Sugata Mitra: Can kids teach themselves?

Translator: Katherine Kho Reviewer: Antonius Yudi Sendjaja

I have a tough job to do.

Saya mempunyai pekerjaan yang sulit.

You know, when I looked at the profile of the audience here,

Tahukah Anda, ketika saya melihat profil para penonton di sini,

with their connotations and design, in all its forms,

dengan berbagai macam latar belakang,

and with so much and so many people working

dan dengan begitu banyak orang yang bekerja

on collaborative and networks, and so on, that I wanted to tell you,

di bidang kolaborasi dan jaringan, dan sebagainya, saya ingin berkata kepada Anda,

I wanted to build an argument for primary education

saya ingin membangun sebuah argumen tentang pendidikan dasar

in a very specific context.

dalam konteks yang sangat spesifik.

In order to do that in 20 minutes, I have to bring out four ideas --

Untuk melakukannya dalam 20 menit, saya harus menjelaskan empat ide --

it's like four pieces of a puzzle.

ini seperti empat potong teka-teki.

And if I succeed in doing that,

Dan jika saya sukses melakukan itu,

maybe you would go back with the thought

mungkin Anda akan kembali dengan pikiran

that you could build on, and perhaps help me do my work.

bahwa Anda dapat lakukan dan mungkin menolong saya dalam melakukan pekerjaan saya

The first piece of the puzzle is remoteness

Potongan teka - teki yang pertama adalah keterpencilan

and the quality of education.

dan kualitas pendidikan.

Now, by remoteness, I mean two or three different kinds of things.

Nah, keterpencilan yang saya maksud memiliki dua atau tiga arti yang berbeda.

Of course, remoteness in its normal sense, which means

Tentu saja, keterpencilan dalam arti yang biasa, artinya

that as you go further and further away

adalah ketika Anda pergi semakin jauh

from an urban center, you get to remoter areas.

dari daerah pusat kota, Anda sampai ke daerah yang lebih terpencil.

What happens to education?

Apa yang terjadi dengan pendidikan?

The second, or a different kind of remoteness

Arti keterpencilan yang kedua atau yang lain

is that within the large metropolitan areas all over the world,

adalah di dalam daerah metropolitan di seluruh dunia,

you have pockets, like slums, or shantytowns, or poorer areas,

ada kantung - kantung, seperti daerah kumuh atau daerah yang miskin,

which are socially and economically remote

yang terpencil secara sosial dan ekonomi

from the rest of the city, so it's us and them.

bila dibandingkan daerah sekitarnya, berbeda dari sekitarnya.

What happens to education in that context?

Apa yang terjadi dengan pendidikan dalam konteks itu?

So keep both of those ideas of remoteness.

Jadi mari kita pegang kedua definisi tentang keterpencilan itu.

We made a guess. The guess was that schools in remote areas

Kami membuat sebuah tebakan. Tebakan bahwa sekolah - sekolah di daerah yang terpencil

do not have good enough teachers.

tidak memiliki guru - guru yang bagus.

If they do have, they cannot retain those teachers.

Walaupun mereka memiliki guru, mereka tidak dapat mempertahankan guru - guru itu;

They do not have good enough infrastructure.

mereka tidak memiliki prasarana yang cukup bagus.

And if they had some infrastructure,

Dan kalaupun mereka memilikinya,

they have difficulty maintaining it.

mereka mengalami kesulitan untuk merawatnya.

But I wanted to check if this is true. So what I did last year was

Tetapi saya ingin menguji apakan ini benar. Jadi apa yang saya lakukan tahun lalu adalah

we hired a car, looked up on Google,

kami menyewa sebuah mobil, dengan bantuan Google,

found a route into northern India from New Delhi

menemukan sebuah rute ke India utara dari New Delhi

which, you know, which did not cross any big cities

yang tidak melewati kota - kota besar,

or any big metropolitan centers. Drove out about 300 kilometers,

atau kota - kota metropolitan. Mengemudi sekitar 300 kilometer,

and wherever we found a school, administered a set of standard tests,

dan dimanapun kami menemukan sebuah sekolah, kami melakukan sebuah tes standar,

and then took those test results and plotted them on a graph.

dan kemudian mengambil hasil tes dan memplotnya dalam sebuah grafik.

The graph was interesting, although you need to consider it carefully.

Grafik itu menarik, meskipun Anda perlu mempertimbangkannya dengan hati - hati.

I mean, this is a very small sample; you should not generalize from it.

Maksud saya, ini adalah sampel yang sangat kecil; Anda sebaiknya tidak menyamaratakannya.

But it was quite obvious, quite clear,

Tetapi sangatlah jelas

that for this particular route that I had taken,

bahwa pada rute yang telah saya lewati,

the remoter the school was, the worse its results seemed to be.

makin terpencil sebuah sekolah, semakin jelek hasilnya.

That seemed a little damning,

Ini kelihatan sangat memberatkan,

and I tried to correlate it with things like infrastructure,

dan saya mencoba menghubungkannya dengan hal seperti infrastruktur,

or with the availability of electricity, and things like that.

atau dengan ketersediaan listrik dan hal lainnya.

To my surprise, it did not correlate.

Saya terkejut ketika hal itu tidak berhubungan.

It did not correlate with the size of classrooms.

Hasilnya tidak berhubungan dengan ukuran kelas.

It did not correlate with the quality of the infrastructure.

Tidak berhubungan dengan kualitas infrastruktur.

It did not correlate with the poverty levels. It did not correlate.

Tidak berhubungan dengan tingkat kemiskinan. Tidak berhubungan.

But what happened was that when I administered a questionnaire

Tetapi apa yang terjadi ketika saya menyebarkan sebuah daftar pertanyaan

to each of these schools, with one single question for the teachers -- which was,

kepada tiap sekolah ini, dengan satu pertanyaan kepada guru - guru, yaitu,

"Would you like to move to an urban, metropolitan area?" --

maukan kamu pindah ke daerah kota?

69 percent of them said yes. And as you can see from that,

69 persen dari mereka mengatakan iya, dan seperti yang bisa kamu lihat,

they say yes just a little bit out of Delhi,

mereka yang berada sedikit di luar Delhi berkata iya,

and they say no when you hit the rich suburbs of Delhi --

dan mereka yang ada di daerah kaya di pinggiran kota Delhi berkata tidak --

because, you know, those are relatively better off areas --

karena daerah sana relatif lebih baik.

and then from 200 kilometers out of Delhi, the answer is consistently yes.

Lalu mulai dari 200 kilometer dari Delhi, jawabannya adalah iya secara konsisten.

I would imagine that a teacher who comes or walks into class

Saya membayangkan bahwa seorang guru yang datang atau masuk ke dalam kelas

every day thinking that, I wish I was in some other school,

setiap hari berpikir, saya harap saya ada di sekolah lain,

probably has a deep impact on what happens to the results.

mungkin memiliki dampak yang dalam pada apa yang terjadi kepada hasil tes ini.

So it looked as though teacher motivation and teacher migration

Jadi kelihatannya motivasi guru dan perpindahan guru

was a powerfully correlated thing with what was happening in primary schools,

berhubungan erat dengan apa yang terjadi di sekolah - sekolah dasar,

as opposed to whether the children have enough to eat,

berlawanan dengan apakah anak - anak cukup makan,

and whether they are packed tightly into classrooms

atau apakah mereka berjejalan di dalam ruangan,

and that sort of thing. It appears that way.

atau hal - hal seperti itu.

When you take education and technology, then I find in the literature that,

Ketika Anda berbicara tentang pendidikan dan teknologi, saya menemukan di literatur bahwa

you know, things like websites, collaborative environments --

hal - hal seperti situs, lingkungan yang kolaboratif --

you've been listening to all that in the morning --

yang telah Anda dengar pagi hari tadi --

it's always piloted first in the best schools, the best urban schools,

selalu diujicoba pertama kali di sekolah - sekolah terbaik, sekolah - sekolah terbaik di kota,

and, according to me, biases the result.

dan menurut saya, hasilnya berat sebelah.

The literature -- one part of it, the scientific literature --

Literatur - khususnya, literatur ilmu pengetahuan,

consistently blames ET as being over-hyped and under-performing.

secara konsisten menyalahkan teknologi edukasi (TE) yang terlalu dilebih-lebihkan dan memiliki tingkat keberhasilan yang rendah

The teachers always say, well, it's fine, but it's too expensive for what it does.

Para guru selalu bilang, "Wah, teknologinya bagus, tapi terlalu mahal."

Because it's being piloted in a school where the students are already getting,

karena TE selalu diujicoba di sekolah dimana para muridnya telah mendapatkan

let's say, 80 percent of whatever they could do.

katakanlah, 80 persen dari apa yang dapat mereka lakukan.

You put in this new super-duper technology, and now they get 83 percent.

Anda aplikasikan teknologi terbaru, dan katakanlah sekarang mereka mendapat 83 persen.

So the principal looks at it and says,

Jadi kepala sekolah melihat hasilnya dan berkata,

3 percent for 300,000 dollars? Forget it.

300,000 dollar untuk 3 persen? Lupakan saja.

If you took the same technology and piloted it into one of those remote schools,

Kalau Anda menggunakan teknologi yang sama dan diujicobakan di salah satu dari sekolah terpencil,

where the score was 30 percent, and, let's say, took that up to 40 percent --

dimana nilainya hanya 30, dan katakanlah, meningkat menjadi 40,

that will be a completely different thing.

akan menjadi hal yang sama sekali berbeda.

So the relative change that ET, Educational Technology, would make,

Jadi perubahan secara relatif yang dapat dilkukan TE

would be far greater at the bottom of the pyramid than at the top,

akan lebih besar pada bagian bawah piramid daripada bagian atas,

but we seem to be doing it the other way about.

tapi kita kelihatannya melakukannya secara terbalik.

So I came to this conclusion that ET should reach

Jadi saya sampai pada kesimpulan bahwa TE harus menjangkau

the underprivileged first, not the other way about.

mereka yang kekurangan terlebih dahulu, bukan sebaliknya.

And finally came the question of, how do you tackle teacher perception?

Dan akhirnya kita sampai pada pertanyaan, bagaimana mengatasi persepsi guru?

Whenever you go to a teacher and show them some technology,

Kapanpun Anda pergi ke seorang guru dan menunjukkan sebuah teknologi

the teacher's first reaction is,

reaksi pertama seorang guru adalah,

you cannot replace a teacher with a machine -- it's impossible.

Anda tidak bisa menggantikan seorang guru dengan mesin -- itu mustahil.

I don't know why it's impossible, but, even for a moment,

Saya tidak tahu mengapa hal itu mustahil, tapi, walau untuk sesaat,

if you did assume that it's impossible -- I have a quotation from Sir Arthur C. Clarke,

jika Anda memang beranggapan bahwa itu mustahil -- saya mempunyai kutipan dari Sir Arthur C. Clarke,

the science fiction writer whom I met in Colombo,

seorang penulis fiksi ilmiah yang saya temui di Kolombo,

and he said something which completely solves this problem.

dan dia mengatakan sesuatu yang akan menyelesaikan masalah ini.

He said a teacher than can be replaced by a machine, should be.

Dia berkata seorang guru yang bisa digantikan oleh mesin harus digantikan oleh mesin.

So, you know, it puts the teacher into a tough bind, you have to think.

Ini meletakkan guru pada posisi yang sukar.

Anyway, so I'm proposing that an alternative primary education,

Jadi saya mengajukan proposal bahwa sebuah pendidikan dasar alternatif,

whatever alternative you want, is required where schools don't exist,

alternatif apapun yang Anda inginkan, diperlukan di mana tidak ada sekolah.

where schools are not good enough, where teachers are not available

di mana sekolah tidak cukup baik, di mana tidak ada guru

or where teachers are not good enough, for whatever reason.

atau di mana guru - gurunya tidak cukup baik, apapun alasannya.

If you happen to live in a part of the world where none of this applies,

Jika Anda kebetulan hidup di daerah di mana semua hal ini tidak berlaku,

then you don't need an alternative education.

maka Anda tidak perlu pendidikan alternatif.

So far I haven't come across such an area, except for one case. I won't name the area,

Sejauh ini saya belum menemukan daerah seperti itu, kecuali pada satu kasus. Saya tidak akan menyebutkan tempatnya,

but somewhere in the world people said, we don't have this problem,

tetapi di suatu tempat dimana orang - orang berkata, " Kami tidak punya masalah seperti itu,

because we have perfect teachers and perfect schools.

karena kami memiliki guru dan sekolah yang sempurna."

There are such areas, but -- anyway, I'd never heard that anywhere else.

Ada daerah seperti itu, tetapi - saya tidak pernah mendengarnya di tempat lain.

I'm going to talk about children and self-organization,

Saya akan berbicara tentang anak - anak dan swa organisasi,

and a set of experiments which sort of led to this idea

dan ada satu percobaan yang mengarah kepada ide ini

of what might an alternative education be like.

tentang seperti apa kemungkinannya bentuk pendidikan alternatif itu.

They're called the hole-in-the-wall experiments.

Sesuatu yang disebut eksperimen lubang di dinding.

I'll have to really rush through this. They're a set of experiments.

Saya harus menjelaskannya secara cepat. Ini adalah serangkaian eksperimen.

The first one was done in New Delhi in 1999.

Yang pertama dilakukan di New Delhi tahun 1999.

And what we did over there was pretty much simple.

Dan apa yang kami lakukan di sana cukup sederhana.

I had an office in those days which bordered a slum, an urban slum,

Kantor saya pada waktu itu berbatasan dengan sebuah daerah kumuh,

so there was a dividing wall between our office and the urban slum.

jadi ada sebuah dinding pemisah antara kantor kami dengan daerah kumuh itu.

They cut a hole inside that wall --

Mereka membuat lubang pada dinding itu --

which is how it has got the name hole-in-the-wall --

sehingga nama proyek ini " Lubang di Dinding" --

and put a pretty powerful PC into that hole, sort of embedded into the wall

dan meletakkan sebuah komputer yang cukup canggih pada lubang itu, terpasang pada dinding,

so that its monitor was sticking out at the other end,

sehingga monitornya menghadap belahan dinding yang lain,

a touchpad similarly embedded into the wall,

sebuah touchpad juga dipasang pada dinding,

put it on high-speed Internet, put the Internet Explorer there,

lalu dihubungkan pada internet yang cepat, dengan Internet Eksplorer disana,

put it on Altavista.com -- in those days -- and just left it there.

lalu membuka Altavista.com - dan membiarkannya..

And this is what we saw.

Dan ini yang kami lihat.

So that was my office in IIT. Here's the hole-in-the-wall.

Itu kantor saya. Inilah lubang di dinding.

About eight hours later, we found this kid.

Dan sekitar delapan jam kemudian kami menemukan anak ini.

To the right is this eight-year-old child who --

Di sebelah kanan ada anak berumur 8 tahun

and to his left is a six-year-old girl, who is not very tall.

dan di sebelah kirinya ada anak perempuan berumur enam tahun yang tidak begitu tinggi

And what he was doing was, he was teaching her to browse.

Dan apa yang dilakukan anak laki - laki itu adalah mengajar si anak perempuan untuk menjelajah

So it sort of raised more questions than it answered.

Jadi ini memunculkan pertanyaan lebih daripada menjawab pertanyaan.

Is this real? Does the language matter,

Apakah ini benar? Apakah bahasa penting,

because he's not supposed to know English?

karena dia seharusnya tidak dapat berbahasa Inggris?

Will the computer last, or will they break it and steal it

Apakah komputer itu akan bertahan, atau akankah mereka menghancurkannya dan mencurinya,

-- and did anyone teach them?

-- dan apakah ada orang yang mengajari mereka?

The last question is what everybody said, but you know,

Pertanyaan terakhir adalah apa yang dikatakan semua orang,

I mean, they must have poked their head over the wall

"Mereka pasti pergi ke balik dinding

and asked the people in your office,

dan bertanya kepada orang - orang di kantor Anda."

can you show me how to do it, and then somebody taught him.

"Bisakah Anda tunjukkan kepadaku bagaimana caranya?", dan lalu seseorang mengajarkannya kepada mereka

So I took the experiment out of Delhi and repeated it,

Lalu saya membawa eksperimen itu keluar dari Delhi dan mengulanginya,

this time in a city called Shivpuri in the center of India,

Kali ini di sebuah kota yang disebut Chifpuri, di tengah India,

where I was assured that nobody had ever taught anybody anything.

dimana saya yakin tidak ada orang yang pernah mengajarkan kepada siapapun tentang apapun

(Laughter)

(Suara tawa)

So it was a warm day, and the hole in the wall

Hari itu hari yang hangat, dan "Lubang di Dinding"

was on that decrepit old building. This is the first kid who came there;

ada di dinding yang tua itu. Inilah anak pertama yang datang ke sini.

he later on turned out to be a 13-year-old school dropout.

ternyata dia adalah seorang anak putus sekolah yang berumur 13 tahun.

He came there and he started to fiddle around with the touchpad.

Dia datang ke sini dan mulai mengutak-atik dengan touchpad

Very quickly, he noticed that when he moves his finger on the touchpad

Dengan cepat dia mengetahui bahwa ketika dia menggerakkan jarinya pada touchpad

something moves on the screen --

sesuatu bergerak di layar --

and later on he told me, "I have never seen a television

dia kemudian berkata kepada saya, "Saya tidak pernah melihat televisi

where you can do something."

di mana Anda dapat melakukan sesuatu."

So he figured that out. It took him over two minutes

Jadi dia memahaminya. Dia membutuhkan waktu dua menit

to figure out that he was doing things to the television.

untuk memahami bahwa dia sedang melakukan sesuatu dengan televisinya.

And then, as he was doing that, he made an accidental click

Lalu, ketika dia sedang melakukan itu, dengan tidak sengaja mengklik

by hitting the touchpad -- you'll see him do that.

dengan menekan touchpad -- Anda akan melihat dia melakukan itu.

He did that, and the Internet Explorer changed page.

Dia menekannya, dan Internet Explorer berganti laman.

Eight minutes later, he looked from his hand to the screen,

Delapan menit kemudian, dia melihat dari tangannya ke layar,

and he was browsing: he was going back and forth.

dan dia sedang menjelajah kesana kemari

When that happened, he started calling all the neighborhood children,

Ketika hal itu terjadi, dia mulai memanggil anak - anak di sekitar daerah itu

like, children would come and see what's happening over here.

mereka kemudian datang dan melihat apa yang terjadi di sana.

And by the evening of that day, 70 children were all browsing.

Dan pada sore hari itu, 70 anak - anak semuanya menjelajah.

So eight minutes and an embedded computer

Jadi delapan menit dan sebuah komputer yang terpasang

seemed to be all that we needed there.

sepertinya hanya itulah yang kita butuhkan.

So we thought that this is what was happening:

Jadi kami pikir inilah yang terjadi

that children in groups can self-instruct themselves

bahwa anak - anak di dalam kelompok dapat saling mengajarkan kepada mereka sendiri

to use a computer and the Internet. But under what circumstances?

cara menggunakan sebuah komputer dan internet. Tetapi dalam kondisi apa?

At this time there was a -- the main question was about English.

Dan kali ini pertanyaannya adalah tentang bahasa Inggris.

People said, you know, you really ought to have this in Indian languages.

Orang bilang, Anda harus menggunakan bahasa India

So I said, have what, shall I translate the Internet

lalu aku berkata, haruskah saya menerjemahkan internet

into some Indian language? That's not possible.

ke dalam bahasa India? Itu tidak mungkin.

So, it has to be the other way about.

Jadi itu harus sebaliknya.

But let's see, how do the children tackle the English language?

Lalu kita lihat, bagaimana anak - anak itu mengatasi bahasa Inggris

I took the experiment out to northeastern India,

Saya mengadakan eksperimen ini di timur laut India,

to a village called Madantusi,

ke sebuah desa bernama Madantusi

where, for some reason, there was no English teacher,

dimana, untuk beberapa sebab, tidak ada guru bahasa Inggris,

so the children had not learned English at all.

jadi anak - anak sama sekali tidak belajar bahasa Inggris.

And I built a similar hole-in-the-wall.

Dan saya membangun lubang di dinding yang sama.

One big difference in the villages, as opposed to the urban slums:

Satu perbedaan besar antara desa dan kota adalah

there were more girls than boys who came to the kiosk.

ada lebih banyak anak perempuan daripada anak laki - laki yang datang ke kios.

In the urban slums, the girls tend to stay away.

Di kota, anak - anak perempuan cenderung menjauh.

I left the computer there with lots of CDs -- I didn't have any Internet --

Saya meninggalkan komputer dengan banyak CD - saya tidak mempunyai koneksi internet -

and came back three months later.

dan kembali tiga bulan kemudian.

So when I came back there, I found these two kids,

Ketika saya kembali ke sana, saya menemukan dua anak,

eight- and 12-year-olds, who were playing a game on the computer.

8 dan 12 tahun, sedang bermain game di komputer.

And as soon as they saw me they said,

Dan begitu mereka melihat saya mereka berkata,

"We need a faster processor and a better mouse."

kami butuh prosesor yang lebih cepat dan petikus yang lebih canggih.

(Laughter)

(Suara tawa)

I was real surprised.

Saya benar - benar terkejut.

You know, how on earth did they know all this?

Bagaimana cara mereka mengetahui semua ini?

And they said, "Well, we've picked it up from the CDs."

Dan mereka berkata, " Kami mempelajarinya dari CD"

So I said, "But how did you understand what's going on over there?"

Lalu saya berkata, "Tetapi bagaimana caranya kamu isinya?"

So they said, "Well, you've left this machine

Kata mereka, " Anda meninggalkan mesin ini

which talks only in English, so we had to learn English."

yang hanya berbicara dalam bahasa Inggris, jadi kami harus belajar bahasa Inggris.

So then I measured, and they were using 200 English words with each other

Lalu saya menghitung, mereka menggunakan 200 kosa kata Inggris satu sama lain

-- mispronounced, but correct usage --

-- salah eja, tapi penggunaannya benar --

words like exit, stop, find, save, that kind of thing,

kata - kata seperti 'exit', 'stop', 'find', 'save', dan sejenisnya,

not only to do with the computer but in their day-to-day conversations.

tidak hanya berhubungan dengan komputer tetapi juga percakapan sehari - hari mereka.

So, Madantusi seemed to show that language is not a barrier;

Jadi Madantusi kelihatannya menunjukkan bahwa bahasa bukanlah halangan,

in fact they may be able to teach themselves the language

pada kenyatannya mereka mampu belajar bahasa itu sendiri

if they really wanted to.

jika mereka benar - benar mau.

Finally, I got some funding to try this experiment out

Akhirnya, saya mendapat dana untuk mencoba eksperimen ini

to see if these results are replicable, if they happen everywhere else.

untuk melihat apakah hasilnya dapat diulangi, apakah hal ini terjadi dimana saja.

India is a good place to do such an experiment in,

India adalah tempat yang bagus untuk melakukan percobaan ini

because we have all the ethnic diversities, all the -- you know,

karena kita memiliki beragam etnik,

the genetic diversity, all the racial diversities,

beragam genetik, beragam ras,

and also all the socio-economic diversities.

dan juga beragam kondisi sosial ekonomi.

So, I could actually choose samples to cover a cross section

Jadi saya dapat memilih sampel yang cukup

that would cover practically the whole world.

untuk mewakili seluruh dunia.

So I did this for almost five years, and this experiment

Jadi saya melakukan ini selama hampir 5 tahun, dan eksperimen ini

really took us all the way across the length and breadth of India.

benar - benar membawa kami menjelajahi India.

This is the Himalayas. Up in the north, very cold.

Ini adalah Himalaya. Tinggi di utara, sangat dingin.

I also had to check or invent an engineering design

Saya juga harus menguji atau menemukan teknik rekayasa

which would survive outdoors, and I was using regular, normal PCs,

agar dapat bertahan di luar ruangan, dan saya menggunakan komputer yang biasa

so I needed different climates, for which India is also great,

jadi karena memiliki iklim yang berbeda, India juga bagus.

because we have very cold, very hot, and so on.

Karena kita memiliki tempat yang sangat dingin, sangat panas, dan sebagainya.

This is the desert to the west. Near the Pakistan border.

Ini adalah gurun di daerah barat, dekat dengan perbatasan Pakistan.

And you see here a little clip of -- one of these villages --

Dan kamu bisa lihat di sini, sebuah klip pendek - salah satu dari desa ini -

the first thing that these children did was to find a website

hal pertama yang dilakukan anak - anak ini adalah menemukan sebuah situs

to teach themselves the English alphabet.

untuk mengajari mereka huruf Inggris.

Then to central India -- very warm, moist, fishing villages,

Dan ke bagian tengah India -- sangat hangat, lembab, desa - desa nelayan

where humidity is a very big killer of electronics.

dimana kelembaban adalah ancaman utama barang elektronik.

So we had to solve all the problems we had

Jadi kami harus memecahkan semua masalah yang kita hadapi

without air conditioning and with very poor power,

tanpa pendingin ruangan dan dengan listrik yang sangat kecil,

so most of the solutions that came out used little blasts of air

biasanya solusinya adalah menggunakan hembusan udara

put at the right places to keep the machines running.

kami meletakkan pada tempat yang tepat agar mesinnya tetap berjalan.

I want to just cut this short. We did this over and over again.

Singkat cerita, kami melakukan ini berulang kali.

This sequence is also nice. This is a small child, a six-year-old,

Hal ini juga menarik. Ini adalah seorang anak kecil, enam tahun,

telling his eldest sister what to do.

sedang mengajari kakak tertuanya apa yang harus dilakukan.

And this happens very often with these computers,

Dan ini sangat sering terjadi pada komputer - komputer ini,

that the younger children are found teaching the older ones.

anak - anak yang lebih muda mengajar anak - anak yang lebih tua.

What did we find? We found that six- to 13-year-olds can self-instruct

Apa yang kita temukan? Kita menemukan bahwa anak umur 6 - 13 dapat belajar sendiri

in a connected environment,

di lingkungan yang terhubung,

irrespective of anything that we could measure.

tanpa memandang apapun yang dapat kita ukur.

So if they have access to the computer, they will teach themselves, including intelligence.

Jadi jika mereka memiliki akses ke komputer, mereka akan mengajari diri mereka sendiri, termasuk kepintaran.

I couldn't find a single correlation with anything, but it had to be in groups.

Saya tidak dapat menemukan hubungan dengan apapun, tapi hal ini harus dilakukan dalam kelompok.

And that may be of great, you know, interest to this group,

Dan itu mungkin berhubungan erat dengan kepentingan kelompok ini.

because all of you are talking about groups.

karena kalian semua berbicara tentang kelompok.

So here was the power of what a group of children can do,

Jadi ini adalah kekuatan dari apa yang sekelompok anak kecil dapat lakukan

if you lift the adult intervention.

kalau tidak ada campur tangan orang dewasa.

Just a quick idea of the measurements.

Sedikit gambaran tentang pengukuran.

We took standard statistical techniques, so I'm going to not talk about that.

Kami menggunakan teknik statistik standar, jadi saya tidak akan berbicara tentang itu.

But we got a clean learning curve,

Tetapi kami mendapat kurva pembelajaran yang bersih,

almost exactly the same as what you would get in a school.

hampir sama persis dengan apa yang akan Anda dapatkan di sekolah.

I'll leave it at that,

Saya akan berhenti di sini

because, I mean, it sort of says it all, doesn't it?

karena hal ini sudah mengatakan semuanya, bukan?

What could they learn to do?

Apa yang dapat mereka pelajari?

Basic Windows functions, browsing, painting, chatting and email,

Fungsi dasar Windows, menjelajah, melukis, berchatting ria dan mengirim email,

games and educational material, music downloads, playing video.

permainan dan materi edukasi, mengunduh musik, memutar video.

In short, what all of us do.

Singkatnya, apa yang kita semua lakukan.

And over 300 children will become computer literate

Dan lebih dari 300 anak akan menjadi melek komputer

and be able to do all of these things in six months with one computer.

dan dapat melakukan semua hal ini dalam 6 bulan dengan satu komputer.

So, how do they do that?

Jadi bagaimana cara mereka melakukannya?

If you calculated the actual time of access,

Jika Anda menghitung waktu akses yang sebenarnya dari tiap anak,

it would work out to minutes per day,

hasilnya beberapa menit dalam sehari,

so that's not how it's happening.

jadi bukan itu yang terjadi.

What you have, actually, is there is one child operating the computer.

Yang terjadi sebenarnya adalah seorang anak mengoperasikan komputer.

And surrounding him are usually three other children,

Dan dikelilingi oleh 3 anak lainnya

who are advising him on what they should do.

yang mengarahkan dia tentang apa yang seharusnya mereka lakukan.

If you test them, all four will get the same scores in whatever you ask them.

Jika Anda menguji mereka, keempat anak itu akan mendapatkan nilai yang sama dalam semua tes.

Around these four are usually a group of about 16 children,

Di sekeliling empat anak ini biasanya sekelompok anak yang berjumlah kira - kira 16 orang

who are also advising, usually wrongly,

yang juga menunjukkan, biasanya salah,

about everything that's going on on the computer.

tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam komputer.

And all of them also will clear a test given on that subject.

Dan semuanya juga akan lulus dari tes yang diberikan pada topik yang bersangkutan.

So they are learning as much by watching as they learn by doing.

Jadi mereka belajar dengan mengamati sebanyak apa yang mereka pelajari dengan praktek.

It seems counter-intuitive to adult learning,

Ini sepertinya berlawanan dengan cara belajar orang dewasa,

but remember, eight-year-olds live in a society

tetapi ingat, anak umur delapan tahun hidup dalam masyarakat

where most of the time they are told, don't do this,

dimana sebagian besar waktu mereka diberitahu, " jangan lakukan ini"

you know, don't touch the whiskey bottle.

"Jangan sentuh botol wiski!"

So what does the eight-year-old do?

Jadi apa yang dilakukan anak berumur delapan tahun itu?

He observes very carefully how a whiskey bottle should be touched.

Mengamati dengan sangat hati - hati bagaimana sebuah botol whiski seharusnya disentuh.

And if you tested him,

Dan jika Anda menguji dia,

he would answer every question correctly on that topic.

dia akan menjawab dengan benar setiap pertanyaan tentang topik itu.

So, they seem to be able to acquire very quickly.

Jadi sepertinya mereka belajar dengan sangat cepat.

So what was the conclusion over the six years of work?

Jadi apa kesimpulan dari hasil pekerjaan selama enam tahun?

It was that primary education can happen on its own,

Bahwa pendidikan dasar dapat berlangsung sendiri,

or parts of it can happen on its own.

atau sebagian dari pendidikan dasar dapat berlangsung sendiri.

It does not have to be imposed from the top downwards.

Tidak harus diterapkan dari atas ke bawah.

It could perhaps be a self-organizing system, so that was

Mungkin dapat menjadi sistem swaorganisasi

the second bit that I wanted to tell you,

dan potongan kedua yang saya ingin katakan pada Anda,

that children can self-organize and attain an educational objective.

bahwa anak - anak bisa mengatur dirinya sendiri dan memperoleh sebuah tujuan pendidikan.

The third piece was on values, and again, to put it very briefly,

Potongan ketiga adalah mengenai nilai - nilai, dan sekali lagi, secara singkat,

I conducted a test over 500 children spread across all over India,

saya melakukan sebuah tes kepada 500 anak - anak di seluruh India.

and asked them -- I gave them about 68 different

dan bertanya kepada mereka - saya memberikan kepada mereka 68

values-oriented questions and simply asked them their opinions.

pertanyaan berbeda mengenai nilai - nilai dan meminta pendapat mereka.

We got all sorts of opinions. Yes, no or I don't know.

Hasilnya adalah segala bentuk pendapat.Iya, tidak, atau saya tidak tahu.

I simply took those questions where I got 50 percent yeses and 50 percent noes --

Saya ambil pertanyaan - pertanyaan yang hasilnya 50 persen iya dan 50 persen tidak.

so I was able to get a collection of 16 such statements.

Saya berhasil memperoleh 16 pernyataan seperti itu.

These were areas where the children were clearly confused,

Ini adalah area dimana anak - anak benar bingung,

because half said yes and half said no.

karena setengah bilang iya dan setengah tidak.

A typical example being, "Sometimes it is necessary to tell lies."

Salah satu contohnya adalah, " kadang - kadang bohong itu perlu"

They don't have a way to determine which way to answer this question;

Mereka tidak memiliki cara untuk menentukan cara menjawabnya;

perhaps none of us do.

mungkin tidak satu pun dari kita yang tahu.

So I leave you with this third question.

Jadi saya akan meninggalkan Anda dengan pertanyaan ketiga.

Can technology alter the acquisition of values?

Dapatkah teknologi mengubah cara menerima nilai-nilai?

Finally, self-organizing systems,

Akhirnya, sistem swa organisasi,

about which, again, I won't say too much

yang sekali lagi saya tidak akan berkata terlalu banyak

because you've been hearing all about it.

karena kalian telah mendengarnya.

Natural systems are all self-organizing:

Semua sistem alami bersifat swaorganisasi:

galaxies, molecules, cells, organisms, societies --

galaksi, molekul, sel, makhluk hidup, masyarakat --

except for the debate about an intelligent designer.

kecuali debat tentang sang pencipta yang cerdas.

But at this point in time, as far as science goes,

Tetapi pada saat ini, selama berhubungan dengan ilmu pengetahuan,

it's self-organization.

sifatnya swaorganisasi.

But other examples are traffic jams, stock market, society

Contoh lain adalah kemacetan, pasar saham, masyarakat

and disaster recovery, terrorism and insurgency.

dan pemulihan bencana, aksi teror, dan pemberontakan.

And you know about the Internet-based self-organizing systems.

Dan Anda tahu tentang sistem swaorganisasi berbasis internet.

So here are my four sentences then.

Jadi ini adalah empat kalimat saya.

Remoteness affects the quality of education.

Keterpencilan mempengaruhi kualitas pendidikan.

Educational technology should be introduced into remote areas first,

Teknologi edukasi harus terlebih dahulu diperkenalkan pada daerah yang terpencil

and other areas later.

dan kemudian daerah yang lain.

Values are acquired; doctrine and dogma are imposed --

Nilai-nilai diperoleh; doktrin dan dogma ditanamkan --

the two opposing mechanisms.

keduanya memiliki mekanisme yang berlawanan.

And learning is most likely a self-organizing system.

Dan proses belajar paling mungkin adalah sistem swaorganisasi.

If you put all the four together, then it gives -- according to me --

Jika jika kita menggabungkannya maka hasilnya -- menurut saya --

it gives us a goal, a vision, for educational technology.

memberikan kita sebuah tujuan, visi, untuk teknologi edukasi.

An educational technology and pedagogy that is digital, automatic,

Sebuah teknologi edukasi dan pengajaran yang digital, otomatis,

fault-tolerant, minimally invasive, connected and self-organized.

tidak terpengaruh kesalahan, tidak invasif, tersambung dan swaorganisasi.

As educationists, we have never asked for technology; we keep borrowing it.

Sebagai seorang ahli pendidikan, kita tidak pernah meminta teknologi; kita terus meminjamnya.

PowerPoint is supposed to be considered a great educational technology,

PowerPoint seharusnya dipertimbangkan sebagai teknologi edukasi yang hebat,

but it was not meant for education, it was meant for making boardroom presentations.

tetapi itu tidak dibuat untuk edukasi, itu dibuat untuk membuat presentasi saat rapat.

We borrowed it. Video conferencing. The personal computer itself.

Kita meminjamnya. Konferensi dengan video. Komputer pribadi.

I think it's time that the educationists made their own specs,

Saya pikir ini saatnya ahli pendidikan membuat spesifikasi mereka sendiri,

and I have such a set of specs. This is a brief look at that.

dan saya memiliki seperangkat spesifikasi. Ini singkatnya.

And such a set of specs should produce the technology

Spesifikasi ini harus menghasilkan teknologi

to address remoteness, values and violence.

yang memperhatikan masalah keterpencilan, nilai - nilai, dan kekerasan.

So I thought I'd give it a name -- why don't we call it "outdoctrination."

Jadi saya pikir saya harus memberikannya nama -- bagaimana kalau kita sebut sebagai " out-doctrination" (doktrinasi keluar)

And could this be a goal for educational technology in the future?

Dan dapatkah ini menjadi tujuan dari teknologi edukasi di masa depan

So I want to leave that as a thought with you.

saya ingin membiarkan Anda memikirkan pertanyaan ini.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)