Rufus Griscom and Alisa Volkman: It's time to explode 4 taboos of parenting

Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Ade Indarta

Alisa Volkman: So this is where our story begins --

Alisa Volkman: Jadi di sinilah kisah kami dimulai --

the dramatic moments of the birth

saat dramatis kelahiran

of our first son, Declan.

putra pertama kami, Declan.

Obviously a really profound moment,

Sudah pasti merupakan momen yang besar,

and it changed our lives in many ways.

dan itu mengubah hidup kami dalam banyak hal.

It also changed our lives in many unexpected ways,

Juga mengubah hidup kami dengan banyak cara yang tidak terduga,

and those unexpected ways we later reflected on,

dan cara-cara tidak terduga itulah yang kami renungkan kembali,

that eventually spawned a business idea between the two of us,

dan kemudian menelurkan ide bisnis di antara kami berdua,

and a year later, we launched Babble,

dan setahun kemudian, kami mendirikan Babble,

a website for parents.

sebuah situs bagi orang tua.

Rufus Griscom: Now I think of our story

Rufus Griscom: Jika saya memikirkan kisah kami

as starting a few years earlier. AV: That's true.

yang dimulai beberapa tahun sebelumnya. (AV: Benar.)

RG: You may remember, we fell head over heels in love.

RG: Anda mungkin ingat, kami saling jatuh cinta.

AV: We did.

AV: Benar.

RG: We were at the time running a very different kind of website.

RG: Pada saat itu kami mengelola berbagai jenis situs yang berbeda.

It was a website called Nerve.com,

Ini situs bernama Nerve.com,

the tagline of which was "literate smut."

yang -- semboyannya adalah "mesum yang terpelajar."

It was in theory, and hopefully in practice,

Yang secara teori, dan semoga saja di dalam praktiknya,

a smart online magazine

merupakan majalah online cerdas

about sex and culture.

tentang seks dan budaya.

AV: That spawned a dating site.

AV: Yang berkembang menjadi situs kencan.

But you can understand the jokes that we get. Sex begets babies.

Anda pasti dapat memahami lelucon ini. Seks menghasilkan bayi.

You follow instructions on Nerve and you should end up on Babble,

Anda mengikuti petunjuk di Nerve dan Anda akan sampai di Babble,

which we did.

kami begitu.

And we might launch a geriatric site as our third. We'll see.

Kami mungkin akan meluncurkan situs ketiga bagi orang jompo. Lihat saja.

RG: But for us, the continuity between Nerve and Babble

RG: Bagi kami, keterhubungan antara Nerve dan Babble

was not just the life stage thing,

bukan sekadar tahapan kehidupan,

which is, of course, relevant,

yang, tentu saja, berhubungan,

but it was really more about

tapi benar-benar tentang

our desire to speak very honestly

keinginan kami untuk berbicara dengan jujur

about subjects that people have difficulty speaking honestly about.

tentang hal-hal yang biasanya sulit dibicarakan dengan jujur.

It seems to us that

Bagi kami tampaknya,

when people start dissembling, people start lying about things,

saat orang mulai menutupi sesuatu, mereka mulai berbohong,

that's when it gets really interesting.

di sinilah ini mulai menarik,

That's a subject that we want to dive into.

itulah hal-hal yang ingin kami selami.

And we've been surprised to find, as young parents,

Kami terkejut saat menemukan, sebagai orang tua muda,

that there are almost more taboos around parenting

ada lebih banyak pantangan dalam mengasuh anak

than there are around sex.

dibandingkan dalam seks.

AV: It's true. So like we said,

AV: Itu benar. Jadi seperti yang kami katakan,

the early years were really wonderful,

tahun-tahun pertama sangat luar biasa,

but they were also really difficult.

tapi juga benar-benar sulit.

And we feel like some of that difficulty

Kami merasa, beberapa kesulitan itu

was because of this false advertisement around parenting.

timbul karena iklan tentang mengasuh anak yang menyesatkan.

(Laughter)

(Suara tawa)

We subscribed to a lot of magazines, did our homework,

Kami berlangganan banyak majalah, banyak belajar,

but really everywhere you look around, we were surrounded by images like this.

tapi ke manapun Anda melihat, kami dikepung oleh gambaran seperti ini.

And we went into parenting

Kami mengasuh anak

expecting our lives to look like this.

dengan harapan hidup kami seperti ini.

The sun was always streaming in, and our children would never be crying.

Matahari selalu bersinar, dan anak kami tidak akan pernah menangis.

I would always be perfectly coiffed and well rested,

Saya selalu berpakaian rapi dan istirahat yang cukup.

and in fact, it was not like that at all.

Sebaliknya, sama sekali tidak seperti tiu.

RG: When we lowered the glossy parenting magazine

RG: Saat kami menutup majalah pengasuhan anak mahal

that we were looking at, with these beautiful images,

yang sedang kami baca, dengan semua gambar indahnya,

and looked at the scene in our actual living room,

dan melihat ruang keluarga kami yang sebenarnya,

it looked a little bit more like this.

ruang itu lebih tampak seperti ini.

These are our three sons.

Ini ketiga putra kami.

And of course, they're not always crying and screaming,

Tentu saja, mereka tidak selalu menangis dan berteriak.

but with three boys, there's a decent probability

Tapi dengan tiga orang putra, kemungkinan besar

that at least one of them will not be comporting himself

paling tidak salah satunya tidak bertingkah

exactly as he should.

seperti yang seharusnya.

AV: Yes, you can see where the disconnect was happening for us.

AV: Benar, Anda dapat melihat jarak ini pada kami.

We really felt like what we went in expecting

Kami benar-benar merasa seperti apa yang kami harapkan

had nothing to do with what we were actually experiencing,

tidak berhubungan dengan apa yang sebenarnya kami alami.

and so we decided we really wanted to give it to parents straight.

Kami memutuskan kami ingin menunjukkan yang benar kepada orang tua.

We really wanted to let them understand

Kami ingin membuat mereka mengerti

what the realities of parenting were in an honest way.

seperti apa kenyataannya mengasuh anak itu.

RG: So today, what we would love to do

RG: Jadi sekarang, yang ingin kami lakukan

is share with you four parenting taboos.

berbagi empat pantangan dalam mengasuh anak.

And of course, there are many more than four things

Tentu saja, sebenarnya ada lebih dari empat

you can't say about parenting,

pantangan dalam mengasuh anak.

but we would like to share with you today

Tapi kami ingin membagikan kepada Anda

four that are particularly relevant for us personally.

empat hal yang relevan dengan kami secara pribadi.

So the first, taboo number one:

Jadi, pantangan nomor satu:

you can't say you didn't fall in love with your baby

Anda tidak boleh berkata Anda tidak jatuh cinta pada bayi Anda

in the very first minute.

pada saat-saat awal.

I remember vividly, sitting there in the hospital.

Saya ingat dengan jelas, saat duduk di rumah sakit.

We were in the process of giving birth to our first child.

Kami sedang dalam proses kelahiran anak pertama kami.

AV: We, or I?

AV: Kami, atau saya?

RG: I'm sorry.

RG: Maaf.

Misuse of the pronoun.

Salah memilih kata.

Alisa was very generously in the process

Alisa sangat sabar dalam proses

of giving birth to our first child -- (AV: Thank you.)

kelahiran anak pertama kami -- (AV: Terima kasih.)

-- and I was there with a catcher's mitt.

-- dan saya di sana dengan sarung tangan penangkap.

And I was there with my arms open.

Dan lengan terbuka.

The nurse was coming at me

Perawat datang kepada saya

with this beautiful, beautiful child,

membawa anak yang cantik ini.

and I remember, as she was approaching me,

Dan saya ingat, saat perawat itu mendekati saya,

the voices of friends saying,

seorang teman saya mengatakan,

"The moment they put the baby in your hands,

"Saat mereka meletakkan bayi itu di tanganmu,

you will feel a sense of love that will come over you

kamu akan merasakan cinta datang

that is [on] an order of magnitude more powerful

yang ukurannya jauh lebih kuat

than anything you've ever experienced in your entire life."

daripada semua yang pernah kamu alami seumur hidup."

So I was bracing myself for the moment.

Jadi saya menguatkan diri saya sendiri.

The baby was coming,

Bayi itu datang,

and I was ready for this Mack truck of love

dan saya siap untuk menyambut begitu banyak cinta

to just knock me off my feet.

yang akan merobohkan kaki saya.

And instead, when the baby was placed in my hands,

Namun, saat bayi itu diletakkan di tangan saya,

it was an extraordinary moment.

itu saat yang luar biasa.

This picture is from literally a few seconds after

Gambar ini diambil beberapa detik kemudian

the baby was placed in my hands and I brought him over.

bayi itu ada di tangan saya dan saya membawanya.

And you can see, our eyes were glistening.

Anda dapat melihat, mata kami berkilau.

I was overwhelmed with love and affection for my wife,

Saya dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang untuk istri saya,

with deep, deep gratitude

dengan rasa syukur yang mendalam

that we had what appeared to be a healthy child.

bahwa kami dianugerahi seorang bayi yang sehat.

And it was also, of course, surreal.

Itu juga, tentu saja, sulit dipercaya.

I mean, I had to check the tags and make sure.

Maksud saya, saya harus memeriksa labelnya dan memastikan.

I was incredulous, "Are you sure this is our child?"

Saya ragu, "Apakah Anda yakin ini anak kami?"

And this was all quite remarkable.

Semua ini cukup menakjubkan.

But what I felt towards the child at that moment was deep affection,

Apa yang saya rasakan saat itu, kasih sayang yang mendalam,

but nothing like what I feel for him now, five years later.

namun tidak seperti yang saya rasakan untuknya sekarang, lima tahun kemudian.

And so we've done something here

Jadi kami melakukan sesuatu

that is heretical.

yang aneh di sini.

We have charted

Kami memetakan

our love for our child over time.

cinta kami untuk anak kami dari waktu ke waktu.

(Laughter)

(Suara tawa)

This, as you know, is an act of heresy.

Seperti yang Anda tahu, ini tindakan yang aneh.

You're not allowed to chart love.

Anda tidak boleh memetakan cinta.

The reason you're not allowed to chart love

Anda tidak boleh memetakan cinta

is because we think of love as a binary thing.

karena kita berpikir cinta itu hitam-putih.

You're either in love, or you're not in love.

Anda jatuh cinta, atau tidak jatuh cinta.

You love, or you don't love.

Anda cinta, atau tidak cinta.

And I think the reality is that love is a process,

Menurut saya kenyataannya cinta adalah proses.

and I think the problem with thinking of love

Saya rasa masalahnya jika berpikir bahwa cinta

as something that's binary

adalah sesuatu yang hitam-putih

is that it causes us

itu menyebabkan kita

to be unduly concerned

menjadi terlalu merisaukan

that love is fraudulent, or inadequate, or what have you.

bahwa cinta bisa palsu, tidak cukup, atau lainnya.

And I think I'm speaking obviously here to the father's experience.

Saya berbicara berdasarkan pengalaman saya sebagai ayah.

But I think a lot of men do go through this sense

Namun saya pikir banyak pria yang melalui perasaan ini

in the early months, maybe their first year,

dalam bulan-bulan pertama, mungkin tahun pertama

that their emotional response is inadequate in some fashion.

bahwa tanggapan emosi mereka tidak cukup.

AV: Well, I'm glad Rufus is bringing this up,

AV: Saya senang Rufus mengatakan hal ini

because you can notice where he dips in the first years

karena Anda bisa melihat di mana dia turun pada tahun pertama

where I think I was doing most of the work.

saat itu saya yang melakukan sebagian besar pekerjaan.

But we like to joke,

Namun kami sering bercanda,

in the first few months of all of our children's lives,

di bulan-bulan pertama kehidupan semua anak kami,

this is Uncle Rufus.

ini Paman Rufus.

(Laughter)

(Suara tawa)

RG: I'm a very affectionate uncle, very affectionate uncle.

RG: Saya adalah paman yang sangat menyayangi.

AV: Yes, and I often joke with Rufus when he comes home

AV: Benar, dan saya sering bercanda dengan Rufus saat dia pulang

that I'm not sure he would actually be able to find our child in a line-up

bahwa saya tidak yakin dia dapat menemukan bayi kami

amongst other babies.

di antara bayi-bayi yang lain.

So I actually threw a pop quiz here onto Rufus.

Jadi saya akan memberikan kuis kepada Rufus.

RG: Uh oh.

RG: Wah.

AV: I don't want to embarrass him too much. But I am going to give him three seconds.

AV: Saya tidak ingin terlalu membuatnya malu. Saya akan memberinya tiga detik.

RG: That is not fair. This is a trick question. He's not up there, is he?

RG: Ini tidak adil. Ini pertanyaan yang menjebak. Dia tidak ada kan?

AV: Our eight-week-old son is somewhere in here,

AV: Putra kita yang berusia delapan minggu ada di sini.

and I want to see if Rufus can actually quickly identify him.

Saya ingin tahu apakah Rufus dapat mengenalinya.

RG: The far left. AV: No!

RG: Yang paling kiri. (AV: Bukan!)

(Laughter)

(Suara tawa)

RG: Cruel.

RG: Jahat.

AV: Nothing more to be said.

AV: Tidak ada lagi yang perlu dikatakan.

(Laughter)

(Suara tawa)

I'll move on to taboo number two.

Saya akan melanjutkan ke pantangan kedua.

You can't talk about how lonely having a baby can be.

Anda tidak boleh berkata betapa kesepiannya memiliki seorang bayi.

I enjoyed being pregnant. I loved it.

Saya menikmati saat kehamilan. Saya menyukainya.

I felt incredibly connected to the community around me.

Saya merasa terhubung dengan orang-orang di sekitar saya.

I felt like everyone was participating in my pregnancy, all around me,

Saya merasa semua orang peduli pada kehamilan saya, semua orang

tracking it down till the actual due-date.

mengikutinya sampai hari kelahiran.

I felt like I was a vessel of the future of humanity.

Saya merasa seperti bejana bagi masa depan umat manusia.

That continued into the the hospital. It was really exhilarating.

Itu berlanjut sampai rumah sakit; benar-benar menyenangkan.

I was shower with gifts and flowers and visitors.

Saya mendapat banyak hadiah, bunga, dan pembesuk.

It was a really wonderful experience,

Benar-benar pengalaman yang menakjubkan.

but when I got home,

Tapi saat saya kembali ke rumah,

I suddenly felt very disconnected

saya tiba-tiba merasa hubungan itu terputus

and suddenly shut in and shut out,

tiba-tiba terkurung luar dalam.

and I was really surprised by those feelings.

Saya benar-benar terkejut dengan perasaan itu.

I did expect it to be difficult,

Saya memang mengharapkan akan sulit,

have sleepless nights, constant feedings,

malam tanpa tidur, menyusui terus menerus,

but I did not expect the feelings

tapi saya tidak mengharapkan perasaan

of isolation and loneliness that I experienced,

terkucil dan kesepian yang saya alami.

and I was really surprised that no one had talked to me,

Saya sangat terkejut karena tidak seorang pun mengatakan

that I was going to be feeling this way.

bahwa saya akan mengalaminya.

And I called my sister

Saya menelepon kakak saya

whom I'm very close to -- and had three children --

yang sangat dekat dengan saya -- dan punya tiga anak --

and I asked her, "Why didn't you tell me

dan saya bertanya, "Mengapa kamu tidak memberi tahu

I was going to be feeling this way,

bahwa aku akan merasa seperti ini

that I was going to have these -- feeling incredibly isolated?"

bahwa aku akan merasa -- merasa benar-benar dikucilkan?"

And she said -- I'll never forget --

Dia berkata -- saya tidak pernah lupa --

"It's just not something you want to say to a mother

"Tapi itu bukan sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengan ibu

that's having a baby for the first time."

yang akan memiliki bayi pertama kalinya."

RG: And of course, we think

RG: Dan tentu saja, kami berpikir

it's precisely what you really should be saying

justru itulah yang seharusnya dikatakan

to mothers who have kids for the first time.

kepada ibu yang akan melahirkan pertama kalinya.

And that this, of course, one of the themes for us

Ini, tentu saja, salah satu tema kami

is that we think

kami percaya

that candor and brutal honesty

bahwa kejujuran yang blak-blakan dan brutal

is critical to us collectively

sangat penting bagi kita untuk

being great parents.

menjadi orang tua yang hebat.

And it's hard not to think

Sulit untuk tidak berpikir

that part of what leads to this sense of isolation

bahwa bagian yang menyebabkan perasaan terkucil itu

is our modern world.

adalah dunia modern kita.

So Alisa's experience is not isolated.

Pengalaman ini tidak hanya dialami Alisa.

So your 58 percent of mothers surveyed

Dari para ibu yang kami survei, 58 persen

report feelings of loneliness.

melaporkan rasa kesepian.

Of those, 67 percent are most lonely

Di antaranya, 67 persen paling merasa kesepian

when their kids are zero to five -- probably really zero to two.

saat anak mereka berusia nol hingga lima -- mungkin nol hingga dua.

In the process of preparing this,

Dalam proses mempersiapkan ini,

we looked at how some other cultures around the world

kami melihat bagaimana beberapa budaya lain di dunia

deal with this period of time,

menghadapi masa-masa ini

because here in the Western world,

karena kita di dunia Barat,

less than 50 percent of us live near our family members,

kurang dari 50 persen dari kita tinggal dekat dengan anggota keluarga,

which I think is part of why this is such a tough period.

ini sepertinya salah satu alasan mengapa masa-masa itu sulit.

So to take one example among many:

Salah satu dari banyak contohnya:

in Southern India

di India Selatan

there's a practice known as jholabhari,

ada kebiasaan yang dikenal sebagai jholabihari,

in which the pregnant woman, when she's seven or eight months pregnant,

di mana wanita hamil, saat usia kehamilannya tujuh atau delapan bulan,

moves in with her mother

pindah ke rumah ibunya

and goes through a series of rituals and ceremonies,

dan melalui serangkaian ritual dan upacara,

give birth and returns home to her nuclear family

melahirkan dan kembali ke rumah keluarga intinya

several months after the child is born.

beberapa bulan setelah anaknya lahir.

And this is one of many ways

Ini adalah salah satu dari banyak cara

that we think other cultures offset this kind of lonely period.

yang merupakan cara budaya lain mengatasi masa-masa ini.

AV: So taboo number three:

AV: Jadi pantangan ketiga:

you can't talk about your miscarriage -- but today I'll talk about mine.

Anda tidak boleh berbicara tentang keguguran -- tapi saya akan membicarakannya.

So after we had Declan,

Setelah kami memiliki Declan,

we kind of recalibrated our expectations.

kami menyesuaikan kembali harapan kami.

We thought we actually could go through this again

Kami berpikir kami ingin melalui hal ini lagi dan lagi

and thought we knew what we would be up against.

dan berpikir kami tahu apa yang kami hadapi.

And we were grateful that I was able to get pregnant,

Kami bersyukur ketika akhirnya saya hamil lagi.

and I soon learned that we were having a boy,

Kemudian saya tahu bahwa kami akan memiliki putra.

and then when I was five months,

Lalu saat kehamilan saya berusia lima bulan,

we learned that we had lost our child.

kami kehilangan anak kami.

This is actually the last little image we have of him.

Ini adalah gambar terakhir yang kami miliki.

And it was obviously a very difficult time --

Tentu saja itu adalah saat yang sangat sulit --

really painful.

benar-benar menyakitkan.

As I was working through that mourning process,

Saat saya menghadapi masa-masa kesedihan itu,

I was amazed that I didn't want to see anybody.

saya heran saya tidak ingin menemui siapapun.

I really wanted to crawl into a hole,

Saya benar-benar ingin merangkak ke dalam lubang.

and I didn't really know how I was going

Saya tidak tahu bagaimana saya akan

to work my way back into my surrounding community.

kembali ke orang-orang di sekitar saya.

And I realize, I think, the way I was feeling that way,

Saya menyadari, saya rasa, mengapa saya merasa seperti itu,

is on a really deep gut level,

di hati yang paling dalam,

I was feeling a lot of shame

saya merasa hina --

and embarrassed, frankly,

malu, tepatnya --

that, in some respects, I had failed

bahwa, dalam hal tertentu, saya gagal

at delivering what I'm genetically engineered to do.

melakukan apa yang menjadi tugas saya secara genetik.

And of course, it made me question,

Tentu saja, ini membuat saya bertanya

if I wasn't able to have another child,

jika saya tidak dapat memiliki anak lagi,

what would that mean for my marriage,

apa artinya untuk perkawinan saya,

and just me as a woman.

dan untuk saya sebagai wanita.

So it was a very difficult time.

Jadi itu adalah saat yang sangat sulit.

As I started working through it more,

Saat saya mulai dapat mengatasinya,

I started climbing out of that hole and talking with other people.

saya mulai naik keluar dari lubang itu dan berbicara dengan orang-orang.

I was really amazed

Saya sangat heran

by all the stories that started flooding in.

dengan semua kisah yang mulai membanjiri saya.

People I interacted with daily,

Orang-orang yang saya kenal sehari-hari,

worked with, was friends with,

rekan kerja, teman,

family members that I had known a long time,

anggota keluarga yang sudah lama saya kenal,

had never shared with me their own stories.

tidak pernah berbagi kisah mereka sendiri.

And I just remember feeling all these stories came out of the woodwork,

Saya hanya ingat merasakan semua kisah ini keluar dari hutan.

and I felt like I happened upon

Saya merasa saya bergabung dengan

this secret society of women that I now was a part of,

perkumpulan rahasia wanita dan saya menjadi anggotanya.

which was reassuring and also really concerning.

ini menghibur dan juga sangat menyenangkan.

And I think,

Saya pikir,

miscarriage is an invisible loss.

keguguran adalah kehilangan yang diam-diam.

There's not really a lot of community support around it.

Tidak begitu banyak dukungan dari lingkungan.

There's really no ceremony,

Tidak ada upacara,

rituals, or rites.

atau ritual.

And I think, with a death, you have a funeral, you celebrate the life,

Dibandingkan dengan kematian, ada penguburan, penghargaan pada hidup,

and there's a lot of community support,

dan ada banyak dukungan dari lingkungan.

and it's something women don't have with miscarriage.

Itulah yang tidak dimiliki wanita yang mengalami keguguran.

RG: Which is too bad because, of course,

RG: Yang tentu saja, sangat buruk.

it's a very common and very traumatic experience.

Ini pengalaman yang umum dan sangat traumatis.

Fifteen to 20 percent of all pregnancies result in miscarriage,

15 hingga 20 persen kehamilan berakhir dengan keguguran.

and I find this astounding.

Saya menemukan sesuatu yang luar biasa.

In a survey, 74 percent of women said

Dalam sebuah survei, 74 persen perempuan

that miscarriage, they felt, was partly their fault, which is awful.

merasa bahwa keguguran sebagian adalah kesalahan mereka, buruk sekali.

And astoundingly, 22 percent

Dan yang juga luar biasa, 22 persen

said they would hide a miscarriage from their spouse.

berkata mereka akan menyembunyikannya dari pasangan mereka.

So taboo number four:

Sehingga pantangan keempat:

you can't say that your average happiness

Anda tidak boleh berkata tingkat rata-rata kebahagiaan Anda

has declined since having a child.

berkurang sejak memiliki anak.

The party line is that every single aspect of my life

Pedomannya adalah semua sisi kehidupan saya

has just gotten dramatically better

menjadi jauh lebih baik

ever since I participated

sejak saya berpartisipasi

in the miracle that is childbirth and family.

dalam keajaiban bernama melahirkan dan keluarga.

I'll never forget, I remember vividly to this day,

Saya tidak pernah lupa. Saya ingat hari itu,

our first son, Declan, was nine months old,

putra pertama kami, Declan, berusia sembilan bulan,

and I was sitting there on the couch,

dan saya duduk di sofa itu,

and I was reading Daniel Gilbert's wonderful book, "Stumbling on Happiness."

membaca buku Daniel Gilbert yang bagus, "Stumbling on Happiness."

And I got about two-thirds of the way through,

Saya sudah membaca dua pertiga bagian,

and there was a chart on the right-hand side --

dan ada kurva di sebelah kanan --

on the right-hand page --

di halaman sebelah kanan --

that we've labeled here

yang kami beri tanda di sini

"The Most Terrifying Chart Imaginable

"Kurva paling mengerikan yang dapat dibayangkan

for a New Parent."

oleh yang baru menjadi orang tua."

This chart is comprised of four completely independent studies.

Kurva itu berisi empat kajian independen.

Basically, there's this precipitous drop

Pada dasarnya, ada penurunan yang tajam

of marital satisfaction,

pada kepuasan hubungan pernikahan,

which is closely aligned, we all know, with broader happiness,

yang sangat selaras, kita semua tahu, dengan kebahagiaan,

that doesn't rise again

yang tidak meningkat kembali

until your first child goes to college.

sampai anak pertama Anda masuk perguruan tinggi.

So I'm sitting here looking at the next two decades of my life,

Jadi saya duduk di sini melihat kehidupan saya dua dekade mendatang,

this chasm of happiness

jurang kebahagiaan ini

that we're driving our proverbial convertible straight into.

di mana kami tepat mengarah ke sana.

We were despondent.

Kami putus asa.

AV: So you can imagine, I mean again, the first few months were difficult,

AV: Jadi Anda dapat membayangkan, bulan-bulan pertama sangat sulit

but we'd come out of it,

tapi kami berhasil mengatasinya,

and were really shocked to see this study.

dan kami benar-benar terkejut melihat kajian ini.

So we really wanted to take a deeper look at it

Jadi kami ingin lebih melihat lebih ke dalam lagi

in hopes that we would find a silver lining.

dengan harapan kami menemukan sesuatu yang menghibur.

RG: And that's when it's great to be running a website for parents,

RG: Inilah saat di mana mengelola situs bagi para orang tua sangat berguna,

because we got this incredible reporter

karena kami memiliki wartawan yang hebat ini

to go and interview all the scientists

mewawancarai semua ilmuwan

who conducted these four studies.

yang melakukan keempat kajian ini.

We said, something is wrong here.

Kami berkata, ada sesuatu yang salah di sini.

There's something missing from these studies.

Ada sesuatu yang hilang dalam kajian ini.

It can't possibly be that bad.

Tidak mungkin sebegitu buruknya.

So Liz Mitchell did a wonderful job with this piece,

Liz Mitchell melakukan pekerjaan luar biasa dengan tulisan ini.

and she interviewed four scientists,

Dia mewawancarai keempat ilmuwan ini

and she also interviewed Daniel Gilbert,

dan juga mewawancarai Daniel Gilbert.

and we did indeed find a silver lining.

Dan kami menemukan hal yang menghibur itu.

So this is our guess

Jadi inilah tebakan kami

as to what this baseline of average happiness

tentang seperti apa garis rata-rata kebahagiaan itu

arguably looks like throughout life.

terlihat sepanjang hidup.

Average happiness is, of course, inadequate,

Kebahagiaan rata-rata saja tidak cukup,

because it doesn't speak

karena itu tidak mencakup

to the moment-by-moment experience,

pengalaman dari setiap peristiwa.

and so this is what we think it looks like

Sehingga kami rasa seperti inilah bentuknya

when you layer in

saat Anda memasukkan

moment-to-moment experience.

pengalaman dari setiap peristiwa.

And so we all remember as children,

Jadi kita semua ingat sebagai anak-anak,

the tiniest little thing -- and we see it on the faces of our children --

yang paling kecil -- dan kita melihatnya pada wajah anak-anak kita --

the teeniest little thing

hal yang paling kecil saja

can just rocket them to these heights

dapat menaikkan kebahagiaan ke puncak

of just utter adulation,

hanya dengan memuji,

and then the next teeniest little thing

lalu hal kecil lainnya

can cause them just to plummet to the depths of despair.

dapat membuat mereka jatuh ke dalam keputusasaan.

And it's just extraordinary to watch, and we remember it ourselves.

Ini luar biasa untuk dilihat, dan kita mengingatnya sendiri.

And then, of course, as you get older,

Lalu, tentu saja, saat Anda bertambah tua,

it's almost like age is a form of lithium.

usia hampir menyerupai litium.

As you get older, you become more stable.

Saat Anda bertambah tua, Anda menjadi lebih stabil.

And part of what happens, I think, in your '20s and '30s,

Sebagian yang terjadi, saya pikir, pada usia 20 dan 30-an

is you start to learn to hedge your happiness.

adalah Anda mulai belajar membatasi kebahagiaan Anda.

You start to realize that

Anda mulai menyadari bahwa

"Hey, I could go to this live music event

"Hei, saya bisa pergi ke pertunjukan musik ini

and have an utterly transforming experience

dan mendapatkan pengalaman yang sama sekali baru

that will cover my entire body with goosebumps,

yang akan membuat seluruh tubuh saya merinding,

but it's more likely that I'll feel claustrophobic

tapi lebih mungkin saya akan merasa sesak

and I won't be able to get a beer.

dan saya tidak dapat bir.

So I'm not going to go.

Saya tidak jadi pergi.

I've got a good stereo at home. So, I'm not going to go."

Saya memiliki stereo yang bagus di rumah. Jadi, saya tidak akan pergi."

So your average happiness goes up,

Rata-rata kebahagiaan Anda meningkat,

but you lose those transcendent moments.

tapi Anda kehilangan peristiwa transenden itu.

AV: Yeah, and then you have your first child,

AV: Benar, lalu Anda memiliki anak pertama.

and then you really resubmit yourself

Lalu Anda benar-benar menyerahkan kembali diri Anda

to these highs and lows --

ke puncak dan jurang ini --

the highs being the first steps, the first smile,

puncak kebahagiaan itu langkah pertama, senyum pertama

your child reading to you for the first time --

anak Anda membacakan Anda buku pertama kalinya --

the lows being, our house, any time from six to seven every night.

jurangnya adalah rumah kita antara jam enam dan tujuh setiap malam.

But you realize you resubmit yourself

Tapi Anda menyadari Anda menyerahkan diri Anda kembali

to losing control in a really wonderful way,

untuk kehilangan kendali dengan cara yang luar biasa,

which we think provides a lot of meaning to our lives

yang kami pikir sangat berarti bagi hidup kita

and is quite gratifying.

dan hal ini cukup memuaskan.

RG: And so in effect,

RG: Sehingga akibatnya,

we trade average happiness.

kita menukar kebahagiaan rata-rata.

We trade the sort of security and safety

Kita menukar keamanan dan keselamatan

of a certain level of contentment

tingkat kepuasan tertentu ini

for these transcendent moments.

dengan peristiwa-peristiwa transenden tadi.

So where does that leave the two of us

Jadi di mana kami sekarang

as a family with our three little boys

dengan keluarga tiga putra kecil kami

in the thick of all this?

di antara semua itu?

There's another factor in our case.

Ada faktor lain dalam kasus kami.

We have violated yet another taboo

Kami telah melanggar pantangan lainnya

in our own lives,

dalam hidup.

and this is a bonus taboo.

Ini adalah pantangan bonus.

AV: A quick bonus taboo for you, that we should not be working together,

AV: Satu pantangan bonus, singkat saja, kita tidak boleh bekerja bersama,

especially with three children --

terutama dengan tiga anak --

and we are.

tapi kami lakukan.

RG: And we had reservations about this on the front end.

RG: Kami sudah selalu berusaha mengingat ini.

Everybody knows, you should absolutely not work with your spouse.

Semua orang tahu, Anda sebaiknya tidak bekerja bersama pasangan Anda.

In fact, when we first went out to raise money to start Babble,

Namun, saat kami pergi mengumpulkan dana untuk memulai Babble,

the venture capitalists said,

pengusaha modal ventura itu berkata,

"We categorically don't invest

"Kami biasanya tidak menanam modal

in companies founded by husbands and wives,

di perusahaan yang didirikan oleh suami istri

because there's an extra point of failure.

karena pasti ada tambahan kemungkinan gagal.

It's a bad idea. Don't do it."

Ini ide yang buruk. Jangan lakukan."

And we obviously went forward. We did.

Dan jelas kami malah terus maju.

We raised the money, and we're thrilled that we did,

Kami mengumpulkan uang, dan kami senang dengan yang kami lakukan,

because in this phase of one's life,

karena pada tahap kehidupan ini,

the incredibly scarce resource is time.

waktu kami sangat terbatas.

And if you're really passionate about what you do every day -- which we are --

Jika Anda benar-benar menyukai apa yang Anda lakukan setiap hari

and you're also passionate about your relationship,

dan juga memuja hubungan Anda,

this is the only way we know how to do it.

ini satu-satunya cara melakukannya yang kami tahu.

And so the final question that we would ask is:

Lalu pertanyaan terakhir yang kami ingin tanyakan adalah:

can we collectively bend that happiness chart upwards?

dapatkah kami bersama-sama mengubah kurva kebahagiaan itu ke atas?

It's great that we have these transcendent moments of joy,

Kami beruntung dapat merasakan peristiwa berbahagia yang transenden ini,

but they're sometimes pretty quick.

walau terkadang itu sangat cepat.

And so how about that average baseline of happiness?

Lalu bagaimana dengan garis kebahagiaan rata-rata ini?

Can we move that up a little bit?

Dapatkah kami menaikkannya sedikit?

AV: And we kind of feel that the happiness gap, which we talked about,

AV: Kami merasa jurang kebahagiaan, yang kami bicarakan.

is really the result of walking into parenting --

adalah akibat dari mulai mengasuh anak --

and really any long-term partnership for that matter --

dan benar-benar butuh hubungan jangka panjang untuk itu --

with the wrong expectations.

dengan harapan yang salah.

And if you have the right expectations and expectation management,

Jika Anda memiliki harapan dan pengelolaan harapan yang benar,

we feel like it's going to be a pretty gratifying experience.

kami percaya ini akan menjadi pengalaman yang memuaskan.

RG: And so this is what --

RG: Sehingga inilah --

And we think that a lot of parents,

Kami pikir banyak orang tua,

when you get in there -- in our case anyway --

saat Anda mencapai titik ini -- seperti kami juga --

you pack your bags for a trip to Europe, and you're really excited to go.

Anda pergi jalan-jalan ke Eropa dan sangat senang dapat pergi.

Get out of the airplane,

Keluar dari pesawat,

it turns out you're trekking in Nepal.

dan ternyata Anda ada di Nepal.

And trekking in Nepal is an extraordinary experience,

Berjalan-jalan di Nepal benar-benar pengalaman luar biasa,

particularly if you pack your bags properly

terutama jika Anda mengemas barang Anda dengan benar

and you know what you're getting in for and you're psyched.

dan Anda tahu mengapa Anda di sana dan Anda menyukainya.

So the point of all this for us today

Jadi inti semua ini bagi kita

is not just hopefully honesty for the sake of honesty,

adalah bukan hanya berharap secara jujur demi kejujuran,

but a hope that by being more honest and candid about these experiences,

tapi berharap dengan menjadi lebih jujur dan tulus tentang pengalaman ini,

that we can all collectively

kita bersama-sama

bend that happiness baseline up a little bit.

dapat sedikit memperbaiki garis kebahagiaan ini.

RG + AV: Thank you.

RG + AV: Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)