History's deadliest king - by Georges Nzongola-Ntalaja

Translator: febna. pink Reviewer: Maria Nainggolan

On December 12, 1904, Chief Lontulu laid 110 twigs

Pada tanggal 12 Desember 1904,

Kepala Suku Lontulu meletakkan 110 ranting

in front of a foreign commission.

di depan sebuah komisi luar negeri.

Every twig represented a person in his village who died

Setiap ranting mewakilkan satu orang di desanya yang meninggal

because of King Leopold’s horrific regime in the Congo—

karena rezim mengerikan Raja Leopold di Kongo,

all in the name of rubber.

dan semua itu hanya demi karet.

Chief Lontulu separated the twigs into four piles:

Kepala Suku Lontulu memisahkan

ranting-ranting tersebut ke dalam empat tumpukan:

tribal nobles, men, women, and children—

para tetua suku, lelaki, perempuan, dan anak-anak,

lalu ia menyebut nama orang yang meninggal satu per satu.

then proceeded to name the dead of one-by-one.

His testimony joined hundreds of others to help bring an end

Ia termasuk satu dari ratusan orang yang bersaksi

sebagai upaya mengakhiri

to one of the greatest atrocities in history.

salah satu kekejian terbesar dalam sejarah.

[Karet adalah kematian]

Beginning in the late 1800s,

Dimulai pada akhir tahun 1800-an,

European countries participated in the so-called “Scramble for Africa.”

Negara-negara di Eropa terlibat dalam sesuatu yang bernama “Perebutan Afrika”.

They colonized 90% of the continent,

Mereka menjajah 90% dari benua tersebut,

exploiting African resources and enriching their countries.

mengambil sumber daya di Afrika dan memperkaya negara mereka sendiri.

Belgium had recently become an independent kingdom.

Belgium baru saja menjadi kerajaan yang merdeka.

Its ruler, Leopold II, wanted to acquire what he called

Penguasanya, Leopold II, ingin mendapatkan yang disebutnya sebagai

“a slice of this magnificent African cake.”

“sepotong kue Afrika yang megah ini.”

Meanwhile, he read colonial explorer Henry Morton Stanley’s reports

Sementara itu, ia membaca laporan dari seorang penjelajah kolonial

bernama Henry Morton Stanley

about traveling through Africa.

tentang perjalanannya berkeliling Afrika.

Stanley emphasized the Congo basin’s majesty.

Stanley menekankan soal kemegahan cekungan sungai Kongo.

So, in 1879, Leopold contracted him to return to the Congo.

Maka, pada tahun 1879, Leopold menyewanya agar ia kembali ke Kongo.

There, Stanley deceived leaders into signing some 450 treaties

Di sana, Stanley menghasut para pemimpin

untuk menandatangani sebanyak 450-an perjanjian

allowing for land use.

yang mengizinkan penggunaan tanah.

Leopold persuaded the US and European powers to grant him ownership

Leopold mendekati negara-negara adikuasa di Amerika dan Eropa

supaya ia mendapat hak kepemilikan atas Kongo,

of the Congo,

pledging to protect free trade in the region.

serta bersumpah untuk melindungi dagang bebas di daerah itu.

And on May 29, 1885, a territory more than 80 times the size of Belgium

Lalu, pada 29 Mei 1885,

daerah yang luasnya 80 kali Belgium

and home to 20 million people was declared his own private colony—

dan rumah dari 20 juta orang

ia nyatakan sebagai koloni milik pribadinya,

by no one it actually belonged to.

padahal daerah tersebut tidak bertuan.

Leopold lost no time consolidating power in what he called the Congo Free State.

Leopold secepat mungkin memperkuat posisinya

di daerah tersebut yang dia namakan “Negara Bebas Kongo”.

He claimed land, raised an army,

Ia merampas tanah, membentuk pasukan,

and forced many Congolese men to complete unpaid labor.

dan memaksa banyak pemuda Kongo untuk bekerja tanpa upah.

Things got even worse when, in 1887,

Hal ini semakin memburuk saat, pada tahun 1887,

a Scottish inventor redeveloped the pneumatic tire,

seorang penemu dari Skotlandia mengembangkan ulang ban,

creating a massive international market for rubber.

sehingga terbentuk lah pasar karet raksasa global.

Kongo adalah salah satu negara

The Congo had one of the world’s largest supplies.

dengan bahan baku karet terbanyak di dunia.

Leopold seized the opportunity,

Leopold menggunakan kesempatan tersebut,

requiring villages to meet ever-greater rubber quotas.

menargetkan hasil panen yang sangat tinggi kepada penduduk desa.

Congolese men had to harvest the material from wild vines.

Para pria Kongo harus memanen bahan karet dari pohon karet liar.

Ketika persediaannya menipis,

As supplies drained, they walked for days to gather enough.

mereka berjalan sampai berhari-hari untuk memenuhi target itu.

Leopold’s army entered villages and held women and children hostage

Tentara Leopold mendatangi perkampungan dan menyekap wanita dan anak-anak

until the impossible quota was met.

sampai target panennya dapat terpenuhi.

Soldiers sexually violated women and deprived children of food and water.

Para tentara melecehkan para wanita secara seksual,

dan tidak memberi makan serta minum yang cukup pada anak-anak.

Congolese people rebelled—

Orang Kongo memberontak;

they refused to cooperate, fought Leopold’s soldiers,

mereka menolak bekerjasama, melawan tentara-tentara Leopold

hid in the forests, and destroyed rubber vines.

bersembunyi di hutan, dan merusak tanaman-tanaman karet.

Leopold’s army responded to resistance or failure to meet quotas

Para bawahan Leopold menanggapi perlawanan tersebut

ataupun kegagalan untuk memenuhi target

with unflinching torture and executions.

dengan penyiksaan keji dan hukuman mati.

Because guns and ammunition were expensive,

Karena pistol dan amunisi harganya mahal,

officers ordered soldiers to prove they used their bullets in the line of duty

para perwira meminta bukti dari para prajurit

peluru mereka dipakai untuk menjalankan perintah

by removing a hand from anyone they killed.

dengan memotong tangan orang yang mereka bunuh.

However, many soldiers hunted using their guns.

Tetapi, banyak tentara berburu hewan menggunakan senapan mereka.

To avoid harsh penalties and account for lost bullets,

Untuk menghindari hukuman berat

dan mempertanggungjawabkan hal tersebut,

they cut off living people’s hands.

mereka memotong tangan orang yang masih hidup.

They also used this practice as punishment.

Mereka juga melakukan praktik ini sebagai hukuman.

If rubber quotas weren’t met,

Jika target panen karet tak terpenuhi,

soldiers would sever people’s hands and bring them to their commanders

mereka memotong tangan orang-orang

dan membawanya kepada atasan mereka sebagai ganti karet itu.

instead of rubber.

The regime dramatically upended daily life and agriculture,

Rezim Leopold memorakporandakan kehidupan dan pertanian masyarakat disana;

causing widespread starvation and disease.

memunculkan kelaparan massal serta penyakit.

Meanwhile, King Leopold built monuments and private estates

Sementara itu, Raja Leopold membangun monumen dan properti pribadi

dengan kekayaan yang ia peroleh.

with the wealth he extracted.

Soon, people brought international attention to the horrific abuses

Tak lama setelahnya,

orang-orang menguak kekejaman dari Negara Bebas Kongo

of Leopold’s Congo Free State.

kepada dunia internasional.

In 1890, American journalist George Washington Williams

Pada tahun 1890, seorang wartawan Amerika bernama George Washington Williams

accused King Leopold of “deceit, fraud, robberies, arson,

menuduh raja Leopold atas: pembohongan, penipuan,

perampokan, pembakaran properti,

murder, slave-raiding, and [a] general policy of cruelty.”

pembunuhan, perbudakan, dan kekejaman secara umumnya.

In 1903, Diplomat Roger Casement wrote a report that corroborated

Pada tahun 1903, seorang duta besar bernama Roger Casement

membuat laporan yang merincikan tentang

the nature and scale of the atrocities.

kekacauan yang ada disana.

It was published the following year.

Laporan ini diterbitkan setahun setelahnya.

Sebagai tanggapannya,

In response, Leopold appointed his own commission to investigate the accusations.

Leopold membentuk komisinya untuk menyelidiki tuduhan tersebut.

They heard numerous witness statements in the Congo— Chief Lontulu’s included.

Mereka memeriksa banyak pernyataan saksi dari Kongo,

termasuk Kepala Suku Lontulu.

The report only confirmed the worst.

Hasil laporan itu malah menegaskan yang terjadi.

Facing pressure, Leopold relinquished control of the Congo

Karena tekanan dari sana sini,

Leopold memindahtangankan kuasanya atas Kongo

to the Belgian government in 1908.

kepada pemerintah Belgia pada tahun 1908.

But this did not mean justice.

Tapi ini tidak berarti keadilan ditegakkan.

The Belgian state awarded Leopold 50 million francs

Belgia menganugerahkan Leopold 50 juta francs

“in testimony for his great sacrifice in favor of the Congo.”

atas “pengorbanan besarnya untuk Kongo”.

He died the following year.

Setahun setelahnya ia mati.

Crowds booed his funeral procession.

Orang banyak mencemooh prosesi pemakamannya.

Lebih dari 50 tahun setelahnya,

For more than 50 years following, the Congo remained a Belgian colony,

negara Kongo tetap menjadi daerah jajahan Belgia

until declaring independence in 1960.

sampai mereka menyatakan kemerdekaan di tahun 1960.

That year, the Congo elected its first prime minister, Patrice Lumumba.

Tahun itu, negara Kongo memilih

perdana menteri pertamanya, Patrice Lumumba.

But months later, he was unseated in a US and Belgium backed coup.

Tetapi, beberapa bulan setelahnya,

ia dilengserkan oleh revolusi yang

didalangi Amerika Serikat dan Belgia.

In early 1961, Lumumba was assassinated under Belgian supervision.

Pada awal tahun 1961, Lumumba dibunuh di bawah perintah Belgia.

Pemberontakan ini membuat negara Kongo

The coup launched the country into a decades-long dictatorship.

terjerumus ke dalam kediktatoran selama beberapa dekade.

Around 10 million Congolese people are thought to have died

Diperkirakan sekitar 10 juta orang Kongo yang meninggal

during Leopold’s occupation and looting of the Congo.

saat masa penjajahan dan penjarahan dari raja Leopold

atas negara Kongo.

Despite this devastation, calls for reparations have gone unanswered.

Walaupun kerusakan ini terjadi, tidak ada pertanggungjawaban dari mereka.

To this day, throughout Belgium can be found the monuments King Leopold built

Sampai sekarang, di Belgia terdapat

monumen yang dibangun Raja Leopold

on a foundation of inconceivable cruelty.

yang dibangun atas kekejian yang tak terbayangkan.