"Lawrence of Arabia."

And I saw that thing seven times in one month.

Dan saya menonton film itu tujuh kali dalam satu bulan.

I couldn't get enough of it.

Rasanya tidak pernah cukup menonton sekali saja.

I could just tell there was a grand design under it --

Saya tahu bahwa ada desain besar di balik film itu --

in every shot, every scene, every line.

dalam setiap rekaman, setiap adegan, setiap dialog.

Yet, on the surface it just seemed

Namun, di permukaannya, itu hanya terlihat

to be depicting his historical lineage

seperti menunjukkan sejarah garis keturunan,

of what went on.

tentang apa yang terjadi.

Yet, there was something more being said. What exactly was it?

Tapi, ada yang lebih dari itu. Apakah sebenarnya?

And it wasn't until, on one of my later viewings,

Sampai ketika saya menonton itu kembali,

that the veil was lifted

saya mendapat jawabannya

and it was in a scene where he's walked across the Sinai Desert

dalam sebuah adegan dimana dia berjalan melintasi Gurun Sinai

and he's reached the Suez Canal,

dan sesampainya di Terusan Suez,

and I suddenly got it.

dan tiba-tiba saya mendapat jawabannya.

(Video) Boy: Hey! Hey! Hey! Hey!

(Video) Anak laki-laki: Hey! Hey! Hey! Hey!

Cyclist: Who are you?

Pengendara sepeda: Siapa kamu?

Who are you?

Siapa kau?

AS: That was the theme: Who are you?

AS: Itulah temanya: Siapa kau?

Here were all these seemingly disparate

Semua kejadian dan dialog

events and dialogues

yang berbeda-beda

that just were chronologically telling the history of him,

yang memberitahukan sejarah secara kronologis,

but underneath it was a constant,

tapi di balik itu ada sesuatu yang konstan,

a guideline, a road map.

sebuah pedoman, sebuah peta.

Everything Lawrence did in that movie

Semua yang dilakukan Lawrence dalam film itu

was an attempt for him to figure out where his place was in the world.

adalah sebuah usaha untuk mencari tahu di manakah tempatnya di dunia ini.

A strong theme is always running through

Tema yang kuat selalu hadir

a well-told story.

dalam cerita yang diceritakan dengan baik.

When I was five,

Ketika saya berusia 5 tahun,

I was introduced to possibly the most major ingredient

saya diperkenalkan pada bahan yang mungkin paling penting

that I feel a story should have,

yang saya rasa harus dipunyai semua cerita,

but is rarely invoked.

tapi jarang sekali digunakan.

And this is what my mother took me to when I was five.

Ke sinilah ibu saya mengajak saya ketika berusia lima tahun.

(Video) Thumper: Come on. It's all right.

(Video) Thumper: Ayo. Tidak apa-apa kok.

Look.

Lihat.

The water's stiff.

Airnya beku.

Bambi: Yippee!

Bambi: Yippee!

Thumper: Some fun,

Thumper: Seru kan

huh, Bambi?

Bambi?

Come on. Get up.

Ayo. Bangun.

Like this.

Seperti ini.

Ha ha. No, no, no.

Ha ha. Tidak, tidak, tidak.

AS: I walked out of there

AS: Saya keluar dari sana

wide-eyed with wonder.

dengan mata penuh kekaguman.

And that's what I think the magic ingredient is,

Dan itulah apa yang menurut saya bahan ajaibnya,

the secret sauce,

saus rahasia,

is can you invoke wonder.

apakah Anda bisa menimbulkan rasa kekaguman.

Wonder is honest, it's completely innocent.

Kekaguman adalah sesuatu yang jujur, sepenuhnya lugu.

It can't be artificially evoked.

Itu tidak bisa dipalsukan.

For me, there's no greater ability

Bagi saya, tidak ada kemampuan yang lebih besar

than the gift of another human being giving you that feeling --

daripada anugerah dari orang lain yang memberi Anda perasaan itu --

to hold them still just for a brief moment in their day

untuk membuat mereka terpaku hanya untuk beberapa saat

and have them surrender to wonder.

dan membuat mereka menyerah pada kekaguman..

When it's tapped, the affirmation of being alive,

Ketika hal itu telah diraih, kepastian bahwa Anda hidup,

it reaches you almost to a cellular level.

mempengaruhi Anda hingga ke sel-sel Anda.

And when an artist does that to another artist,

Dan ketika satu seniman berhasil melakukannya pada seniman lain,

it's like you're compelled to pass it on.

Anda seperti didorong untuk menyebarkannya,

It's like a dormant command

seperti perintah terbengkalai

that suddenly is activated in you, like a call to Devil's Tower.

yang tiba-tiba diaktifkan dalam diri Anda, seperti panggilan ke Menara Iblis.

Do unto others what's been done to you.

Lakukan kepada orang lain seperti apa yang telah dilakukan kepada Anda.

The best stories infuse wonder.

Cerita-cerita terbaik menanamkan rasa kagum.

When I was four years old,

Ketika saya berusia empat tahun,

I have a vivid memory

saya mempunyai ingatan yang jelas

of finding two pinpoint scars on my ankle

ketika menemukan dua bekas luka kecil di pergelangan kaki saya

and asking my dad what they were.

dan bertanya kepada ayah saya apa itu.

And he said I had a matching pair like that on my head,

Dan ayah berkata saya punyai sepasang persis seperti itu di kepala saya,

but I couldn't see them because of my hair.

tapi saya tidak bisa melihatnya karena rambut saya.

And he explained that when I was born,

Dan ayah menjelaskan bahwa ketika saya lahir,

I was born premature,

saya lahir prematur,

that I came out much too early,

bahwa saya keluar jauh terlalu awal,

and I wasn't fully baked;

dan saya belum sepenuhnya matang;

I was very, very sick.

Saya sangat, sangat sakit.

And when the doctor took a look at this yellow kid with black teeth,

Dan ketika seorang dokter melihat anak berkulit kuning dengan gigi hitam ini,

he looked straight at my mom and said,

dia menatap ibu saya dalam-dalam dan berkata,

"He's not going to live."

"Dia tidak akan hidup."

And I was in the hospital for months.

Dan saya dirawat di rumah sakit berbulan-bulan.

And many blood transfusions later,

Dan setelah banyak transfusi darah,

I lived,

saya berhasil hidup,

and that made me special.

dan itu membuat saya istimewa.

I don't know if I really believe that.

Saya tidak tahu apa saya benar-benar percaya hal itu.

I don't know if my parents really believe that,

Saya tidak tahu apa orang tua saya benar-benar percaya hal itu,

but I didn't want to prove them wrong.

tapi saya tidak mau membuktikan kalau mereka salah.

Whatever I ended up being good at,

Apapun keahlian saya nantinya,

I would strive to be worthy of the second chance I was given.

saya akan berusaha agar kesempatan kedua yang telah diberikan ini pantas.

(Video) (Crying)

(Video) (Tangisan)

Marlin: There, there, there.

Marlin: Cup, cup, cup.

It's okay, daddy's here.

Tidak apa-apa, ada ayah di sini.

Daddy's got you.

Kau aman bersama Ayah.

I promise,

Ayah janji,

I will never let anything happen to you, Nemo.

ayah tidak akan pernah membiarkan apapun terjadi padamu, Nemo.

AS: And that's the first story lesson I ever learned.

AS: Dan itulah pelajaran pertama tentang cerita yang saya pelajari.

Use what you know. Draw from it.

Gunakanlah apa yang Anda ketahui. Ambillah sesuatu dari sana.

It doesn't always mean plot or fact.

Ini tidak selalu berarti plot atau fakta.

It means capturing a truth from your experiencing it,

Ini juga berarti mengambil kebenaran dari pengalaman itu,

expressing values you personally feel

mengekspresikan prinsip yang Anda rasakan secara pribadi

deep down in your core.

jauh di lubuk hati Anda.

And that's what ultimately led me to speaking to you

Dan itulah apa yang membawa saya untuk berbicara kepada Anda

here at TEDTalk today.

hari ini di TEDTalk.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)